Disusun oleh :
Ardela Lisandi
Ika Sarinah
Jenni
Vina Nadia
Taufik Hidayatullah
Dosen Pengampu :
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................6
3.2 Saran......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, guru atau calon guru perlu memiliki strategi pembelajaran agar
nantinya menjadi guru yang professional dan dalam satu strategi pembelajaran dapat
menggunakan lebih dari satu metode pembelajaran. Satu metode pembelajaran dapat
digunakan untuk beberapa keterampilan pembelajaran. Tetapi pemilihan metode harus
disesuaikan dengan bahan pelajaran, situasi dan kondisi. Karena metode memegang
peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan menjadi motivasi ekstrinsik.
Adapun metode pembelajaran yang terkenal yakni metode ceramah, metode simulasi,
metode diskusi, metode demonstrasi, metode resitasi dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam menyikapi banyaknya kegiatan sekolah yang menyebabkan
kurangnya efektifitas dan efisiensi akan kegiatan interaksi belajar mengajar, guru perlu
menggunakan metode pemberian tugas atau resitasi. Karena bila hanya menggunakan
seluruh jam pelajaran yang ada maka tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran
yang diharuskan.Dalam makalah ini, kami akan mendalami pembahasan tentang metode
bercerita, dalil tentang metode bercerita, kelebihan dan kekurangannya hingga langkah
apa saja yang harus dilakukan ketika ingin menerapkan metode bercerita.
PEMBAHASAN
Metode merupakan cara kerja yang sistematis yang fungsinya merupakan alat
untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan
metode pembelajaran adalah adalah suatu cara atau system yang digunakan dalam
pembelajaran yang berfungsi untuk memudahkan agar anak didik dapat mengetahui,
memahami, menggunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu.1
Metode bercerita, secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu kata Qashash
merupakan bentuk jamak dari Qishash, masdar dari Qassa, Yaqussu, artinya adalah
menceritakan dan menelusuri/mengikuti jejak (Manzhur, 711H: 148). Dalam al-Qur’an
lafaz Qashash mempunyai makna yaitu kisah atau cerita. Qashash artinya berita
alQur’an tentang umat terdahulu (Abdullah, 1994: 205). Metode bercerita adalah cara
penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari
guru kepada anak didik. Dalam kegiatan pelaksanaannya, metode bercerita dilaksanakan
dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal-hal
baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai
kompetensi dasar (Dhieni, 2008: 66). 2
1
M Fadilah, Desain Pembelajaran PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 161
2
Tambak, Syahraini. Juni 2016 ‘’ Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam’’ .
Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru. jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1.
https://media.neliti.com/media/publications/195161-ID-metode-bercerita-dalam-pembelajaran-pend.pdf
( Diakses pada Selasa, 17 maret 2020 )
dan dibaca. Bercerita diungkapkan melalui ekspresi yang menarik terlihat disenangi
oleh si pendengar cerita. Bercerita sangat penting bagi perkembangan anak.3
Dari segi istilah, bercerita menurut Gorden dan Brown merupakan cara untuk
meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Hidayat, 2006:
417). Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku
di masayarakat. Seorang pencerita yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu
yang menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap dongeng yang diceritakan akan
memberikan suasana yang segar, menarik, dan menjadi pengalaman yang unik bagi
anak (Hidayat, 2006: 417). Metode berceritao menurut Nur Uhbiyati yaitu dengan
mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia di masa lampau yang menyangkut
ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang
dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW atau Rasul yang hadir di tengah mereka
(Uhbiyati, 1997: 111). Sementara Samsul Nizar dan Zaenal Efendi Hasibuan
menyebutkan metode bercerita ini dengan metode kisah yang digambarkan sebagai
metode dengan menggunakan cerita-cerita yang dapat menghubungkan materi pelajaran
dengan kajian masa lampau agar lebih dapat dan mudah dipahami oleh peserta didik
dalam alam lebih nyata (Nizar & Hasibuan, 2011: 78).4
Dengan demikian, dari beberapa devinisi metode bercerita beberapa ahli diatas.
Maka dapat disimppulkan bahwa metode bercerita adalah suatu metode mengajar yang
digunakan oleh seorang pengajar atau pendidik dengan menuturkan kisah-kisah secara
lisan yang diorientasikan kepada hikmah dan ibrah.
3
Lilis.Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.( Jakarta: Prenada Media Group,
2016).h.162
4
Tambak, Syahraini. Juni 2016 ‘’ Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam’’ .
Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru. jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1.
https://media.neliti.com/media/publications/195161-ID-metode-bercerita-dalam-pembelajaran-pend.pdf
( Diakses pada Selasa, 17 maret 2020 )
2.2 Dalil Tentang Metode Bercerita
“ Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka,
dan kami telah menganugrahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya
sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya
berkata kepadanya, janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang membanggakan diri.” (QS. Al-Qasas 28: ayat 76)
“ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qasas 28: ayat 77)
قلى
ُر َج ْم ًعاlَ َّوةً َواَ ْكثlُهُ قlش ُّد ِم ْن
َ َقَا َل اِنَّ َمآ اُ ْوتِ ْيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم ِع ْن ِد ْيقلى اَ َولَ ْم َي ْعلَ ْم اَنَّ هَّللا َ قَ ْد اَ ْهلَ َك ِمنْ قَ ْبلِ ِه ِمنَ ا ْلقُ ُر ْو ِن َمنْ ه َُو ا
)78( َسئَ ُل عَنْ ُذنُ ْوبِه ْي ُم ا ْل ُم ْج ِر ُم ْون ْ َُواَل ي
“ Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu
yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat dari padanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan
orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.” (QS. Al-
Qasas 28: ayat 78)
ٍّ فَ َخ َر َج َعلَى قَ ْو ِم ِه فِ ْي ِز ْينَتِ ِهقلى قَا َل الَّ ِذيْنَ يُ ِر ْيد ُْونَ ا ْل َحيَوةَ ال ُّد ْنيَا يَلَيْتَ لَنَا ِم ْث َل َمآ اُ ْوتِ َي قَا ُر ْونُال اِنَّهُ لَ ُذ ْو َح
)79( ظ ع َِظ ْي ٍم
“ Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang
yang menginginkan kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kita mempunyai harta
kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar
mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Qasas 28: ayat 79)
5
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hlm.117
a) Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi
oleh masalah lain.
b) Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud
sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
c) Tidak semua pendidik dapat menjiwai suatu cerita seperti yang dimaksudkan
oleh pengarangnya.
d) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan dan menerima
pesan.
e) Kurang merangsang perkembangan kreativitas anak untuk mengutarakan
pendapatnya.
f) Daya serap dan daya tangkap anak didik berbeda-beda dan masih lemah
sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
g) Cepat menumbuhkan rasa bosan bila penyajiannya kurang menarik.6
6
Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka, 2005.
hal, 6.6
Mengatur tempat duduk anak.
Pembukaan kegiatan bercerita
Pengembangan cerita yang dituturkan guru
Menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan
perasaan anak.
Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan
yang berkaitan dengan isi cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.7
BAB III
PENUTUP
7
Moeslichaton, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2000), h. 176-180
3.1 Kesimpulan
Salah satu metode yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak
adalah metode bercerita. Kemampuan berbicara anak akan dapat berkembang
apabila anak diberi kesempatan untuk menyimak cerita kemudian
mengungkapkan apa yang dia dengarkan, melalui metode bercerita juga anak
dapat mengingat kejadian-kejadian dalam sebuah cerita dengan cepat, misalnya
kemampuan anak dalam mengingat, kemampuan anak dalam melatih kemampuan
imaginasi, keaktifan anak dalam menyampaikan perasaan, mengajukan
pertanyaan, dan keaktifan anak dalam menjawab pertanyaan. Dengan
penyampaian pembelajaran menggunakan metode bercerita akan ada peningkatan
anak terhadap kemampuan berbicaranya. Maka dalam mengembangkan
kemampuan berbicaranya anak memilikicara-cara tersendiri sesuai dengan
tahapan perkembangannya, dalam menanggapi suatu pokok bahasan yang
diceritakan. Sehingga anak secara bertahap dapat berpikir abstrak dan konstruktif.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Muhammad. Desain Pembelajaran PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media).2012
Lilis.Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.( Jakarta: Prenada
Media Group) , 2016
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta:
Bumi Aksara), 1991
Dhieni , Nurbiana, dkk, Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Penerbitan
Universitas Terbuka), 2005
Moeslichaton, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rhineka
Cipta), 2000
Syahraini, Tambak. Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam . Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru. urnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1.
https://media.neliti.com/media/publications/195161-ID-metode-bercerita-dalam-
pembelajaran-pend.pdf ( Diakses pada Selasa, 17 maret 2020 )