Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pendidikan Islam
yang berjudul “Peserta Didik dalam Pendidikan Islam” dengan tepat waktu.
Kami sebagai penulis telah berusaha untuk yang terbaik dalam penjabaran
ilmu melalui makalah ini dan sebagai salah satu penugasan mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam, program studi Tadris Matematika, Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Keberhasilan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Munardji M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam.
2. Teman-teman mahasiswa Tadris Matematika 3C angkatan 2021.
3. Seluruh partner yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya dapat membuat
makalah dengan lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu para pembaca dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang
“Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”. Akhir kata, apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini dan apabila ada salah kata mohon maaf yang sebesar
besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta
didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam
sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik
apabila tidak ada yang dididiknya. Peserta didik adalah orang yang
memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan,
baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan
keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berada. Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, hak serta
melaksanakanya. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik. Sedangkan hak adalah kewenangan atau
kekuasaan seseorang dalam melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan
oleh hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peserta didik dalam konsep fitrah?
2. Bagaimana hak dan kewajiban peserta didik?
3. Bagaimana tugas-tugas pesrta didik?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pesrta didik dalam konsep fitrah
2. Mengetahui hak dan kewajiban peserta didik
3. Mengetahui tugas-tugas pesrta didik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78)
1
Rahmad Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia, (Medan:
LPPPI, 2016), hal 70
3
Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat
bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam
sekitarnya akan memberi pengajaran terhadap nilai hidup atas pendidikan
agama peserta didik.2
ّ ِ ساوِ ًِ أ َ ْو يُى
ًِ َِص َراو ْ ُك ُّل َم ْىلُ ْى ٍد ي ُْىلَد ُ َعلَى ْال ِف
َ فَأَبَ َىايُ يُ َه ّ ِىدَاوِ ًِ أ َ ْو يُ َم ِ ّج،ِط َرة
Artinya: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani,
Majusi (HR. Muslim)
2
Nur Fadilah, Teori Dan Konsep Peserta Didik Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: EduProf, 2019),hal
18
3
Nur Fadilah, Teori Dan Konsep Peserta Didik Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: EduProf, 2019),hal
18
4
B. Hak dan Pewajiban Peserta Didik
4
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Van Hoep, 1984: 339).
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: 2001: 382).
6
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: T.t., 211).
7
Said Sabiq, Fiqih Sunnah, (Riyad: Maktabah Islamiyah, 1995).
5
yang harus dilakukan.8 Bahkan dalam buku Kamus Ilmiah Populer
dengan tengas diartikan kewajiban itu dengan “perkara yang mesti
diikuti (tidak boleh tidak)”.9 Hal senada juga terdapat dalam arti
kewajiban menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terbitan
Departemen Pendidikan Republik Indonesia yang mengartikan
kewajiban dengan “sesuatu yang harus dilaksanakan”.10
8
Lihat W. J. S. Poerwadarminta, Op. Cit, hal, 145.
9
Pius A. Partanto dan M. Dahlan, Op. Cit., hal, 781.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Op. Cit., hal. 126.
11
Muhammad Athiyah Al-Abrasi, 1989, hal 72.
6
tahsini, dan takmili. Sedangkan kebutuhan moril meliputi:
kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas,
dan bimbingan.12
7
Jika diteliti, pendapat Muhammad Athiyah Al-Abrasi memiliki
persamaan dengan pendapat Imam Al-ghozali tentang kewajiban
peserta didik, substansi mereka berkisar pada tiga orientasi, yaitu:
kualitas dan kesucian hati, proses dan penguasaan ilmu pengetahuan,
serta beramal dan berakhlak mulia.
8
1. Peserta didik wajib menjaga norma-norma pendidikan
untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan
pendidikan;
2. Peserta didik wajib ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan kewajibannya tersebut sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.15
Dalam penjelasan Pasal 12 Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Undang-undang Sindiknas tersbut dijelaskan bahwa
peserta didik berhak untuk mendapatkan pengajaran agama sesuai
dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama,
berkonsekwensi sekolah-sekolah dimana ada peserta didiknya yang
memeluk sebuah agama, maka sekolah tersebut wajib menyediakan
pendidik (guru) yang seagama dan mengajarkan pendidikan agama
kepada peserta tersebut. Contoh pada sebuah madrasah aliyah ada
siswa yang beragama kristen bersekolah disana, maka madrasah
aliyah tersebut wajib menyediakan guru yang beragama dan
mengajarkan agama kristen. Demikian pula jika pada sebuah sekolah
kristen ada siswa yang beraga islam bersekolah di sana, maka sekolah
kristen tersebut wajib menyediakan guru yang beragama dan
mengajarkan agama islam.
15
Depdiknas, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: fokus media, 2006, hal, 8-9.
9
yang bermartabat. Lebih lanjut merupakan upaya untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan serta membentuk watak
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
10
penjelasan ini Al-Attas mengemukakan bahwa sebetulnya orang-orang
muslim sepakat bahwa semua ilmu itu datangnya dari Allah. Dimana
kedatangannya kepada fakultas-fakultas jiwa serta indra yang
menerima dan menafsirkannya tidaklah sama.17 Artinya penyucian
jiwa dan jasmani harus betul-betul diprioritaskan karena ilmu adalah
milik Allah dan Dialah asalnya. Memang manusia dalam menerima
dan menafsirkannya tidaklah sama, namun itulah yang menjadi tugas
pendidikan Islam agar kedua dimensi yang telah disepakati beserta
substansi yang terdapat di dalamnya tetap terpelihara dari berbagai
gangguan dan noda yang akan membuat daya-dayanya terkikis dan
melemah.
17
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan Dalam Islam. Terj. Haidar Bagir,
(Bandung: Mizan, 1990), hal 42
11
9) Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta didik
10) Peserta didik harus terlebih dahulu memberi salam kepada guru
dan mengurangi percakapan di hadapannya
11) Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik
di waktu senja dan menjelang subuh atau antara waktu Isya’
dan makan sahur.18
Maka dengan demikian belajar bukanlah aktivitas yang mudah
untuk dilakukan. Meskipun seorang peserta didik telah mendatangi
sejumlah guru dan banyak membaca buku, namun hasil belajar yang
baik belum tentu bisa dicapai. Belajar juga bukan hanya
mengandalkan kehadiran dalam arti fisik, tetapi harus disertai dengan
kemauan, kesadaran, kesabaran, dan masih banyak lagi sifat-sifat lain
yang idealnya dimiliki setiap peserta didik. Dalam perspektif Islam,
kepemilikan sifat-sifat yang juga merupakan tugas dan tanggung
jawab peserta didik itu merupakan persyaratan untuk mempermudah
jalannya proses pembelajaran, berhasilnya pencapaian tujuan,
berkahnya ilmu pengetahuan, dan kemampuan mengamalkan ilmu
dalam kehidupan.
18
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal 153
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Nur. 2019. Teori dan Konsep Peserta Didik menurut Al-Quran.
Yogyakarta: EduProf
Zaenuddin, Moh. Nasir.. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis.
14