Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen pengampu:

Prof. Dr. Munardji, M. Ag.

Disusun Oleh:

Jibrila Najwa Al-Zamzami (126204211040)

Nawa Lailatur Rohmah (126204211053)

Fadhila Qotrunnada (126204212127)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pendidikan Islam
yang berjudul “Peserta Didik dalam Pendidikan Islam” dengan tepat waktu.

Kami sebagai penulis telah berusaha untuk yang terbaik dalam penjabaran
ilmu melalui makalah ini dan sebagai salah satu penugasan mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam, program studi Tadris Matematika, Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Keberhasilan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Munardji M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam.
2. Teman-teman mahasiswa Tadris Matematika 3C angkatan 2021.
3. Seluruh partner yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya dapat membuat
makalah dengan lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu para pembaca dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang
“Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”. Akhir kata, apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini dan apabila ada salah kata mohon maaf yang sebesar
besarnya.

Tulungagung, 20 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Peserta Didik Dalam Konsep Fitrah ............................................................. 3
B. Hak dan Pewajiban Peserta Didik ................................................................ 5
C. Tugas-tugas Peserta Didik.......................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta
didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam
sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik
apabila tidak ada yang dididiknya. Peserta didik adalah orang yang
memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan,
baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan
keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berada. Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, hak serta
melaksanakanya. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik. Sedangkan hak adalah kewenangan atau
kekuasaan seseorang dalam melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan
oleh hukum.

Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena


seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang
dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta
didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensidimensi
tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit
dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang
dimilikinya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas mengenai
peserta didik dalam pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peserta didik dalam konsep fitrah?
2. Bagaimana hak dan kewajiban peserta didik?
3. Bagaimana tugas-tugas pesrta didik?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pesrta didik dalam konsep fitrah
2. Mengetahui hak dan kewajiban peserta didik
3. Mengetahui tugas-tugas pesrta didik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peserta Didik Dalam Konsep Fitrah

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan


Tilmidz jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”,
maksudnya adalah “orang-orang yang menginginkan pendidikan”. Dalam
bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab,
yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang
mencari ilmu”. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.1
Dalam pendidikan Islam peserta didik disebut dengan istilah
muta’allim, mutarabbi dan muta’addib. Muta’allim adalah orang yang
sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Mutarabbi adalah orang
yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang dipelihara. Sedangkan
Muta’addib adalah orang yang diberi tata cara sopan santun atau orang
yang dididik untuk menjadi orang baik dan berbudi. Dengan demikian
dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar, mendidik, dan
memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk meraih surga.
Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan
mejerumuskan diri ke dalam neraka. Dalam Al-Quran dijelakan:

‫َل ْفـِٕدَة َ ۙ لَعَلَّ ُك ْم‬


َ ْ ‫ار َوا‬
َ ‫ص‬ َ ْ ‫شيْـ ًٔ ۙا َّو َجعَ َل لَكُ ُم ال َّس ْم َع َو‬
َ ‫اَل ْب‬ ُ ُ ‫ّٰللاُ ا َ ْخ َر َج ُك ْم ِ ّم ْۢ ْه ب‬
َ َ‫ط ْى ِن ا ُ َّمهٰ تِ ُك ْم ََل ت َ ْعلَ ُم ْىن‬ ‫َو ه‬
َ‫ت َ ْش ُك ُر ْون‬

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An-Nahl: 78)
1
Rahmad Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia, (Medan:
LPPPI, 2016), hal 70

3
Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat
bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam
sekitarnya akan memberi pengajaran terhadap nilai hidup atas pendidikan
agama peserta didik.2

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

ّ ِ ‫ساوِ ًِ أ َ ْو يُى‬
ًِ ِ‫َص َراو‬ ْ ‫ُك ُّل َم ْىلُ ْى ٍد ي ُْىلَد ُ َعلَى ْال ِف‬
َ ‫ فَأَبَ َىايُ يُ َه ّ ِىدَاوِ ًِ أ َ ْو يُ َم ِ ّج‬،ِ‫ط َرة‬

Artinya: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani,
Majusi (HR. Muslim)

Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-


kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang
disebut di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi
fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini
adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan
seseorang.3

Dengan demikian, peserta didik adalah manusia yang memiliki


potensi (fithrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara
dinamis. Di sini tugas pendidik adalah membantu mengembangkan dan
mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diinginkan, tanpa melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara
vertikal maupun horizontal.

2
Nur Fadilah, Teori Dan Konsep Peserta Didik Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: EduProf, 2019),hal
18
3
Nur Fadilah, Teori Dan Konsep Peserta Didik Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: EduProf, 2019),hal
18

4
B. Hak dan Pewajiban Peserta Didik

a) Pengertian Hak dan Kewajiban


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Hak Dan
Kewajiban Pendidik Menurut Sistem Pendidikan Islam serta Sistem
Pendidikan Nasional alangkah baiknya kalau dibahas dulu arti dari hak
dan kewajiban tersebut. Hak adalah kewenangan atau kekuasaan
seseorang dalam melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan oleh
hukum. Hal ini sejalan dengan arti hak menurut W. J. S.
Poerwadarminta, yaitu: “Hak ialah kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan aturan, undang-undang dan sebagainya).”4
Demikian pula Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, kata ”hak” diartikan sebagai: “Wewenang atau kekuasaan
untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang,
aturan, dan sebagainya.” 5 Ada juga yang mengartikan “hak” itu
sebagai aturan dan segala hal yang mengatur kewenangan atau
kekuasaan seseorang dalam melakukan sesuatu hal. Bahkan dalam
Kamus Ilmiah Populer “hak” diartikan sebagai: “sebagai yang benar
dan tetap; kebenaran; kepunyaan yang syah”.6
Secara morpologi kata kewajiban berasal dari bahasa Arab “wajib”,
yang berarti “mesti dilakukan”. Sehingga, kalau kita merujuk kepada
istilah Fiqih, kata “wajib” diartikan sebagai sesuatu yang apabila
dilakukan mendapatkan pahala dan apabila tidak dilakukan berdosa.
Sehingga perbuatan wajib berarti perbuatan yang mesti dilakukan dan
ia akan mendapatkan pahala, sebaliknya kalau perbuatan tersebut
tidak dilakukan, ia melakukan dosa.7

Menurut W. J. S. Poerwadarminta Kata “kewajiban” berasal


dari kata wajib, yang berarti mesti dilakukan, pekerjaan atau perintah

4
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Van Hoep, 1984: 339).
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: 2001: 382).
6
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: T.t., 211).
7
Said Sabiq, Fiqih Sunnah, (Riyad: Maktabah Islamiyah, 1995).

5
yang harus dilakukan.8 Bahkan dalam buku Kamus Ilmiah Populer
dengan tengas diartikan kewajiban itu dengan “perkara yang mesti
diikuti (tidak boleh tidak)”.9 Hal senada juga terdapat dalam arti
kewajiban menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terbitan
Departemen Pendidikan Republik Indonesia yang mengartikan
kewajiban dengan “sesuatu yang harus dilaksanakan”.10

Berdasarkan statemen di atas hak peserta didik adalah


wewenang dan kekuasaan peserta didik dalam melakukan sesuatu
(kegiatan belajar) yang telah ditentukan oleh undang-uundang, aturan,
dan segala hal yang mengatur tentang hak tersebut. Sedangkan
kewajiban peserta didik adalah perkara yang mesti dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik, baik perupa perintah atau hal-hal lain
yang berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan, serta yang
harus ditinggalkan sebagai seorang peserta didik.

b) Hak dan Kewajiban Peserta Didik Menurut Sistem Pendidikan


Islam

Hak dan Kewajiban peserta didik menurut sistem pendidikan


islam tercermin dalam hubungan proses pendidikan, yang didalamnya
ada peserta diidik, pendidik, lembaga pendidikan, kurikulum, dan lain-
lainnya, yang tidak hanya tertuju pada satu aspek, tetapi meliputi
seluruh aspek hubungan, sehingga hak dan kewajiban peserta didik
dapat tercapai.11 Hak peserta didik meliputi:

1. Peserta didik berhhak untuk memperoleh kemudahan dalam


pasilitas pendidikan agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung lebih mudah setiap saat, dan berhak untuk
memperoleh kesempatan belajar, tampa harus dibedakan antara
mereka yang kaya dengan yang miskin, sehingga peserta didik
mendapatkan pelayanan secara wajar.
2. Peserta didik berhak dipenuhinya segala kebutuhan jasmani dan
rohani. Terpenuhinya kebutuhan materil dan moril. Dalam sistem
pendidikan islam kebutuhan materil meliputi: kebutuhan dhoruri,

8
Lihat W. J. S. Poerwadarminta, Op. Cit, hal, 145.
9
Pius A. Partanto dan M. Dahlan, Op. Cit., hal, 781.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Op. Cit., hal. 126.
11
Muhammad Athiyah Al-Abrasi, 1989, hal 72.

6
tahsini, dan takmili. Sedangkan kebutuhan moril meliputi:
kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas,
dan bimbingan.12

Sedangkan kewajiban peserta didik dalam sistem pendidikan


islam, para sarjana muslim berbeda-beda, menurut Muhammad
Athiyah Al-Abrasi kewajiban peserta didik meliputi:

1. Wajib mensucikan hati dari sifat kehinaan;


2. Wajib menghiasi jiwa dengan kemuliaan dan dekat dengan
Allah;
3. Belajar terus-menerus;
4. Konsentrasi diri pada seorang guru yang mantap;
5. Menghormati dan memuliakan diri karena Allah;
6. Menyenangkan bagi guru;
7. Jangan mencari kesalahan guru;
8. Belajar dengan sungguh-sungguh;
9. Memulai salam ketika bertemu dengan guru;
10. Menciptakan suasana kecintaan dan kesenangan diantara muris;
11. Mengulangi pelajaran di malam hari;
12. Tidak merehmekan ilmu pengetahuan apapun macamnya. 13
Sedangkan menurut Iman Al-Ghozali kewajiban peserta didik
ada sepuluh, yaitu:

1. Mendahulukan kesucian jiwa dari akhlak tercela;


2. Menyedikitkan hubungan dengan kesibukan dunia;
3. Tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru;
4. Memelihara pendapat yang berbedda-beda;
5. Tidak meninggalkan satu bagian dari ilmu-ilmu yang terpuji,
dan lebih mengutamakan ilmu yang lebih penting;
6. Belajar secara tertib dan teratur;
7. Tidak berpindah sebelum menguasai ilmu tersebut;
8. Mengetahui sebab-sebab yang dapat mengetahui semulia—
mulia ilmu, baik dalam dalil maupun dalam buahnya ilmu;
9. Bertujuan untuk menghiasi dan mengindahkan batin dengan
keutamaan;
10. Mengetahui kaitan ilmu dengan umumnya.14
12
Ramayulis, 1990, hal, 54.
13
Muhammad Athiyah Al-Abrasi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, A. Ghani
(Penterjemah), (Jkarata: Bulan Bintang, 1993), hal 73-75.
14
Dalam Zuhairini, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bulan Bintang,
1991), hal, 149-164.

7
Jika diteliti, pendapat Muhammad Athiyah Al-Abrasi memiliki
persamaan dengan pendapat Imam Al-ghozali tentang kewajiban
peserta didik, substansi mereka berkisar pada tiga orientasi, yaitu:
kualitas dan kesucian hati, proses dan penguasaan ilmu pengetahuan,
serta beramal dan berakhlak mulia.

c) Hak dan Kewajiban Peserta Didik Menurut Sistem Pendidikan


Nasional

Hak dan Kewajiban peserta didik menurut sistem pendidikan


nasional diatur secara khusus (lex specialis) dalam Pasal 12 ayat 4
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional (disingkat menjadi Undang-undang Sindiknas).
Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa hak peserta didik meliputi:

1. Hak untuk mendapatkan pengajaran agama sesuai dengan


agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama;
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya;
3. Hak untuk mendapat beasiswa bagi yang berprestasi yang
orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan;
4. Hak untuk dapat pindah ke program pendidikan pada jalur
dan satuan pendidikan lain yang setara;
5. Hak untuk menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Sedangkan kewajiban peserta didik dalam Pasal 12 ayat 4


Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang
Sindiknas meliputi:

8
1. Peserta didik wajib menjaga norma-norma pendidikan
untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan
pendidikan;
2. Peserta didik wajib ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan kewajibannya tersebut sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.15
Dalam penjelasan Pasal 12 Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Undang-undang Sindiknas tersbut dijelaskan bahwa
peserta didik berhak untuk mendapatkan pengajaran agama sesuai
dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama,
berkonsekwensi sekolah-sekolah dimana ada peserta didiknya yang
memeluk sebuah agama, maka sekolah tersebut wajib menyediakan
pendidik (guru) yang seagama dan mengajarkan pendidikan agama
kepada peserta tersebut. Contoh pada sebuah madrasah aliyah ada
siswa yang beragama kristen bersekolah disana, maka madrasah
aliyah tersebut wajib menyediakan guru yang beragama dan
mengajarkan agama kristen. Demikian pula jika pada sebuah sekolah
kristen ada siswa yang beraga islam bersekolah di sana, maka sekolah
kristen tersebut wajib menyediakan guru yang beragama dan
mengajarkan agama islam.

Adapun hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai


dengan bakat, minat dan kemampuan pesrta didik; hak untuk
mendapat beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikan; hak untuk dapat pindah ke program
pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara; serta
hak untuk menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan, merupakan upaya untuk
membangun peradaban dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

15
Depdiknas, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: fokus media, 2006, hal, 8-9.

9
yang bermartabat. Lebih lanjut merupakan upaya untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan serta membentuk watak
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

Secara historis eksistensi Hak dan Kewajiban peserta didik,


menurut Pasal 12 ayat 4 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Undang-undang Sindiknas, merupakan “revisi” dari Undang-
undang Nomor 2 tahun 1989, yang menjelaskan bahwa peserta didik
itu mesti dikembangkan daya nalar dan daya intelektualnya.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, yang
harus dikembangkan pada peserta didikitu bukan hanyadaya nalar dan
daya intelektualnya, tetapi juga seluruh potensi yang dimiliinya.
Semisal daya emosional, daya sosial dan daya spiritual. Adanya
“revisi” terhadap sebuah undang-undang merupakan hal yang wajar,
karena hakekat lahirnya sebuah undang-undang adalah untuk
mengatur setiap hal yang menyangkut kehidupan umum. Disamping
itu, adanya “revisi” diperlukan untuk menjawab tantangan jaman yang
berubah, apalagi kalau kita bicara tentang kehidupan yang pareatif dan
kompetitif.

C. Tugas-tugas Peserta Didik

Sesuai dengan karakter dasarnya, ilmu itu datangnya dari


Allah dan karenanya ia merupakan Al-nur atau cahaya kebenaran yang
akan menerangi kehidupan para pencarinya. Sebagai Al-haq, Allah
Maha Suci, dan kesuciannya hanya bisa dihampiri oleh yang suci pula.
Karenanya, sifat utama dan pertama yang harus dimiliki peserta didik
adalah menyucikan diri atau jiwanya (Tazkiyah) sebelum menuntut
ilmu pengetahuan. Karena maksiat hanya akan mengotori jasmani,
akal, jiwa dan hati manusia, sehingga membuatnya sulit dan terhijab
dari cahaya, kebenaran, atau hidayah Allah. 16 Sejalan dengan
16
Zainuddin dan Mohd. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis
2010), hal 111-113

10
penjelasan ini Al-Attas mengemukakan bahwa sebetulnya orang-orang
muslim sepakat bahwa semua ilmu itu datangnya dari Allah. Dimana
kedatangannya kepada fakultas-fakultas jiwa serta indra yang
menerima dan menafsirkannya tidaklah sama.17 Artinya penyucian
jiwa dan jasmani harus betul-betul diprioritaskan karena ilmu adalah
milik Allah dan Dialah asalnya. Memang manusia dalam menerima
dan menafsirkannya tidaklah sama, namun itulah yang menjadi tugas
pendidikan Islam agar kedua dimensi yang telah disepakati beserta
substansi yang terdapat di dalamnya tetap terpelihara dari berbagai
gangguan dan noda yang akan membuat daya-dayanya terkikis dan
melemah.

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai


tujuan yang dikehendaki untuk menjadikan peserta didik insan kamil,
maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan
tanggung jawabnya. Seperti dikemukakan oleh Al-Abrasyi
sebagaimana dikutip Al Rasyidin, bahwa di antara tugas-tugas dan
tanggung jawab peserta didik itu antara lain:

1) Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus


terlebih dahulu membersihkan hatinya dari sifat yang buruk,
karena belajar mengajar itu merupakan ibadah dan ibadah harus
dilakukan dengan hati dan jasmani yang bersih;
2) Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya
dengan berbagai keutamaan untuk mendekatkan diri kepada
Allah;
3) Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun,
meskipun harus meninggalkan daerah tempat kelahiran atau
tanah air, keluarga, saudara atau bahkan ayah dan ibu dan
sebagainya
4) Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir
panjang sebelum menukar guru
5) Hendaklah menghormati guru, memuliakannya, dan
mengagungkannya karena Allah serta berupaya menyenangkan
hatinya dengan cara yang baik dan diridhai oleh Allah
6) Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya,
jangan duduk di tempat duduknya, dan jangan mulai berbicara
sebelum diizinkannya
7) Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru
membukakan rahasia, dan jangan pula menipunya
8) Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar

17
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan Dalam Islam. Terj. Haidar Bagir,
(Bandung: Mizan, 1990), hal 42

11
9) Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta didik
10) Peserta didik harus terlebih dahulu memberi salam kepada guru
dan mengurangi percakapan di hadapannya
11) Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik
di waktu senja dan menjelang subuh atau antara waktu Isya’
dan makan sahur.18
Maka dengan demikian belajar bukanlah aktivitas yang mudah
untuk dilakukan. Meskipun seorang peserta didik telah mendatangi
sejumlah guru dan banyak membaca buku, namun hasil belajar yang
baik belum tentu bisa dicapai. Belajar juga bukan hanya
mengandalkan kehadiran dalam arti fisik, tetapi harus disertai dengan
kemauan, kesadaran, kesabaran, dan masih banyak lagi sifat-sifat lain
yang idealnya dimiliki setiap peserta didik. Dalam perspektif Islam,
kepemilikan sifat-sifat yang juga merupakan tugas dan tanggung
jawab peserta didik itu merupakan persyaratan untuk mempermudah
jalannya proses pembelajaran, berhasilnya pencapaian tujuan,
berkahnya ilmu pengetahuan, dan kemampuan mengamalkan ilmu
dalam kehidupan.

18
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal 153

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami


perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural
proses pendidikan. Dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar,
mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk
meraih surga. Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan
mejerumuskan diri ke dalam neraka. Peserta didik adalah manusia yang
memiliki potensi (fithrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang
secara dinamis. Di sini tugas pendidik adalah membantu mengembangkan
dan mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diinginkan, tanpa melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara
vertikal maupun horizontal.

Hak peserta didik adalah wewenang dan kekuasaan peserta didik


dalam melakukan sesuatu (kegiatan belajar) yang telah ditentukan oleh
undang-uundang, aturan, dan segala hal yang mengatur tentang hak
tersebut. Sedangkan kewajiban peserta didik adalah perkara yang mesti
dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik, baik perupa perintah atau
hal-hal lain yang berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan,
serta yang harus ditinggalkan sebagai seorang peserta didik. Agar
pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki untuk menjadikan peserta didik insan kamil, maka setiap
peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan tanggung
jawabnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syeh Muhammad Naqib. 1990. Konsep Pendidikan dalam Islam.


Terjemahan Haidar Bagir. Bandung: Mizan

Dalam Zuhairini, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bulan


Bintang, 1991), hal, 149-164

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar


Bahasa Indonesia, (Jakarta: 2001: 382).

Depdiknas, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang


Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: fokus media, 2006), hal, 8-9

Fadilah, Nur. 2019. Teori dan Konsep Peserta Didik menurut Al-Quran.
Yogyakarta: EduProf

Harahap, Musaddad. 2016. Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan


Islam.

Hidayat, Rahmat. 2016. Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah


PendidikanIslam Indonesia”. Medan: LPPPI.

Muhammad Athiyah Al-Abrasi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, A. Ghani


(Penterjemah), (Jkarata: Bulan Bintang, 1993), hal 73-75.

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta:


T.t.,211).

Rasyidin. 2012. Falsafah Pendidikan Islami „‟Membangun Kerangka Ontologi,


Epistemologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan‟‟. Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis.

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Van Hoep,


1984: 339) hal. 145

Zaenuddin, Moh. Nasir.. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis.

14

Anda mungkin juga menyukai