Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

‫مستويات التحليل األسلوبي القائم على اللغة‬

Disusun Oleh : Kelompok III


Muh. Nur Fauzi 40100119068

Nur Indana Zulfa 40100119050

Aulia Dhani Khairunnisa 40100119069

Nurhaolillah 40100119063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

PERIODE 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alahamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yaitu
nikmat berupa kesehatan, kesempatan, terutama ilmu pengetahuan kepada pemakalah
sehingga dapat menyusun makalah ini dengan judul ‫" مستويات التحليل األسلوبي القائم على‬
"‫اللغة‬demikian pula, pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalahnya dengan tepat
waktu.

Tidak lupa kita juga haturkan shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan dorongan kepada umatNya untuk meninggalakn
kejahiliyaan dan mengarahkan ke jalan yang lurus sehingga ummatNya dapat mengikuti
sunnah wal jama’ah sampai seperti yang dirasakan saat ini.

Adapun tugas pemakalah adalah menyelesaikan makalah ini sesuai kemampuan dan
segala refrensi yang di dapatkan. Ucapkan terimakasih juga kepada bapak dosen yang
telah memberikan tugas makalah untuk kami, karena dengan ini, pemakalah dapat
menambah wawasan melalui pencarian berbagai sumber referensi dengan masing-
masing cara.

Gowa, Selasa 08 November 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 3

A. Latar Belakang .................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4

A. Tingkatan Gaya Bahasa/ Uslub ........................................................ 4-9


B. Hubungan Stilistika dengan Ilmu Linguistik .................................. 9-11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12

A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
kontrol sosial, maka dalam fungsi-fungsi ini, seseorang akan mengungkapkan
bahasa tersebut dengan cara-cara dan gaya yang berbeda. Dan dipengaruhi banyak
hal diantaranya perkembangan teknologi dan budaya.
Ada orang yang mengatakan bahwa bahasa adalah budaya. Dan setiap
bangsa, suku, ras dan kelompok memiliki budaya yang berbeda- beda. Ini berarti
mereka mempunyai satu bentuk bahasa yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya meskipun meskipun secara substansi sama. Hal ini disebabkan karena
setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan maksud
dan tujuan yang hendak disampaikan melalui bahasa. Dalam ilmu bahasa hal ini
dinamakan gaya bahasa (uslub).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tingkatan dalam gaya bahasa/uslub
2. Bagaimana hubungan stilistika dengan ilmu linguistik
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkatan dalam gaya bahasa/uslub
2. Untuk memahami hubungan stilistika dengan ilmu linguistik

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tingkatan Gaya Bahasa/ Uslub


Istilah uslub atau stilistika tidak dapat dipisahkan dari style, mengingat
kedua istilah itu saling berkaitan satu sama lain. Style adalah salah satu aspek
yang digarap oleh stilistika. Menurut Gorys Keraf, style yang diambil dari bahasa
Latin stylus adalah alat untuk menulis pada lempengan lilin.1Kejelasan tulisan
dalam lempengan tersebut tergantung pada keahlian sang penulis. Sementara
orang-orang Yunani yang juga telah mengembangkan teori terkait style,
mengartikannya sebagai kualitas dari sebuah ungkapan.2
Stilistika sendiri dapat dipahami sebagai suatu kajian atau ilmu yang
objeknya adalah rangkaian gaya bahasa atau style. Menurut Syihabuddin Qalyubi
dalam disertasinya menyebutkan bahwa stilistika adalah ilmu yang mempelajari
style dan berusaha menjelaskan ekspresi pengarang, nilai estetis yang
ditimbulkan dari pemilihan kata, dan efek yang ditimbulkan dari makna.3Selain
itu, bidang ilmu stilistika juga menjelaskan mengenai fonologis, sintaksis,
leksikal, diksi, bahkan potensi bahasa yang tengah digunakan pengarang dalam
karya-karyanya.
Stilistika adalah salah satu studi yang mengkaji bagaimana seorang
sastrawan memanipulasi kaidah-kaidah yang ada dalam sebuah bahasa, sekaligus
efek yang ditimbulkan dari penggunaannya dalam sebuah karya.4 Menurut
Nyoman, stilistika adalah ilmu yang menyelidiki penggunaan bahasa dalam
karya sastra dengan mempertimbangkan keindahan aspek-aspeknya.5Bidang ini
lebih mengerucut pada pengkajian performansi kebahasaan, yang mana membuat
stilistika tidak bisa dilepaskan dari teori-teori kesastraan. Meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa bahasan stilistika tidak hanya mengacu pada ragam bahasa
sastra.6
Selama ini bahasa sastra memang lebih sering dipergunaan dalam kajian
stilistika. Bahkan menurut pengertian extended, cara untuk mengungkapkan teori
dan metodologi analisis dalam sebuah teks sastra yakni melalui kajian stilistika.
Hal ini juga menjadi penjelas bahwa stilistika dapat dimasukkan dalam bidang
ilmu linguistik terapan, yang mana pengkajiannya dikaitkan dengan bidang
pendidikan bahasa.7

1
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. VIII, hlm. 112.
2
Akhmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi (Malang:
UIN-Malang Press, 2009) hlm. 10.
3
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika Kisah Ibrahim AS dalam al-Qur’an, dalam Disertasi Ilmu Agama Islam
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2006, hlm. 5.
4
Akhmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi. hlm.11.
5
Nyoman Kutha Ratna, Estetika Sastra, dan Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007), hlm. 236.
6
Burhan Nurgiyantoro, Stilistika.hlm. 75.
7
Soediro Satoto, Stilistika (Surakarta: STSI Pess, 1995), hlm.36.
5
Salah satu yang menjadi tujuan bidang keilmuan ini adalah menerangkan
dan menjelaskan fungsi sesuatu, dalam hal ini keindahan penggunaan bentuk
kebahasaan tertentu dalam sebuah teks. Bisa dari aspek leksikal, bahasa figuratif,
struktur, retorika, artistik, bahkan grafologi. Kemudian, tujuan lain dari kajian ini
adalah untuk mengetahui efek khusus dan tingkat kedalaman seorang pengarang
dalam mempergunakan tanda-tanda linguistik yang ia kuasai. Selain itu stilistika
juga dapat digunakan untuk menyelidiki seluruh fenomena bahasa dengan
ciricirinya yang beragam, juga untuk menentukan seberapa jauh bahasa
mengalami bentuk-bentuk penyimpangan.

Adapun ranah kajian dalam stilistika, menurut Abrams yang dikutip oleh
Nurgiyantoro, ada beberapa aspek. Pertama, aspek fonologi yang dicontohkan
dengan pola suara, ujaran, irama, dan rima. Kedua, sintaksis yang mengkaji
struktur morfologi suatu teks, kalimat, frasa, dan klausa. Ketiga, leksikal yang
berfokus pada wilayah penggunaan kelas kata baik abstrak maupun konkret, atau
penggunaan kata kerja, kata benda dan kata sifat tertentu.Keempat,
penggunaanbahasa figuratif dan retoris berupa majas dan citraan.8

Terlepas dari kedua paham tersebut, setiap orang diberi kebebasan untuk
menentukan unsur- unsur apa saja yang ingin mereka masukkan dalam kajian
stilistika. Bagi Nurgiyantoro, unsur-unsur yang penting untuk dibahas dalam
stilistika antara lain; unsur bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif (pemajasan),
sarana retorika (penyiasatan struktur), citraan, dan kohesi.

1. Fonologi
Secara etimologis, fonologi berasal dari kata fon yang mengandung arti
bunyi, dan logos yang berarti ilmu. Secara umum fonologi adalah salah
satu bidang kajian linguistik yang berusaha mempelajari dan menganalisis
runtutan bunyi-bunyi bahasa.9 Fonologi sendiri dibagi menjadi dua menurut
objek yang dikajinya. Pertama, fonetik merupakan cabang fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa mengindahkan adanya fungsi pada bunyi-
bunyi tersebut. Menurut proses terjadinya bahasa, fonetik dibagi menjadi tiga,
yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Kedua,
fonemik merupakan percabangan fonologi yang mempelakari bunyi-bunyi
bahasa sekaligus memperhatikan apakah terdapat fungsi dalam bunyi-bunyi
tersebut yang dapat digunakan sebagai pembeda.10
Bunyi sendiri adalah aspek penting dalam eksistensi sebuah bahasa.
Bunyi kemudian mulai dilambangkan dengan huruf, yang kita kenal dengan
bahasa tulis. Dalam bahasa tulis, ada beberapa istilah yang masih berkaitan

8
Panuti Sujiman, Bunga Rampai Stilistika (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm.13.
9 Akhmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qur’an dalam Konteks Komonikasi.hlm.40.
10
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), hlm. 102.

6
dengan aspek bunyi, yaitu fonem konsonan, vokal, dan gabungan antara
keduanya. Kajian stilistika yang datang kemudian, berusaha mengkaji aspek
bunyi dengan berbagai macam sarana, seperti persajakan, irama, orkestrasi, dan
lain sebagainya.
a) Persajakan

Menurut Selamet Mulyana, yang dimaksud persajakan adalah pola


estetika bahasa yang didasarkan pada perulangan suara, kemudian
diusahakan dapat dialami dengan kesadaran.15 Pola perulangan bunyi
yang sudah lazim didayakan untuk menempuh atau menimbulkan efek
keindahan tesebut selain disebut dengan persajakan, juga memiliki
nama sajak atau rima. Dalam persajakan, ada dua istilah yang
tidak boleh dilupakan. Pertama, alitrasi yaitu bentuk perulangan
fonem-fonem konsonan. . Kedua, asonansi yaitu bentuk perulangan
fonem-fonem vokal.

b) Irama

Menurut Pradopo, irama adalah pergantian naik turunnya bunyi,


panjang pendeknya bunyi, keras lembutnya ucapan, yang
keseluruhannya dilakukan secara teratur.11 Irama ini sangat berkaitan
dengan adanya gerak, alunan, bunyi-bunyi ritmis, begitu juga
orkestra. Keterkaitan irama juga pada penekanan tiap-tiap suku
kata, terutama masalah tinggi rendahnya.

c) Nada dan Suasana

Nada adalah sikap seorang penyair terhadap suatu kejadian atau


permasalahan yang ditujukan atau dikemukakan di hadapan pembaca.
Nada adalah hal yang lahir dari sugesti dan terpancar lewat susunan
kata-kata. Sementara suasana adalah suatu keadaan yang melingkupi
nada atau melingkupi permasalahan yang tengah terjadi. Nada dan
suasana biasanya terwujud dalam rasa senang, bersemangat, heroik,
romantik, bisa juga sedih, kalut, putus asa, dan lain sebagainya.12

2. Sintaksis
Sintaksis atau juga sering disebut dengan preferensi kalimat adalah
bentuk atau ragam kalimat yang biasa dipergunakan sebagai alat untuk
memengaruhi makna dalam menyampaikan pesan.13 Sintaksis juga diartikan
sebagai hubungan antara tanda dalam sebuah teks berdasarkan kaidah

11Racmad Dioki Pradopo, Pengkajian Puisi ( Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012).hlm.40
12Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa... hlm.121
13 Akhmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qur’an dalam KonteksKomunikasi…
hlm.64

7
kebahasaan.14 Dalam kajian sintaksis terdapat struktur sintaksis yang terdiri
dari fungsi, kategori, dan peran. Fungsi sintaksis meliputi istilah subjek,
objek, predikat, dan keterangan. Kategori sintaksis meliputi istilah nomina,
verba, ajektifa, dan numeralia. Sementara peran sintaksis meliputi istilah
perilaku penderita dan penerima.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menentukan karakteristik unsur
sintaksis yang akan dipakai atau dijadikan fokus kajian, adalah dengan
melakukan beberapa analisis. Pertama, Kompleksitas kalimat. Analisa ini
digunakan untuk menjawab kompleks tidaknya suatu kalimat, rata-rata jumlah
kata per kalimat, sifat hubungan yang menonjol dalam suatu kalimat, dan lain
sebagainya. Kedua, Jenis kalimat. Analisa ini bisa digunakan untuk menjawab
jenis kalimat apa saja yang digunakan oleh pengarang, deklaratif, imperatif,
interogatif, atau yang lain. bisa juga untuk mengetahui kalimat tersebut bersifat
aktif, pasif, langsung atau tidak langsung, mayor atau minor, dan lain
sebagainya. Ketiga, Jenis klausa dan frase. Analisis ini dapat digunakan untuk
mengetahui klausa apa saja yang menonjol dalam suatu kalimat, dan frase apa
saja yang digunakan maupun yang dibatasi penggunaannya.
3. Leksikal
Aspek leksikal adalah aspek bunyi yang senantiasa terkait dengan kerja
kata-kata, yang ada dalam kajian stilistika. Ia merupakan aspek terkecil dalam
konteks struktus sintaksis dan wacana. Peranan kata disini memang yang paling
menonjol, mengikat kata, dan menjabarkan fungsi keindahan dalam sebuah
bahasa.
Leksikal digunakan oleh pengarang sebagai kerja pertama setelah
menentukan ide atau pokok bahasan. Pemilihan kata untuk tujuan-tujuan
tertentu secara pasti akan dilakukan oleh pengarang baik dalam bidang sastra
maupun non-sastra. Pemilihan kata tersebut akan berdampak pada kemampuan
pembaca memahami jelis bahasa pengarang. Semisal pengarang menggunakan
bahasa ilmiah, maka diksi yang digunakan tidak boleh keluar dari prasyarat
seperti harus menggunakan kata formal, baku, lebih didorong ke makna
referensial, dan lain sebagainya. Berbeda dengan ketika bahasa yang digunakan
adalah bahasa sastra, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah ketepatan diksi
dan keindahannya. Aspek bunyi, bentuk, makna, ekspresivitas, sampai aspek
sosial perlu juga diperhatikan lebih mendalam.15
Dalam kajian aspek leksikal, ada beberapa identifikasi yang dapat
dilakukan. Misalkan dengan mengindentifikasi jenis kata yang digunakan oleh
seorang pengarang. Kemudian dengan mengidentifikasi konpleks tidaknya
penggunaan kata kerja, abstrak atau konkret kata benda yang dipakai, termasuk
kata sifat jenis apa yang digunakan untuk menjelaskan serta mengidentifikasi

14 Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani’ah, Kamus Istilah Sastra (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
cet.III, hlm. 189

15 Burhan Nurgiyantoro, Stilistika.hlm.173-179.


8
wujud kata tugas yang digunakan pengarang. Kesekian hal tersebut dapat
diidentifikasi dalam kajian leksikal. Selain itu, hubungan antar kata dapat
dikelompokkan dalam beberapa macam relasi seperti sinonimi, polisemi,
homonimi, hiponimi, dan antonimi.16
4. Bahasa Figuratif dan Retorika
Bahasa figuratif dapat juga diartikan sebagai bahasa penyimpangan yang
berbeda dengan bahasa keseharian. Bahasa figuratif sengaja diciptakan
berbeda dengan bahasa standar untuk memperoleh efek khusus.17 Secara
harfiyah, bahasa figuratif yang juga dimaknai sebagai deviasi adalah
penyimpangan ragam dan struktur bahasa. Dalam kajian sastra, pengarang
terbiasa memberikan ciri khas pada karya-karyanya dengan penyimpangan dari
norma atau konvensi sastra yang dibakukan.18
Secara konkret, penyimpangan bahasa ini terjadi pada makna,
bukan lagi makna denotatif tetapi jatuh pada makna kias atau konotatif. Dalam
pandangan klasik, hanya mengklasifikasikan adanya dua komponen yakni
figures of thought dan rhetorical figures. Figures of thought adalah bentuk
penyimpangan bahasa dari makna harfiah, yang lebih mendayakan makna kias,
makna tidak langsung, makna konotasi atau dalam istilah lain disebut dengan
majas. Jadi makna yang terkandung dalam bahas figuratif ini tidak dapat
ditafsirkan sesuai dengan bentukan katanya.
Berbeda dengan gaya retoris, yang maknanya harus dipahami
sebagaimana susunan lahirnya. Di sini yang digunakan adalah rhetorical
figures, yakni satu bentuk penyiasatan struktur, yang mendayakan struktur
sintaksis dan urutan kata. Retorika, dalam kajian ini adalah langkah penggunaan
bahasa untuk meyakinkan pembaca atau pendengar agar mendapatkan efek
tertentu. Seseorang senantiasa memilih bahasa, struktur kata dan kalimat agar
sesuatu yang disampaikannya memiliki dampak signifikan terhadap
pendengar maupun pembaca. 19
Dalam sebuah kalimat, dimungkinkan adanya jalinan antara bahasa
figuratif dengan retorika. Hal demikian dapat terjadi karena dalam satu kalimat
selain menggunakan majas juga sekaligus membuat penyiasatan struktur.
Semakin beragam unsur bahasa figuratif dan sarana retorika yang ada dalam
sebuah kalimat, akan berbanding lurus dengan pendayaan penuturan yang
lebih intensif. Sehingga pemunculan majas dan penyiasatan struktur
tersebut dapat memperindah penuturan.
B. Hubungan Stilistika Dengan Ilmu Linguistik

16
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. hlm. 34.

17
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa.hlm. 34.
18 Teguh Supriyanto, Kajian Stilistika dalam Prosa (Yogyakarta: Elmatera Publishing, 2014), hlm. 67.

19
Burhan Nurgiyantoro, Stilistika.hlm. 210.
9
Stilistika berkaitan erat dengan linguistik terutama dalam hal
kelahirannya. Stilistika sangat memperhatikan unsur-unsur ilmu bahasa dan cara
mengekspresikannya. Karena itu sebagian linguis menganggap stilistika ialah
bagian dari ilmu bahasa itu sendiri. Abu Sikkin menyebutkan bahwa diantara
ranah pembahasan linguistik ialah stilistika. Stilistika yang dimaksud ialah ilmu
yang mengkaji tentang variasi gaya bahasa dalam syair, prosa, pidato,
percakapan, tulisan, drama, kisah, debat, dan lain-lain. Ilmu ini juga mengkaji
variasi gaya bahasa yang digunakan pada suatu masa dan kelompok pengguna
bahasa tersebut sekaligus perkembangan, fakor-faktor yang mempengaruhi, dan
kaidah-kaidah yang menyertainya.20
Stilistika jelas memiliki hubungan yang erat dengan linguistik dan kritik
sastra. Stilistika sendiri memiliki model yang bermacam-macam meskipun sama-
sama bersandar pada titik kebahasaan. Ilmu ini mencoba untuk memisahkan diri
dari linguistik dengan memiliki metode kerja khusus, meskipun stilistika tetap
dilandaskan pada linguistik karena ilmu ini mendeskripsikan teks sesuai dengan
cara-cara yang diadopsi dari linguistik. Stilistika yang bersumber dari Barat ini
memiliki model yang beragam, diantaranya adalah stilistika ekspresif yang
dikembangkan oleh Charles Bally dan stilistika genetik yang dikembangkan oleh
Leo Spitzer.21
Senada dengan pendapat tersebut, menurut Qalyubi, stilistika bukanlah
hanya satu cabang dari linguistik. Stilistika ialah sebuah ilmu yang mandiri.
Meskipun demikian, kiranya lebih tepat bila stilistika dipandang sebagai ilmu
yang menjadi penyeimbang (berpadanan) pada ilmu bahasa. Motif nyata
kemunculan stilistika terselubung dalam perkembangan yang menyertai studi
linguistik. Perkembangan tersebut merupakan dasar studi stilistika.
Perkembangan yang terjadi dalam analisis linguistik meliputi dua hal, yaitu
munculnya filologi perbandingan dan lahirnya linguistik modern yang ditandai
dengan pemikiran Ferdinand de Saussure.
Filologi perbandingan merupakan ilmu yang mengaitkan bahasa dengan
pemikiran dan manusia dalam perspektif sejarah perbandingan. Lahirnya ilmu ini
merupakan perkembangan dari filologi, yakni cabang ilmu yang berfokus pada
analisis tentang fisik bahasa dan analisa terhadap unsur-unsurnya. Dengan
lahirnya filologi perbandingan ini, fokus ini kemudian beralih kepada sejarah
kata berdasarkan cara pengucapan, makna, dan bentuk penggunaannya yang
beragam dalam satu masa. Pada tahap ini, analisis atas kata tidak terpadu dengan
sebuah konsep tunggal; setiap kata dibahas secara terpisah dari kata lain. Ini
mengindikasikan seolah bagian-bagian dari bahasa terlepas dari yang lain.
Padahal semua unsur dalam sebuah bahasa saling berkaitan sehingga semestinya
unsurunsur bahasa bisa dikaji secara terpadu.

20
Abd al-Hamid Muhammad Abu Sikkin, al-Madkhal fī ’Ilm al-Lugah (Kairo: Kulliyah al-Lughah
alArabiyah bi al-Qahirah – Jami’ah al-Azhar, 2000), 11.
21
Muna Ghithas dkk, al-Naqd al-Adabī al-Ḥadīṡ (Kairo: Kulliyah al-Dirasat al-Islamiyah wa al-Arabiyah
li al-Banat bi al-Qahirah-Jami’ah al-Azhar bekerja sama dengan Maktabah al-Iman, 2019), 186.
10
Pada abad ke-20, Ferdinand de Saussure hadir dengan idenya untuk
memadukan bagian-bagian bahasa dalam satu konsep. Pada titik inilah,
perkembangan studi linguistik mempengaruhi stilistika hingga menjadi disiplin
yang mapan dan memiliki level analisis yang luas. de Saussure mengenalkan
pembedaan antara langue dan parole. Langue adalah sistem yang menetap dan
mengakar yang terbentuk dari kesepakatan sosial antar anggota kelompok
tertentu sehingga mereka bisa saling memahami. Sedangkan parole adalah
gambaran bahasa yang sebenarnya yang digunakan oleh orang tertentu dalam
kondisi tertentu. Penggunaan parole oleh semua anggota dalam satu masyarakat
tutur berkesesuaian dengan sistem umum dan karakter dasar langue. Namun
detail-detail parole berbeda lantaran perbedaan individu pengguna dan perbedaan
kondisi.22
Dengan kata lain, langue adalah kode atau sistem kaidah-kaidah bahasa
yang biasa dipergunakan oleh para penutur bahasa. Sedangkan parole adalah
penggunaan atau pemilihan sistem tersebut secara khas oleh penutur bahasa atau
penulis dalam situasi tertentu. Dari pengertian ini, style lebih mendekati parole.
Dari pengertian ini, tampak adanya dua aspek yang sangat mencolok dalam
kajian stilistika, yaitu aspek estetik dan aspek linguistik. Aspek estetik berkaitan
dengan cara khas yang digunakan oleh penutur bahasa atau penulis karya sastra,
sedang aspek linguistik berkaitan dengan ilmu dasar dari stilistika itu
sendiri.23Dengan konsep di atas, de Saussure telah memberi fokus pada kondisi
pembicara dan kondisi lawan bicara dalam menggunakan bahasa yang sesuai
dengan situasi kondisi keduanya dalam studi linguistik. Bahkan, kemungkinan
bagaimana bahasa yang digunakan bisa mencerminkan karakteristik
pembicaranya serta bisa mencirikan seseorang, sebuah masyarakat, dan suatu
masa. Tidak diragukan lagi, pendekatan yang dikemukakan oleh de Saussure
telah berperan penting dalam mengalihkan objek analisis linguistik. Hal ini
memengaruhi stilistika sehingga berkembang dan menjadi mapan.

22
Qalyubi, ’Ilm al-Uslūb: Stilistika Bahasa dan Sastra Arab.hlm. 23–25
23
Muzakki, Stilistika Al-Qur’an: Memahami Karakteristik Bahasa Ayat-Ayat Eskatologi,hlm. 40.
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwasanya ilmu uslun sebuah metode yang
digunakan untuk membedakan antara apa yang diucapkan dan bagaimana
pengucapannya, atau antara konten dan bentuk, konten disini juga bisa disebut
informasi atau massage atau makna yang disampaikan Penutur atau penulis
perlu memperhatikan cara di dalam menyusun kata-kata untuk mengungkapkan
fikiran, suatu tujuan, dan makna kalamnya diantaranya dengan menkaji uslub.
uslub terdiri dari tiga hal, yaitu cara, lafadz/bahasa dan makna. Sedangkan
dalam prespektif keilmun studi ilmu uslub/gaya bahasa disebut uslubiyyah/Ilm
al-uslub atau atau dapat menyebutnya dengan istilah stilistika.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan rinci dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abu Sikkin, Abd al-Hamid Muhammad. al-Madkhal fī ’Ilm al-Lugah. Kairo: Kulliyah
al-Lughah al-Arabiyah bi al Qahirah-Jami’ah Al-Azhar 2000.

Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani’ah, Kamus Istilah Sastra Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum.Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994.

Ghithas, Muna, dkk. al-Naqd al-Adabī al-Ḥadīṡ. Kairo: Kulliyah al-Dirasat al-
Islamiyah wa al-Arabiyah li al-Banat bi al-Qahirah-Jami’ah al-Azhar bekerja
sama dengan Maktabah al-Iman, 2019.

Keraf,Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Muzakki, Stilistika Al-Qur’an: Memahami Karakteristik Bahasa Ayat-Ayat


Eskatologi.

Pradopo, Racmad Dioki. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press, 2012.

Qalyubi, Syihabuddin. ’Ilm al-Uslūb: Stilistika Bahasa dan Sastra Arab. Yogyakarta:
IdeaPress Yogyakarta, 2017.

Qalyubi, Syihabuddin. Stilistika Kisah Ibrahim AS dalam al-Qur’an, dalam Disertasi


Ilmu Agama Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2006.

Ratna, Nyoman Kutha. , Estetika Sastra, dan Budaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2007

Satoto, Soediro. Stilistika.Surakarta: STSI Pess, 1995.

Sujiman, Panuti. Bunga Rampai Stilistika.Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.

Supriyanto,Teguh. Kajian Stilistika dalam Prosa Yogyakarta: Elmatera Publishing,


2014.

13
14

Anda mungkin juga menyukai