Nim : 20106011015
Makul : Ilmu Pendidikan Islam
Kelas : PAI A1 / 3
Dosen : Prof.Dr.H.Mudzakkir Ali,MA.
2. a. Materi (Maaddah) itu penting, Sebab ia adalah acuan utama dalam mengajar.
Materi adalah makanan pokok utama dalam mengajar (tadris). Tapi metode jauh lebih
penting dari materi. Metode adalah cara penyajian materi. Metode adalah cara
menyampaikan materi itu, sehingga murid faham dan merasa bahwa mereka
mendapat ilmu baru. Materi yang berat sekalipun, akan terasa ringan jika cara
penyampaiannya sederhana dan tepat. Tapi materi sederhana sekalipun, justru akan
terasa sulit jika metode penyampaiannya salah. KH.Idris Jauhari allahummafirlahu ,
saat mengajar al-tarbiyah wa alta’lim berkata : “ Kalau Anda nanti menjadi seorang
Ustadz, menemukan murid yang tidak faham-faham, jangan terburu-buru untuk
memarahi, apalgi memberikan iqob,. Intropeksilah !! Saya yakin (almarhum) pasti
karena ada metode kalian ada yang salah. Kalau murid (Jahil) Bodoh, itu bukanlah
karena yatajahal (pura-pura bodoh). Mereka betul-betul tidak tahu. Oleh karenaya,
sebagai Guru yang harus mau mengerti. Karena Guru itu sudah pernah jadi murid,
sedangkan murid belum pernah jadi Guru….Camkan itu…”
(Sumber:https://rohman-utm.blogspot.com/2018/05/cara-lebih-penting-dari-pada-
materi.html )
“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang
ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai
dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka
dengan (cara) yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih
mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).” QS,An Nahl : 125
ف َع ۡن ُه ۡم َوٱ ۡستَ ۡغ ِف ۡر هَلُۡم َو َشا ِو ُهۡر ۡم ِ ِ Aِ نت فَظًّا َغلِی َظ ٱ ۡل َق ۡل
ُ ب لَٱن َفضُّو ۟ا م ۡن َح ۡول َۖك فَٱ ۡع
ِِ
َ فَبِ َما َر ۡح َم ࣲة ِّم َن ٱللَّه ل
َ نت هَلُ ۖۡم َولَ ۡو ُك
ِ ُّ ِت َفَت َو َّك ۡل َعلَى ٱللَّ ِۚه ِإ َّن ٱللَّهَ حُی ِ
َ ب ٱ ۡل ُمَت َو ِّكل
نی َ )فی ٱ ۡلَأ ۡم ِۖر فَِإ َذا َعَز ۡم
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”
(QS.Ali Imron : 159)
( Sumber : Prof. Dr Hamka, 1980, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, hal 129 )
(Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 128 )
1. Kepribadian yang stabil, bertindak sesuai dengan norma sosial dan bangga menjadi
guru.
2. Kepribadian yang dewasa, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Berakhlak mulia meliputi bertindak sesuai dengan norma religious dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik.
(Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 128 )
4. a. Kultur lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta
menentukan corak pendidikan Islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta
didik. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan.
Disebabkan lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses
belajar-mengajar secara aman, nyaman, tertib dan berkelanjutan. Denga suasana
seperti itu, proses pendidikan dapat diselenggarakan menuju tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Pada periode awal, umat Islam mengenal lembaga pendidikan berupa kuttab, yang
mana di tempat ini diajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an lalu diajarkan pula
ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Begitu diawal dakwah Rasulullah Saw,
ia menggunakan rumah Arqam sebagai institusi pendidikan bagi sahabat awal
(assabiqunal awwalun). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan
pendidikan Islam mengenal adanya rumah, masjid, kutub, dan madrasah sebagai
tempat berlangsungnya pendidikan, atau disebut juga sebagai lingkungan pendidikan.
( Sumber : Salim, Hailami dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan
Islam.( Jogjakarta : 2012), hlm. 261 )
b. Pertama, perlunya manajemen yang berbasis motivasi. Hal ini penting, mengingat
problem terbesar bangsa ini adalah masalah motivasi dan etos. Motivasi akan mampu
meciptakan komitmen, komitmen akan melahirkan etos, etos menciptakan daya gerak,
daya gerak akan menciptakan perubahan. Kultur lingkungan yang baik, adalah yang
mampu menciptakan perubahan. Dan, perubahan bermuara pada motivasi.
Kedua, Perlunya manajemen yang berbasis komunikasi. Manajemen ini, menekankan
akan pentingnya kesadaran bahwa etos profesionalitas (mutu), sangat ditentukan oleh
kualitas komunikasi. Semakin jernih komunikasi pada lingkungan, dapat diprediksi
kultur lingkungan yang jernih pula. lingkungan dalam manajemen prasangka,
misalnya, tidak akan terjadi karena chanel komunikasi telah terfasilitasi.
Ketiga, perlunya manajemen yang berbasis reward and punishmen. Artinya, dalam
kepemimpinan modern dua hal itu merupakan “bahasa komunikasi professional” yang
mutlak dibutuhkan. Sehingga penempatan orang didasarkan penghargaan atas kualitas
kerja bukan pada like dan dislike. Sedangkan, hukuman penting dipikirkan untuk
menegakkan aturan main institusi sehingga kultur lingkungan berjalan atas aturan
baku yang mengikat dan tidak pandang bulu.
Keempat, perlunya manajemen yang berbasis baca tulis. Manajemen ini, nyaris tidak
pernah tersentuh oleh sekolah. Tak pernah terpikirkan bahwa guru (komponen
sekolah) setiap saat penting untuk meningkatkan kualitas melalui dua budaya ini. Hal
ini, mengingat dua hal tersebut merupakan unsur penting dalam tradisi pengembangan
SDM mutakhir untuk menuju kultur lingkungan yang berkualitas.
( Manan, Imran. 1989, Anthropologi Pendidikan, Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga PendidikanTenaga Kependidikan Dirjen Dikti
Depdikbud )
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah
nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran
tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada
Al-Qur’an dan hadist serta akal.
.Manusia sebagai objek material adalah karena manusia dalam konsep dasar Islam
disebut sebagai fitrah.Maksud daripada fitrah dalam hal ini yaitu sebagai makhluk
yang terus menerus terdidik untuk tunbuh dan berkembang.Sedangkan objek
formalnya adlaah usaha atau upaya dari manusia itu sendiri dalam aktivitas
pendidikan yang membawa mereka kepada manusia yang Kamil.
fungsi pendidikan Islam secara totalitas adalah, untuk membangun manusia yang
mampu membangun dunia dengan segala dimensinya, sesuai dengan komitemen
imannya terhadap Allah swt.