Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Linguistik umum

Dosen pengampu: Habiburrahman, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 8:

1. Mannik Suci Laily (20230110100011)

2. Mulya Putri Seprianing (20230110100016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
izin- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah linguistik umum yang berjudul “sejarah dan aliran linguistik “
dari dosen pengampu (Habiburrahman, M.Pd.)
Sholawat serta salam kami tetap curahkan kepada nabi kita Muhammad SAW. Terima
kasih kepada anggota kelompok yang sudah berkontribusi dalam bentuk pikiran atau materi
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Mataram,19 Oktober 2023

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................

BAB I.................................................................................................................................................

PENDAHULUAN................................................................................................................................

1.1 Latar belakang..........................................................................................................................

1.2 Rumusan masalah....................................................................................................................

1.3 Tujuan penulisan......................................................................................................................

BAB II................................................................................................................................................

PEMBAHASAN..................................................................................................................................

2.1 Sejarah dan perkembangan linguistik.......................................................................................

2.2 Aliran-aliran linguistik ....................................................................................

2.3 Linguistik transformasional dan aliran-aliran sesudahnya.......................................

PENUTUP.....................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penulisan makalah ini dilatar belakangi karna kita perlunya memahami tentang kajian ilmu
linguistik khusus-nya mengenai aliran-aliran linguistik dan sejarah. Linguistik dipenuhi dengan
berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet,
saling berlawanan, dan membingungkan. Namun semua itu akan menambah wawasan kita terhadap
bidang dan kajian linguistik. Disini penulis akan menjelaskan tentang sejarah, aliran, paham,teori,
dari aliran-aliran linguistik.

1.2 Rumusan masalah

Dalam hal ini penulis dapat merumuskan masalah dalam pembahasan makalah aliran
linguistik dan sejarah.

1. Bagaimana sejarah linguistik menurut perkembangannya?

2. Apa saja bagian-bagian dalam sejarah linguistik?

3. Apa yang dimaksud dengan aliran-aliran linguistik?

4. Apa pengertian menurut beberapa ahli mengenai aliran-aliran linguistik?

1.3 Tujuan penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sejarah linguistik menurut perkembangannya.

2. Mengetahui bagian-bagian dalam sejarah linguistik.

3. Mengetahui aliran-aliran linguistik.

4. Mengetahui pengertian menurut beberapa ahli mengenai aliran-aliran linguistik.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LINGUISTIK

1. LINGUISTIK TRADISIONAL

Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam
pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Tata bahasa
tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural
berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam satu bahasa tertentu.

A. Zaman Yunani

Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah
pertentangan antara fisis dan nomos, dan pertentangan antara analogi dan anomali.

Para filsuf Yunani mempertanyakan apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat konvensi
(nomos). Bersifat alami maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal usul, sumber dalam
prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri. Dalam bidang semantik
kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum naturalis, berpendapat bahwa setiap kata
mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Sebaliknya kelompok lain yaitu kaum
konvensional , berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi. Artinya, makna-makna kata itu
diperoleh dari hasil-hasil tradiasi atau kebiasaan-kebiasaan, yang mempunyai kemungkinan bisa
berubah.

Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh yang
mempunyai peranan besar dalam studi bahasa itu. Berikut ini akan kita bicarakan secara sangat
singkat.

1. Kaum Sophis

Kaum atau kelompok Sophis ini muncul pada abad ke-5 S.M. Mereka dikenal dalam studi bahasa,
antara lain, karena:

a. Mereka melakukan kerja secara empiris;

b. Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu;

c. Mereka sangat mementingkan bidang retrorika dalam studi bahasa;

d. Mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.

Salah seorang tokoh Sophis yaitu Protogoras, membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya,
kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Tokoh lain yaitu Georgias
membicarakan gaya bahasa yang seperti kita kenal sekarang.

2. Plato (429 – 347 S.M)

Plato yang hidup sebelum abad Masehi itu, dalam studi bahasa terkenal, antara lain, karena :

a. Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoog. Juga mengemukakan
masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional;
b. Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira: bahasa adalah pernyataan pikiran
manusia dengan perantaraan onomata dan rhemata;

c. Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema.

3. Aristoteles (384 – 322 S.M)

Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa dia terkenal, antara lain, karena:

a. Menurut aristoteles ada tiga macam kelas kata , yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang
dimaksud dengan syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubunga sintaksis.

b. Dia membedakan jenis kelamin kata (atau gender) menjadi tiga, yaitu maskulin, feminin, dan
neutrum.

Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia memberikan pengertian, definisi, konsep, makna, dan
sebagainya berdasarkan logika .

4. Kaum Stoik

Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permulaan abad ke-4 S.M. Dalam
studi bahasa kaum Stoik terkenal, antara lain, karena:

a. Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa,

b. Mereka menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa,

c. Mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa,

d. Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dan fonologi tetapi tidak
bermakna,

e. Mereka membagi jenis kata menjadi empat,

f. Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak komplet, serta kata kerja
aktif dan kata kerja pasif

5. Kaum Alexandrian

Kaum alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa. Dari mereka kita mewarisi sebuah
buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax sebagai hasil mereka dalam menyelidiki
kereguleran bahasa Yunani. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Remmius Palaemon
pada permulaan abad pertama Masehi dengan judul Ars Gramatika. Karena sifatnya mentradisi maka
buku tata bahas tersebut kini dikenal dengan sebutan tata bahasa tradisional.

B. Zaman Romawi

Orang Romawi mendapat pengalamn dalam bidang linguistik dari orang Yunani. Tokoh pada zaman
Romawi yang terkenal adalah Varro (116 – 27 S.M.) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia
dengan karyanya Institutiones Grammaticae.

1. Varro dan “De Lingua Latina”

Buku ini dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis. Apa yang dibicarakan dalam
bukunya itu mengenai bidang-bidang tersebut berikut ini dibicarakan secara sangat singkat.
a. Etimologi, adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata beserta artinya. Dalam
bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman, dan
perubahan makna kata . Kelemahan Varro dalam bidang etimologi ini adalah dia menganggap bahwa
kata-kata Latin dan Yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung.

b. Morfologi, adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembebtukannya. Menurut
Varro kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi, dan merupakan bentuk
minimum. Dalam menyusun kelas kata, Varro membagi kelas kata Latin dalam empat bagian, yaitu:

1.Kata benda, termasuk kata sifat, yakni kata yang disebut berinfleksi kasus.

2.Kata kerja, yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi “tense”.

3.Partisipel, yakni kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata kerja), yang
berinfleksi kasus dan “tense”.

4.Adverbium, yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari kata kerja), yang tidak berinfleksi.

Mengenai deklinasi, yaitu perubahan bentuk kata berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan
jenis, Varro membedakan adanya dua macam deklinasi, yaitu deklinasi naturalis dan deklinasi
voluntaris, Yang dimaksud dengan deklinasi naturalis adalah perubahan yang bersifat alamiah, sebab
perubahan itu dengan sendirinya dan sudah berpola, deklinasi ini pada umumnya bersifat reguler.
Sebaliknya, deklinasi voluntaris perubahannya terjadi secara morfologis bersifat selektif dan
manasuka jadi bersifat ireguler.

2. Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia

Buku tata bahasa Priscia ini yang terdiri dari 18 jilid dianggap sangat penting karena:

a. Merupakan buku tata bahasa Latin yang paling lengkap yang dituturkan oleh pembicara aslinya;

b. Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara


tradisional.

Beberapa segi yang patut dibicarakan mengenai buku itu, antara lain, adalah:

a. Fonologi

Dalam bidang fonologi pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang bersifat litterae. Yang
dimaksud litterae in adalah bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan. Nama huruf-huruf itu
disebut figurae, sedangkan nilai bunyi itu disebut potetas.

b. Morfologi

Dalam bidang ini dibicarakan antara lain mengenai dictio atau kata. Yang dimaksud dengan dictio
adalah bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna sebagai
satu keseluruhan.

c. Sintaksis

Bidang ini membicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan
menunujukan kalimat itu selesai.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa buku Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa
Latin dan filsafat zaman pertengahan
C. Zaman Pertengahan

Dari zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa, antara lain, adalahperanan
kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulativa, dan Petrus Hipanus.

Kaum Modistae ini masih membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos, dan pertentangan
analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menueut mereka bahasa itu bersifat
reguler dan universal.

Petrus Hipanus. Beliau pernah menjadi Paus, yaitu tahun 1276 – 1277 dengan gelar Paus Johannes
XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Peranannya dalam bidang linguistik, antara lain:

a. Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa.

b. Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen substantivum dan nomen
adjectivum.

c. Dia juga telah membedakan partes orationes atas categorimatik dan syntategorematik. Yang
dimaksud categorimatik adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan
syntategorimatik adalah semua bentuk tutur lainnya.

D. Zaman Renaisans

Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam studi
sejarah ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu: (1)selain
menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu .

Juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani dan bahasa Arab; (2) Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani
dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan,
penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan. Secara singkat dalam subbab ini akan
dibicarakan tentang bahasa Ibrani, Linguistik Arab, bahasa-bahasa Eropa dan Luar Eropa.

Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak dipelajari orang pada akhir abad pertengahan. Bahasa Ibrani
perlu diketahui dan dipelajari karena kedudukannya sebagai bahasa kitab Perjanjian Lama dan kitab
perjanjian baru.

Linguistik arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci agama
Islam, yaitu Quran. Ada dua aliran linguistik Arab yaitu aliran Basra dan aliran Kufah. Aliran Basra
mendapat pengaruh konsep analogi zaman Yunani, mereka berpegang teguh pada kereguleran dan
kesisitematisan bahasa Arab. Sebaliknya, aliran Kufah memberikan perhatian kepada
keanekaragaman bahasa; dan dalambeberapa hal tampaknya mereka menganut paham anomali.
Studi bahasa Arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terbitnya buku tata Bahasa Arab
berjudul Al-Kitab, atau lebih terkenal dengan nama Kitab Al Ayn, karya Sibawaihi dari kelompok
linguistik Basra. Dalam kitabnya itu Sibawaihi juga membagi kata atas tiga kelas, yaiti ismun(nomen),
fi’lun(verbum), dan harfun (partikel).

Bahasa-bahasa Eropa, sebetulnya juaga sudah menarik perhatian sejak sebelum zaman Renaisans.
Pada abad ke-7 telah tercatat adanya sebuah buku tata bahasa Irlandia; pada abad ke 12 tercatat
pula adanya sebuah buku tata bahasa Islandia; sedangakan pada abad ke-13 dijumpai pula buku tata
bahasa Provencal. Yang mendapat perhatian secara khusus dan serius adalah studi mengenai bahasa
Roman atau Neo-Latin.

Bahasa-bahasa di luar Eropa, mendapat perhatian dalam studi bahasa karena kegiatan para
misionaris ke luar negeri yang jauh dari Eropa, harus melibatkan mereka dengan bahasa-bahasa
tersebut. Oleh karena itu muncullah berbagai tulisan mengenai bahasa-bahasa seperti yang terdapat
di India, di Jepang, di Indonesia dan daerah lainnya.

E. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak
yang dianggap ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tongak yang
dianggap sangat penting itu adalah dinyatakan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa
Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin dan bahasa Jerman lainnya.

Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional diatas, maka secara singkat dapat
dikatakan, bahwa;

a. Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan
bahasa tulisan.

b. Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari
bahasa lain, terutama bahasa Latin;

c. Kaidah-kaidah bahasa di buat secara preskriftif, yakni benar atau salah;

d. Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika;

e. Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

Dari butir-butir kesimpulan itu bahwa konsep dan pegangan tata bahasa tradisional terhadap bahasa
tidak sama dengan konsep menurut linguistik modern.

2.LINGUISTIK STRUKTURALIS

Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang
dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-
pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak linguistik modern,
yaitu Ferdinand de Saussure. Maka itu, dalam pembicaraan linguistik strukturalis ini, kita mulai
dengan tokoh tersebut, meskipun secara singkat dan sangat umum.

Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai bapak linguistik modern berdasarkan
pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale yang disususn
dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915.

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep: telaah sinkronik dan diakronik,
perbedaan La lague dan La parole, perbedaan signifiant dan signifie, dan hubungan sintagmatik dan
paradigmatik banyak berpengaruh dalam perkembangan linguistik di kemudian hari. Bagaimana
pandangan-pandangannya itu berikut ini kita bicarakan secara singkat.

1. Telaah Sinkronik dan Diakronik. Yang dimaksud dengan telaah bahasa secara sinkronik adalah
mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja. Sedangakan telaah bahasa
secara diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman bhasa itu
digunakan oleh para penuturnya.
2. La Langue dan La Parole. Yang dimaksud dengan La Langue adalah keseluruhan sistem tanda
yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa,
sifatnya abstrak. Sedangkan yang di maksud la parole adalah pemakaian atau realisasi langue
oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain
dari pada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.
3. Signifiant dan Signifie. Yang dimaksud dengan signifiant adalah citra bunyi atau kesan
psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Untuk lebih jelas, ada yang menyamakan
signe itu sama dengan kata; signifie sama dengan makan; dan signifiant sama dengan bunyi
bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu.
4. Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun
secara berurutan, bersifat linear. Hubungan sintagmatik pada tataran fonologi tampak pada
urutan fonem-fonem pada sebuah kata yang tidak dapat diubah tanpa merusak makna kata
itu. Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem
pada suatu kata, yamg juga tidak dapat diubah tanpa merusak makna dari kata tersebut.
Hubungan sintagmatik pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata-kata yang mungkin
dapat diubah, tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat
tersebut, atau menyebabkan tak bermakna sama sekali. Yang dimaksud hubungan
paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dalam
dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Hubungan paradigmatik dapat dilihat dengan cara subtitusi, baik pada tataran fonologi,
morfologi, maupun tataran sintaksis.

2.2 ALIRAN-ALIRAN LINGUISTIK

A. Aliran Praha

Aliaran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem
Mathesius (1822 – 1945). Tokoh-tokoh lainnya adalah Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan
Morris Halle.

Dalam bidang fonologi aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan
fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bumyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari
fungsi bunyi tersebut dalam sustu sistem. Perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan perbedaan
makana adalah tidak distingtif. Artinya, bunyi-bunyi tersebut tidak fonemis. Sedangakan yang
menimbulkan perbedaan makna adalah distingtif; jadi, bunyi-bunyi tersebut bersifat fonemis.

Dalam bidang fonologi aliran Praha ini juga memperkenalkan dan mengembangkan suatu istilah
yang disebut morfonologi, bidang yang meneliti struktur fonologis morfem. Bidang ini meneliti
perubahan-perubhan fonologis yang terjadi sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem.

Dalam bidang sintaksis Vilem Mathesius mencuba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional.
Menurut pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya, dan juga struktur informasinya
yang terdapat dalam kalimat yang bersangkutan. Struktur formal menyangkut unsur-unsur gramatikal
kalimat tersebut, yaitu subjek dan predikat gramatikalnya. Sedangkan struktur informasi menyangkut
situasi faktual pada waktu kalimat itu dihasilkan. Struktur informasi menyangkut unsur tema dan
rema. Yang dimaksud dengan tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang
dikatakan mengenai tema.

B. Aliran Glosematik

Aliran Glosematik lahir di Denmark; tokohnya antara lain, Louis Hjemslev (1899 – 1965). Menurut
Hjemslev teori bahasa haruslah bersifat sembarang saja, artinya harus merupakan suatu sistem
deduktif semata-mata. Hjemslev menganggap bhasa itu mengandung dua segi, yaitu segi ekspresi
dan segi isi. Masing-masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh forma
ekspresi, substansi ekspresi, forma isi, dan substansi isi.

Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sisitem hubungan; dan mengakui adanya hubungan
sintagmatik dan hubungan paradigmatik.

C. Aliran Firthian

Nama John R. Firth (1890 – 1960) guru besar pada Universitas London sangat terkenal karena
teorinya mengenai fonologi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada
tataran fonetis. Ada tiga macam pokok prosodi, yaitu prosodi yang menyangkut gabungan fonem,
prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda, dan prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan
yang lebih besar dari pada fonem-fonem suprasegmental.

Selain terkenal dengan teori prosodinya, Firth juga terkenal dengan pandangannya mengenai bahasa.
Firth berpendapat telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji
dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang
mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan.

D. Linguistik Sistemik

Tokohnya adalah M.A.K. Halliday yaitu salah seorang murid Firth, teori yang dikembangkan oleh
Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian Linguistics atau scale and Category Linguistics. Namun,
kemudian ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics. Dalam bahasa Indonesia mungkin namanya
yang tepat adalah Linguistik Sistemik. Pokok-pokok pandangan systemic Linguistic (SL) adalah:

a. SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, terutama mengenai fungsi
kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa.

b. SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”. SL mengakui pentingnya pembedaan langue dan


parole.

c. SL lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahas tertentu beserta variasi-variasinya, tidak atau
kurang tertarik pada semestaan bahasa.

d. SL mengenal adanya gradasi atau kontinum.

e. SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa

ang dimaksud dengan substansi adalah bunyi yang kita ucapakan waktu kita berbicara, dan lambang
yang kita gunakan waktu kita menulis. Substansi bahasa lisan disebut substansi fonis, sedangkan
substansi bahasa tulis disebut substansi grafis. Sedangkan yang dimaksud dengan forma adalah
susunan substansi dalam pola yang bermakna.Forma ini terbagi dua, yaitu: leksis, yakni yang
menyangkut butir-butir lepas bahasa dan pola tempat butir-butir itu terletak; gramatika, yakni yang
menyangkut kelas-kelas butir bahasa dan pola-pola tempat terletaknya butir bahasa tersebut. Situasi
meliputi tesis, situasi langsung, dan situasi luas. Yang dimaksud dengan tesis suatu tuturan adalah
apa yang sedang di bicarakan; situasi langsung adalah situasi pada waktu suatu tuturan benar-benar
diucapkan orang , sedangkan situasi pada waktu menyangkut semua pengalaman pembicara atau
penulis yang mengaruhinya untuk memakai tuturan yang di ucapkannya atau di tulisnya.
Selain ketiga tataran utama itu, ada dua tataran lain yang menghubungkan tataran-tataran utama.
Yang menghubungkan substansi fonik dengan forma adalah fonologi, dan yang menghubungkan
substansi grafik dengan forma adalah grafologi . Sedangkan yang menghubungkan forma dengan
situasi disebut konteks.

E. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika

Nama Leonard Bloomfield (1877 – 1949) sangat terkenal karena bukunya yang berjudul
Language dan selalu dikaitkan dengan aliran stuktural Amerika. Namun, nama
Strukturalisme lebih dikenal dengan menyatu kepada nama aliran linguistik yang
dikembangkan oleh Bloomfield dan kawan-kawannya di Amerika. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan berkembangnya aliran ini, antara lain:
a. Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak
sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan.
b. Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang
berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme.
c. Di antara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik karena adanya The Linguistics
Society of America, yang menerbitkan majalah Language.
Satu hal yang menarik dan merupakan ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cira kerja
mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu
bahasa.
Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga
disebut aliran taksonomi, dan aliran Bloomfieldian atau post-Bloomfieldian, karena bermula
atau bersumber pada gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini
menganalisis dalam mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan
hierarkinya.
F. Aliran Tagmemik
Aliran Tagmemik dipelopori oleh kenneth L. Pike, seorang tokoh dari Summer Institute of
Linguistics, aliran ini bersifat strukturalis. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis
adalah tagmem (susunan). Yang dimaksud tagmem adalah kolerasi antar fungsi gramatiakal
atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk
mengisi slot tersebut. Menurut Pike satuan dasar sintaksisi tidak dapat dinyatakan dengan
fungsi-fungsi saja, seperti subjek + predikat + objek; dan tidak dapat dinyatakan dengan
deretan bentuk-bentuk saja, seperti Frase Benda + Frase Kerja + Frase Benda, melainkan
harus diungkapkan bersamaan dalam rentetan rumus seperti:
S:FN + P:FV + O:FN
Rumus tersebut dibaca: fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi predikat
yang diisi oleh frase verbal, dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal

2.3 LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN SESUDAHNYA

Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistik transformasional yang mempunyai pendekatan dan
cara yang berbeda dengan linguistik struktural. Namun, kemudian model transformasi ini pun
dirasakan kelemahannya, sehingga orang membuat model lain pula, yang dianggap lebih baik.
Berikut ini dengan secara singkat akan dibicarakan model-model di atas.
A. Tata Bahasa Transformasi

Tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic
Structure pada tahun 1957. Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan
oleh Chomsky ini adalah Transformational Generative Grammar; tetapi dalam bahasa Indonesia lazim
disebut tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif. Menurut Chomsky salah satu tujuan dari
penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Setiap tata bahasa dari
suatu bahasa, menurut Chomsky, adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu
harus memenuhi dua syarat, yaitu :

Pertama, kalimat yang dihasilkan tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut,
sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang
digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja dan semuanya harus sejajar dengan
linguistik tertentu.

Chomsky membedakan adanya kemampuan dan perbuatan berbahasa. Kemampuan adalah


pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya; sedangkan perbuatan berbahasa
adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.

Menurut aliran ini, sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu
jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.

Tata bahasa dari setiap bahasa terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen sintaksis, komponen
semantik, dan komponen fonologis. Hubungan antara ketiganya adalah input pada komponen
semantik adalah output dari subkomponen sintaksis yang disebut subkomponen dasar. Sedangkan
input pada komponen fonologis merupakan outpot dari subkomponen sintaksis yang disebut
subkomponen transformasi. Komponen sintaksis merupakan “sentral” dari tata bahasa, karena
komponen inilah yang menentukan arti kaliamat, dan komponen ini yang menggambarkan aspek
kreativitas bahasa.

Untaian awal atau input mengalami kaidah pencabangan, untuk kemudian mengalami kaidah-kaidah
subkategorisasi. Kaidah-kaidah subkategori ini menghasilkan pola-pola kalimat dasar dan deskripsi
struktur untuk setiap kalimat yang disebut penanda frase dasar. Inilah yang menjadi unsur-unsur
struktur batin (deep structure). Lesikon merupakan daftar morfem beserta keterangan yang
diperlukan untuk penafsiran semantik, sintaksis dan fonologi. Kaidah transformasi mengubah
struktur batin yang dihasilkan oleh kaidah-kaidah kategori menjadi struktur lahir. Karena struktur
batin ini telah memiliki semua unsur yang diperlukan untuk interpretasi semantik dan fonologis,
maka kalimat berbeda artinya, akan mempunyai struktur batin yang berbeda pula.

Komponen semantik memberikan interpretasi semantik pada deretan unsur yang dihasilkan oleh
subkomponen dasar. Arti sebuah morfem dapat digambarkan dengan memberikan unsur makna atau
ciri semantik yang membentuk arti morfem itu.

Komponen fonologi memberikan interpretasi fonologi pada deretan unsur yang dihasilkan oleh
kaidah transformasi.

B. Semantik Generatif

Menjelang dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut Chomsky, antara lain Potsal,
Lakoff, Mc Cawly, dan kiparsky, sebagai reaksi terhadap Chomsky, memisahkan diri dari kelompok
Chomsky, dan membentuk aliran sendiri. Kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal dengan sebutan
kaum semantik generatif. Menurut teori generatif semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis
bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah
transformasi saja.

Menurut teori semantik generatif, argumen adalah segala sesuatu yang dibicarakan: sedangkan
predikat itu semua yang menunjukan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan dan sebagainya . Jadi
dalam menganalisis sebuah kaliamat, teori ini berusaha mengabtraksikan predikatnya dan
menentukan argumen-argumennya. Dalam mengabtraksikan predikat, teori ini berusaha untuk
menguraikannya lebih jauh sampai diperoleh predikat yang tidak dapat diuraikan lagi, yang disebut
predikat inti (atomic predicate).

