Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN TERHADAP


PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI PONDOK PESANTREN
DAARUL ILMI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

Annida Fitriyyah
NIM. 20211011041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM AL IHYA KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini. Penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai salah satu
bagian dari persyaratan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam upaya penyelesaian proposal penelitian ini, penulis telah menerima
banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Cece Herdiawan, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam membantu menyelesaikan proposal
penelitian ini.
2. Pimpinan dan segenap Asatidz Asatidzah Pondok Pesantren Daarul Ilmi yang
telah memberikan izin dan banyak membantu dalam penelitian.
3. Orang tuaku tersayang yang telah memberikan semangat, dukungan dan
doanya kepada penulis.
4. Santri putra dan santri putri yang telah berpartisipasi sebagai responden.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak
kekurangan. Penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.
Pada akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kuningan, Desember 2020

i
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 4

D. Ruang Lingkup Penelitian 4

E. Manfaat Penelitian 4

BAB II : LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Landasan Teori 6

1. Kemampuan 6
2. Membaca Al Qur’an 6
3. Keutamaan Membaca Al Qur’an 10
4. Metode Membaca Al Qur’an 10
5. Metode Pembelajaran Membaca Al Qur’an 12
6. Karakter 13
7. Tahapan Membangun Karakter 14
8. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter
17
B. Tinjauan Pustaka 19

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN21

A. Metode Penelitian 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian 21

C. Sumber Data Penelitian 22

D. Alur Penelitian 22

ii
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai khalifah di muka bumi dan makhluk paling sempurna

penciptaannya oleh Allah yang diberikan kemampuan berbeda dengan makhluk

yang lainnya. Tujuannya supaya mampu mengelola alam semesta ini dengan

baik.

Pengelolaan itu dapat dijalankan apabila manusia mampu menerima

isyarat Allah yang tersurat di dalam kitab suci Al Qur’an atau yang tersirat

melalui alam semseta. Semua anugerah itu dapat diketahui melalui membaca.

Sehingga membaca merupakan kunci terbukanya berbagai ilmu dan

pengetahuan sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surah al-

Alaq ayat 1 sampai 5 :

‫ َعلَّ َم‬٤ ‫ٱلقَلَ ِم‬S َ ُّ‫ َر ۡأ َو َرب‬S‫ ۡٱق‬٢ ‫ق‬


ۡ Sِ‫ ٱلَّ ِذي َعلَّ َم ب‬٣ ‫ َر ُم‬S‫ك ٱأۡل َ ۡك‬ َ ٰ ِ ‫ق ٱإۡل‬
ٍ Sَ‫نَ ِم ۡن َعل‬S‫نس‬ َ َ‫ك ٱلَّ ِذي خَ ل‬
َ Sَ‫ خَ ل‬١ ‫ق‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬

٥ ۡ‫ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.

5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

1
Lafadz ‫ر ْا‬SS
َ ‫ اِ ْق‬bentuknya fi’il amar yang artinya perintah membaca.

Apabila dihubungkan dengan kaidah ushul yang berbunyi :

ِ ْ‫اَاْل َصْ ُل فِي اْل َ ْم ِر لِ ْل ُوجُو‬


‫ب‬

Artinya : “Pada asalnya semua perintah menunjukkan wajib.”

Sehingga wajib bagi umat Islam untuk memiliki kemampuan membaca

dalam arti yang luas yaitu membaca dengan memahami maksud dan tujuan

yang terkandung dalam Al Qur’an supaya isinya dapat diselesaikan oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pula karakter yang ada pada diri seseorang dituntut sesuai

dengan tuntunan yang ada di dalam Al Qur’an dan itu hanya didapatkan

dengan membaca dan memahami setiap lafad yang terkandung di dalamnya.

Al Qur’an adalah kitab mulia yang merupakan dasar dan tuntunan bagi

umat Islam. Didalamnya terkandung pesan kemanusiaan yaitu diantaranya

sabilu sa’adah yang artinya jalan untuk mencapai kebahagiaan. Salah satunya

melalui perilaku atau akhlak sebagaimana diisyaratkan dalam Al Quran surah

at-Tahrim ayat 6 :
ٓ
ُ ‫َاد اَّل يَ ۡع‬ٞ ‫د‬S‫ظ ِش‬ٞ ‫ ةٌ ِغاَل‬S‫ا َم ٰلَئِ َك‬SSَ‫ا َرةُ َعلَ ۡيه‬SS‫وا قُ ٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡ َوأَ ۡهلِي ُكمۡ ن َٗارا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َو ۡٱل ِح َج‬
‫ٓا‬SS‫ونَ ٱهَّلل َ َم‬S‫ص‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

٦ َ‫أَ َم َرهُمۡ َويَ ۡف َعلُونَ َما ي ُۡؤ َمرُون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan.”

2
Ayat ini ditafsirkan pertama oleh Imam Qatadah dan Imam Mujahid

dalam Kitab Tafsir Al Jami’ Liahkamil Qur’an atau yang populer dengan

sebutan Tafsir Qurtubi. Ketika menafsirkan ayat ini, keduanya berkata :

ِ ‫ قُوْ ا اَ ْهلِ ْي ُك ْم بِ َو‬, ‫قُوْ ا اَ ْنفُ َس ُك ْم بِا َ ْف َعالِ ُك ْم‬


‫صيَّتِ ُك ْم‬

Artinya : “Jagalah dirimu dengan perilaku atau perbuatan-perbuatanmu

dan jagalah keluarfamu dengan wasiat-wasiat (petunjuk-petunjukmu).”

Kedua, menurut Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini

mengambil perkataan Imam Ali yang mengatakan :

‫ اَ ِّدبُوْ هُ ْم َعلِّ ُموْ هُ ْم‬: ‫قُوْ ا اَ ْنفُ َس ُك ْم َو اَ ْهلِ ْي ُك ْم‬

Artinya : “Jaga keluargamu dengan cara tanamkan budi pekerti dan

berikan pendidikan kepada mereka yang terbaik.”

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA AL

QUR’AN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI

PONDOK PESANTREN DAARUL ILMI.” Karena dalam kemampuan

membaca Al Qur’an itu tidak semuanya memberikan pengaruh positif terhadap

perilaku santri padahal dalam Al Qur’an sudah jelas jaminannya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat saya rumuskan beberapa permasalahan,

yaitu :

1. Bagaimana kemampuan santri dalam membaca Al Qur’an di Pondok

Pesantren Daarul Ilmi ?

3
2. Bagaimana karakter santri di Pondok Pesantren Daarul Ilmi ?

3. Bagaimana pengaruh kemampuan membaca Al Qur’an terhadap

pembentukan karakter santri Pondok Pesantren Daarul Ilmi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang

kemampuan membaca Al Qur’an terhadap karakter santri. Adapun tujuan

khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Kemampuan santri dalam membaca Al Qur’an di Pondok Pesantren

Daarul Ilmi.

2. Karakter santri di Pondok Pesantren Daarul Ilmi.

3. Pengaruh kemampuan membaca Al Qur’an terhadap pembentukan

karakter santri di Pondok Pesantren Daarul Ilmi.

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemampuan membaca Al

Qur’an santri Pondok Pesantren Daarul Ilmi.

2. Penelitian dilakukan hanya kepada santri kelas XI Pondok Pesantren

Daarul Ilmi.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat secara umum dari penelitian ini adalah pemahaman santri

tentang pentingnya membaca Al Qur’an serta yakin terhadap Al Qur’an

sebagai sumber hukum serta pedoman hidup manusia.

1. Manfaat Teoritis

4
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pengembangan ilmu

pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan agama secara teori

maupun praktek.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Melalui penelitian ini penulis dapat mengetahui sejauh mana

kemampuan membaca Al Qur’an berpengaruh terhadap karakter

kepribadian seseorang yang akan dijadikan sebagai acuan untuk

memperbaiki karakter penulis.

2) Bagi Lembaga

Melalui analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap

kemampuan membaca Al Qur’an terhadap karakter santri sehingga

diketahui strategi yang tepat untuk memotivasi santri agar memiliki

kemampuan dalam membaca Al Qur’an dan memiliki karakter positif

yang akan memberikan dampak positifnya di lembaga tempat santri

tersebut menuntut ilmu.

3) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat

disosialisasikan kepada masyarakat sehingga akan lahir dari setiap

keluarga generasi yang memiliki karakter positif yang sesuai tuntunan

Al Qur’an.

5
BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata "mampu" yang mendapat awalan "ke"

dan akhiran "an" sehingga menjadi kata benda abstrak "kemampuan" yang

mempunyai arti kesanggupan atau kecakapan.1

Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kemampuan adalah kapasitas

seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Atau

dapat juga diartikan bahwa kemampuan adalah sebuah penelitian terkini atas

apa yang dapat dilakukan seseorang.2 Berdasarkan pengertian diatas

kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan dengan cakap serta penilaian kecakapan atas apa yang dilakukan

seseorang.

2. Membaca Alquran

Manusia memang diberikan akal untuk dapat melakukan sesuatu.

Membaca adalah salah satu penerapannya. Maka dari itu tidak heran kegiatan

ini sudah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Dengan membaca

1
W. J. S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976,
hal.628.
2
Stephen P Robbins ; Judge, Timothy A, Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta : Salemba Empat,
2008, hal.56.

6
seseorang akan bertambah wawasan, ilmu serta mendapatkan informasi yang

lebih banyak dari pada orang lain yang tidak membaca.

Secara sederhana membaca adalah kegiatan melihat dan memahami

sebuah tulisan. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan

kerjasama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami dan

memikirkan. Disamping itu, membaca adalah perilaku penguraian tulisan,

suatu analisis bacaan. Dengan demikian membaca merupakan penangkapan

dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam

menghayati naskah.3

Menurut Muhammad Abduh, membaca merupakan suatu ilmu yang

tersimpan dalam jiwa yang aktif sedangkan pengetahuan masuk ke dalam

pikiranmu.4 Dalam hal ini, Muhammad Bakri menegaskan bahwa untuk

mendapatkan ilmu sudah semestinya diawali dengan membaca.5

Sedangkan menurut Listiyanto Ahmad membaca merupakan aktivitas

yang kompleks dengan menggerakan sejumlah besar tindakan yang terpisah-

pisah. Adapun yang dimaksud dengan aktivitas yang kompleks dalam

membaca adalah meliputi pengertian, khayalan, dan mengamati serta

mengingat-ingat.6 Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

memabaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa

3
Slamet, Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Bandung :
Karya Putra Darwati, 2012, hal.64.
4
Muhammad Abduh, Tafsir Juz Amma, terj. Muhammad Baqir, Bandung : Mizan, 1999, hal.249.
5
Zulkifli Muhammad Al Bakri, Menguasai Dunia Menikmati Akhirat, Kuala Lumpur : PTS
Islamika SDN BHD, 2012, hal.21.
6
Listiyanto Ahmad, Speed Reading : Teknik dan Metode Membaca Cepat, Yogyakarta : A+Plus
Books, 2010, hal.14.

7
keterampilan yang dimana kegiatan tersebut dapat memahami maksud dari

tulisan yang diuraikan serta mendapatkan ilmu pengetahuan baru.

Dalam Islam membaca merupakan suatu hal penting yang diperintahkan

Allah swt kepada umat manusia. Dengan kalimat ini pula Allah swt

memberikan wahyu pertama kali kepada Nabi Muhammad saw. Ketika beliau

sedang menyendiri di dalam gua Hira, datanglah Malaikat jibril yang

menyampaikan wahyu untuk pertama kalinya yakni qur’an surah al Alaq ayat 1

sampai 5 :

‫ عَلَّ َم‬٤ ‫ٱلقَلَ ِم‬S َ ُّ‫ َر ۡأ َو َرب‬S‫ ۡٱق‬٢ ‫ق‬


ۡ Sِ‫ ٱلَّ ِذي عَلَّ َم ب‬٣ ‫ َر ُم‬S‫ك ٱأۡل َ ۡك‬ َ ٰ ِ ‫ق ٱإۡل‬
ٍ Sَ‫نَ ِم ۡن َعل‬S‫نس‬ َ َ‫ك ٱلَّ ِذي خَ ل‬
َ Sَ‫ خَ ل‬١ ‫ق‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬

٥ ۡ‫ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬

1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.

4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.

5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw ini

sangat menginspirasi bagi umat manusia, khususnya umat Islam untuk menjadi

manusia yang memiliki budaya cerdas yaitu membaca. Secara tersirat ayat ini

juga mengajak manusia untuk menjadi manusia yang senantiasa mempunyai

kemampuan membaca dan menulis yang baik, sebab membaca adalah sumber

ilmu pengetahuan. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa sesungguhnya membaca

8
adalah salah satu syiar agama Islam yang harus senantiasa tumbuh didalam

kehidupan umat ini.7

Kemampuan membaca seseorang akan terasah ketika mampu

membiasakan diri mengulang- ulang bacaan sehingga mampu menjadikan

mambaca sebagai sebuah budaya bagi dirinya. Maka membaca harus dilatih,

membaca harus dibiasakan dan dibudayakan sampai seseorang mampu

menikmati kegiatan membaca tersebut. Hal ini adalah satu hikmah dari

pengulangan kata iqra di dalam surah al Alaq tersebut. Agar manusia

mengulang-ulang kegiatan membaca sehingga menemukan kandungan ilmu

dari apa yang dibacanya tersebut

Al Qur’an berasal dari kata qaraa yang berarti bacaan. Pengertian ini

diambil dari sebuah ayat sebagai berikut :

١٨ ُ‫ فَإ ِ َذا قَ َر ۡأ ٰنَهُ فَٱتَّبِ ۡع قُ ۡر َءانَ ۥه‬١٧ ُ‫إِ َّن َعلَ ۡينَا َجمۡ َعهۥُ َوقُ ۡر َءانَهۥ‬

Artinya : Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di

dadamu) dan membacakannya. Apabila kami telah selesai membacakannya

maka ikutilah bacaan itu.

Sedangkan pengertian Al Qur’an menurut istilah diantaranya adalah

wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw

sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadah dan sebagai sumber

utama agama Islam.8 Al Qur’an adalah buku undang-undang yang memuat

hukum-hukum islam. Dia (Al Qur’an) merupakan sumber yang melimpahkan

7
Abu al-Fida’ al-Hafizh ibn Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, Vol. II, Digital Library : Maktabah
Syamilah.
8
Tim Penulis, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, hal.69.

9
kebaikkan dan hikmah pada hati yang beriman. Dia merupakan sarana paling

utama untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan membacanya.9

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa

kemampuan membaca Al Qur’an adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang

dalam membaca dengan baik dan benar untuk memperoleh pesan yang tersirat

maupun tersurat yang disampaikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Kegiatan

membaca Al Qur’an ini merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh

siapapun untuk maju dan mengembangkan karakter diri.

3. Keutamaan Membaca Al Qur’an

1) Menjadi manusia yang terbaik

2) Kenikmatan yang tiada bandingannya

3) Al Qur’an memberi syafaat di hari kiamat

4) Pahala berlipat ganda

5) Dikumpulkan bersama para malaikat

Inilah sebagian dari anjuran dan keutamaan membaca Al Qur’an dan

yang perlu diingat bahwa pahala membaca Al Qur’an diperoleh bagi siapapun

yang membacanya, walaupun tidak memahami makna dan tafsirnya. Sebagian

ulama menyebutkan beberapa hikmah keistimewaan membaca Al Qur’an yang

pahalanya bisa diperoleh walaupun tidak memahaminya.

4. Metode Membaca Al Qur’an

1) Membaca dengan Tahqiq


9
Ahmad Soenarto, Op.cit., hal. 79.

10
Tahqiq adalah membaca dengan memberikan hak-hak setiap huruf

secara tegas, jelas, teliti, seperti memanjangkan mad, menegaskan hamzah,

menyempurnakan harakat, melepaskan huruf secara tartil, pelan-pelan

memerhatikan panjang pendek, waqaf dan ibtida' tanpa melepas huruf.

Dalam penerapannya metode tahqiq ini tampak memenggal-menggal dan

memutus-mutus dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat Al

Qur’an.

2) Membaca dengan Tartil

Tartil artinya membaca Al Qur’an dengan perlahan-lahan tidak

terburu-buru dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan makhraj

dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid.

Makhorijul huruf yaitu membaca huruf hijaiyah sesuai dengan

tempat keluarnya seperti tenggorokan, ditengah lidah, antara dua bibir dan

lain-lain. Tartil lebih menekankan aspek memahami dan merenungi ayat-

ayat Al Qur’an.

3) Membaca dengan Tadwir

Tadwir adalah membaca Al Qur’an dengan memanjangkan mad,

hanya tidak sampai penuh. Bacaannya yang tidak terlalu cepat dan tidak

terlalu lambat, yakni pertengahan antara Hadr dan Tartil namun masih

bertajwid.

4) Membaca dengan Hadr

Hadr adalah membaca Al Qur’an dengan cara cepat, ringan dan

pendek. Namun tetap dengan menegakkan awal dan akhir serta

11
meluruskannya. Suara mendengung tidak sampai hilang, meski cara

membacanya cepat dan ringan.

5. Metode Pembelajaran Membaca Al Qur’an

1) Metode Baghdadiyah

Metode Baghdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah),

maksdunya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan

merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan

metode alif, ba’, ta’ .

2) Metode Nahdhiyah

Metode Nahdhiyah adalah metode pembelajaran yang menekankan

pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih

tepatnya pembelajaran Al Qur’an pada metode ini lebih menekankan pada

kode “ketukan” dalam pelaksanaan.

3) Metode Qiraati

Metode Qiraati adalah pengajaran membaca Al Qur’an dengan

langsung mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan qa’idah ilmu tajwid

sebagai sebuah proses transformasi ilmu membaca Al Qur’an yang disusun

oleh Dachlan Salim Zarkasyi dengan tujuan agar anak mampu membaca

Al Qur’an.

4) Metode Iqra

Metode Iqra adalah suatu metode membaca Al Qur’an yang

menekankan langsung pada latihan membaca.

12
5) Metode Tahsin

Metode tahsin yaitu salah satu tilawah Al Qur’an yang

menitikberatkan pada makhroj (tempat keluarnya huruf), sifat-sifat huruf

dan ilmu tajwid. Metode ini melalui talaqqi (bertemu langsung) dan

musyafahah berhadapan langsung dengan guru atau syaikh yang sanadnya

bersambung kepada Rasulullah saw.

6. Karakter

Karakter menurut Alwisol diartikan sebagai gambaran tingkah laku

yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun

implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengertian kepribadian

dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian maupun karakter

berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif

permanen serta menuntun, mengarahkan dan mengorganisasikan aktivitas

individu.10 Menurut Leonardo A. Sjiamsuri dalam bukunya Kharisma Versus

Karakter yang dikutip Damanik mengemukakan bahwa karakter merupakan

siapa anda sesungguhnya. Batasan ini menunjukkan karakter sebagai identitas

yang dimiliki seseorang yang bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu

itu berbeda dari yang lain.11

Dalam tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof. Suyanto,

Ph.D. menjelaskan bahwa "karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang

menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam

10
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang : UMM, 2006, hal. 8.
11
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta : Kencana Prenada, 2013, hal 9.

13
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter

baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung

jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat".12

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter

adalah cara berpikir atau berperilaku baik atau buruk yang menjadi identitas

diri bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu itu berbeda dari yang

lain. Karakter merupakan pembicaraan yang sangat penting dan mendasar.

Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial

ialah mereka yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik.

7. Tahapan-tahapan Membangun Karakter

Proses membangun karakter bisa menggunakan tujuh tahapan dalam

memperoleh pengetahuan kepada Tuhan. Menurut Asifin, tujuh tahapan itu

meliputi :

1) Muatabah

Muatabah secara hakiki mempunyai arti penyesalan. Dalam kitab

karangan al-Ghazali yaitu kitab Ihya Ulumuddin dan kitab Raudhah,

muatabah atau tobat adalah meninggalkan dosa-dosa seketika dan

bertekad untuk tidak melakukannya lagi atau kembali maksiat menuju

taat.

2) Muroqobah

Secara harfiah muroqobah dapat diartikan "awas mengawasi". Al

Qusyairi dalam Arrisalah al-Qusyairiyah mengartikan bahwa hamba tahu


12
Ibid, hal.11.

14
sepenuhnya Tuhan selalu melihat. Menurut Abdul Azis ad-Daraini,

muroqobah adalah tahu bahwa sesungguhnya Allah mendengar,

mengetahui dan melihat. Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa muroqobah ialah suatu keadaan seseorang yang meyakini dengan

sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi manusia.

3) Mujahadah

Mujahadah adalah segala bentuk upaya yang senantiasa dilandasi

dengan kesungguhan, usaha keras, ketekunan dan dalam bentuk

perjuangan.

4) Musyahadah

Musyahadah dapat diperoleh setelah seseorang bermujahadah

secara sungguh-sungguh. Menurut para ahli tasawuf, musyahadah

diawali dengan muhadharah (kehadiran hati). Musyahadah adalah

kehadiran kepada Allah. Moh. Syaifullah al-Aziz menyebutkan bahwa

musyahadah adalah tampaknya Allah pada hambannya, dimana seorang

hamba tidak melihat sesuatu apa pun dalam beribadah, kecuali hanya

berhadapan dan dilihat Allah.

5) Mukasyafah

Istilah mukasyafah secara bahasa mempunyai arti terbuka tirai.

Maksud yang terkandung dalam terbuka tirai disini adalah terbukanya

segala rahasia alam yang tersembunyi atau terbukanya pengertian dan

hal-hal yang bersifat gaib. Sesuatu yang dalam

6) Mahabah

15
Kata mahabah secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta. Secara

teori, cinta sesungguhnya adalah sebuah perilaku emosional yang jauh

sekali hubungannya dengan perilaku rasional. Pengertian mahabah dalam

konsep lain adalah kecenderungan tabiat kepada sesuatu, karena keadaan

sesuatu itu lezat bagi orang bercinta kasih.

7) Ma'rifah

Kata ma'rifah bila dilihat dari segi bahasa mempunyai arti

pengetahuan. Secara bahasa al-Ghazali mengartikan ma'rifat sebagai

pengetahuan yang tidak menerima keraguan lain. Secara istilah, ma'rifah

artinya suatu pengetahuan yang didasarkan atas suatu keyakinan yang

penuh terhadap sesuatu hingga hilanglah suatu keragu-raguan.

Karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak

lahir atau yang dikenal sebagai karakter dasar yang bersifat biologis. Menurut

Ki Hadjar Dewantara, aktualisasi karakter dalam bentuk perilaku sebagai hasil

perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi dengan

lingkungannya.

Karakter dapat dibentuk melalui pendidikan, karena pendidikan

merupakan alat yang palinh efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri

kemanusiannya.13 Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas manusia yang

memilki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecemerlangan pikir, kecekatan

raga, dan memiliki kesadaran penciptaan dirinya. Dibanding faktor lain,

13
Ibid, hal 13.

16
pendidikan memberi dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan

kualitas manusia.

8. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter

1) Faktor Insting (naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia

dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh insting seseorang.

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.

Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator

penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain :

 Naluri makan

 Naluri berjodoh

 Naluri keibubapakan

 Naluri berjuangan

 Naluri bertuhan

Selain kelima insting tersebut, masih banyak lagi insting yang

sering dikemukakn oleh oleh para ahli psikologi, misalnya insting ingin

tahu dan memberitahu, insting takut, insting bergaul dan insting meniru.

Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket yang inheren dengan

kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada tanpa perlu dipelajari

terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk

aneka corak perilaku sesuai pula dengan corak instingnya.

2) Faktor adat atau kebiasaan

17
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yangsana

sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur dan

olahraga. Abu Bakar Zikri berpendapat bahwa perbuatan manusia apabila

dikerjakan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah melakukannya,

itu dinamakan adat kebiasaan.

Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan tidak hanya cukup

diulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati

terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin bertaubat, minum obat,

mematuhi nasihat-nasihat dokter, tidak bisa dikatakan adat kebiasaan,

sebab dengan begitu dia telah sembuh. Dia tidak akan berobat lagi kepada

dokter. Jadi, terbentuknya kebiasaan itu adalah karena adanya

kecenderungan hati yang diiringi perbuatan. Biasanya ada yang disebut

sifat adat kebiasaan yaitu yang mudah diperbuat dan menghemat waktu

dan perhatian.

3) Faktor Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat

memengaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang. Sifat-sifat asasi

anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Adapun sifat yang

diturunkan orangtua terhadap anaknya itu bukan sifat yang tumbuh dengan

matang karena pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan melainkan sifat

bawaan sejak lahir.

4) Faktor Milieu atau Lingkungan

18
Milieu artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup,

meliputi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia ialah apa

yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara dan masyarakat.

Dengan perkataan lain, milieu adalah segala apa yang melingkup

manusia dalam arti yang seluas-luasnya.

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi dua pembahasan.

Pembahasan pertama merupakan tinjauan singkat tentang metode membaca Al

Qur’an untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri dalam membaca Al

Qur’an. Pembahasan kedua berkaitan dengan kebiasaan membaca Al Qur’an

yang diterapkan dalam pembentukan karakter santri Pondok Pesantren Daarul

Ilmi.

Pertama, metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al

Qur’an sangat membantu dalam proses meningkatkan kemampuan membaca

Al Qur’an santri Pondok Pesantren Daarul Ilmi diantaranya penggunaan

metode tahsin yaitu salah satu tilawah Al Qur’an yang menitikberatkan pada

makhroj (tempat keluarnya huruf), sifat-sifat huruf dan ilmu tajwid. Metode ini

melalui talaqqi (bertemu langsung) dan musyafahah berhadapan langsung

dengan guru atau syaikh yang sanadnya bersambung kepada Rasulullah saw.

Kedua, pengaruh kemampuan membaca Al Qur’an terhadap karakter

santri yang dilaksanakan dengan penerapan tadarrus Al Qur’an dan perbaikan

dalam membaca Al Qur’an terbukti dengan perilakunya sehari-hari yang

19
menunjukkan kepada kepribadian baik sehingga menjadi ciri khas atau karakter

dari masing-masing pribadi.

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam

penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang

berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam situasi terkendali.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis

kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang

individu dalam latar alamiah. Dengan kata lain, penelitian kualitatif berupaya

memahami bagaimana seorang individu melihat, memaknai atau

menggambarkan dunia sosialnya. Memahami merupakan esensi dari penelitian

kualitatif. Secara sederhana, proses memahami sangat mudah diucapkan, tetapi

sesungguhnya sangat sulit untuk dilakukan dengan sebenar-benarnya.14

Penelitian ini bersifat deskriptif yang ditujukan untuk mendeskripsikan

suatu keadaan atau fenomena apa adanya. Penelitian deskriptif adalah

penelitian terhadap masalah berupa fakta saat ini dari suatu populasi yang

meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarul Ilmi

yang beralamat di Jl. Mayasih No. 881 Cigugur, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Adapun waktu pelaksanaan ini dimulai pada

bulan Desember 2020.


14
Ibid, hal. 91.

21
C. Sumber Data Penelitian

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah santri putri dan santri putra

Pondok Pesantren Daarul Ilmi yang berjumlah kurang lebih 142 orang.

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI Boarding School

Daarul Ilmi yang berjumlah 49 orang dengan objek penelitiannya latar

belakang Pengaruh Kemampuan Membaca Al Qur’an Terhadap Pembentukan

Karakter Santri Pondok Pesantren Daarul Ilmi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

wawancara dan observasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat

dimengerti maksudnya secara baik, jika dilakukan interaksi dengan subjek

melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimensi fenomena

tersebut terjadi.

D. Alur Penelitian

1. Persiapan

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam

lingkup peristiwa yang sedang berlangsung dan bisa diamati serta

diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-

peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang atau

organisasi. Pada proposal ini membahas mengenai Pengaruh Kemampuan

22
Membaca Al-Qur’an Terhadap Pembentukan Karakter Santi Pondok

Pesantren Daarul Ilmi.

b. Memilih Lokasi Penelitian

Sesuai permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih

lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data. Pada proposal ini

penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Ilmi.

c. Mengurus Perizinan

Peneliti meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian

kepada pihak Pondok Pesantren Daarul Ilmi.

d. Menjaga dan Melihat Keadaan

Proses penjagaan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan

karena penulis yang menjadi alat utamanya maka penulis akan

menentukan apakah lapangan merasa terganggu atau tidak.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Ketika penulis menjaga dan sosialisasi diri di lapangan, ada hal

penting lainnya yang perlu penulis lakukan yaitu menentukan narasumber.

Narasumber pada penelitian ini adalah Ustadz Rakum, S.Pd.

f. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penulis adalah ujung tombak sebagai

pengumpul data (instrumen). Penulis terjun secara langsung ke lapangan

untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka

kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa

kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

23
2. Lapangan

a. Memahami dan Memasuki Lapangan

Latar tertutup dimana penulis berinteraksi secara langsung dengan

responden. Menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara

dan budaya latar penelitian. Jumlah waktu studi, pembatasan waktu

melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan.

b. Aktif dalam Kegiatan (Pengumpulan Data)

Penulis merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, jadi

penulis harus berperan aktif dalam pengumpulan sumber. Contohnya

mengambil dokumentasi.

3. Pengolahan Data

a. Analisis Data

Melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan. Penulis

dalam hal ini bisa melakukan interpretasi dari data yang didapatkan di

lapangan.

b. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah

menyimpulkan dan melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data

tersebut valid atau tidak. Apakah sering menghabiskan waktu dengan

memainkan handphone mengganggu dalam pembentukan karakter santri

atau tidak.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

24
Abduh, Muhammad. 1999. Tafsir Juz Amma. terj. Muhammad Baqir. Bandung :
Mizan.

Ahmad, Listiyanto. 2010. Speed Reading : Teknik dan Metode Membaca Cepat.
Yogyakarta : A+Plus Books.

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM.

Robbins, Stephen P; Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi Buku 1.


Jakarta : Salemba Empat.

Slamet dan Kundharu Saddhono, 2012, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa


Indonesia. Bandung : Karya Putra Darwati.

Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.

Tim Penulis. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Direktorat


Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta : Kencana Prenada.

25

Anda mungkin juga menyukai