Anda di halaman 1dari 28

MACAM-MACAM TES BAHASA

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah
Taqwim wa Ikhtibar

Oleh :

1. Moch. Abdul Rochman (D22216092)


2. Asma Nafiesatinnaja (D22216093)
3. Nur Hidayatun Na’imah (D92217066)
4. Qothrunnada (D92217030)
5. Rifatun Naqo (D92217071)

Dosen Pengampu :
Dr. M. Baihaqi, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan
rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Taqwim wa
Ikhtibar. Adapun topik yang di bahas di dalam makalah ini adalah
mengenai”Macam-macam Tes Bahasa”.
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan
kualitas pembelajaran. Hal tersebut disebabkan adanya perkembangan teknologi
dalam bidang pendidikan yang menuntut efisiensi dan efektivitas dalam
pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang optimal,
salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mengurangi bahkan jika perlu
menghilangkan dominasi sistem penyampaian pelajaran yang bersifat verbalistik
dengan cara menggunakan media pembelajaran.
Sehubungan dengan adanya evaluasi dalam suatu kegiatan pembelajaran,
para tenaga pengajar atau pendidik perlu cermat dalam penentuan atau penetapan
model evaluasi pembelajaran yang akan digunakannya. Kecermatan dan
ketepatan dalam pemilihan bentuk tes akan menunjang efektivitas kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ustad Dr. M. Baihaqi, MA
sebagai dosen Mata Kuliah Taqwim wa Ikhtibar sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkonstribusi untuk tersajinya makalah ini.

Surabaya, 22 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
A. Pengertian Tes...……….................................................................................3
B. Pengertian Tes Bahasa………. .................................................................... 3
C. Fungsi Tes .................................................................................................... 4
D. Jenis-Jenis Tes .............................................................................................. 5
E. Ciri-ciri Tes yang baik......……………………….. ................................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................


A. Kesimpulan ................................................................ ……………………22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap makhluk hidup memiliki keberbedaan antara individu satu
dengan yang lainnya, baik dalam segi fisik maupun psikis. Hal itu
merupakan bukti kebesaran Allah SWT atas segala ciptaanNya. Dalam
dunia pendidikan seperti halnya perbedaan karakteristik dan kemampuan
yang dimiliki oleh setiap peserta didik dalam memahami dan menyikapi
pelajaran yang mereka terima. Adanya perbedaan tersebut menentukan
berhasil tidaknya mereka dalam nmenjalankan tugas maupun kewajiban
mereka dalam belajar, sehingga dapat berakibat dan berbepangur dalam
prestasi belajar yang peserta didik capai.
Seiring dengan keberbedaan itu, maka perlu diciptakan atat untuk
mengukur kemampuan dan hasil belajar setiap peserta didik. Alat
pengukur itulah yang lazim disebut dengan tes. Dengan menggunakan tes,
setiap guru akan berhasil mengetahui adanya perbedaan kemampuan
maupun pemahaman terhadap hasil belajar yang telah dilakukan setiap
individu dari peserta didik. Karena ada pula perbedaan aspek psikis yang
membedakan setiap individu, maka kemudian muncul pula bermacam-
macam bentuk tes. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang tes
dan macam-macamnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tes?
2. Apa pengertian tes bahasa serta fungsinya?
3. Apa saja jenis-jenis tes?
4. Apa ciri-ciri tes yang baik?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tes.
2. Mengetahui pengertian tes bahasa dan fungsi-fungsinya

1
3. Mengetahui jenis-jenis tes bahasa
4. Mengetahui apa saja ciri-ciri tes bahasa yang baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa perancis kuno :
testum yang artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam
artian (dengan menggunakan piring, kita dapat memperoleh logam-logam
yang mulia yang nilainya sangat tinggi). Dalam bahasa inggris biasa
disebut dengan test yang artinya tes, ujian, atau percobaan. Sedang dalam
bahasa arab biasa kita menyebutnya : ‫اإلمتحان‬.1
Ada pula istilah lain yang berkaitan dengan uraian di atas yaitu :
test, testing, tester dan testee, yang masing-masing memiliki arti yang
berbeda.
 Test adalah instrument/alat yang digunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian
 Testing berarti saat melakukan tes atau peristiwa berlangsungnya
pengukuran da penilaian
 Tester adalah orang yang melakukan tes, atau eksperimentor yaitu
orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen)
 Testee merupakan bentuk mufrod, sedangkan jamaknya adalah
testees yaitu pihak yang sedang dikenai tes (peserta tes, peserta
ujian) atau pihak yang dikenai percobaan (tercoba).

Menurut Anne Anatasi dalam karya tulisnya yang berjudul


Psychological Testing, memaparkan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis/tingkah lakuindividu. Sedangkan menurut
F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang

1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal.
66

3
diberikan kepada individu maupun kelompok individu dengan tujuan
untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan lainnya.2

B. Pengertian tes bahasa


Dalam kehidupan sehari-hari bahasa merupakan alat komunikasi
yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.
Dalam dunia pendidikan, selain menjadi alat berkomunikasi bahasa
merupakan salah satu unsur mata pelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik. Misalnya mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa arab,
bahasa inggris, dan bahasa lainnya.
Menurut Djiwandono (2008:12) Tes bahasa adalah alat atau
prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian serta evaluasi pada
umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran
terhadap kemampuan bahasa seperti, mendengar, berbicara, membaca dan
menulis.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes bahasa adalah
instrumen atau alat yang digunakan dalam mengukur, menilai dan
mengevaluasi kemampuan peserta didik dalam berbahasa sehingga dapat
di ketahui dengan jelas sejauhmana tingkat penguasaan bahasa dari setiap
pesrta didik. Pengukuran kemampuan berbahasa meliputi kemampuan
mendengar (Istima’). Berbicara (kalam), membaca (qiro’ah), dan menulis
(kitabah).

C. Fungsi tes
Secara umum, fungsi tes ada dua macam yaitu:
 Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Meliputi: tingkat
pengembangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu.

2
Ibid., hal. 67

4
 Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, karena
melalui tes akan dapat diketahui sudah sejauh mana program
pengajaran yang telahditntukan dapat tercapai.3

Dalam bahasa sendiri tes memiliki fungsi yaitu untuk mengetahui tingkat
kemampuan dan perkembangan peserta didik dalam berbahasa.

D. Jenis-jenis tes
Dari latar belakang pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat
dikelompokkan menurut kriteria seperti dibawah ini:4
1. Tujuan penyelenggaraan
2. Tahapan atau waktu penyelenggaraan
3. Cara mengerjakan
4. Cara penyusunan
5. Jumlah peserta
6. Bentuk jawaban
7. Cara penilaian
8. Acuan penilaian
9. Aspek bahasa yang diukur
10. Pandangan terhadap bahasa
Uraian dan perincian tentang masing-masing jenis teks bahasa
Berdasarkan berbagai kriteria itu disajikan di bawah ini:
1. Kriteria tujuan penyelenggaraan
a. Tes seleksi (‫)اإلمتحان اإلنتخابى‬
Tes bahasa sebagai tes seleksi adalah teks yang diselenggarakan untuk
memilih peserta yang memenuhi persyaratan, guna diikutsertakan dalam
suatu kegiatan yang menuntut kemampuan berbahasa tertentu. kegiatan itu
dapat berupa program pendidikan, pemberian pekerjaan dan penempatan,
pengiriman ke luar negeri, dan sebagainya.
b. Tes penempatan

3
Ibid.
4
Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Dalam Pengajaran, ( Bandung: ITB, 1996), hal. 16.

5
Tes penempatan pada umumnya diselenggarakan menjelang
dimulainya suatu program pengajaran bahasa, dengan maksud untuk
menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat
kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Dengan ini dimaksudkan agar
dalam mengikuti pengajaran bahasa, ia (peserta didik) berada dalam
kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang kira-kira sama dengan
tingkat kemampuannya, dengan demikian dalam mengikuti pengajaran
bahasanya, ia tidak tertinggal dari teman-teman sekelompoknya.
Atas dasar hasil tes penempatan, peserta pengajaran bahasa dapat
terbagi atas kelompok pemula atau dasar, kelompok menengah, dan
kelompok lanjut. Tes bahasa untuk maksud penempatan dapat berupa tes
kemampuan berbahasa umum, yang melipiti lebih dari satu jenis
kemampuan berbahasa atau komponen bahasa, seperti kemempuan
menyimak dan memahami bacaan, disamping tatabahasa.
c. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar diselenggarakan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh suatu bentuk pengajaran bahasa. Hasil tes yang di ungkap
melalui tes hasil belajar dapat mengacu kepada hasil pengajaran secara
keseluruhan pada akhir penyelenggaraan, atau sebagian saja dari padanya.
Tes ini menitikberatkan pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu
bentuk pengajaran yang memiliki kaitan erat dengan apa yang telah
diajarkan.
Dalam pengajaran bahasa, tes hasil belajar dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang tingkat kemampuan berbahasa yang telah
dapat dikembangkan melalui pengajaran bahasa.
d. Tes diagnostik (‫)اإلمتحان الفحصى‬
Dalam mengikuti pengajaran, siswa sering kali menemui berbagai
kesulitan dalam belajar, Demikian pula dalam mengikuti pengajaran
bashasa. Kesulitan belajar itu tercermin pada penggunaan bahasa yang
mengandung kesalahan, atau menyimpang dari kaidah-kaidah penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Kesulitan-kesulitan itu akan terlihat pada saat

6
mengerjakan tes bahasa, khususnya kesalahan yang bersifat mendasar dan
ajeg, yang tidak terjadi sekedar sebagai suatu kekhilafan.
Kesalahan-kesalahan yang menandakan adanya kesulitan belajar
bahasa semacam itu, bahkan dapat diperoleh secara sengaja dan terencana
dengan menyelenggarakan tes yang disusun khusus untuk maksud itu. Tes
bahasa tersebut dikenal sebagai tes diagnostik. Hasil tes diagnostik
digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran bahasa yang lebih
sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan
belajarnya.
e. Tes uji coba
Tes uji coba adalah tes yang diselenggarakan untuk mengetahui apakah
suatu perangkat tes bahasa yang masih dalam tahap penyusunan, memiliki
ciri-ciri tes yang baik dalam artinya yang luas. Melalui tes uji coba ini
diharapkan dapat diperoleh sejumlah informasi, tidak hanya tentang ciri-
ciri tes yang penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan
tingkat pembeda, melainkan juga dari segi lain, seperti kesesuaian waktu,
kejelasan tulisan, kejelasan petunjuk dan sebagainya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh uji coba itu, dapat kemudian
diusahakan perbaikan terhadap perangkat tes yang sedang disusun, agar
dapat diperoleh tes yang baik, dan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.
Perbaikan tersebut dapat bersifat ringan seperti perbaikan format
penulisan, redaksi butir tes, dan sebagainya.
2. Kriteria tahapan atau waktu penyelenggaraan
a. Tes masuk/ ‫اإلمتحان المقبولي‬
Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program
pengajaran bahasa dimulai. Tes ini bertujuan untuk menentukan apakah
seorang calon dapat diterima sebagai peserta program pengajaran bahasa
karena memiliki jenis dan tingkat kemampuan berbahasa yang telah
dipersyaratkan.
Penyusunan tes masuk disesuaikan dengan tujuan pokok program
pengajaran bahasa yang akan diselenggarakan, khususnya dalam hal jenis

7
kemampuan kemampuan berbahasa yang diutamakan. Tes bahasa sebagai
tes masuk pada penyelenggaraan program pengajaran bahasa,
sepantasnya tidak bersifat umum dan meliputi kemampuan berbahasa
pada umumnya, melainkan bersifat khusus disesuaikan sepenuhnya
dengan tujuan pokok program pengajaran bahasa.
b. Tes formatif (‫)اإلمتحان اليومى‬
Tes Formatif yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik pada
setiap akhir program satuan pelajaran.Fungsinya untuk mengetahui
sampai mana pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahasa
atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah dirumuskan dala suatu pelajaran
tersebut.5
Tes formatif diselenggarakan pada saat suatu program pengajaran
bahasa sedang berlangsung. Tes ini bertujuan untuk memperoleh
informasi mengenai jalannya pengajaran bahasa sampai pada tahap
tertentu. Informasi itu diperlukan untuk mengetahui apakah pengajaran
bahasa dapat diselenggarakan seperti yang telah direncanakan atau harus
diselenggarakan dengan perubahan dan penyesuaian.
Tes formatif menitikberatkan pada informasi untuk penyempurnaan
bagian rencana pengajaran tertentu yang telah terselenggara, maka
cakupan bahan tesnya pun terbatas pada hal-hal yang telah diajarkan.
c. Tes sumatif (‫)اإلمتحان النصف السنوى‬
Tes Sumatif adalah tes yang biasanya diadakan setiap semester
sekali.Fungsinya untuk menilai prestasi siswa,sampai dimana pencapaian
belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diadakan selama
jangka waktu tertentu.Kegunaannya antara lain untuk mengisi rapor,
penentuan kenaikan kelas,dan penentuan lulus tidaknya siswa pada ujian
akhir sekolah.6

5
M.Ngalim Purwanto.Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pembelajaran.(Bandung :Remaja
Rosdakarya,1990),110.
6
Ibid., hal.113

8
Tes sumatif diselenggarakan pada akhir pengajaran, atau menjelang akhir
pengajaran bahasa, pada saat segala sesuatu yang direncanakan telah
selesai dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil pengajaran
secara keseluruhan, khususnya dalam hal peningkatan kemampuan
berbahasa para siswa sebagai bukti nyata dari pencapaian pengajaran.
d. Pra-tes/ tes awal ‫اإلمتحان المبدئي‬
Untuk mengetahui kemampuan berbahasa yang dimiliki seorang
siswa pada awal suatu program pengajaran bahasa, kadang-kadang
diselenggarakan tes bahasa sebelum, atau pada permulaan
penyelenggaraan pengajaran bahasa. Tes yang digunakan untuk maksud
itu dikenal sebagai pra-tes. Berbeda dengan tes seleksi yang telah
diuraikan di atas, hasil pra-tes ini tidak mempengaruhi penerimaan
seseorang pada suatu program pengajaran bahasa. Penyelenggaraan tes
ini semata-mata dimaksudkan untuk mengetahui Tingkat kemampuan
yang dimiliki siswa pada awal pengajaran yang akan diikutinya.
e. Pos-tes/ tes akhir ‫اإلمتحان النهائي‬
Kebalikan dari pra-tes yang diselenggarakan sebelum atau pada awal
program pengajaran bahasa, tes ini diselenggarakan menjelang atau pada
akhir program. Pos-tes diselenggarakan bukan pertama-tama untuk
mengetahui penguasaan menyeluruh terhadap pengajaran yang telah
diberikan, seperti halnya tes sumatif.
Penyelenggaraan pos-tes lebih dititikberatkan pada usaha untuk
mengetahui tingkat kemajuan kemampuan berbahasa yang telah dicapai
pada akhir program pengajaran, dibandingkan dengan Tingkat
kemampuan pada awal pengajaran.
3. Kriteria cara mengerjakan
Tes bahasa dapat dibedakan berdasarkan cara yang digunakan peserta tes
dalam mengerjakannya. Secara umum tes bahasa dapat dikerjakan secara
tertulis atau lisan. Maka dari itu tes bahasa menurut kriteria ini dapat
dibedakan ke dalam:
a. Tes tertulis)‫) اإلمتحان التحريري‬

9
Dalam tes tertulis, baik soal maupun jawabannya dilakukan secara
tertulis. Ciri dari tes tertulis adalah tes tertulis lebih terkait dengan cara
mengerjakan soal dari pada dengan cara memberikan pertanyaan.
Misalnya, jika jawaban peserta tes dilakukan secara tertulis sedangkan
soalnya dalam bentuk lisan itu masih tergolong tes tertulis. Kemudian
berbeda dengn sebaiknya, bila soal tes dalam bentuk tulisan dan jawaban
peserta didik berupalisan maka tidak bias disebut dengan tes tertulis.
Tes tertulis (paper and pencil test) merupakan sekumpulan item
pertanyaan atau pernyataan yang direncanakan oleh guru maupun para
evaluator secara sistematis guna memperoleh informasi tentang
siswa.Tes tertulis pada umunya tidak bisa digunakan secara efektif untuk
mengevaluasi keterampilan psikomotor siswa.Akan tetapi,tes tertulis
dapat mengevaluasi prinsip-prinsip yang menyertai keterampilan
kogniti,afektif,dan psikomotorik.7
b. Tes lisan )‫) اإلمتحان الشفوي‬
Pada penyelenggaraan tes ini baik pertanyaan dan terlebih jawaban
dilakukan secara lisan. Dalam hubungannya dengan kemampuan
berbahasa, tes lisan ini terutama digunakan dalam bentuk tes berbicara.
biasanya dalam tes ini para siswa hanya akan memperoleh tema
kemudian disuruh untuk mengembangkan tema tersebut dengan
bahasanya sendiri secara lisan. Penyelenggaraan tes lisan memerlukan
lebih banyak kejelian pada pihak pelaksanaan tes. Kejelian itu
diperlukan untuk memperoleh hasil tes yang reliabel serta untuk
memperkecil unsur subyektifitas.
Tes lisan (oral test) merupakan sekumpulan item pertanyaan dan
atau pernyataan yang disusun secara terencana,diberikan oleh seorang
guru kepada para siswanya tanpa melalui media tulis.Pada kondisi
tertentu,seperti jumlah siswa kecil atau sebagian siswa yang melakukan

7
H.M Sukardi.Evaluasi Pendidikan Prinsip dan operasionalnya,(Yogyakarta:Bumi
Aksara,2008),93.

10
remidi ,maka tes lisan dapat digunakan secara efektif. Tes lisan ini
sebagai tes pelengkap,setelah tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan.8
c. Tes perbuatan
Tes perbuatan (performance test) merupakan tes yang bentuk
pertanyaannya biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-tugas, dan
penilaiannya dilakukan dalam proses pelaksanaan tugas dan terhadap
hasil yang dicapai.
Tes perbuatan (performance test) merupakan tes yang bentuk
pertanyaannya biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-tugas, dan
penilaiannya dilakukan dalam proses pelaksanaan tugas dan terhadap
hasil yang dicapai.9
4. Kriteria cara penyusunan
a. Tes buatan guru
Seorang guru bahasa selain mendapat tugas untuk mengajar juga
mendapat tugas untuk menyelenggarakan tes agar dapat meningkatkan
kemampuan para siswa. Tes ini disusun dan disiapkan dengan prosedur
yang seadanya saja tanpa melalui kajian yang rinci. Tes semacam ini
disusun dengan lebih banyak mengandalkan pertimbangan dan penilaian
guru sendiri. Karena itu tes ini dinamakan dengan tes buatan guru, bukan
karena tes ini dibuat oleh guru, melainkan cara penyusunanya yang
dilakukan dengan tanpa prosedur.
b. Tes terstandar
Berbeda dengan tes buatan guru, yang mana cara menyusunnya tidak
dengan prosedur dan tidak memakai persyaratan penyusunan tes yang
baku, tes ini dikembangkan dengan upaya untuk sejauh mungkin
mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan secara ketat. Ciri pokok
tes ini adalah tes yang akan dilakukan tersebut terencana dan melalui
prosedur. Tes yang telah disusun pada tahap ini akan dikaji lebih dahulu
berbagai aspeknya misalnya seberapa tingkat kesulitan tes yang akan
8
Ibid,93.
9
M.Ngalim Purwanto.Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pembelajaran.(Bandung :Remaja
Rosdakarya,1990),110.

11
diujikan, daya beda, dan sebagaiya. Sehingga bentuk tes ini memiliki
mutu yang baik yang telah teruji dan berstandar.
5. Kriteria jumlah peserta
a. Tes perseorangan /‫أإلمتحان الفردي‬
Tes bahasa secara perseorangan yaitu setiap peserta tes menerima
tugas atau soal dari penyelenggara tes secara individual, kemudian
peserta tes dituntut untuk langsung menjawab dan mengerjakan sendiri.
Tes bahasa perseorangan diselenggarakan bukan karena hanya ada
seorang peserta tetapi karena tingkat kemampuan berbahasa tertentu
hanya dapat dinilai secara efektif bila dilakukan secara perseorangan. Tes
ini lebih utama digunakan pada mengukur keterampilan berbicara, yang
mana pengukurannya membutuhkan pengamatan secara langsung dan
seksama.
b. Tes kelompok /‫اإلمتحان المجموعي‬
Berbeda dengan tes perseorangan yang diselenggarakan secara
terpisah untuk masing-masing peserta, tes kelompok diselenggarakan
untuk sekelompok peserta tes sekaligus. Dalam penyelenggaraan tes pada
umumnya, termasuk tes bahasa, penyelenggara tes kelompok pertama-
tama didasarkan atas pertimbangan kepraktisan. Dibandingkan dengan tes
perseorangan, yang penyelenggaraannya memerlukan banyak tenaga dan
waktu, tes kelompok lebih efisien karena diselenggarakan untuk sejumlah
peserta sekaligus.
6. Berdasarkan kriteria bentuk jawaban
a. Tes Esai/‫اإلمتحان المقّالية‬
Tes esai mewajibkan pesertanya untuk melakukan tugas untuk
memberikan jawaban tes nya dalam bentuk esai, yaitu karangan atau
karya tulis. Sebagai suatu esai, isi, susunan dan panjang jawaban peserta
tidak dapat ditentukan. Semua itu tergantung pada masalah yang
ditanyakan, dan terutama keinginan dan kemampuan peserta tes masing-
masing dan menjawabnya.
b. Tes Jawaban Pendek

12
Dalam tes bahasa ini yakni dengan jawaban pendek, peserta didik
diwajibkan bukan memberikan jawaban dalam bentuk esai, melainkan
dalam bentuk jawaban-jawaban pendek.
Dalam tes ini memerlukan kepandaian untuk menemukan inti dari
masalah yang ditanyakan dan kemampuan untuk menemukan cara
tersingkat untuk mengungkapkannya.
Dan sebagai tes bahasa, tes jawaban pendek ini dapat diterapkan
pada tes kemampuan berbahasa, seperti menyimak dan pemahaman
bacaan. Demikian pula pada tes komponen bahasa, seperti kosakata dan
tata bahasa. Jawaban pendek itu dapat berupa rangkaian kata-kata pendek,
kata-kata lepas atau bahkan sekedar huruf dan angka.
Jawaban ini diberikan atas dasar pemahaman peserta didik
terhadap masalah yang ditanyakan, yang perlu diungkapkan sesingkat
mungkin tanpa menggunakan kalimat atau ungkapan yang panjang.
c. Tes Pilihan
Pada tes pilihan, peserta didik tidak menjawab pertanyaan dengan
esai, paragraf, kalimat, huruf atau angka. Jawaban terhadap tes ini semata-
mata untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Pilihan itu dinyatakan secara sangat sederhana, biasanya dengan sekedar
memberi tanda dalam bentuk tanda silang, lingkaran kecil, tanda cawang,
atau tanda-tanda sejenis lainnya.
Pada tes pilihan yang baik, alternatif jawaban yang harus dipilih
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga masing-masing alternatif seolah-
olah merupakan jawaban yang benar.
Alternatif yang merupakan jawaban yang benar itu sering disebut
jawaban kunci, sedangkan alternatif-alternatif yang lainnya disebut
jawaban pengecoh. Tujuan dari jawaban pengecoh ini, semata-mata untuk
membuat peserta tes berpikir sungguh-sungguh sebelum menentukan
pilihannya, agar tidak terkecoh oleh alternstif jawaban yang salah.
Tes pilihan ini, ada beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tes pilihan ini,
dibagi menjadi 3, yaitu:

13
1. Tes pilihan ganda (Multiple Choice)
2. Tes pilihan benar salah
3. Tes menjodohkan
7. Berdasarkan kriteria cara penilaian
a. Tes Subyektif / ‫اإلمتحان غير الموضوعي‬
1. Tes subjektif yaitu tes yang penskorannya selain dipengaruhi oleh
jawaban atau respon peserta tes juga dipengaruhi oleh subjektivitas
pemberi skor10.Tes subjektif pada umumnya berbentuk
uraian(essai).Tes uraian adalah butir soal yang mengandung
pertanyaan atau jawban atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta
test.Berdasarkan tingkat kebebasan peserta test untuk menjawab
soal test uraian,secara umum test uraian dapat dibagi menjadi dua
bentuk,yaitu:
a. Tes Uraian Bebas (Extended Respon Test) merupakan bentuk
tes uraian yang memberi kebebasan kepada peserta tes untuk
mengorganisasikan dan mengekspresikan pikira dan
gagasannya dalam menjawab soal tes11.
b. Tes Uraian Terbatas (Restricted Response Test) merupakan
jenis tes yang memberi batasan-batasan tertentu pada peserta
tes dalam menjawab soal tes.Batasan tersebut mencakup
format,isi,dan ruang lingkup jawaban12.
1) Tipe Jawaban Melengkapi adalah butir soal yang
memerintahkan kepada peserta tes untuk melengkapi
kalimat dengan satu frasa,angka,atau satu
formula(rumus)13.

10
Ibid,78.
11
Eko Putro Widoyoko.Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009),78.
12
Ibid,79.
13
Ibid,81.

14
2) Tipe Jawaban Singkat adalah butir soal yang berbentuk
pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata,frasa
atau satu formula(rumus).14
b. Tes Obyektif ‫اإلمتحان الموضوعي‬
Tes objektif yaitu tes yang penskorannya hanya dipengaruhi oleh
jawaban peserta tes.Dalam arti lain siapa saja yang memeriksa lembar
jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama.Secara umum test objektif
dibagi menjadi 3,yaitu :
a. Tipe Benar-Salah (True-False Test) adalah tes yang butir soalnya
terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternative jawaban
yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan salah.
b. Tipe Menjodohkan (Matching Test) biasa disebut juga
memasangkan atau mencocokkan.Biasanya soal tipe ini ditulis
dalam dua kelompok atu dua kolom yaitu satu kolom pernyataan
dan satu lagi kolom jawaban.
c. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)/ ‫ اإلختبار من متعدد‬adalah
tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternative
jawaban lebih dari satu15.

Kemudian dari ketiga pembagian diatas juga ada uraian singkat tentang
variasi lain dari tes pilihan ganda,antara lain sebagai berikut:

a. Pilihan Ganda Analisi Hubungan Antar-hal yaitu terdiri dari dua


pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh kata
“sebab”Jadi ada dua kemungkinan hubungan antara kedua
pernyataan tersebut, yaitu memiliki hubungan sebab akibat atau
tidak memiliki hubungan sevab akibat.Supaya kedua pernyataan ini
dapat menjadi pilihan ganda maka harus dicari variable lain yang
dapat mengukur kemampuan peserta.Variabel yang dimaksud

14
Ibid,82.
15
Eko Putro Widoyoko.Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009),46.

15
adalah kualitas pertanyaan,yaitu apakah pertanyaan pertama benar
atau salah dan apakah pernyataan kedua benar atau salah16.
b. Pilihan Ganda Analisis Kasus adalah jenis tes pilihan ganda yang
menyajikan suatu kasus untuk dianalisis oleh peserta tes.Kasus ini
disajikan dalan bentuk cerita, peristiwa, dan sejenisnya17.
c. Pilihan Ganda Asosiasi yaitu pada bentuk tes ini struktur soalnya
sama dengan melengkapi pilihan (1).Perbedaannya adalah,kalau
pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang benar atau
paling benar.18
d. Pilihan Ganda dengan Diagram,Grafik,Tabel dan
Sebagainya.Bentuk tes soal ini hampir sama dengan analisis kasus
,baik struktur maupun pola pertanyaannya.Bedanya dalam tes ini
tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa,tetapi
kasus tersebut berbentuk diagram,gambar,grafik maupun tabel19.

8. Berdasarkan kriteria acuan penilaian


a. Tes Bahasa Acuan Norma
Pada penyelenggaraan tes acuan bahasa acuan norma, interpretasi terhadap
hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai akhir, dilakukan atas dasar
tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta tes yang bersangkutan.
Tingkat pencapaian rata-rata itulah yang dianggap sebagai norma bagi kelompok
tersebut, yaitu tingkat pencapaian yang mencerminkan tingkat pencapaian
kebanyakan peserta tes.
Hasil tes ini sepenuhnya terkait dengan kelompok yang bersangkutan dan tidak
sendirinya berlaku atau dapat dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada tes tata bahasa dalam kelompok,
tidaklah dengan sendirinya berarti memiliki kemampuan tata bahasa yang tinggi
pula bila dibandingkan dengan kelompok yang lain.

16
Ibid,61.
17
Ibid,63.
18
Ibid,64.
19
Ibid 65.

16
Jadi, tes bahasa acuan norma adalah tes bahasa yang dikembangkan dan
diinterpretasikan hasilnya atas dasar-dasar pertimbangan.
b. Tes Bahasa Acuan Patokan
Pada tes ini, penentuan nilai akhir tidak dikaitkan dengan tingkat pencapaian
peserta-peserta lain yang mengerjakan tes bahasa yang sama. Nilai akhir pada tes
bahasa ini didasarkan atas pencapaian tingkat kemampuan berbahasa terendah,
yang masih diterima sebagai tingkat kemampuan berbahasa yang memadai.
c. Tes bahasa acuan gabungan
Dalam praktek penyelenggaraan tes sehari-hari, Penentuan nilai akhir
tidak senantiasa dapat di dasarkan atas salah satu dari kedua acuan penilaian itu
secara ketat. Ada kalanya nilai akhir itu ditetapkan dengan menggabungkan
keduanya, terutama dalam penggunaan tes buatan guru, yang penyusunannya
sering tidak dilakukan dengan cermat. Dengan tes yang disusun tanpa jaminan
nyata terhadap dipenuhinya ciri-ciri tes yang baik, guru tidak dapat begitu saja
menetapkan penerapan salah satu acuan penilaian itu secara ketat. Beberapa
pertimbangan perlu diusahakan.
Dalam penerapan acuan patokan, penetapan batas minimum sebagai
patokan secara sepihak, tanpa dasar yang jelas, merupakan kecenderungan umum
yang sering tidak dilandasi dasar yang jelas. Satu-satunya dasar yang sering
digunakan untuk penerapan acuan patokan adalah ketentuan sekolah atau lembaga
penyelenggara pengajaran, yang mewajibkan guru melakukan penilaian atas hasil
belajar siswa atas dasar acuan patokan. Ketentuan semacam itu biasanya disertai
tabel yang memuat daftar nilai akhir (misalnya A sampai D atau 4 sampai 1),
masing-masing dengan rentangan persentasi Tingkat kemampuan yang dituntut
(misalnya 60 sampai 79% untuk nilai akhir C)
9. Berdasarkan kriteria aspek bahasa
a. Tes Bakat Bahasa / ‫إختبار الكفاءة اللغوية‬
Tes bakat bahasa dimaksudkan untuk mengetahui bakat dan kemampuan yang
secara potensial dimiliki seseorang untuk mempelajari bahasa.
Tes ini biasanya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program
pengajaran bahasa, untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kemampuan

17
dasar untuk belajar bahasa dan oleh karena itu layak diikutsertakandalam program
pengajaran bahasa yang direncanakan.
b. Tes Kemampuan Berbahasa / ‫إختبار المهارات اللغوية‬
Dengan tes kemampuan berbahasa dapat diperoleh informasi tentang tingkat
kemampuan menggunakan bahasa pada suatu tahap tertentu.
Informasi yang diperoleh melalui tes kemampuan berbahasa itu semata-mata
mengenai tingkat kemampuan berbahasa senyatanya saat itu tanpa
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Oleh karena itu isi penyusunan tes bahasa ini tidak dikaitkan dengan suatu
program pengajaran bahasa tertentu, melainkan dengan kemampuan berbahasa
pada umumnya.
c. Tes komponen Bahasa
Dalam kajian kebahasaan dengan pendekatan struktural, bahasa dipandang
sebagai sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang dapat dipisah-
pisahkan dan dibedakan satu komponen dari komponen yang lainnya. Komponen-
komponen itu terutama meliputi bunyi-bunyi bahasa, kosakata, dan tatabahasa.
Dalam pendekatan struktural, mengajarkan bahasa berarti mengajarkan
penguasaan terhadap komponen-komponennya. Demikian pula dalam
penyelenggaraan tes bahasa. Sejalan dengan itu, maka atas dasar komponen
bahasa yang tingkat penguasaannya akan diukur, dikenal adanya tes bunyi bahasa,
tes kosa kata, dan tes tata bahasa.
10. Berdasarkan kriteria pandangan terhadap bahasa
a. Tes Bahasa Diskret
Sebagai salah satu bentuk tes bahasa, teks bahasa diskret, atau tes diskret,
mengarahkan perhatiannya pada komponen-komponen bahasa secara
terpisah-pisah. Sesuai dengan pandangan struktural dalam kajian kebahasaan
yang melatarbelakangi pengembangannya, tes diskret disusun berdasarkan
asumsi bahwa bahasa terdiri dari komponen-komponen yang dapat
dibedakan dan dipisahkan Satu dari yang lain.
Penerapan pendekatan diskret dapat ditemukan dalam pengajaran bahasa
dalam bentuk pengajaran komponen-komponen kebahasaan secara terpisah

18
dan berkecil-kecil, seperti bunyi-bunyi bahasa, kata-kata, struktur struktur
kalimat, dan sebagainya.
b. Tes Bahasa Integratif
Tes bahasa integratif adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya
dituntut penguasaan terhadap bukan satu melainkan gabungan dari dua atau
lebih unsur kemampuan atau komponen bahasa. Tes bahasa ini yang
menjadi dasar penggabungan dari unsur yang paling sederhana sampai yang
paling kompleks.
Pada teks integratif, terdapat penggabungan dari bagian bagian terkecil itu
pada satu butir tes. Penggabungan itu dapat terjadi antara satu bagian dari
kemampuan berbahasa atau komponen bahasa dengan bagian yang lain, atau
satu bagian dengan bagian lain dari kedua komponen itu. Mengubah bentuk
suatu kalimat menjadi bentuk kalimat yang lain, misalnya, tidak saja
Menurut kemampuan tentang Susunan kalimat sebagai bagian dari
tatabahasa, melainkan juga memerlukan penguasaan perubahan bentuk kata,
dan bahkan makna kata-katanya yang merupakan bagian dari penguasaan
kosakata.
c. Tes Pragmatik
Pada penggunaan tes pragmatik, titik berat pengukuran tidak diletakkan
pada penguasaan butir-butir yang diskrit ataupun gabungan butir-butir secara
integratif dari kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Tes pragmatik
dimaksudkan untuk menyadap kemampuan untuk memahami atau
menggunakan bahasa senyatanya, yang erat kaitanya dengan seluruh
konteks penggunaannya. Informasi yang ingin diperoleh melalui tes
pragmatik adalah Tingkat kemampuan seseorang dalam memahami atau
menggunakan bahasa seperti yang ditemui pada penggunaan bahasa
senyatanya.
Dalam penggunaan bahasa senyatanya, pada umumnya tidak dijumpai
bunyi bahasa, kata, frasa, dan bahkan Kalimat, yang digunakan secara
Terpisah, tanpa hubungan satu dengan yang lain dalam suatu konteks.
Bahasa seperti yang dijumpai dalam penggunaan senyatanya, senantiasa

19
berupa suatu keseluruhan, termasuk berbagai kendala dan hambatan yang
selalu menyertai penggunaan bahasa sehari-hari.
d. Tes Komunikatif
Sebagai akibat dari pendekatan pengajaran bahasa komunikatif yang akhir-
akhir ini banyak dianjurkan penggunaannya, kaitan antara tes bahasa
dengan penggunaan bahasa dalam konteks yang merupakan ciri tes
pragmatik itu, diberi tekanan yang lebih kuat dan makna yang lebih jelas.
Hasilnya adalah tes bahasa komunikatif. Dalam hal ini terdapat tambahan
unsur atau penekanan pada aspek komunikatif, yang mempersyaratkan
adanya kaitan yang jelas antara teks bahasa dengan aspek-aspek nyata dalam
komunikasi sebenarnya.
E. Ciri-ciri tes yang baik
Ada empat karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar
sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu:20
1. Validitas / Shahih )‫(صحيح‬
Valid berarti tepat, benar, shahih, absah. Jadi validitas dapat
diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan.
Apabilakata valid dikaitkan dengan fungsi tes maka sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat dan benar
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi tes hasil belajar
dapat dikatakn valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagain alat
pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan tepat dan
benardapat mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta
didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
2. Reliabilitas / Tsabit )‫(ثابت‬
Kata “reabilitas” sering diterjemahkan dengan keajegan
(stability), atau kiemantapan (consistency). Jika dikaitkan dengan
fungsi tes, maka tes hasil belajar dikatakan reliabel apabila hasil

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo


20

Persada, 1996), hal. 93-97

20
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut
secara berulang kali terhadap subjek yang sama, senantiasa
menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.
Dengan demikian suatu ujian dikatakan memiliki reabilitas apabila
nilai-nilai yang diperoleh peserta ujian untuk ujiannya, adalah
stabil, kapan saja-dimana saja-dan oleh siapa saja ujian itu
dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.
3. Objektivitas / Maudu’iy )‫(موضوعى‬
Tes hasil belajar yang baik harus bersifat objektif, yaitu
apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan “menurut apa
adanya”. Ditinjau dari segi materi tesnya, maka istilah “apa
adanya” mengandung pengertian bahwa materi dari tes tersebut
diambil atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah
diberikan/diajarkan kepada peserta didik.
4. Praktikabilitas / ‘Amaliy )‫(عملي‬
Tes hasil belajar harus bersifat prakti. Praktis mengandung
pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat dilaksanakan
dengan mudah, karena tes itu:
a) Bersifat sederhana : tidak memerlukan peralatan yang
banyak atau yang sulit pengadaannya
b) Lengkap : bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan
petunjuk menegenai cara mengerjakannya, kunci
jawabanyya, dan pedoman scoring serta penentuan nilainya
5. Ekonomis
Bersifat ekonomis mengandung pengertian bahwa tes hasil
belajar tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan
tenaga serta biaya yang banyak.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Tes bahasa adalah instrumen atau alat yang digunakan dalam mengukur,
menilai dan mengevaluasi kemampuan peserta didik dalam berbahasa
sehingga dapat di ketahui dengan jelas sejauhmana tingkat penguasaan
bahasa dari setiap pesrta didik. Pengukuran kemampuan berbahasa
meliputi kemampuan mendengar (Istima’). Berbicara (kalam), membaca
(qiro’ah), dan menulis (kitabah).
b. Fungsinya yaitu untuk mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan
peserta didik dalam berbahasa.
c. Jenis tes bahasa dapat dikelompokkan menurut kriteria seperti dibawah ini,
berdasarkan:
1) Tujuan penyelenggaraan
 Tes seleksi
 Tes penempatan
 Tes hasil belajar
 Tes diagnostik
 Tes ujicoba
2) Tahapan atau waktu penyelenggaraan
 Tes masuk
 Tes formatif
 Tes sumatif
 Pra-tes
 Post-tes
3) Cara mengerjakan
 Tes tertulis
 Tes lisan
 Tes perbuatan
4) Cara penyusunan

22
 Tes buatan guru
 Tes standar
5) Jumlah peserta
 Tes perseorangan
 Tes kelompok
6) Bentuk jawaban
 Tes esai
 Tes jawaban pendek
 Tes pilihan
7) Cara penilaian
 Tes subjektif
 Tes objektif
8) Acuan penilaian
 Tes bahan acuan norma
 Tes bahasa acuan patokan
 Tes bahasa acuan gabungan
9) Aspek bahasa yang diukur
 Tes bakat bahasa
 Tes kemampuan bahasa
 Tes komponen bahasa
10) Pandangan terhadap bahasa
 Tes bahasa diskret
 Tes bahasa integratif
 Tes pragmatik
 Tes komunikatif
 Ada empat karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar sehingga
tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu
 Validitas
 Reabilitas
 Objektifitas

23
 Praktikabilisat dan ekonomis

24
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Soenardi, Tes Bahasa Dalam Pengajaran, ( Bandung: ITB, 1996).

Purwanto,M.Ngalim.Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pembelajaran.(Bandung


:Remaja Rosdakarya,1990).
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996).
Sukardi,Evaluasi Pendidikan Prinsip dan operasionalnya,(Yogyakarta:Bumi
Aksara,2008).
Widoyoko,Eko Putro.Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2009).

25

Anda mungkin juga menyukai