Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................3

1.4 Metode Penulisan.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ayat-ayat Al-Qur’an.........................................................................................................4

2.2 Pengertian Desain Pembelajaran......................................................................................4

2.3 Pengertian Desain Intruksional.........................................................................................6

2.4 Kriteria Desain Intruksional.............................................................................................7

2.5 Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran...........................................................8

2.6 Model – model Desain Instruksional................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

3.2 Kritik & Saran................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Desain atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi
seseorang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk guru yang
memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran). Supaya seorang guru dapat
menyusun perencanaan pengajaran dengan baik, maka harus memperhatikan prinsip-
prinsip pengajaran dan memahami strategi pengajaran. Dengan munculnya era
globalisasi di penghujung milenium kedua ini, telah membawa wawasan dan kesadaran
masyarakat, dengan muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan ini
karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai akibat penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi dan teknologi (INFOTEK), dan
di sisi lain muncul juga kecemasan-kecemasan, Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan yang terlalu cepat menyebabkan kondisi masyarakat sulit beradaptasi di
dalamnya.
Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk
mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik.
Dalam hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting,
karena desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau
merencanakan suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk
menyediakan kondisi untuk belajar.
Peningkatan mutu pendidikan terus digalakkan baik ditingkat pusat maupun
daerah. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat baik lokal maupun global,
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka diadakan pengembangan di
bidang pendidikan, yang sekarang kita kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus
melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ada delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi :
1. Standar isi;

2
2. Standar proses;
3. Standar kompetensi lulusan;
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. Standar sarana dan prasarana;
6. Standar pengelolaan;
7. Standar pembiayaan;
8. Standar penilaian pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Agar pembahasan di dalam makalah ini tidak lari dari sub judulnya, ada baiknya
penyusun merumuskan masalah-masalah apa saja yang akan dijelasakan dan diuraikan
antara lain :
1. Apakah pengertian desain pembelajaran ?
2. Apakah pengertian desain intruksional ?
3. Bagaimana kriteria desain intruksional ?
4. Bagaimana hubungan perencanaan dengan desain pembelajaran ?
5. Bagaimana model-model desain intruksional ?

1.3 Tujuan Penulisan


Ada beberapa tujuan penyusun dalam menulis makalah ini, diantaranya :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian desain pembelajaran
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian desain intruksional
3. Mahasiswa mengetahui kriteria desain intruksional
4. Mahasiswa mengetahui hubungan perencanaan dengan desain pembelajaran
5. Mahasiswa mangerti dan memahami model-model desain intruksional.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan
gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur
buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan
diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman-teman.

3
BAB II

PEMBAHASAN

HAKIKAT DAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

2.1 Ayat-ayat Al-Qur’an


1. Q.S. Az-Zumar ayat 9 :

‫ت ٰانَٓا َء الَّ ْي ِل َسا ِجدًا َّوقَٓائِ ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ ا َرحْ َمةَ َرب ِّٖه ۗ قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل‬
ٌ ِ‫اَ َّم ْن هُ َو قَان‬
‫ب‬ِ ‫يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬

"(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah
pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sebenarnya hanya orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran."

2. Q.S. Al-Baqarah ayat 31:

ٰ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰلٓئِ َك ِة فَقَا َل اَ ۢ ْنبِـئُوْ نِ ْي بِا َ ْس َمٓا ِء ٰۤهؤُٓاَل ِء اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ‫ص ِدقِ ْين‬ َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬

"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia
perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, Sebutkan kepada-Ku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar!"

3. Q.S. An-Nahl ayat 125 :

َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ ۗ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
َ‫َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."

4. Q.S. An-Nahl ayat 78:

ٰ ‫َوهّٰللا ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َشيْــئًا ۙ َّو َج َع َل لَـ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َب‬
َ‫ْص َر َوااْل َ ْفئِ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

4
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur."

2.2 Pengertian Desain Pembelajaran


Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design yang berarti perencanaan
atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu
manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan
istilah planning yaitu “Persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah
penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada
pencapaian tujuan tertentu”. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006), mengartikan desain
sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi
terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan langkah-
langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan
demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang
diawali dari penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk
merespons kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya
dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain)
yang disusun.
Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) denga
peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menguasai kompetensi yang telah
ditentukan. Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup
belajar. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.

5
Pembelajaran juga diartikan dengan usaha untuk memberdayakan semua potensi
anak didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran harus
mampu mendorong untuk terbentuknya kemampuan, yaitu mengetahui, memahami,
melakukan sesuatu dan mengaktualisasikan diri.. Agar kemampuan tersebut dapat
dibentuk, maka kegiatan pembelajaran harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
Desain pembelajaran sendiri menurut Shambaugh (2006) yang dikutip oleh Wina
Sanjaya adalah “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner
needs and construct structures possibilities to responsively address those needs.” Jadi
dengan demikian, suatu desain pembelajaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan
siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab
kebutuhan tersebut. Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992) menjelaskan bahwa
desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, di mana proses
belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang.
Menurut Gagne, belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua factor yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Factor internal adalah factor yang berkaitan dengan kondisi
yang dibawa atau datang dari dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya
belajar seseorang, minat dan bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan
penyediaan kondisi atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain
pembelajaran berkaitan dengan faktor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan
kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Gagne, kondisi internal dapat
dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.

2.3 Pengertian Desain Intruksional


Intruksional berasal dari kata intruction yang berarti pengajaran, pelajaran, atau
bahkan perintah/intruksi. Menurut Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH intruksinal berarti
memberi pengetahuan/informasi khusus dengan maksud melatih berbagai bidang
pengetahuan, dalam bidang pendidkan intruksional berarti pengajaran/pelajaran. Menurut
Ade Lukman S.Pd.I desain instruksional adalah cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi
yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hasil akhir dari
pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi

6
belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan konsisten untuk dapat mencapai
tujuan instruksional tertentu.
Desain instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang
didesain, sehingga setelah mengalami beberapa kali revisi, sistem instruksional tersebut
dapat memuaskan hati pendesainnya. Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional
dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas
yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan
serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
Desain Instruksional sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem dalam Instruksional
lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional, di mana setiap komponen bekerja dan
berfungsi untuk mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta
didik, materi, kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan
belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional
pebelajar yang dikehendaki.
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain instruksional berkenaan dengan
proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi
pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil
belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai
tujuan termasuk metode, teknik, dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik
evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.

2.4 Kriteria Desain Intruksional


Desain intruksional yang baik harus memiliki beberapa kriteria di antaranya :
1. Berorientasi pada siswa
Mendesain pembelajaran perlu diawali dengan melakukan studi pendahuluan
tentang siswa. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang siswa di antaranya :
a. Kemampuan dasar
Pemahaman kemampuan dasar yang dimiliki siswa perlu dipahami untuk
menentukan dari mana sebaiknya kita mulai mendesain pembelajaran. Dalam

7
menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki siswa.
b. Gaya belajar
Gaya belajar setiap siswa memiliki perbedaan, ada yang bertipe auditif, visual
dan kinetetis. Siswa yang bertipe auditif akan dapat menangkap informasi lebih
banyak melalui pendengaran, dengan demikian desain pembelajaran dirancang
agar siswa lebih banyak mendengar melalui berbagai media, misal radio atau tape
recorder.
2. Berpijak pada pendekatan sistem
System adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai
tujuan. Melalui pendekatan system, bukan saja dapat diprediksi keberhasilannya, akan
tetapi juga akan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan
system dari awal sudah diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat
menghambat terhadap pencapaian tujuan.
3. Teruji secara empiris
Sebelum digunakan, sebuah desain intruksional harus teruji dahulu efektivitas
dan efisiensinya secara empiris. Melalui pengujian secara empiris dapat dilihat
berbagai kelemahan dan berbagai kendala yang mungkin muncul sehingga jauh
sebelumnya dapat diantisipasi.

2.5 Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran berbeda dengan Desain Pembelajaran, namun
keduannya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas
mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan
kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Walaupun
perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki
posisi yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau
penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan pada proses
merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa.
Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah
perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga; sedangkan
pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah
siswa itu sendiri sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.

8
2.6 Model – model Desain Instruksional
Pada sistem intruksional, kita hadapkan pada tiga buah pertanyaan penting yakni
bagaiman cara mendesain suatu program, struktur program yang bagaimana yang akan
dipergunakan, dan pola mengajar apa yang akan diterapkan sehubungan dengan
pelaksanaan progrm yang telah didesain itu. Dimuka telah dijelaskan bahwa desain
sistem pembelajaran berbeda dengan perencanaan sistem pembelajaran. Walaupun
perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran keduanya punya posisi
yang berbeda. Ada beberapa model-model desain intruksional yang dapat ditawarkan
antara lain :

1. Model Kemp
Model desain sistem intruksional dikembangkan oleh Kemp merupakan model
yang membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran
terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
tujuan dan berbagai kendala timbul. Model desain yang dikembangkan Kemp :
Komponen-komponen dalam suatu desain intruksional menurut Kemp adalah :
a. Hasil yang ingin dicapai
b. Analisis tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
h. Tes awal
i. Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan siklus yang terus-menerus direvisi setelah
dievaluasi baik evaluasi sumatif maupun evaluasi formatif, serta diarahkan untuk
menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas dan berbagai
kendala yang muncul. Menurut sumber lainnya, model Kemp merupakan sistem
pengajaran yang sederhana yang mana dibagi menjadi delapan langkah yaitu :
a. Menentukan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang ingin dicapai untuk
masing-masing pokok pembahasan;
b. Menganalisis karakteristik peserta didik;
c. Menentukan tujuan instruksional khusus;

9
d. Menentukan materi pelajaran sesuai dengan tujuan intruksional khusus yang
telah dirumuskan;
e. Menetapkan pengajaran awal;
f. Menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan
tujuan intruksional khusus;
g. Mengkoordinasi sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan,
waktu, dan tenaga;
h. Mengadakan evaluasi untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program
secara keseluruhan

2. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)


Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) adalah model yang
dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI
berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran
secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. PSSI merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan ke
dalam sistem pendidikan, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri
dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. PPSI dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada 4
syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan
yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan
proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan
hanya satu bentuk tingkah laku
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item
soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah
perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan
c. Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni merumuskan materi
pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran

10
e. Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi
pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.

3. Model Banathy
Model desain system pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model-model
sebelumnya. Model ini memandang bahwa penyusunan system instruksional
dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain
suatu program pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem
maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai
oleh siswa atau peserta didik
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes
dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan
tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai
keberhasilannya
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventasikan
seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai
dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat
diterapkan
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap
komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan
e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas system, yakni melatih
sekaligus menilai efektivitas system, melakukan penempatan dan melaksanakan
evaluasi
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi
Jika kita lihat langkah 1 dan 4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan,
sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan sesudah
dirumuskan.

4. Model Dick dan Cery


Model dick and cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan
pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan
khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan
kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Criterion Reference Test, artinya tes yang

11
mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus
selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan
pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu
dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir
dari desain ini adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi   formatif dan evaluasi
sumatif. Model Dick and Cery termasuk ke dalam model prosedural. Langkah-
langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran;
b. Melaksanakan analisi pembelajaran;
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa;
d. Merumuskan tujuan performansi;
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan;
f. Mengembangkan strategi pembelajaran;
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran;
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah, setiap langkah sangat jelas
maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar
untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and
Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah
yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and
Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun
sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di
mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan agar pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa
dapat mengetahui di mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada
akhir pembelajaran, adanya hubungan antara tiap komponen khususnya strategi
pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, menerangkan langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia, karena dengan
adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang kreatif dan mempunyai ide-ide
yang cemerlang dalam mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi yang ada pada diri
manusia akan berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan dengan
sebaik mungkin kearah yang positif. Kurikulum terus berubah karena potensi siswa,
kondisi pendidikan, persaingan global, persaingan pada kemampuan SDM dan
persaingan terjadi pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut harus mampu:
(a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b)
Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai
sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber
belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f)
Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan
penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h)
Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian,
serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala
makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: Pembelajar (pihak yang
menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal
dan pra syarat. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi
yang akan dikuasai oleh pembelajar. Konsep tujuan pengajaran atau pembelajaran
menitik beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performace) sebagai suatu
jenis output yang terdapat dari siswa, yang dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa
tersebut telah melakukan kegiatan belajar.

13
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk
mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam
pelajaran atau lebih.

3.2 Kritik & Saran


Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis
hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan
makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan
hikmah bagi penulis dan pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

UUD tentang Standar Nasional Pendidikan, No 19 tahun 2005. 2005. Jakarta : Depdiknas.
Arifin, Zainal.2009.Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam Departemen
Agama RI.
Hamelik, Oemar.2005.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Limbong, Masdar.2009.Perencanaan Pembelajaran Agama Islam.Medan : STAI Al-Hikmah.
Rohani, Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina.2008.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Supriatna, Dadang.2009.Konsep Dasar Desain Pembelajaran. Pusat Pengembangan Dan
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak Dan
Pendidikan Luar Biasa.
Yamin, Martinis.2011.Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta : Gaung Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai