Disusun oleh:
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan
juga kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir yang membahas mengenai
analisis kalimat menggunakan Teori Tradisional dan Teori Modern dalam Filsafat Bahasa.
Tidak lupa juga shalawat dan salam kita haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah
membawa kita dari alam kebodohan menuju ke alam yang penuh petunjuk seperti saat ini.
Saya yang bertanggung jawab atas tugas akhir Filsafat Bahasa ini telahberusaha semaksimal
mungkin untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan sangat baik. Sebelumnya saya
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drs. Prihadi M, Hum., keluarga saya, dan teman-teman
saya untuk membantu menyusun tugas akhir ini.
Akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Saya berharap bahwa tugas akhir dapat
membawa manfaat bagi pihakakademisi, umum, maupun yang lainnya.
Penyusun
Amanda Willia
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
C. Frasa ................................................................................................................................ 5
D. Afiksasi ........................................................................................................................... 7
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Studi linguistik mengalami tiga tahap perkembangan, yakni; tahap spekulasi, tahap
observasi, dan tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan
tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris. Melainkan pada dongeng atau cerita
rekaan belaka. Pada tahap klasifikasi dan observasi, para ahli bahasa mengadakan
pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki tetapi belum
sampai pada merumuskan teori. Pada tahap ketiga yakni tahap penyelidikan ilmiah, di
mana bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah
dibuatkan teori-teorinya.
Aliran tradisional boleh dikatakan sebagai aliran linguistik yang tertua. Istilah
tradisional sering dipertentangkan dengan istilah structural sehingga dalam pendidikan
formal terdapat istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa structural. Tata bahasa
tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata
bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa
tertentu.
Menurut Dr. Farh Ibnu Muhammad Abd, linguistik modern yakni studi bahasa secara
ilmiah yakni secara objektif. Pada abad ke-19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi
dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek
penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau
berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga
bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat
diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau
berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan
kekerabatan di antaranya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Tradisional dan Teori Modern dalam Filsafat
Bahasa?
2. Bagaimana menganalisis kalimat menggunakan Teori Tradisional?
3. Bagaimana menganalisis kalimat menggunakan Teori Modern?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai Teori Tradisional dan Teori Modern dalam Filsafat
Bahasa.
2. Dapat menganalisis kalimat menggunakan Teori Tradisional.
3. Dapat menganalisis kalimat menggunakan Teori Modern.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
A. Teori Linguistik Tradisional
Teori linguistik tradisional merupakan teori linguistik yang bersifat tradisional. Istilah
ini disebut demikian karena umur teori kebahasannya merupakan hal paling tua dan
merupakan tumpuan antara perkembangan teori-teori kebahasaan alain setelahnya.
Teori tradisional ini mengambil asumsi dan hiptesis mengenai bahasa pada filsafat dan
logika, data bahasanya berbentuk tertulis dan bahasa yang mengenal ejaan. Data tertulis
ini hanya terbatas pada bahasa Yunani dan Latin. Selain itu, bahasa dianggap bukanlah
suatu produk budaya, melainkan alat komunikasi dan berpikir. Karena sifatnya yang
berdasar hipotseis, maka hanya sebagai penjelasan filsafat dan logika mengenai bahasa.
Ciri-ciri dari teori linguistik traidisonal antara lain, seperti tidak adanya pembedaan
antara bahasa tulisan maupun bahasa ujaran, pemerian bahasa berdasarkan makna
ataupun definisi, pemerian bahasa berdasar patokan bahasa lain, pemerian bahasa
dengan variasi yang benar maupun salah, serta melibatkan logika.
Dalam teori ini, ada beberapa tokoh linguistik tradisional, antara lain.
a) Protogoras
Protogoras merupakan salah satu dari tokoh kaum Sophis. Kaum Sophis sendiri
merupakan kaum atau kelompok yang muncul pada abad kelima sebelum masehi.
Mereka terkenal dalam hal penguasaan studi bahasa. Kelompok tersebut juga sangat
mengagumi retorika, yakni tradisi berdebat dan dari tradisi inilah mereka
mengembangkan teori bahasa. Protogoras membagi kalimat menjad, kalimat narasi,
kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan undangan.
b) Georgias
Tokoh ini merupakan kaum Sophis yang membicarakan gaya bahasa seperti yang
kita kenal sampai saat ini.
c) Plato
Plato dikenal sebagai filsuf daripada seorang linguis. Namun, beliau juga
sebenarnya seorang pengkaji linguistiik. Hal ini diidentifikasi melalui bukunya
yang terkenal yaknik Dialoog. Salah satu hasil linguistiknya yang menonjol adalah
tentang bahasa alamiah dan bahasa konvensional.
d) Aristoteles
3
Aristoteles merupakan murid Plato. Karakter konsep linguistik yang dihasilkan dari
Aristoteles adalah yang selalu bertolak dari logika. Ia memberikan pengertian,
deginisi, konsep, makna, dan sebagainya selalu berdasarkan pada logika.
Selain empat tokoh diatas, era linguistik tradisional juga dikembangkan oleh kaum
Stoik yang dilanjutkan oleh kaum Alexandrian, kemudian zaman Romawi.
Linguistik modern merupakan studi bahasa yang berkembang antara abad ke-19 dan
ke-20. Ruang lingkup kajian linguistik modern ialah penelitian bahasa secara ilmiah
atau secara objektif. Dengan demikian bahasa itu tidak lagi dibahas tentang bahasa yang
ada di Eropa saja, tetapi sudah meluas ke daerah-daerah lain seperti Amerika, Afrika,
Asia dan lain sebagainya. Dalam arti sempit Linguistik ialah kajian bahasa secara
ilmiah. Ruang lingkup Linguistik yakni:
b) Ash-Sharf (Morphology),
Cabang linguistik yang mempelajari kata dan kata dan pembentukannya.
Menurut Varro, kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan
lagi,dan merupakan bentuk minimum. Menurut Varro, dalam bahasa latin ada
kata-kata yang terjadi decara analogi, dan ada juga yang terjadi secara anomali.
c) An-Nahw (syintaksis),
Sintaksis, bidang inimembicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun
kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai
d) Alm ufradat dan ad-Dilalah (Semantics).
Menurut Verhaar (2004) Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, yakni “semantikos” yang artinya memberikan tanda,
4
penting. Dengan kata lain, secara etimologi, semantik adalah pembelajaran tentang
makna tanda.
Jika ada seseorang yang layak disebut sebagai pendiri linguistik modern, ialah sarjana
dan tokoh besar asal Swiss: Ferdinand de Saussure. Kuliah-kuliahnya (yang
direkonstruksikan dari catatan-catatan para mahasiswanya setelah ia meninggal)
diterbitkan pada tahun 1915 dengan judul Course de Linguistique Generale (kuliah
linguistic umum). Banyak aliran linguistik yang berlaianan dapat dibedakan pada waktu
lain, tetapi semuanya secara langsung atau tak langsung telah dipengaruhi (dengan
berbagai tingkat) oleh Cours de Saussure.
Ciri linguistik modern yang paling khas dimilikinya bersama-sama dengan sejumlah
ilmu pengetahuan lain adalah “strukturalisme” (label umum dipakai dan sering kali
dengan nada merendahkan). Singkatnya, ini berarti bahwa setiap bahasa dipandang
sebagai sistem hubungan (lebih tepatnya, seperangkat sistem yang saling
berhubungan), yang unsur-unsu menggurnya bunyi-bunyi, kata-kata, dsb. Tidak punya
validasi dan bebas dari hubungan kesamaan dan perbedaan yang ada diantaranya.
Betapapun abstrak atau “formal”-nya, teori linguistic modern telah dikembangkan
untuk menjelaskan bagaimana manusia benar-benar menggunakan bahasa. Ini berasal
dari, dan dinyatakan benar dan tidak benar dengan bukti empiris.
C. Frasa
Frasa adalah satuan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
kalimat. Karena tidak memiliki predikat, frasa tidak bisa membentuk kalimat sempurna.
Menurut Ramlan (2001), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau
lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Sedangkan menurut Chaer, frasa
adalah satuan yang terdiri dari dua atau lebih yang membentuk atau menduduki satu
fungsi kalimat (subjek / predikat / objek / keterangan / pelengkap) dan juga bersifat
nonprediktif. Frasa adalah gabungan beberapa kata yang tidak memiliki predikat
sehingga tidak dapat membentuk kalimat sempurna.
5
Ciri-Ciri Frasa
Jenis Frasa
a) Frasa verbal : frasa yang dalam unsur pembentuknya memiliki inti kata kerja yang
juga bisa berfungsi sebagai pengganti kedudukan kata kerja dalam kalimatnya.
Contoh: Akan pergi, Tidak berenang, Sedang menari, Baru pergi, dll.
b) Frasa nomina : frasa yang dalam unsur pembentuknya memiliki inti kata benda
yang juga berfungsi sebagai pengganti kata benda. Contoh : Rumah beton, Sepatu
kain, Lemari kayu, buku tulis, dll.
c) Frasa ajektiva : frasa yang dalam unsur pembentuknya memiliki inti kata sifat.
Contoh : cukup baik, lumayan cepat, murah sekali, hebat sekali, dll.
d) Frasa preposisional : frasa yang dalam unsur pembentuknya memiliki kata depan.
Contoh : Oleh Diah, Dari tadi, Ke Lampung, Di Ladang, dll.
e) Frasa adverbial :frasa yang dalam unsur pembentuknya memiliki keterangan kata
sifat. Contoh : Agak kuat, Lebih pandai, Agak besar, Sangat baik, Dengan heran
dll.
f) Frasa pronominal : frasa yang didalamnya dibentuk dengan kata ganti. Contoh
: Saya dan anda, kalian semua, saya dan dia, putra dan putri, mereka semua, dll.
g) Frasa Numeralia : frasa yang kelompok kata didalamnya dibentuk dengan kata
bilangan. Contooh : Satu lusin, Dua atau tiga sapi, Empat puluh ekor ayam, dll.
6
i) Frasa demonstrativ koordinatif : frasa yang kelompok kata didalamnya dibentuk
berdasarkan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh : Di sana atau di sini
, Kemari atau kesana.
Fungsi Frasa
a) Frasa endosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur atau kedua kata didalamnya
termasuk kedalam unsur pusat. Contoh : Anak kerbau, sapi putih, tujuh anak, belum
mulai. Frasa endostetris dibagi menjadi 3 bentuk yaitu frasa atribut, frasa apositif,
dan frasa koordinatif.
b) Frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur kata didalamnya menggunakan
kata tugas, contoh : Di kecamatan, pada malam, kepada teman.
D. Afiksasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arti kata ‘afiksasi’ ialah proses atau hasil
penambahan afiks (prefiks, konfiks, sufiks) pada kata dasar. Afiksasi menurut Chaer
(1994: 177) adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar,
afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat
dan dapat ditambahkan pada awal kata. Kemudian Yasin (1987: 50) mengatakan bahwa
afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal
maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Selanjutnya, menurut Kridalaksana,
(2007:28) afiksasi merupakan proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks.
Dari ketiga pengertian afiksasi di atas dapat disimpulkan bahwa afiksasi ialah proses
penambahan afiks pada kata dasar sehingga dapat membentuk kata baru.
Jenis Afiksasi
a) Prefiks (Awalan) Prefiks merupakan salah satu jenis afiksasi yang produktif.
Jadi, prefiks atau awalan yaitu afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu
kata dasar.
b) Infiks (Sisipan) Infiks atau sisipan merupakan afiks yang diselipkan di tengah
kata dasar. Infiksasi dalam bahasa Indonesia kini sudah gak produktif lagi.
7
c) Sufiks (Akhiran) Sufiks atau akhiran merupakan morfem terikat yang
ditempatkan di bagian belakang kata.
d) Konfiks. Konfiks merupakan kesatuan afiks yang secara bersama-sama
membentuk sebuah kelas kata. Konfiks diimbuhkan secara serentak atau
bersamaan pada bentuk dasar.
e) Simulfiks. Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang
tiap-tiap unsurnya tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing.
Yang dimaksud dengan Onoma adalah nama, dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan
Rhema adalah ucapan, dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan anggota
dari Logos, yaitu kalimat atau klausa.Artinya onoma (onomata) yaitu kata benda,
nama, dan subjek, sedangkan rhemata adalah ucapan sehari-hari, verba, dan predikat.
Onoma bisa disejajarkan dengan kata benda (subjek), rhemata adalah kata kerja (verba)
atau kata sifat. Dengan kata lain, onoma dan rhema adalah unsur pembentuk kalimat.
8
F. Analisis Kalimat Menggunakan Teori Linguistik Tradisional
a) Cupping Coffee merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program “Food Studio” UC Resto yang dilaksanakan tiap satu
onoma rhema onoma rhema
bulan sekali.
rhema
b) Semua mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring.
1
G. Analisis Kalimat Menggunakan Teori Linguistik Modern
Kalimat dibawah saya ambil dari , https://jogja.tribunnews.com/2021/11/02/uc-ugm-ajak-pecinta-dan-penikmat-kopi-lebih-dalam-
mengenal-kopi
Cupping Coffee merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program “Food Studio” UC Resto yang dilaksanakan tiap
satu bulan sekali.
a) Analisis afiksasi dari Cupping Coffee merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program “Food Studio” UC Resto yang
dilaksanakan tiap satu bulan sekali.
No Kata Prefiks Konfiks Sufik Infiks Simulfiks Proses
1. Merupakan Me – rupa –
kan
2. Rangkaian Rangkai – an
3. Kegiatan Ke – giat – an
4. Dilaksanakan Di – laksana –
kan
2
b) Analisis kata tugas
Cupping Coffee merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program “Food Studio” UC Resto yang dilaksanakan tiap satu
bulan sekali.
Preposisi : dari
c) Analisis kalimat di bawah ini dengan menggunakan model analisis; model garis dan diagram pohon.
Cupping | Coffee |merupakan | salah | satu || rangkaian | kegiatan || dari | program | “Food | Studio” | UC | Resto || yang |
dilaksanakan || tiap | satu | bulan | sekali. |
3
H. Analisis Menggunakan Teori Linguistik Modern dalam Sintaksis (Model Garis, Diagram Pohon, Diagram Pohon Model TGT,
dan Diagram Kotak.
Semua mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara
daring.
a) Model Garis
Semua | mahasiswa | baru || Jurusan | Pendidikan | Bahasa | dan | Sastra | Indonesia || akan | melakukan ||| pembelajaran | secara | daring.|
b) Diagram Pohon
Semua mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring.
D MD M M D D M
M D D M
D M
FB1 FKJ
Prtkl b-1 b-2 b-3 b-4 b-5 prep b-6 b-7 asp k kj asp b-8
4
Semua mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring.
d) Diagram Kotak
Semua mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring.
Semua mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia akan melakukan pembelajaran secara daring.
5
BAB 3. KESIMPULAN
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga
dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Tetapi
disini tidak diterangkan lebih jauh tentang paham, tokoh, dan teori dari aliran ini. Ciri-ciri aliran
tradisional bertolak dari pola pikir secara filosofis, tidak membedakan bahasa dan tulisan,
senang bermain dengan definisi, pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah, level-level
gramatik belum ditata secara rapi, tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of speech).
Aliran tradisional memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain bisa membedakan bahasa dan
tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau, peletakan level-level
gramatikal yang belum rapi, dan lain sebagainya.
Afiksasi ialah proses penambahan afiks pada kata dasar sehingga dapat membentuk kata baru.
Afiksasi memiliki beberapa fungsi di antaranya membentuk kata benda, membentuk kata kerja,
membentuk kata sifat, dan membentuk kata bilangan. Afiksasi juga memiliki beragam jenis,
yaitu prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, dan kombinasi afiks (imbuhan gabung).
Linguistik modern dirintis pertama kali sejak munculnya seorang linguis berkebangsaan Swiss
Ferdinand de Saussure dengan teori linguistik strukturalnya yang termuat dalam
bukunya Course de Linguistique Generale (1916). Karya de Saussure yang terkenal tersebut
dianggap sebagai basis lahirnya linguistik modern. Pandangan yang dimuat dalam buku
tersebut mengenai konsep; (1) perbedaan langue dan parole; (2) telaah sinkronik dan diakronik;
(3) perbedaan signifiant dan signifie; (4) hubungan sintakmatik dan paradigmatik. Linguistik
struktural pun mengalami perkembangan. Berbagai aliran linguistik pun bermunculan yang
dianggap sebagai pengembang teori struktural de Saussure. Diantara pengembang aliran
linguistik struktural yakni; aliran Praha, aliran Glosematik, aliran Fhirtian, aliran
sistemik, aliran Strukturalis Amerika, aliran Linguistik Tagmemik.Dapat dipahami bahwa
Linguistik Modern itu berkembang mulai pada abad 19 dan awal abad 20 dengan pakar Eropa
yang terkenal yaitu De Saussure. De Saussure adalah orang yang pertama mengkaji linguistik
modern
Ruang lingkup kajian linguistic modern ialah bukan hanya satu rumpun bahasa yang ada di
Eropa saja, tetapi sudah mengkaji tentang rumpun bahasa yang ada di daerah di seluruh dunia
seperti Amerika, Afrika, Asia, dan lainnya
1
Daftar Pustaka
Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Verhaar. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumber
[Materi Lengkap] Afiksasi: Pengertian, Ciri, Jenis, Proses, & Contoh (cerdika.com)