MAKALAH
Disusun Guna Menenuhi Tugas
Disusun oleh:
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
BAB I ..................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 6
PENUTUP ............................................................................................................................ 17
Kesimpulan .......................................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali berinteraksi dengan beragam
kata dan konsep yang memiliki makna yang kompleks dan seringkali ambigu.
Kemajemukan dalam makna kata-kata ini seringkali menjadi sumber problematika
dalam komunikasi, terutama ketika kita membahas mengenai polisemi, antonim,
dan sinonim.
Polisemi merujuk pada fenomena di mana sebuah kata memiliki lebih dari
satu makna atau pengertian. Sementara itu, antonim adalah kata-kata yang
memiliki makna yang berlawanan, sedangkan sinonim adalah kata-kata yang
memiliki makna yang serupa atau mirip. Ketika kita menghadapi kata-kata yang
bersifat polisemi, antonim, atau sinonim, seringkali terjadi kebingungan dalam
pemahaman, penggunaan, dan interpretasi kata-kata tersebut.
Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi lebih jauh mengenai problematika
kemajemukan dalam makna polisemi, antonim, dan sinonim. Kita akan membahas
mengenai aspek-aspek yang memengaruhi pemahaman dan penggunaan kata-kata dalam
konteks yang berbeda, serta mencari solusi untuk mengatasi kesulitan yang muncul
akibat kemajemukan tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena
ini, diharapkan kita dapat lebih efektif dalam berkomunikasi dan menghindari
kesalahpahaman yang tidak diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian polisemi dan pandangan menurut para ilmuwan
2. Apa saja sebab-sebab terjadinya polisemi?
3. Apa saja contoh polisemi dalam bahasa arab?
4. Apa pengertian antonim ?
5. Apa saja sebab terjadinya antonim ?
6. Bagaimana pandangan ulama tentang antonim ?
7. Apa pengertian sinonim ?
8. Apa saja sebab terjadinya sinonim ?
9. Bagaimana pandangan ulama tentang sinonim ?
4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pandangan para ilmuan mengenai polisemi.
2. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya polisemi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Polisemi
Secara bahasa kata polisemi berasal dari bahasa Inggris yakni (Polysemy) yang
merupakan hasil tiruan dari bahasa Yunani ―Poly” artinya banyak dan ―Semy
artinya arti1. Secara istilah polisemi adalah sebuah kata maupun ujaran yang
memiliki makna ganda atau lebih 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan
bahwa polisemi adalah : bentuk bahasa (kata,frase, dll.) mempunyai makna lebih
dari satu3.
Dalam kajian liguistik bahasa Arab, polisemi dinamakan Musytarak al-lafdzi.
Terdapat ragam pengertian di kalangan ulama bahasa klasik maupun kontemporer4.
a. Al-Lafdzi menurut ulama bahasa klasik
1) Sibawaihi (w. 180 H) Musytarak al-lafdzi adalah kumpulnya dua kata
yang sama tetapi memiliki dua maknanya yang tidak sama. Pengertian ini
ditulis Musytarak oleh beliau di dalam kitabnya ―Al-Kitab‖ penerbit Bulaq,
Qairo 1966.
2) Ibnu Faris (w. 395 H) Musytarak al-lafdzi adalah kumpulan kata yang
memiliki makna yang berbeda namun terdapat kesamaan dalam strukturnya.
Isytarak al-lafdzi bukan hanya dalam segi tataran kata saja melainkan juga
dibatasi segi uslub dan tarkibnya. Pengertian ini beliau jelaskan secara rinci
dalam kitabnya As-Shabibi
b. Musytarak al-lafdzi menurut ulama bahasa kontemporer
Pengertian yang diberikan oleh ulama bahasa kontemporer lebih ringan
dibanding ulama klasik yakni Musytarak al-lafdzi adalah kata yang memiliki
makna ganda bahkan lebih. Namun makna Musytarak al-lafdzi harus sejajar
dan disandarkan dengan makna dasarnya. Hal ini diungkapkan Muhammad
Nuruddin : Setiap kata dengan huruf dan harakatnya menunjukkan dua
1
Abdul Karim Mujahid, ‗Al-Dalālah Al-Lughawiyyah ‗Inda Al-‗Arab‘, Yordania: Dar Al-
Ḍiya, 1985.
2
Abdul Chaer, ‗Linguistik Umum Edisi Revis Cetakan Keempat‘, Jakarta. PT. Rineka Cipta, 2014.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia and others, ‗Jakarta‘, Republik Indonesia, 2011
4
Muhammad Irfan Abdurrahman, Analisis Polisemi Dalam Kisah AL-Farah AL-Baidha (TIKUS PUTIH)
karya, Adel Ghadban (Analisis Ilmu Semantik)‘ (UIN Raden Fatah Palembang, 2020).
6
makna yang khusus lebih dari lingkungan maupun zaman. Makna-makna itu
tidak terikat secara makna dan retorika
c. Pengertian Musytarak al-lafdzi juga dikemukakan oleh Wafi yakni
للكلمة الواحدة عدة معان تطلق على كل منها على طريق الحديقة ال المجاز
Sebuah kata yang terdapat banyak makna yang bisa dipakai sebagai
makna yang denotatif bukan makna konotatif.
Sebetulnya ada beberapa ahli di luar ahli bahasa yang ikut andil
dalam mendefinisikan mengenai Musytarak al-lafdzi seperti para ahli usul
fiqih yang di antaranya As-Suyuti dalam kitabnya Al-Itqan. Beliau
mendefinisikan Musytarak al-lafdzi sebagai sebuah kata yang memiliki
makna ganda atau lebih. Isytarak al- lafdzi juga salah satu ke‘ijazan Qur‘an
bahkan I‘jaz Qur‘an yang paling unggul menurut beliau.
Dalam contoh Isytarak al-lafdzi atau polisemi dalam bahasa Arab
adalah umpama kata ) (الخلyang mempunyai makna bervariasi yakni
paman, tahi lalat di muka, onta gemuk dan awan.
Dari beberapa penjelasan mengenai definisi polisemi atau
Musytarak al-lafdzi dapat disimpulkan bahwa polisemi adalah suatu kata
atau leksem yang memiliki makna bervariasi alias lebih dari satu. Perlu
pemahaman konteks yang sedang dibahas agar bisa memahami makna suatu
kata itu agar terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami kata. Perlu
memperhatikan konteks kalimat, atau langsung bertanya kepada pengucap
apa yang dimaksud dengan kata yang berpolisemi tersebut.
B. Penyebab Munculnya Polisemi
Penyebab munculnya polisemi dalam suatu kata memiliki kesamaan
dari pendapat linguis klasik dan kontemporer. Di antara penyebab
munculnya kata-kata yang berpolisemi sebagai berikut:
a. Linguistik Klasik
Linguis klasik mengklasifikasikan penyebab munculnya polisemi yakni :
Penyebab internal, yakni perubahan pengucapan dan perubahan makna.
Penyebab eksternal, yakni perbedaan lokasi.
b. Linguis Kontemporer
Penyebab yang ditemukan para linguis kontemporer mengenai kata-kata
berpolisemi berkenaan pada perluasan, peminjaman dan pemindahan makna.
7
Badi Ya‘qub menjelaskan di antara penyebab terjadinya polisemi atau
Musytarak al-lafdzi sebagai berikut :
a. Perbedaan Dialek
Penggunaan makna kata yang dipakai setiap daerah pasti mempunyai
ukuran-ukuran makna yang berbeda pula. Hal inilah menjadi penyebab
perbedaan makna suatu kata meskipun kata itu sering diucapkan. Umpama
kata Dia dalam bahasa Indonesia memiliki arti orang ketiga. Sedangkan
dalam bahasa daerah Banten, kata Dia berarti kamu. Contoh dalam bahasa
Arab kata السيدsecara general berarti ( الذبSerigala), namun dalam bahasa
kabila hudzail ( االسدHarimau).
b. Penggunaan Majaz
Penggunaan makna denotatif (hakikat) yang beralih pada makna majaz
(konotatif) merupakan penyebab munculnya polisemi atau Musytarak al-
lafdzi. Hal ini dikarenakan majaz tidak mungkin hanya memiliki satu
makna saja, akan selalu bervariasi. Umpama kata المسmakna denotatfinya
(menyentuh dengan tangan) namun dalam surah Al-Baqarah ayat:275 bermakna (gila)
شي ْٰطنُ مِنَ ْال َم ِس ِ َاَلَّ ِذيْنَ يَأْكُلُ ْون
ْ الر ٰبوا َال يَقُ ْو ُم ْونَ ا َِّال َك َما يَقُ ْو ُم الَّ ِذ
َّ ي يَت َ َخبَّطُهُ ال
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
c. Kaidah Shorof
Perubahan bentuk kata (Morfologis) atau istilah dalam bahasa Arab
adalah Shorof akan menghasilkan makna yang baru dari sebelumnya. Baik dari
bentuk kata benda (isim), kata kerja (fi‘il), masdar dan lain sebagainya. Hal ini
diungkapkan oleh linguis klasik. umpama kata هويmerupakan bentuk isim dan
fi‘il yang bermakna mengalirnya hawa nafsu. Hal ini diperkuat oleh firman Allah
dalam Surat An-Nisa : 135
فَ ََل تَتَّبِعُوا ْال َه ٰ ٰٓوى ا َ ْن ت َ ْع ِدلُ ْوا
Maka jangan kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang (dari
kebenaran)
Namun makna هوىmemiliki makna lain seperti ( العشقrindu), ( المحبةcinta),
dan ( النفسkeinginan nafsu)
8
d. Bercampurnya Bahasa Lain
Fenomena asimilasi bahasa asli dengan bahasa lain yang menimbulkan dua
makna yang berbeda melihat kesesuaian struktur kata dan retorika menjadi
penyebab munculnya polisemi selanjutnya. Proses ini terjadi karena meleburnya
bahasa asing terhadap bahasa asli dengan memperhatikan dua unsur yakni
bentuk kata dan retorikanya. Umpama kata كليةyang pada awalnya bermakna
mengajar di kampus. Namun karena terjadi peleburan makna dari bahasa Inggris,
كليةmenjadi bermakna fakultas (college) karena جزء من الجامعة.
e. Perkembangan Bahasa
Terjadinya perubahan dari segi fonologi dan semantik merupakan
perubahan bahasa yang melahirkan polisemi. Hal ini dikemukakan oleh linguis
klasik yang mana perubahan fonologi terjadi karena adanya kesamaan dengan
kata lain yang memiliki makna yang berbeda. Sehingga dirubah untuk
menghasilkan sebuah kata yang bervariasi5
5
Pateda Mansoer, Semantik Leksikal‘, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001
9
C. Contoh Polisemi Dalam Bahasa Arab
6
Al-I’jaz : Volume 1, No 1, Juni 2019, p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347, (ANTONIMITAS DALAM
AL QURAN (ANALISIS LAFADH ANTONIM PADA Q.S AL HASYR PERSPEKTIF M. ALI AL-
KHULI), hal 82-82
7
A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Volume 11 , No. 2, September 2022, 407-418 DOI:
10.31314/ajamiy.11.2.407-418.2022, Relasi Makna Antonimi dalam Al-Qur’an Surah Yusuf, hal 410-411
11
menunjukkan perluasan makna, majas, penegasan, atau pun untuk
menggeneralisasikan makna aslinya. - Motivasi relasi lafaz, misalnya perbedaan
akar kata, substitusi konsonan akar kata, atau pun perubahan tempat konsonan
akar kata.
c. Faktor Historis - Peninggalan masa lalu, seperti yang diungkapkan Giese
kontranimi merupakan ungkapan manusia yang berupa pemikiran orang-orang di
masa lampau. - Keadaan asasi kata, maksudnya adalah ungkapan yang menjadi
kontranimi sejak awal memang sudah begitu adanya. Namun, pendapat demikian
ditentang oleh Ibnu Sayyid yang mengatakan bahwa tidak dibenarkan
memberikan dua makna bertentangan pada satu kata dalam waktu yang
bersamaan.
Dari poin-poin yang sudah dijelaskan sebelumnya, diantara para pakar
bahasa, terjadi perbedaan pendapat ketika membahas ada tidaknya antonim dalam
bahasa Arab. Ada yang menolak dan ada pula yang menerimanya. Sebagaimana
hal tersebut juga terjadi pada masalah al-musytarak al-lafzhi dan sinonim.
Para pakar bahasa yang menolak adalah:
a. Ibn Dusturiyyah, yang mengarang satu kitab khusus untuk menguatkan
pendapatnya dalam menolak antonim maupun al-isytirak lafzhi.
b. Ibnu Assayyidah dalam kitabnya “ al-Mukhashshash, mengatakan: “Salah satu
guru kami menolak antonim”.
c. Baqlab mengatakan: “Antonim tidak akan ditemukan dalam bahasa Arab,
karena dengan adanya hal tersebut maka pembicaraan akan menjadi mustahil.”
Akan tetapi beliau sendiri mengarang sebuah kitab yang di dalamnya terdapat
pembahasan tentang antonim, mudah-mudahan itu ditulis untuk menolak antonim.
Sedangkan pakar bahasa yang menerima, adalah:
a. Ibn al-Anbariy, al-Ashumu’I, Abu Hatim, Ibn Sikkit, Ibn Faris, al-Shaghaniy,
dan Abu Thayyib.
b. Ibn al-Anbary mengatakan dalam kitabnya “al-Adhdadh” bahwa tidaklah salah
kalau terjadi makna yang saling berantonim, karena keduanya memiliki makna
yang saling berlainan.
c. Mayoritas linguis menyatakan penerimaan mereka terhadap adanya antonim
dalam bahasa Arab. Imam Suyuthi mengatakan bahwa menurut ahlul ushul :
“Pengertian al-lafazh al-musytarak adalah apabila kedua kata tersebut saling
menerangkan sehingga tidak mungkin disatukan demi membenarkan sesuatu,
seperti kata “al-haidh” dan “al-thuhr”, karena keduanya menunjukkan makna
12
waktu, oleh karenanya tidak mungkin menyatukan keduanya dalam satu waktu.8
F. Pandangan para ilmuwan terkait keberadaan antonim
Beberapa para ahli bahasa mengklasifikasikan antonim menjadi beberapa bagian:
Ahmad Mukhtar Umar (1982): membagi antonimi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Antonimi ungradable /non-gradable disebut juga antonomi komplementer yaitu
pasangan yang saling melengkapi seperti kata hidup dan mati.
b. Antonimi gradable yaitu apabila penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan
kata lain atau adanya tingkatan kwalitas kata berantonimi. Disebut juga dengan
antonimi bertingkat misalnya (cuaca panas) berantonimi denga (cuaca dingin). Tetapi
karena kenisbian sifat cuaca maka dapat dikatakan pula bahwa antonimi dari cuaca
panas bukan hanya cuaca dingin melainkan juga cuaca sejuk.
c. Antonimi bekebalikan (converseness) العكسyaitu pertentangan yang terjadi antara
objek-objek yang masih memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Contoh:
menjual dengan membeli dan suami dengan istri. Jika dikatakan bahwa Muhammad
menjual rumah kepada Ali, ini berarti bahwa Ali membeli rumah dari Muhammad.
d. Antonimi direksional ( )إتجهيyaitu pertentangan makna yang menunjukan posisi,
keadaan, tempat atau arah yang berbeda-beda. Antonimi ini terbagi menjadi dua yaitu
orthogonal opposites dan antipodal opposites. Yang dimaksud dengan orthogonal
opposites yaitu pertentangan yang saling bertolak belakang satu sama lain misalnya
utara yang berantonimi dengan selatan, timur dengan barat. Sedangkan antipodal
opposites adalah pertentangan antara dua atau lebih arah, posisi dan keadaan.
Misalnya utara yang berantonimi dengan selatan, barat dan timur dan kanan yang
berantonimi dengan kiri, depan dan belakang.
Chaer membagi antonimi menjadi :
a. Antonimi yang bersifat mutlak, seperti hidup dan mati
b. Antonimi yang bersifat relatif, seperti besar dan kecil
c. Antonimi yang bersifat relasional seperti penjual dan pembeli
d. Antonimi hieralkal seperti gram dan kilogram.
Al-Khammas, dalam Taufiqurrahman (2008:75-78) mengklasifikasi antonim menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:
8
https://www.bing.com/search?q=Jenis-Jenis+dan+Penyebab+Terjadinya+Antonim++%28Al-
Tadhad%29++Dian+Riza+Oktavia++Bahasa+dan+Sastra+Arab+UIN+Syarif+Hidayatullah+Jakarta++Jakarta%2C
+Indonesia++dianrz.oktavia17%40mhs.uinjkt.ac.id&qs=n&form=QBRE&sp=-1&lq=1&pq=j diakses pada tanggal
24 Maret 20224 pukul 21.00 WIB
13
a. Antonim Mutlak (Tadhoh Had) Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang
berlawanan tidak tepat tingkatan/level. Artinya, kedua kata yang maknanya berlawanan
itu benar-benar mutlak.أنثى و ذكر
b. Antonim bertingkat (Tadhad Mutadarrij) Yaitu, diantara medan makna pada 2 kata
yang berlawanan masih terdapat tingkatan/level. Artinya, makna dari kata-kata yang
saling berlawanan masih relatif. Contoh:
a) ( سهلmudah) lawan kata ( صعبsulit); namun antara ‘mudah’ dan ‘sulit’ masih
tingkat kemudahan atau kesulitan tertentu.
b) ( باردdingin) lawan kata ( حارpanas); diantara ‘panas’ dan ‘dingin’ masih ada
level tertentu. Misalnya: (hangat kuku), (hangat), (paling hangat).
c. Antonim Berlawanan (Tadhad Aksiy) Yaitu, diantarra medan makna pada dua kata
yang berlawanan bersifat lazim/lumrah. Contoh: اب و ام
d. Antonim Garis Samping (Tadhad Amudiy) Yaitu, apabila kata-kata yang antonim
(berlawanan) tersebut terdiri dari kosakata yang bersifat arah (directon). Kosakata yang
berlawanan menurut garis menyimpang disebut antonim garis samping. Misalnya,
(شمالutara) lawan kata ( شزقtimur), (جنوبselatan) lawan kata( غربbarat), ( غربbarat)
lawan kata( شمالutara).
e. Anonim Garis Samping (Tadhad Imtidadi) Yaitu, apabila kosakata yang berlawanan
(antonim) berdasarkan garis lurus (melawan arah). Misalnya, ( شمالutara) lawan kata
(جنوبselatan). 9
G. Pengertian Sinonim
Sinonim (synonyms), sebagian linguis memberi istilah sebagai sameness,
berasal dari dari bahasa Yunani synonymon, lalu bangsa Romawi
menggunakannya ketika menduduki Eropa dan Inggris di dalam bahasa Latin
kemudian bahasa Inggris Pertengahan (Middle English) mengadopsinya menjadi
synonyme sebagai kosakata yang digunakan pada fonologis dan morfologis
berbeda, tetapi memiliki makna yang sama 10. Wijana menjelaskan bahwa sinonimi
adalah relasi kesamaan makna. Satuan kebahasaan dimungkinkan memiliki
kesamaan makna dengan satuan kebahasaan yang lain. Misalnya kata ayah
bersinonim dengan kata bapak, ibu dengan mama, kakak dengan abang, dsb.
9
https://www.academia.edu/44906430/PENDAPAT_AHLI_BAHASA_TENTANG_SINONIM_DAN_A
NTONYM_DALAM_BAHASA_ARAB diakses pada tanggal 24 Maret 2024 pukul 21.00 WIB
10
Jaszczolt, .M. 2002 Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse. London: Pearson
Education
14
Wijana juga menjelaskan bahwa tidak terdapat sinonimi total di dalam bahasa.
Kesinoniman di dalam bahasa senantiasa bersifat partial (sebagian). 11
As-Suyûthî mendefinisikan tarâduf adalah beberapa kata dengan satu arti,
namun beliau lebih berhati-hati terhadap beberapa lafâdz yang mempunyai batasan
tertentu. Dalam bahasa Indonesia disebut sinonim, Dalam bahasa Inggris disebut
synonymy. Secara etimologis kata sinonim berasal dari bahasa yunani kuno yaitu
onoma yang berarti “nama” dan syn yang berarti “dengan”. Maka secara harfiah
kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sementara
menurut terminologis semantik sinonim adalah katakata yang secara fonologis
berbeda tetapi memiliki makna yang sama atau sangat mirip.
H. Sebab-sebab terjadinya sinonim
Ada beberapa faktor yang mendorong sebab terjadinya sinonim
diantaranya:12
1. Pengaruh kosakata serapan dari bahasa asing
2. Pengaruh dialek sosial (infi‟aliyyah)
3. Perbedaan dialek regional (lahjah iqlimiyyah)
4. Perbedaan dialek temporal
Kemudin menurut Wafi bahwa sinonim dalam bahasa Arab terjadi karena
beberapa faktor yakni sebagai berikut 13:
1. Karena bahasa Arab sangat terbuka dengan respons beberapa dialek
bahasa Arab di sekitarnya.
2. Karena beberapa penyusun kamus bahasa Arab tidak melakukan
seleksi yang ketat dalam menulis bahasa Arab.
3. Pendapat Para Pakar Bahasa Arab Ada beberapa terjadi perbedaan
pendapat diantara pakar bahasa Arab baik al-muttaqaddimin
maupun almuhdatsin tentang ada atau tidaknya sinonim dalam
bahasa Arab.
I. Pandangan ilmuan terkait keberadaan sinonim
Pada dasarnya, ulama yang berbeda pendapat tentang taraduf terbagi
11
Wijana, I Dewa Putu. 1999. Semantik sebagai Dasar Fundamental Pengkajian Bahasa. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional Semantik I. PPS UNS: Surakarta.
12
Mohammad, Kholison. 2016. Semantik bahasa Arab Tinjauan Historis teoritik dan aplikatif. Jawa
Timur: CC. LISAN ARABI
13
Mohammad, Kholison. 2016. Semantik bahasa Arab Tinjauan Historis teoritik dan aplikatif. Jawa
Timur: CC. LISAN ARABI. Hal.231
15
menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang meyakini bahwa taraduf itu berada
dalam suatu kata. Para pakar ulama yang mendukung adanya sinonim adalah
sibawaih dalam karyanya berjudul “kitab”, lalu Ibnu Jinni yang menyatakan bahwa
“banyak lafâdz namun tertuju pada satu makna” kemudian selain dari itu Imam
Fakhrurazy yang mengakui adanya sinonim dengan membuat definisi khusus
dengan tentang hal tersebut. Adapun Abu al-Husain Ahmad bin Faris di dalam
kitabnya yaitu al-Shahabi, merupakan orang pertama yang memakai kata sinonim
(lafâdz) Dan kitab yang pertama kali memakai istilah sinonim adalah kitab
“alAlfazh al-Mutaradifah wa al-mutaqariban fi al-ma‟na yang dikarang oleh Abu
al-hasanaliy bin Isa al-Rummany”14.
Kedua, golongan ulama yang menolak pendapat di atas. Golongan ini
mengingkari adanya taraduf baik itu memiliki makna satu dengan kata yang
berbeda-beda ataupun taraduf yang dilihat dari sisi sifatnya. Adapun pakar-pakar
bahasa yang menolak adanya sionim dalam bahasa Arab dimotori oleh Imam
15
Tsalab, Abu Aliy alfarisi, Ibn Faris dan Abu Hilal Askary.
14
Ramadhan Abd al-Tawwab, Fushul fi fiqh al-Lughah, (Kairo: Khanji, 1999), 308
15
Abd al-Malik bin Muhammad Abu Manshur al-Tsa’labi, Majalis al-Tsa’lab, (Kairo: Dar alMa’arif, t.th),
Cet. Ke-2, Muqaddimah
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Polisemi adalah suatu kata atau leksem yang memiliki makna bervariasi alias lebih dari
satu. Perlu pemahaman konteks yang sedang dibahas agar bisa memahami makna suatu kata
itu agar terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami kata. Perlu memperhatikan konteks
kalimat, atau langsung bertanya kepada pengucap apa yang dimaksud dengan kata yang
berpolisemi tersebut.
Sinonim adalah relasi kesamaan makna. Satuan kebahasaan dimungkinkan memiliki
kesamaan makna dengan satuan kebahasaan yang lain. Misalnya kata ayah bersinonim dengan
kata bapak, ibu dengan mama, kakak dengan abang, dsb. Sinonim dalam bahasa arab terjadi
karena beberapa faktor : karena bahasa arab sangat terbuka dengan respons beberapa dialek
bahasa arab di sekitarnya, karena beberapa penyusun kamus bahasa arab tidak melakukan seleksi
yang ketat dalam menulis bahasa arab, dan pendapat para pakar bahasa arab ada beberapa terjadi
perbedaan pendapat diantara pakar bahasa arab. Pandangan ulama yang berbeda pendapat tentang
taraduf terbagi menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang meyakini bahwa taraduf itu
berada dalam suatu kata dan kedua, golongan ulama yang menolak pendapat di atas. golongan ini
mengingkari adanya taraduf baik itu memiliki makna satu dengan kata yang berbeda-beda
ataupun taraduf yang dilihat dari sisi sifatnya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Arab, antonim
disebut dengan al-Tadhad. Para ahli linguis Arab klasik mendefinisikan al-Tadhad sebagai satu
kata yang menunjukkan dua makna yang berlawanan. Seperti kata besar sebagai lawan kata kecil,
kata tinggi sebagai lawan kata rendah.
Dalam pembagian jenis-jenis antonim ada berbagai perbedaan pendapat dari setiap pakar
linguis, diantaranya Al Khammas mengklasifikasikan antonim menjadi lima macam jenis, yaitu
: Antonim mutlak, antonim bertingkat, antonim berlawanan, antonim garis samping, dan antonim
garis lurus. Fromkin dan Rodman membagi antonim dalam tiga bagian. Pertama, antonim seakan-
akan dunia terbelah menjadi dua (complementary). Kedua, antonim bertingkat (gradable). Ketiga,
antonim timbal balik (relation apposoties). Moeliono menyebutkan satu lagi antonim yang
berhubungan dengan gerak dan arah, sehingga menjadi empat jenis.
Lain halnya dengan Saeed dalam Kholison menyebutkan bahwa antonim mem iliki jenis,
antara lain: Antonim sederhana, antonim bertingkat, antonim kebalikan, antonim konversi, dan
antonim taksonomi. Dan yang terakhir adalah pendapat dari Verhaar yang membagi antonim
menjadi empat jenis berdasarkan sistemnya, yaitu : Antonim antar kalimat, antonim antar frasa,
antonim antar kata, dan antonim antar morfem. Dan faktor yang menyebabkan terjadinya antonim
17
terbagi menjadi tiga, yaitu: Faktor eksternal seperti, perbedaan dialek, pinjaman bahasa asing,
motivasi sosial; Faktor internal, seperti motivasi relasi makna, motivasi relasi lafazh; dan faktor
historis, seperti peninggalan masa lalu, keadaan asasi kata.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer, ‗Linguistik Umum Edisi Revis Cetakan Keempat‘, Jakarta. PT. Rineka Cipta,
2014.
Abdul Karim Mujahid, ‗Al-Dalālah Al-Lughawiyyah ‗Inda Al-‗Arab‘, Yordania: Dar Al-
Ḍiya, 1985
Asyifah, N. (Volume 11 , No. 2, September 2022, 407-418 ). Relasi Makna Antonimi dalam Al-
Qur’an Surah Yusuf. ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab , 410-411.
Al-Tawwab, Ramadhan Abd. Fushul fi fiqh al-Lughah. Kairo: Khanji, 1999.
Al-Tsa’labi, Abd al-Malik bin Muhammad Abu Manshur. Majalis al-Tsa’lab. Kairo: Dar al-
Ma’arif, Cet. Ke-2, t.th.
Jaszczolt, .M. 2002 Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse. London:
Pearson Education
Kholison, Mohammad. 2016. Semantik bahasa Arab Tinjauan Historis teoritik dan aplikatif.
Jawa Timur: CC.LISAN ARAB
19