C. Tata Bahasa Kasus

Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam
karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. Dan R.
Harms Universal in Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston. Selain itu J. Anderson
dalam bukunya The Grammar of Case dan W.L. Chafe dalam bukunya Meaning and the Structure of
Language memperkenalkan pula teori kasus yang agak berbeda.

Dalam karangannya yang terbit pada tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas (1) modalitas,
yang bisa berupa unsur negasi, kala aspek dan adverbia; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah
verba disertai dengan sejumlah kasus. Yang dimaksud kasusu dalam teori ini adalah hubungan antara
verba dan nomina. Verba disini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen
dalam teori semantik generatif. Hanya argumen dalam teori ini diberi label kasus. Makna sebuah
kalimat dalam teori ini dirumuskan dalam bentuk:

+ [ --- X, Y ,Z ]

Tanda --- dipakai untuk menandai posisi verba dalam struktur semantis; sedangkan X,Y dan Z adalah
argumen yang berkaitan dengan verba atau predikat itu yang biasanya diberi label kasus.

OPEN, + [ --- A, I, O ]

A = Agent, pelaku

I = Instrument, alat

O = Object, tujuan

Yang dimaksud dengan agent adalah pelaku perbuatan atau yang melakukan suatu perbuatan. Yang
dimaksud dengan experiencer adalah yang mengalami peristiwa pskologis. Object adalah sesuatu
yang dikenai perbuatan, atau yang mengalami suatu proses. Yang dimaksud dengan source adalah
keadaan, tempat, atau waktu yang sudah. Goal adalah keadaan, tempat atau waktu yang kemudian
seperti guru dalam kalimat “Dia mau menjadi guru”.

D. Tata Bahasa Relasional

Tata bahasa Raional muncul pada tahun 1970 sebagai tantangan langsung terhadap berbagai asumsi
yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi.
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain, David M.Perlmutter dan Paul M. Postal. Buah pikiran mereka
tentang tata bahasa ini dapat dibaca dalam karangan mereka, antara lain, Lectures on Relational
Grammar (1974), “Relational Grammar” dalam syntax and semanties Vol. 13 (1980); DAN Studies in
Relational Grammar 1 (1983).
Dalam hal ini tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena
menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris.
Menurut teori tata bahasa rasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relatioanal
network) yang melibatkan tiga macam maujud (entity), yaitu:

a. Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur;

b. Seperangkat tanda relasional yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh
elemen-elemen itu dalm hubungannya dengan elememn lain;

c. Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukan pada tataran yang manakah
elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam pembahasan di atas dapat kita simpulkan ,liinguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham,
pendekatan, sejarah dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling
berlawanan, dan membingungkan. Namun semua itu akan menambah wawasan kita terhadap
bidang dan kajian linguistik. Saya akan menjelaskan tentang sejarah, aliran, paham, teori, dari aliran
– aliran linguistik.

Ilmu linguistik disebut juga dengan linguistik umum (general linguistik). Artinya linguistik tidak hanya
menyelidiki suatu langue tertentu tanpa memperhatikan ciri-ciri bahasa lain. Sebagai contoh, sulit
bagi kita untuk untuk memahami morfologi bahasa Indonesia jika tidak memahami morfologi
bahasa-bahasa lain. Memang, morfologi bahasa Iindonesia seharusnya dianalisis hanya dengan
bahasa Indonesia, akan tetapi bahan itu saja tidak memberikan pengertian kepada kita bagaimana
struktur morfologi pada umumnya. Dengan kata lain, sasaran linguistik bukan hanya terfokus pada
langue saja, tetapi juga pada langage yang lebih umum.

3.2 SARAN

Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah sejarah dan aliran linguistik ini pasti
ada kekurangan maupun kelebihannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menambah wawasan mengenai sejarah dan aliran linguistik. Adapun kritik maupun saran
dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini baik dari segi penulisan, materi,
maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.unja.ac.id/5908/1/BUKU%20TELAAH%20LINGUISTIK.pdf

https://dyantezaanggara27.blogspot.com/2014/01/sejarah-dan-aliran-linguistik.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai