Anda di halaman 1dari 16

RISET BASED LEARNING

PENGARUH KALOR JENIS PEMBERSIH CLOSET TERHADAP


PEMANFAATAN DAN DAMPAK PADA KULIT MANUSIA

KELOMPOK IV

Nama Anggota : 1. Fadhlina Noer (16033073)


2. Syafrinaldi (16033025)
3. Viviandri (16033061)
Prodi : Pendidikan Fisika A
Dosen : Renol Afrizon,S.Pd, M.Pd

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim, puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Research Based

Learning dengan judul “Pengaruh Kalor Jenis Pembersih Closet Terhadap Pemanfaatan

dan Dampak Pada Kulit Manusia” yang bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca

dan memenuhi tugas akhir mata kuliah termodinamika. Penulis RBL ini terdiri dari 3 orang

Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika A, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang. Nama-namanya sebagaimana terlampir. Dalam

penulisan ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan perhatian berbagai pihak. Oleh karena itu,

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT.

2. Bapak Renol Afrizon,S.Pd,M.Pd selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Termodinamika

FMIPA UNP

Bagi Penulis, makalah ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya, walaupun begitu Penulis

menyadari pasti masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,

Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

InsyaAllah, Aamiin.

Padang, 27April 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembersihan closet saat ini dilakukan dengan berbagai cara, cara yang paling
ampuh adalah dengan menggunakan zat kimia yang diolah sedemikian rupa sehingga proses
pembersihan menjadi lebih mudah. Zat kimia tersebut memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda dalam membantu pembersihan closet. Masyarakat sebagai pengguna mempunyai hak
untuk memilih mana zat yang ingin ia pakai dalam proses pembersihan closet. Namun,
masyarakat tidak mengetahui dampak negative dari zat itu.
Penggunaan zat kimia dikalangan masyarakat sangat tidak asing lagi. Kebiasaan
masyarakat menggunakan zat kimia ini sayangnya tidak diimbangi dengan pengetahuan
mengenai dampak negative dari zat kimia itu bagi tubuhnya. Namun, hal tersebut tidak bisa
disalahkan sepenuhnya kepada masyarakat tersebut dikarenakan memang belum ada
penelitian langsung tentang pembersih kloset. Contohnya dalam pembersihan closet yaitu
Prostex, harpic, wipol dll. Perlu diketahui mana yang bagus untuk pembersihan serta baik
juga bagi tubuh.
Pada RBL ini, penulis akan mengkaji mengenai zat kimia pembersih closet yaitu
prostex, harpic, dan wipol yang baik untuk pembersih closet serta yang terbaik bagi kulit
pengguna. Penulisan ini akan membantu masyarakat memilih produk terbaik bagianya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumusakan masalah sebagai berikut
a. Bagaimana pengaruh kalor jenis terhadap pemanfaatannya sebagai pembersih closet?
b. Bagaimana pengaruh kalor jenis terhadap dampak pada kulit manusia?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat di tuliskan tujuan
a. Menentukan pengaruh kalor jenis terhadap pemanfaatannya sebagai pembersih closet
b. Menentukan pengaruh kalor jenis terhadap dampak pada kulit manusia
D. Manfaat
Dengan dilakukannya riset ini diharapkan peneliti dan pembaca dapat mengetahui
pengaruh kalor jenis zat kimia pembersih closet terhadap terhadap pemanfaatannya sebagai
pembersih closet dan dampaknya pada kulit manusia. Sehingga bisa memilih produk zat
kimia yang aman bagi kesehatan dan ampuh dalam membersihkan noda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Dasar
1. Zat kimia pembersih closet
Sustainable Consumption and Production (SCP) menyatakan cairan pembersih
lantai mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. "Iklan
cairan pembersih lantai itu sangat menarik konsumen, padahal bahan kimia yang
terkandung di dalamnya berbahaya," kata Koordinator SCP Lokal Surabaya Retno
Widiastuti, Ahad (7/9). Menurut dia, isi iklan yang ada selalu mendaku (klaim) bahwa
cairan pembersih lantai dengan kombinasi bahan aktif dapat mengangkat dan
menghilangkan kotoran pada lantai.
"Tidak hanya itu, tetapi juga diklaim sebagai pembunuh kuman dan melindungi dari
bakteri atau antibakteri. Selain lantai, juga dapat membersihkan kamar mandi, permukaan
kompor, meja, dan kursi, termasuk juga untuk kandang binatang dan tempat sampah,"
katanya.

2. Kalor Jenis
Kalor adalah bentuk energy yang berpindah dari zat bertemperatur tinggi ke zat
yang bertemperatur lebih rendah sampai dicapai kondisi setimbang, yaitu zat-zat dalam
kondisi bertemperatur yang sama. Satuan yang digunakan untuk kalor adalah kalori atau
Joule. Satu kalori adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan 1 gram air
sebesar 1ºC.
Kemampuan suatu cairan dalam menyerap kalor bergantung pada kalor-jenis dari
zat tersebut. Kalor-jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikan
temperatur satu satuan massa zat sebesar 1 derajat satuan temperatur.
Kalor-jenis suatu zat dapat diukur dengan menggunakan persamaan:

Q
c= m ∆T
dengan pengertian notasi
c = kalor jenis zat
Q = kalor yang diberikan pada zat (kalori atau Joule)
m = masa zat (kilogram)
ΔT = perubahan suhu zat dari sebelum diberikan kalor sampai dengan diberikan kalor
(celcuis atau kelvin)

Berikut table beberapa kalor jenis benda Pada tekanan 1 atm dan suhu 20ºC
Tabel 2.1 Kalor jenis beberapa zat

3. Dampak Pembersih Kloset Terhadap Kulit Manusia


Dalam hal itu, masyarakat atau konsumen sering awam dan mereka beranggapan
segala hal yang berhubungan dengan bahan pembersih selalu bermanfaat bagi kesehatan.
"Mereka lupa kalau ada bahan aktif dalam produk pembersih lantai yang sangat tidak
ramah lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia," katanya.
Dari label kemasannya yang beredar diketahui bahwa bahan aktif yang terkandung
dalam bahan pembersih lantai dan lantai kamar mandi adalah Cresylic Acid (1,5 persen),
Ethoxylated Alcohol (4 persen), Benzalkonium Chloride (2 persen), Natrium Lauril Eter
Sulfat (2,5 persen), dan Alcohol Ethoxylate Natrium Lauril Eter Sulfat atau disebut
Sodium Laureth Sulfate (SLS).
"SLS itu sering menimbulkan iritasi kulit dan mata, terutama bagi yang sensitif.
SLS menjadi bahan penyebab polusi air (polutan) dan beracun bagi ikan dan organisme
air. Juga, dapat mencemari air tanah kita," katanya.
Untuk Cresylic Acid atau disebut juga cresol dinilai EPA (Environmental
Protection Agency) AS sebagai bahan yang memungkinkan menyebabkan kanker pada
manusia (possible human carcinogens).
"Itu didasari uji klinis pada hewan bahwa golongan bahan kimia ini dapat
menyebabkan kanker. Bagi makhluk hidup, jika cresol ini terhirup, dapat menyebabkan
iritasi saluran pernapasan, sedangkan penelitian pada mencit dapat memengaruhi
peredaran darah, hati, ginjal, sistem syaraf, dan penurunan berat badan," katanya.
Selain untuk desinfektan, Cresol sering dipakai sebagai herbisida dan insektisida.
EPA sendiri belum merekomendasikan batas aman untuk penggunaan Cresylic Acid
dalam bentuk konsentrat.
Sementara itu, Benzalkonium Chloride merupakan bahan aktif yang sangat beracun
bagi organisme air seperti ikan. Benzalkonium chloride digunakan dalam bentuk cairan
dan konsentrasi 10 persen bersifat toksik bagi manusia, yang dalam jangka waktu yang
lama atau terminum dapat menyebabkan kematian.
"Jadi, memilih pembersih lantai dengan kandungan yang aman untuk manusia
adalah yang terpenting. Chlorine adalah zat kimia berbahaya yang sering digunakan
dalam cairan pembersih lantai," katanya.

B. Hipotesis
Semakin tinggi kalor jenis zat kimia pembersih closet, maka semakin cepat noda-noda di
closet hilang, tetapi semakin berdampak buruk pada kesehatan kulit.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Jenis Percobaan
Pada percobaan ini digunakan jenis penelitian Kuantitatif atau yang dapat di ukur.

B. Waktu dan Tempat Percobaan


Percobaan ini dilakukan pada hari kamis tanggal 10 Mei 2018 di Laboratorium Fisika
Dasar lantai 3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang
Jam 13.20-15.50 WIB
C. Desain Percobaan
1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan
Termometer
Bejana Pemanas
Pemanas Air
Kalorimeter
Pemanas
Pengaduk
Neraca Ohauss
Bahan yang digunakan
Pembersih kloset
Air
Sarung tangan
Tisu

2. Prosedur Percobaan
Kegiatan :Menentukan Kalor Jenis dari Zat kimia pembersih kloset
a. Menyiapkan Alat dan bahan untuk percobaan
b. Timbang kalorimeter kosong menggunakan neraca ohauss misalkan massanya
M0 gram.
c. Memasukkan pembersih kloset seperti Wipol kedalam kalorimeter tersebut (1/3
bagian volume bejana) dan menimbang calori meter yang berisi detergen bubuk
misakan M1 gr, catat suhu t1. Berari Massa pembersih closet m1 = (M1- M0).
d. Memanaskan air dengan menggunakan alat pemanas misalnya sampai suhunya
t2 oC. (diukur menggunakan termometer).
e. Memasukkan air panas kedalam kalorimeter yang berisi wipol, kemudian
membaca suhu akhir setelah dicampur dengan air panas sebagai ta oC.
f. Menimbang massa pembersih closet setelah dicampurkan air panas dengan
menggunakan neraca ohauss dan mencatat sebagi M2 gr.
g. Hitung kapasitas kalor jenis detergen bubuk dengan menggunakan persamaan :

¿(C+ m1 Ca)(t 2−ta)


C=
m2 ( ta−t 1 )
h. Dengan cara yang sama Melakukan Prosdur percobaan a-f untuk pembersih
closet yang lain yaitu, WPC dan prostex.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Data

Pengukuran Kapasitas Kalorimeter dan Kalor Jenis Pembersih Closet

N Sampe M0 M1 M2 m1 m2 T1 T2 Ta C c
o l (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (°C) (°C (°C)
)
1 Prostex 0.13 0.24 0.332 0.11 0.08 32 70 43 350,12 12.658
3 6 3 6 7
2 Wipol 0.13 0.23 0.313 0.10 0.08 32 70 45 226,15 10.313,6
3 3 0 0 0
3 WPC 0.13 0.25 0.343 0.11 0,09 32 70 47 86,24 10.605,9
3 2 9 1

B. Analisis Data

Menentukan Kapasitansi Kalorimeter

1. Prostex
m2 Ca ( T 2−Ta ) −m1 Ca(Ta−T 1)
C=
(Ta−T 1)

= (0.086Kg)(4.200 J/Kg°C)( 70 - 43 )-( 0.113 Kg)( 4.200 J/Kg°C)( 43 - 32)


( 43°C - 32°C )
= 3851,4 J
11°C
= 350,127J/°C
2. Wipol
m2 Ca ( T 2−Ta ) −m1 Ca(Ta−T 1)
C=
(Ta−T 1)

= (0.080 Kg)(4.200 J/Kg°C)( 70 - 45)°C-( 0.100)( 4.200 J/Kg°C)( 45 - 32)°C


( 45°C - 32C )
=2940J
13°C

= 226,15J/°C

3. WPC
m2 Ca ( T 2−Ta ) −m1 Ca(Ta−T 1)
C=
(Ta−T 1)
= (0.091 Kg)(4.200 J/Kg°C)( 70 - 47 )-( 0.119 Kg)( 4.200 J/Kg°C)( 47 - 32)
( 47°C - 32°C )
= 1293,6 J
15°C

= 86,24J/°C

Menentukan Kalor Jenis

¿(C+ m1 Ca)(T 2−Ta)


1. C=
m2 ( Ta−T 1 )
350,127+0,113 . 4200( 70−43)
= 0,086( 43−32)

= 12.658 J/kg o
C
¿(C+ m1 Ca)(T 2−Ta)
2. C=
m2 ( Ta−T 1 )
226,15+0,100 . 4200(70−45)
= 0,080 (45−32)

= 10.313,60 J/kg oC

¿(C+ m1 Ca)(T 2−Ta)


3. C=
m2 ( Ta−T 1 )
86,24+0,119 . 4200(70−47)
= 0,091(47−35)

= 10.605,9J/kg o
C

C. Pembahasan
Pada percobaan yang saya lakukan mengenai “pengaruh kalor jenis pembersih
closet terhadap ” pada percobaan pertama yaitu mengukur kalor jenis Prosetex, massa air
sebesar 0,113 Kg dengan suhu 32°C, dicampurkan dengan air panas ditambah sedikit
prostex(30 ml) dengan massa total 0,086 Kg dan suhu 70°C didapat suhu campuran
sebesar 43°C. Dari data tersebut didapat kapasitas kalor kalorimeter 350,127J/°C dan
kalorjenis Prosetex sebesar 12.568 J/Kg
pada percobaan kedua yaitu mengukur kalor jenis Wipol, dengan massa air
sebesar 0,1 Kg dengan suhu 32°C, dicampurkan air panas ditambah sedikit Wipol (30ml)
dengan massa total dari campuran tersebut 0,08 Kg dan suhu total 70°C didapat suhu
campuran sebesar 45°C. Dari data tersebut didapat kapasitas kalor kalorimeter 226,15
J/°C dan kalorjenis Wipol sebesar 10.313,60 J/Kg °C
pada percobaan ketiga yaitu mengukur kalor jenis WPC, dengan massa air sebesar
0,119 Kg dengan suhu 32°C,setelah dicampurkan air panas ditambah WPC (30 ml)
dengan massa total 0,091 Kg dan suhu total 70°C didapat suhu campuran sebesar 47°C.
Dari data tersebut didapat kapasitas kalor kalorimeter 86,24 J/°C dan kalorjenis WPC
sebesar 10.605,9 J/Kg °C
dari ketiga percobaan tersebut didapat bahwa kalor jenis Prostex yang lebih besar
dari pada Wipol dan WPC .dari data tersebut terlihat bahwa merek pembersih closet
seperti Prostex sangat tajam untuk kulit manusia, karena kalor jenis dari prostek lebih
besar dari pada merek yang lain seperti Wipol dan WPC. Sedangkan Wipol dan WPC
memiliki kalor jenis yang tidak jauh berbeda ,keduanya memiliki kalor jenis berturut-
turut yaitu: 10.313,60 J/Kg °C dan 10.605,9 J/Kg °C.kalor jenis yang paling kecil adalah
merek pembersih closet yaitu Wipol dari data tersebut dapat dikatakan Wipol tidak
begitu tajam untuk kulit manusia, dan juga merek WPC juga tidak begitu tajam untuk
kulit manusia karna kalor jenisnya dengan wipol tidak jauh berbeda. Jadi disarankan
untuk kulit yang sensitif bisa menggunakan merek Wipol atau WPC kalau dapat dalam
penggunaan pembersih closet menggunakan sarung tangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah saya lakukan maka dapat di simpulkan sebagai
berikut :

a. Kalor jenis Prostek memiliki nilai lebih besar sebesar 12.568 J/Kg, sehingga merek
Prostek sangat tajam untuk kulit manusia dan dapat menyebabkan sebagian kulit
manusia yang sensitif alergi dan kulit merapuh.
b. Kalor jenis Wipol mimiliki nilai yang lebih kecil sebesar 10.313,60 J/Kg °C, sehingga
merek pembersih kloset ini baik digunakan karna tidk begitu tajam untuk kulit
manusia dan tidak membuat kulit merapuh.
c. Kalor jenis WPC memiliki nilai yang tidak jauh berbeda denagn wipol sebesar
10.605,9 J/Kg °C. Merek pembersih kloset ini juga tidak berbahaya untuk kulit
manusia.

Daftar Pustaka

Bresnick, S. 2002. Intisari Fisika, Hipokrates. Erlangga. Jakarta.


Haliday, D. 1991. Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Soedojo, peter. 1999. Fisika dasar. Nusantara. Yogyakarta.

Tippler. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai