Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Asal-Usul Bahasa

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Lughah

Dosen Pengampu: Dr. Ade Nandang S M.Ag.

Disusun oleh:
Kelompok 3

Alwi Zakhratunisa 1202030010


Annisau Nabilah 1202030014
Dhanny Muharram Al-Bandaniji 1202030030

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya milik Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya kita semua masih bisa bernafas hingga detik ini untuk senantiasa
memperbaiki diri dan terus menjalankan kewajiban-Nya, Tidak lupa solawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Asal-Usul Bahasa” Alhamdulillah dapat


diselesaikan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat. Selain itu, penulis juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah
ini.

Penulis menyadari makalah bertema Pendidikan ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Penulis menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat disampaikan. Akhir kata, semoga makalah Asal-Usul


Bahasa ini dapat bermanfaat.

Bandung, 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------------- 3
BAB I------------------------------------------------------------------------------------------------------- 4
PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------------ 4
1.1 Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------------4
1.2 Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------------4
1.3 Tujuan Masalah-------------------------------------------------------------------------------4
BAB II------------------------------------------------------------------------------------------------------ 5
PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------------------------- 5
1.4 Definisi Bahasa-------------------------------------------------------------------------------- 5
1.5 Fase dan Teori Asal-Usul Bahasa----------------------------------------------------------5
1.5.1 Divine Origin Phase---------------------------------------------------------------------5
1.5.2 Organic Phase---------------------------------------------------------------------------- 6
A. Teori Tekanan Sosial-------------------------------------------------------------------6
B. Teori Onomatopetik atau Ekoik------------------------------------------------------6
C. Teori Interjeksi--------------------------------------------------------------------------6
D. Teori Nativistik atau Teori ding-dong-----------------------------------------------7
E. Teori ’Yo-He-Ho’------------------------------------------------------------------------- 7
F. Teori Isyarat/Gesture Theory--------------------------------------------------------7
G. Teori Permainan Vokal-----------------------------------------------------------------7
H. Teori Kontrol Sosial---------------------------------------------------------------------7
I. Teori Kontak-------------------------------------------------------------------------------- 8
J. Teori Hockett-Ascher---------------------------------------------------------------------8
1.6 Teori Asal-Usul Bahasa dalam Literatur Islam------------------------------------------8
1.6.1 Ibnu Jinny (320-392 H)----------------------------------------------------------------9
1.6.2 Ibnu Faris (329-395 H)---------------------------------------------------------------10
BAB III---------------------------------------------------------------------------------------------------- 10
PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------ 10
1.7 Kesimpulan----------------------------------------------------------------------------------- 10
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------------------12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aristoteles mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran serta
perasaan manusia. Dengan kata lain, pikiran mempengaruhi bahasa karena
pikiranlah maka bahasa itu terdapat. Menurut Leonard Bloomfield (ahli linguistik
struktural) bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat sewenang-
wenang yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama dan
berinteraksi. Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari makhluk lain( Nababan, 1984: 1). Bahasa membuat manusia
menjadi makhluk yang bermasyarakat karena bahasa ialah sarana komunikasi
untuk menyampaikan pesan, ide- ide, keinginan, dan perasaan dari pembicara
kepada lawan bicara.
Asal mula bahasa telah menjadi topik perdebatan para ahli sepanjang beberapa
abad. Meski begitu, tidak ada kesepakatan umum mengenai kapan serta umur
bahasa manusia secara pasti. Bahasa yang kita tahu saat ini ini merupakan produk
masyarakat masa lampau yang dipelihara, dikembangkan, serta diwariskan secara
turun- temurun. Bahasa berkembang serta tumbuh sejalan dengan masyarakat
serta budaya penuturnya. Kapan bahasa itu lahir dan bagaimana awal
kelahirannya. Asal mula bahasa tersebut tidak dapat ditentukan secara pasti
karena bahasa tidak diciptakan oleh seseorang atau kelompok orang. Siapa yang
menciptakan bahasa itu? Tidak seorang pun yang tahu dengan pasti dan tidak
dapat ditelusuri kejelasannya. Para pakar berupaya menyuguhkan beberapa
hipotesis serta teorinya.
Salah satu permasalahan yang membuat topik ini sangat sulit dikaji adalah
minimnya bukti langsung. Sebab tidak adanya data tertulis mengenai bagaimana
timbulnya bahasa umat manusia dahulu kala, maka telah dilontarkan berbagai
macam teori mengenai perihal itu. Teori yang ada itu secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam dua fase yaitu pertama, divine origin phase atau fase
berdasarkan kedewaan, kepercayaan, mistik, takhyul, dan kedua, organic phase
atau fase organis. teori-teori inilah yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Pengertian dan definisi Bahasa
2. Fase dan Teori Asal-usul Bahasa
3. Apa saja teori asal-usus bahasa menurut literatur Islam?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah yang penyusun dapat
simpulkan yakni:
1. Memahami dan mengetahui pengertian dan definisi bahasa
2. Mengetahui dan mengerti fase dan teori-teori bagaimana lahirnya bahasa dan
asal-usulnya.
3. Dapat mengetahui asal-usul sejarah menurut literatur Islam

BAB II

PEMBAHASAN

Asal mula bahasa sudah menjadi topik perdebatan para ahli sepanjang beberapa
abad. Meski begitu, tidak ada kesepakatan umum mengenai kapan serta umur
bahasa manusia secara pasti. Bahasa yang kita tahu saat ini merupakan produk
masyarakat masa lampau yang dipelihara, dikembangkan, serta diwariskan
secara turun- temurun. Bahasa berkembang serta tumbuh sejalan dengan
masyarakat serta budaya penuturnya. Kapan bahasa itu lahir dan bagaimana
awal kelahirannya.

1.4 Definisi Bahasa

Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi/berkomunikasi.
Sedangkan Definisi bahasa menurut Aristoteles adalah alat untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Definisi Aristoteles ini
menunjukkan bahwa bahasa itu baru ada ketika ada sesuatu yang ingin
diungkapkan, yaitu pikiran atau perasaan. Dengan kata lain pikiran
mempengaruhi bahasa, karena pikiranlah bahasa itu ada.
Bahasa membuat manusia menjadi makhluk yang bermasyarakat karena bahasa
merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan, ide- ide, keinginan,
dan perasaan dari pembicara kepada lawan bicara.
Menurut Ibnu Jinni (391 H), bahasa adalah bunyi yang diungkapkan oleh setiap
kaum untuk menyatakan tujuannya.
W.J.S. Poerwodarminta dalam kamusnya memberikan batasan bahasa, yaitu; a)
Sistem dari pada lambang tanda yang berupa bunyi (bunyi bahasa) yang dipakai
orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan) perkataan-perkataan yang
dipakai oleh suatu bangsa ( suku bangsa, negara daerah, dsb.)
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, bahasa adalah
sistem simbol yang arbitrer yang memiliki makna, merupakan alat komunikasi
manusia, untuk menuangkan emosi serta merupakan sarana perwujudan pikiran
manusia untuk mencari hakikat kebenaran dalam hidupnya, berlandaskan pada
budaya yang mereka miliki bersama.
Bahasa itu bersifat arbitrer atau manasuka. Maksudnya adalah bahwa tidak ada
hubungan langsung antara lambang dengan yang dilambangkannya. Sebagai
contoh, kata gajah melambangkan seekor binatang besar berkaki empat dan
memiliki belalai serta gading. Kita tidak bisa menjelaskan mengapa binatang
tersebut disebut gajah, tidak disebut gajih atau gujah. Dengan kata lain,
pemberian nama terhadap suatu benda itu dilakukan sesukanya. 

Hal ini menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat manasuka tergantung penutur
atau pengguna bahasanya.  
Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Makna
sebuah kata tergantung dari konvensi (kesepakatan) masyarakat bahasa yang
bersangkutan (Keraf, 2004: 2). Tanpa bahasa, komunikasi tidak akan berjalan
dengan baik
secara garis besar asal-usul bahasa dapat dikelompokkan ke dalam dua fase
yaitu pertama, divine origin phase atau fase berdasarkan kedewaan,
kepercayaan, mistik, takhyul, dan kedua, organic phase atau fase organis.

1.5 Fase dan Teori Asal-Usul Bahasa

1.5.1 Divine Origin Phase (fase berdasarkan kedewaan, kepercayaan,


mistik, takhyul)
Fase ini berlangsung sebelum abad ke 18. Pada fase ini, manusia masih
dianggap memiliki kebudayaan primitif. Menurut teori antropologi,
kebudayaan primitif lebih banyak meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa, Nabi
dan sejenisnya dalam permulaan sejarah berbahasa manusia.
karena itulah, asal usul bahasa berdasarkan hal ini sering dianggap hanya
sekadar cerita rekaan oleh para ilmuwan modern. Cerita tentang asal
bahasa banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Bahkan, hampir
setiap daerah sebenarnya memiliki cerita tentang ini.
1.5.2 Organic Phase (fase organis)

Organic Phase atau fase organis dimulai pada akhir abad ke 18.
Pada fase ini spekulasi tentang asal-usul bahasa berpindah dari wawasan
keagamaan, mistik, dan takhyul ke alam baru yang disebutnya sebagai alam
organis. Pengutamaannya adalah berdasarkan pada logika dan hasil
observasi terhadap kenyataan bahasa yang ada. Hasilnya pun relatif lebih
akurat dan lebih dapat diterima oleh akal sehat karena mengandung nilai
keilmiahan.
Pada fase ini ada beberapa teori tentang asal usul bahasa yang
dikemukakan oleh para pakar. Terdapat 10 teori tentang asal usul bahasa
dalam fase organis.
A. Teori Tekanan Sosial
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, seorang filsuf berkebangsaan
Skotlandia. Beliau berpendapat bahwa, bahasa timbul karena adanya
kebutuhan untuk saling memahami antar manusia primitif di masa pra
sejarah dulu. Jika mereka ingin mengungkapkan sesuatu, maka mereka
mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.
Teori ini menganggap bahwa bahasa timbul karena adanya tekanan sosial
yang memaksa manusia untuk menciptakan bunyi-bunyi untuk objek yang
dijumpainya atau sesuatu yang dilakukan.
B. Teori Onomatopetik atau Ekoik
Teori Ekoik atau teori onomatopetik merupakan spekulasi asal usul bahasa
menurut J.G. Herder. Teori ini menyatakan bahwa objek diberi nama sesuai
dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh objek tersebut (bisa suara binatang
ataupun suara-suara alam).
Sebagai contoh, hewan tokek karena bersuara "tokekk" maka binatang
tersebut dinamai sesuai dengan suaranya. Berawal dari hal ini, dalam bahasa
Indonesia terdapat beberapa istilah kata seperti berkokok dan mencicit.
Teori ini disebut juga teori bow-bow.
C. Teori Interjeksi atau Pooh-Pooh
Teori ini disampaikan oleh Etienne Bonnet Condillac. Menurut pendapat dari
Etienne, teori yang satu ini berawal dari dugaan bahwa bahasa lahir dari
ujaran- ujaran secara insting atau instingtif karena tekanan-tekanan batin,
karena perasaan-perasaan mendalam, dan karena rasa sakit yang dialami
manusia. Misalnya saja perasaan jijik atau jengkel diucapkan dengan
mengeluarkan udara dari hidung dan mulut. Bunyi yang dikeluarkan seperti
poh atau pish. Teori ini disebut juga dengan teori pooh-pooh.
Contoh lain, ketika kamu menemukan suatu benda yang kotor atau
sesuatu menjijikkan maka secara spontan langsung terlontar kata "ihh!". Jadi
hal tersebut menandakan bahasa lahir dari adanya rasa sakit, tekanan-
tekanan batin, perasaan yang mendalam seorang manusia. Teori ini menjadi
cikal bakal kata-kata yang digolongkan ke dalam Interjeksi atau tanda seru.
D. Teori Nativistik atau Teori ding-dong
Teori ini dirumuskan oleh Max Muller, seorang linguis Jerman. Teori ini
berasumsi bahwa setiap barang akan memberi reaksi tertentu jika ada suatu
stimulus atau dipukul. Reaksi itu pada manusia separuhnya berbentuk vokal.
Teori Mü ller ini disebut dengan teori ding-dong.
E. Teori ’Yo-He-Ho’
Teori ini dikemukakan oleh seorang sarjana filologi Prancis, Noiré. Menurut
teori Yo-he-ho, bahasa pertama lahir dalam suatu kegiatan sosial. Dahulu,
kelompok orang primitif bekerja sama secara sosial sehingga pada kegiatan
mereka lahirlah bahasa. Sama seperti saat kita mendorong mobil bersama-
sama maka kita terdorong mengeluarkan ucapan bersama (1, 2, 3,..). Orang
primitif juga demikian, saat mereka bekerja maka pita suara mereka bergetar
dan melahirkan ucapan khusus untuk setiap tindakan. Ucapan tersebut
kemudian menjadi sebuah penamaan atas tindakan-tindakan yang dilakukan.
F. Teori Isyarat atau Gesture Theory
Teori ini diajukan oleh Wilhelm Wundt, seorang psikolog ternama abad ke-
19. Teori isyarat ini didasarkan pada hukum-hukum psikologi yang
diciptakan Wundt. Teori ini beranggapan bahwa tiap perasaan manusia
mempunyai bentuk ekspresi yang khusus. Bila diamati dengan cermat, maka
tiap ekspresi akan mengungkapkan perasaan tertentu yang dialami oleh
seseorang dan dapat dikomunikasikan dengan orang lain.
G. Teori Permainan Vokal
Teori ini menyimpulkan bahwa bahasa primitif menyerupai bahasa anak-
anak sebelum mereka merangkai bahasanya seperti bahasa orang dewasa.
Menurut teori ini bahasa manusia pada mulanya berwujud dengungan dan
senandung yang tak berkeputusan yang tidak mengungkapkan apa pun. Sama
seperti suara senandung orang tua untuk membuai dan menyenangkan
seorang bayi. Bahasa timbul dari permainan vokal.
H. Teori Kontrol Sosial
Teori ini beranggapan bahwa bahasa adalah media utama yang
memungkinkan manusia bekerja sama. Dengan demikian, bahasa adalah alat
untuk melakukan kontrol sosial terhadap tingkah laku manusia. Oleh karena
itulah, bahasa itu mula-mula muncul untuk membantu manusia bekerja sama
dalam mencapai tujuan. Kontrol sosial itu dapat berupa meminta
pertolongan, membantu sesama, bekerja bersama, melindungi diri dan
kelompok, dan lain sebagainya.
Pada manusia, kontrol sosial itu diwujudkan dengan bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alat-alat ucapnya yang sudah lebih sempurna dan dilatih
sehingga lentur. Selain itu, otak manusia yang berkembang akhirnya
membantu mereka menciptakan suatu tanda bahasa yang nyaris sempurna
untuk kegiatan komunikasi sosial tersebut.
I. Teori Kontak
Menurut teori ini, bahasa itu muncul karena adanya keinginan pada manusia
untuk mengadakan kontak yang tak terbatas. Kontak itu dibedakan atas tiga
jenis yaitu (1) kontak spasial (kontak karena kerapatan fisik), (2) kontak
emosional, (3) kontak intelektual.
J. Teori Hockett-Ascher
Teori ini dikembangkan oleh Charles F. Hockett dan Robert Ascher. Mereka
ini menyintesiskan beberapa penelitian para ahli, seperti penelitian
antropologi, arkeologi, fosil-fosil secara geologis, dan lain-lainnya lagi.
Pada prinsipnya, para ahli menerima bahwa makhluk yang disebut proto
hominoid sudah memiliki semacam “bahasa” sebagai alat komunikasi. Sistem
komunikasinya itu disebut call atau panggilan.
Proto hominoid itu tidak mampu berbicara. Mereka menggunakan sistem
komunikasi atau call yang sederhana, yang hanya terdiri dari enam tanda
distingtif atau pembeda. Keenam sistem call atau panggilan itu adalah :
1. call untuk menandakan adanya makanan,
2. call untuk menyatakan adanya bahaya,
3. call untuk menyatakan persahabatan atau keinginan untuk
bersahabat,
4. call untuk menyatakan kebutuhan akan perlindungan keibuan,
5. call yang tidak mempunyai arti dan hanya menunjuk di mana gobbon
atau jenis proto hominoid itu berada; call ini berfungsi untuk menjaga
agar anggota kelompok tidak terpisah terlalu jauh ketika mereka
bergerak di antara pohon-pohonan.

1.6 Teori Asal-Usul Bahasa dalam Literatur Islam


Dalam tulisan ini akan disajikan teori asal-usul bahasa menurut ulama muslim
yang diambil dari dua kitab ulama bahasa yaitu kitab al-khashaaish (tth: 40-48)
karya Ibnu Jinny (320-392 H) dan kitab Al-Shâ hiby fi Fiqh al-Lughah wa Sunan
al-‘Arab fi Kalâ mihâ karya Ibnu Faris (329-395 H).

1.6.1 Ibnu Jinny (320-392 H)


Ibnu Jinny adalah seorang ahli nahwu (tatabahasawan) Arab periode
terakhir Bagdad. Nama lengkapnya Abu al-Fath Utsman bin Jinny. Ia
dilahirkan di Maushal pada tahun 330 H. Pandangan tentang teori asal-usul
bahasa dari Ibnu Jinny, diambil dari kitab al-khashaaish (tth: 40-48), bab:
al-qawl ‘al-ashli al-lughah a’ilhaamun am ishthilaahun (Pandangan tentang
Asal-usul bahasa, apakah terjadi secara ilham atau ishtilah)
Suatu hari Abu ‘Ali al-Farisi (288-377 H.) berkata kepadaku, bahwa:”
Bahasa itu berasal dari Allah.” Pandangannya itu merujuk pada firman
Allah swt. :”Allah telah mengajarkan Adam semua nama-nama.” (Q.S. al-
baqarah:31) Dengan begitu -menurutnya- tidak akan ada lagi pertentangan.
Menurut Ibnu Jinny ayat di atas dapat ditafsirkan dengan: bahwa Adam
diberi kemampuan oleh Allah untuk menciptakan bahasa. Jika pendapatnya
ini bisa diterima, maka pandangan Abu ‘Ali di atas gugur.
Namun pada kesempatan lain Abu ‘Ali pun berpendapat sama seperti yang
ibnu jinny ungkapkan ini. Pendapat ibnu jinny ini juga didukung oleh Abu
al-Hasan al-Rummany (396-484 H.) yang mengatakan bahwa bahasa itu
diciptakan (tawadhu’un) atas kemampuan yang diberikan Allah pada
manusia.
Abu al-Hasan menafsirkan ayat di atas, sebagai berikut:
”Allah swt telah mengajarkan Adam, nama-nama semua makhluk dengan
semua bahasa, yaitu bahasa Arab, Persia, Suryani, Ibrani, Romawi dan
bahasa-bahasa lain. Dengan begitu Adam serta anak-cucunya berbicara
dengan bahasa-bahasa itu. Kemudian anak-cucunya berpencar ke penjuru
dunia. Tiap anak-cucu dibekali dengan satu bahasa. Yang tadinya semua
anak-cucu menguasai semua bahasa, tapi karena (jarak) dan waktu yang
cukup jauh, maka akhirnya tiap keturunan hanya menguasai satu bahasa
saja.”
Ada kelompok yang berpendapat bahwa muwadha’ah
pada awalnya harus dengan bukti (musyahdah) dan penunjukan (iimaa)
langsung pada benda yang disebut. Dengan demikian tidak bisa dikatakan
bahwa Allahtelah membantu seseorang untuk melakukan kreatifitas
(muwaadha’ah). Karena muwadha’ah itu harus ada penunjukan (iimaa)
dengan anggota badan. Sedangkan Allah tidak demikian. Oleh karena itu
maka mengatakan bahwa Allah melakukan muwdha’ah menjadi gugur.
Namun bisa saja Allah yang telah menurunkan bahasa hambanya dengan
cara muwadha’ah itu dengan berfirman: ”Apa yang telah kamu sekalian
ungkapkan dengan istilah ini, maka ubahlah dengan istilah ini. Dan apa
yang engkau namakan dengan kata ini. Maka sekarang gantilah dengan kata
ini.” Ini memang mungkin.
Sebagian kelompok ada yang berpendapat bahwa asal bahasa adalah dari
‘suara’ (ashwaat) yang didengar. Lalu dari suara-suara itu lahirlah bahasa
manusia. Menurut ibnu jinny pendapat ini ada benarnya dan dapat
diterima.
Setelah sekian lama ibnu jinny merenung, maka kedua belah pihak, baik
yang berpandangan bahwa bahasa itu muwadha’ah ataupun tauqqify,
kedua-duanya bisa diterima. Dan ibnu jinny adalah orang yang berada di
antara keduanya.

1.6.2 Ibnu Faris (329-395 H)


Nama lengkapnya Abu alHusein Ahmad bin Faris bin Zakariya bin
Muhammad bin Habib. Ia seorang linguis Arab yang lahir pada 329 H. dan
wafat 395 H di Ray pada bulan Shafar.
Pandangan Ibnu Faris tentang asal-usul bahasa pada tulisan ini diambil
dari kitabnya Al-Shâ hiby fi Fiqh al Lughah wa Sunan al-‘Arab fi Kalâ mihâ
(1993).
Ibnu Faris berpendapat bahwa bahasa Arab itu pada mulanya tauqqify.
Sebagai dalilnya adalah firman Allah swt: ”Allah telah mengajari Adam
semua nama-nama.” (Q.S. al-baqarah:31)
Ibnu Abbas berkata: ”Maksudnya Allah telah mengajari Adam semua nama-
nama yang diketahui manusia, seperti nama binatang, bumi, rawa, gunung,
keledai dan sebagainya.”
Jadi, bahasa pada mulanya adalah dari Allah yang terjadi secara tauqqify
atau lewat wahyu dan ilham. Hal ini didasarkan firman-Nya dalam surat al-
Baqarah ayat 31.

BAB III

PENUTUP

1.7 Kesimpulan

Bahasa adalah sistem simbol yang arbitrer yang memiliki makna, merupakan alat
komunikasi manusia, penuangan emosi manusia serta merupakan sarana perwujudan
pikiran manusia untuk mencari hakekat kebenaran dalam hidupnya, berlandaskan
pada budaya yang mereka miliki bersama.

Teori asal-usul bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua fase. Fase pertama
yaitu fase yang berkembang sebelum abad ke 18. Fase ini disebut fase kedewaan atau
lebih dikenal dengan Divine origin phase. Fase ini dipengaruhi oleh kebudayaan
primitif. Pada fase ini, manusia lebih banyak meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa,
Nabi dan sejenisnya dalam perkembangan bahasa. Dengan dasar kepercayaan seperti
itu, maka asal-usul bahasa selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat gaib kadang-
kadang juga tidak masuk akal menurut pola pikir manusia modern. Fase ke dua adalah
fase organis atau organic phase. Fase ini dimulai pada akhir abad ke 18. Pada fase ini,
spekulasi tentang asal-usul bahasa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, tahyul
menuju alam baru yang disebut alam organis. Teori asal-usul bahasa yang muncul
pada fase ini didasarkan pada pola berpikir logis dengan mendasarkan diri pada
pengamatan.

Pada fase organis ini muncul beberapa teori asal-usul bahasa, yaitu teori tekanan
sosial, teori ekoik, teori interjeksi, teori nativistik, teori yo-he-ho, teori isyarat dan
teori permainan vokal, teori kontrol sosial, teori kontak dan teori Hocket-Asher.
Sedangkan dalam literatur Islam terdapat pendapat yang dikemukakan oleh ibnu
jinny yang berpandangan bahwa bahasa itu berasal dari muwadha’ah ataupun
tauqqify. Dan sedangkan menurut Ibnu Faris bahasa pada mulanya adalah dari Allah
yang terjadi secara tauqiify atau lewat wahyu dan ilham. Hal ini didasarkan firman-
Nya dalam surat al-Baqarah ayat 31.
DAFTAR PUSTAKA

Nandang, Ade, dan Abdul Kosim. 2018. Pengantar Linguistik Arab. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Taufiq, Wildan. 2016. "TEORI ASAL-USUL BAHASA DALAM LITERATUR. ISLAM
KLASIK". Jurnal al-Tsaqafa Volume 13, No. 01, Januari.
Thariq Aziz, Muhammad. “ASAL USUL BAHASA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
DAN SAINS MODERN”. Jurnal Kependdidikan.
https://www.ayo-berbahasa.id/2019/03/teori-kemunculan-bahasa.html?m=1
https://pdfcoffee.com/03-linguistik-arab-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai