Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ad-Dirosah Al-Mutaqaddimah
Dosen Pengampu:
Dr. Rizzaldy Satria Wihawa, M. Hum.
Disusun Oleh:
Japar Sidiq: 2230090015
Sayyid Althoof: 2230090022
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
ABSTRAK
Sebagian besar dari kasidah Abu Tamam merupakan kasidah bertema pujian dan sanjungan.
Kasidah sanjungannya lebih unggul dari para penyair lainnya, begitu juga puisi-puisi
ratapannya sehingga beliau dikenal orang sebagai “maddahah” dan “nawwahah” (seorang
yang penyanjung dan peratap yang ulung).
Berawal dari Al-Mu’tashim mengabaikan nasihat para ahli nujum di dalam peristiwa
ekspansi militer Romawi terhadap wilayah Zibatra yang menasehatinya agar menunda
keberangkatan sampai bulan shafar Abu Tamam membantah dugaan tersebut dengan syair
bahar basithnya yang mengatakan bahwa sesungguhnya kabar berita yang dibawa oleh
pedang lebih benar daripada kitab pegangan para peramal tersebut, dan sesungguhnya
semangat yang membaja serta kekuatanlah yang menentukan hasil akhir peperangan dengan
izin Allah.
Abu Tamam mengumpulkan perangkat-perangkat artistiknya sejak pada bait pertama, beliau
menghiasai bait-bait syair nya dengan jinas dan thibaq. Jinas, berpegang pada argumentasi
yang jelas yang menunjukkan kebenaran dari perkataannya yaitu mengenai kemenangan yang
besar, Pada jumlah ismiyahnya terdapat faidah tsabat (tetap dan tidak berubah), Beliau
berpindah tema pada bait ke lima dengan menjelaskan situasi kemenangan, memuji khalifah
kemudian beliau menggambarkan kondisi Amuriya yang terbakar, beliau membawakan
berbagai karakter yang artistik dan indah, Pada bait ke-delapan penyair memanggil amirul
mukminin tanpa adat nida’ karena khalifah dideskripsikan telah menjadi dekat kepada jiwa,
memenuhi relung hati, beliau menghadirkan dua makna yang berhadap-hadapan pada empat
bait syair terakhir, di sisi lain beliau juga mengumpulkan instrumen-instrumen artistik seperti
thibaq, jinas, dan muqobalah ma’nawiyah dan kaya akan kiasan. Hiasan-hiasan keindahan
ilmu badi’ yang terdapat dalam bait-bait syair tidak bertabrakan dengan makna yang ingin
diperoleh, akan tetapi keindahan ini semakin menambah kedalaman pada makna dan
kekuatan daya “sihir”nya. Dari untaian syair ini jelaslah bagi kita bahwa Abu Tamam sangat
piawai dalam memilih diksi pada syair-syairnya dan sangat mahir dalam menggambarkan,
serta menghadirkan makna-makna yang mendalam, dan sangat memperhatikan keindahan.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
A. Pendahuluan….................................................................................................................1
B. Hasil………………......................................................................................................... 3
C. Pembahasan…..................................................................................................................5
a. Sebab munculnya bait-bait fathul futhuh……..............................................................5
b. Uraian...................……...............................................................................................10
c. Analisis Mendalam terhadap Teks Syair................................................................. 11
d. Soal Latihan dan Jawaban……...................................................................................13
D. Kesimpulan…….............................................................................................................16
ii
A. Pendahuluan
Penyair dari syair ini ialah Abu Tamam, nama lengkap dari Abu Tamam adalah Abu
Tamam Habib bin Aus At-Thaiy. Beliau adalah salah seorang kepala dari para pembaharu,
pimpinan madrasah ilmu badi’ dan tokoh dalam ilmu bayan. Lahir di desa Jasim yaitu satu
wilayah yang berdekatan dengan Damaskus, pada tahun 188 H bertepatan dengan tahun 804
.M
Beliau berpindah ke Damaskus bersama ayahnya yang berprofesi sebagai penenun
sutera di daerah Qazazah. Profesi ini cukup berpengaruh bagi cita rasa sastra Abu Tamam.
Kemudian beliau mulai melantunkan kasidah-kasidahnya dengan sangat baik dan beliau
menyulamnya dengan hiasan-hiasan ilmu badi’. Beliau senantiasa pulang pergi ke masjid
jami’ yang ketika itu merupakan pusat peradaban. Ketika beliau mulai tumbuh dewasa, beliau
meninggalkan Syam menuju Mesir, di negeri tersebut beliau menjadi penjual air di dekat
masjid Amr bin Ash. Di samping itu, beliau mereguk ilmu sastra dari para ulamanya dan
memperoleh tambahan wawasan yang luas, yang kemudian hal itu tertuang dalam karya-
.karya puisinya
Di Mesir beliau bertemu dengan seorang penyair yang sering melontarkan puisi
bergenre sarkasme yang bernama Yusuf as-Sarraj, seorang yang dikenal sebagai tokoh
pemikir yang memiliki ide-ide yang tidak biasa. Kiranya hubungan dekat keduanya
memberikan pengaruh besar terhadap gaya sastra Abu Tamam, karena setelahnya Abu
.Tamam tersohor dengan kedalaman ilmu ma’aninya dan ketajaman pemikirannya
Abu Tamam senantiasa menghafalkan puisi-puisi dan menghikayatkan puisi karya
para penyair sehingga hafalannya mencapai bilangan yang mengungguli para penyair yang
sezaman dengannya. Konon hafalannya mencapai 14.000 puisi dengan pola bahar rojaz
ditambah lagi dengan kasidah dan maqthu’ahnya. Dengan modal hafalan tersebut beliau
menulis berbagai kitab dan antologi puisi diantaranya yang paling terkenal yaitu kitab diwan
al-Hamasah yang di dalamnya terdapat kumpulan syair-syair yang menjadi referensi untuk
.koleksi syair-syair zaman jahiliah dan Islam
Penyair kita ini telah berkeliling ke negeri-negeri Arab Islam yang luas, beliau
mendatangi rumah-rumah para tokoh yang mulia dan mendapatkan berbagai limpahan
kenikmatan sebelum akhirnya beliau menetap di negara Irak. Abu Tamam membangun
kedekatan dengan para khalifah dan tokoh-tokoh pemerintahan pada zamannya lalu beliau
menyanjung al-Mu’tashim dan memuji atas kemenangan-kemenangan yang telah diraihnya
terhadap bangsa Romawi, terlebih lagi beliau memuji al-Mu’tashim dengan kasidahnya yang
.indah
Sebagian besar dari kasidah Abu Tamam merupakan kasidah bertema pujian dan
sanjungan. Kasidah sanjungannya lebih unggul dari para penyair lainnya, begitu juga puisi-
puisi ratapannya sehingga beliau dikenal orang sebagai “maddahah” dan “nawwahah”
.(seorang yang penyanjung dan peratap yang ulung)
Diantara ciri khas kepribadiannya adalah beliau seorang yang sangat menjaga
kehormatan diri, berakhlak baik, memiliki kekuatan hafalan dan spontan dalam berekspresi.
Adapun salah satu contoh spontanitasnya dalam bersyair yaitu ketika Abu Tamam
:melantunkan kasidahnya untuk khalifah Ahmad bin Mu’tashim, yang diawali dengan
1
َم َأل ُب َأل ُو َك َع ًة
تقضي ِذ ما ا ر ِع ا ِس
درا ما في قوِف سا ِم ن باِس
Berdiam sejenaknya engkau tanpa kesombongan,
Engkau penuhi hak-hak kaum miskin.
1
Amr bin Ma’di Yakrib az Zabidi, terkenal dikalangan orang arab dan dijadikan perumpamaan untuk
keberanian
2
Hatim At Ta’iy merupakan orang arab paling dermawan dan dijadikan perumpamaan untuk
kedermawanan.
3
Ahnaf At Tamimi terkenal dengan kelembutan dan sifat pemaaf dan dijadikan perumpamaan
4
Qadhi Iyas bin Muawiyah bin Quroh dijadikan perumpamaan untuk kecerdasan
2
B. Hasil
َو َّل
ال ال #ي َح ال ُّد َب ْي َن ( )۱الَّس ْي ُف َأ ْص َد ُق َأ ْن َب اًء َن الُك ُت
ِب ِع ِّد ِج ِف ِّد ِه ِح ِب ِم
ُ #م ُت ْو َّن َج اَل ُء َّش َو َّر ْي َح (َ )2ب ْيُض الّص َف ا اَل ُس ْو ُد
ال ِّك ال ِب ِن ِه الَّص اِئِف ِئ ِح
َس َع ُش ُه َ #ب َن َخ َس َو ْل ُم ُش ُه َأل ْر َم اَل َع ًة
ي ال مي يِن ال في ال ب ِة ال ِب ( )۳الِع ِف ي ِب ا اِح م
ُة َأ َأ
#صاغوُه ِم ن ُز خُر ٍف فيها َو ِم ن ( )٤يَن الِر واَي َب ل يَن الُن جوُم َو ما
َك
ِب ِذ
َأ َن ٌر َن ُخ َط َن ظٌم َن َت َأ ُي َط َف ُح ُف
ِب ال ِم ث و ِر ع ِش ال ِم # ( )5ت ال توِح عالى ن حي ِب ِه
ُق ُش َو َت ُر ُز َأل ُض َأ (َ )6ف تٌح َتَف َّت ُح َأ بواُب الَس ما َل ُه
ِب ال ها ب ا ر في ِب
ا ثو # ِء
َلَة َح َل نَك اُملنى ُح َّف ًال َم َف َة
عسو ال ِب ِم # ( )7يا َي وَم َو قَع ِة َع ّم وِر َّي ِا نَص َر ت
َخ َش ْخ ًا َذ ُمْل َأ َل َق َت
ِل لـَّن ـاِر َي ـْو مـ لـيـَل الَّص ـ ـِر وال ـ ـب # ( )8ـ ـْد ـَر ك ـَت مـي ـَر ا ـْؤ مـنـيـَن ِب ـهــا
َّل َط ُش ُّل َّل َغ
َي ـ ـُه َو ْس ـَه ـا ُص ـْب ـٌح ِم ـَن الـ ـَه ِبـ # ( )9ـاَد ْر َت فيهـا َب ِه يـَم ال ْي ـِل َو ْه ـَو ُض ًح ـى
َع ْن َل ْو َه َك َأ َّن َّش ْم َس َل َت (َ )10ح ـَّت ـى َك ـَأ َّن َج َال بـيـَب الـُّد َج ـى َر ـَب ـْت
ـ ِن ـا و ـ ال ـ ـ ــم ـِغ ـِب # ِغ
ُض ًى َش َو ُظْل َم ٌة َن ُد َخ َّظ ْل َم ُء َف ٌة
اٍن ِف ـي حـ حـِب ِم # (َ )11ض ـْو ٌء ِم ـَن الـَّن ــاِر وال ـ ـ ـا عـاِك ـ ـ
َذ َل َت ٌة
والَّش ْم ـُس َو اِج َب ـ ِم ـْن ا و ـْم ـِج ِبـ # ( )12فالَّش ْم ـُس َط ا َع ـٌة ـْن َذ ا وق ـْد َأ َف ـَل ـْت
ِل ِم
:Arti diatas
Pedang itu lebih benar beritanya daripada kitab-kitab # Pada mata pedangnya ()1
.terdapat pemisah antara kesungguhan dan main-main
Putihnya pedang bukan hitamnya kitab, dalam # kekuatannya dapat menyibak ()2
.skeptis dan keraguan
Ilmu itu ada pada kilauan tombak yang mengkilat # diantara dua pasukan, bukan ()3
pada kerlipan tujuh bintang
Dimana riwayat itu? Bahkan dimana juga bintang-bintang itu, dan apa-apa # ()4
.Yang mereka dapatkan darinya berupa kesenangan duniawi dan kedustaan
3
Kemenangan dari berbagai kemenangan yang terlalu tinggi untuk dijangkau # )5(
.oleh untaian syair atau prosa dari pidato
Kemenangan yang untuknya pintu-pintu langit terbuka # dan bumi pun berhias )6(
.dengan pakaian terbaiknya
Wahai hari terjadinya perang Amuriyah, telah berpaling # darimu harapan )7(
.harapan dengan membawa unta gemuk yang susunya bercampur madu
Sungguh engkau wahai amirul mukminin telah meninggalkan negeri itu # pada )8(
.suatu hari- Dengan menundukan batu dan kayu untuk dilahap api
Engkau tinggalkan negeri itu di pekatnya malam menjadi dhuha # Malam )9(
.ditengah kota diusir oleh pagi karena besarnya kobaran api
Sampai-sampai seakan kegelapan yang menyelimuti malam # tidak menyukai )10(
warnanya yang hitam, dan seolah mentari tak pernah tenggelam
Cahaya api membuat gelapnya malam lenyap # pekatnya asap membuat dhuha )11(
.berubah gelap
Mentari terbit dari kobaran api itu padahal dia telah tenggelam # dan matahari )12(
.tenggelam dari kepulan asap itu padahal dia tidaklah tenggelam
4
C. Pembahasan
a. Sebab munculnya bait-bait fathul futuh
Romawi melakukan ekspansi militer terhadap wilayah Zibatra yang
wilayahnya berbatasan dengan wilayah negeri mereka. Kemudian mereka menyebar
kerusakan dan mengambil laki-laki dan wanita sebagai tawanan. Sampailah berita
kepada Al Mu’tashim bahwa seorang wanita muslimah disana meminta tolong kepada
khalifah dengan berkata: “Wahai Mu’tashim, tolonglah..!” Kemudian beliau
menjawab: “Labbaik.” Beliau memimpin tentaranya dan melakukan serangan ke
Ankara kemudian maju menuju Amuria yang merupakan benteng mereka yang paling
kokoh. Beliau mengabaikan nasihat para ahli nujum yang menasehatinya agar
menunda keberangkatan sampai bulan shafar. Akhirnya peperangan itu dapat
dimenangkan oleh khalifah, sementara Abu Tamam menyaksikan detik-detik
kemenangan tersebut. Maka Abu Tamam menyusun kasidahnya yang abadi, dengan
.menggunakan bahar basith. Inilah teks kasidah yang dimaksud
Bait ke-1
:Penjelasan
Bait ini menjelaskan bahwa keberangkatan khalifah beserta pasukan untuk
menaklukkan Amuria akan berakibat tidak baik menurut para ahli nujum, akan tetapi
khalifah tetap berangkat dan kemenangan dapat diraih. Hal ini bertolak belakang
dengan ramalan mereka. Karena itulah Abu Tamam mencela mereka dengan
mengatakan bahwa berita yang dibawa oleh pedang berupa kemenangan dimedan
perang lebih bisa dipercaya daripada kitab-kitab ramalan yang mejadi simbol bagi ahli-
ahli nujum. Dan mata pedanglah yang menjadi penentu kesungguhan yang membawa
kemenangan dengan main-main atau ketidak seriusan yang membawa kepada
.kekalahan
:Kosakata
Bait ke-2
5
ُم ُت ْو َّن َج اَل ُء َّش َو َّر ْي اَل
َب ْيُض الَّص َف اِئ ِح ُس ْو ُد الَّص َح اِئِف ِف ي
ال ِّك ال ِب ِن ِه
kekuatannya dapat menyibak skeptis Putihnya pedang bukan hitamnya
dan keraguan kitab, dalam
:Penjelasan
Maksud bait ini adalah bahwa kekuatan pedang-pedanglah yang mampu
mampu menyingkap segala keraguan dan kebimbangan dimedan perang, bukan
.ramalan para ahli nujum yang bersumber dari kitab mereka
6
:Kosakata
Bait ke-3
:Penjelasan
Berita yang sebenarnya berada pada kilauan mata tombak yang dibawa oleh dua
pasukan prajurit yang sedang berduel karena disanalah penentu kemenangan yang
sebenarnya, bukan pada ramalan yang bersifat dugaan yang didasarkan pada hitungan
.perbintangan yang disimbolkan oleh penyair dengan tujuh planet
:Kosakata
َأل ُش
ُه ِب ا ْر َم ِحا: Mata tombak yang tajam mengkilat
اَل َع ًة:
م Berkilau
َس َخ: َخ
ال مي يِن yang artinya tentara. dikatakan khomis karena ال ِم يسmutsanna dari
tentara pada masa itu tentara dibagi kedalam lima divisi. Sayap depan
امليمنةdan kanan امليسرةkiri , املؤخرةbelakang القلبtengah املقدمة
َس َع ُش ُه
ال ب ِة ال ِب: Tujuh bintang yaitu Zuhal, Musytari, Marikh, Syamsu, Zahro,
.Athroid, dan Qamar
Bait ke-4
َو َك ُة َأ َأ
ُه ُز ُر
صاغو ِم ن خ ٍف فيها ِم ن ِذ ِب يَن الِر واَي َب ل يَن الُن جوُم َو ما
Yang mereka dapatkan darinya Dimana riwayat itu? bahkan
berupa kesenangan duniawi dan dimana juga bintang-bintang itu,
kedustaan dan apa-apa
:Penjelasan
7
Abu Tamam dalam bait ini mempertanyakan dimana riwayat yang disampaikan oleh
para ahli nujum setelah kemenangan terwujud? Dimana juga bintang-bintang yang
timbul dan tenggelamnya secara tidak rasional dijadikan rujukan untuk menerka nasib
manusia? Dari ramalan itu mereka berdusta dan menikmati kesenangan dunia dari
.orang-orang yang mempercayainya
8
:Kosakata
صاغوا: َن
artinya mereka membuat atau melakukan sesuatu َص ُعْو اSinonim dari kata
ُز
خُر ٍف: Hiasan dan kesenangan duniawi
Bait ke-5
َأ َن ٌر َن ُخ َط َن ٌم َن َت َأ ُي َط َف ُح ُف
ظ ِم الِش عِر و ث ِم ال ِب ت ال توِح عالى ن حي ِب ِه
kemenangan dari berbagai
oleh untaian syair atau prosa dari
kemenangan yang terlalu tinggi
pidato
untuk dijangkau
:Penjelasan
Dalam bait ini Abu Tamam menyatakan bahwa Kemenangan dari berbagai kemenangan yang
diraih ini –yaitu penaklukan Amuria- sangat membahagiakan dan sangat agung seakan-akan
untaian bait syair yang disusun sedemikian rapi dengan nadzomnya tak dapat melukiskannya,
begitupun prosa-prosa yang diungkapkan dalam orasi dan pidato, tidak dapat
.menggambarkan betapa hebat kemenangan ini
:Kosakata
ُف
َتال توِح: yaitu kemenangan الفتحJamak dari
عالى: artinya tinggi diatas sesuatu فاقFi’il madhi yang semakna dengan
َن ظٌم: Susunan kata yang dibentuk sesuai dengan irama dan aturan syair, sedangkan
syi’r adalah syair yang mengandung unsur-unsur perasaan, imajinasi, dan
.intuisi
َن ثٌر: Prosa atau kalam yang tidak dibentuk dengan kaidah syair
Bait ke-6
ُق ُش َو َت ُر ُز َأل ُض َأ َف تٌح َت َف َّت ُح َأ بواُب الَس ما َل ُه
ب ا ر في ثواِب ها ال ِب ِء
dan bumi pun berhias dengan pakaian kemenangan yang untuknya
terbaiknya pintu-pintu langit terbuka
:Penjelasan
Bait ini menjelaskan bahwa kemenangan di medan perang membawa keberkahan
sehingga pintu-pintu langit pun terbuka dalam pengertian Rahmat Allah turun baik berupa
hujan ataupun rizki Allah yang lain. Begitu pula bumi memakai perhiasan terbaik dalam
.pengertian pertanian tumbuh subur, sebagai bentuk kegembiraan atas kemenangan ini
9
Kosakata:
َت بُر ُز: artinya tampil تظهرSinonim dengan kata
َأ
ثوا
ِب: yaitu pakaian ثوبJamak dari
ُق ُش
ال ِب: baru الجديدyaitu القشيبJamak dari
Bait ke-7
:Penjelasan
Pada bait ini Abu Tammam mengimanjinasikan hari -dimana ketika itu terjadi
peperangan- sebagai lawan bicara, dan seolah olah harapan dan cita-cita umat islam adalah
sosok manusia yang pergi meninggalkan hari tersebut dengan membawa onta-onta yang
banyak susunya ditambah lagi susu itu diberi campuran madu. Artinya harapan dan cita-cita
berupa kemenangan dan keberhasilan telah dapat terealisasikan. Kemenangan yang gemilang
itu di umpamakan dengan onta yang banyak susunya yang tercampur dengan madu yang
.lezat
:Kosakata
َو َع
ق ِة : Perang
َف
ِا نَص َر ت : Berpaling atau meninggalkan
ُمل
ا نى : Jamak dari أمنيةartinya harapan atau cita-cita dimasa depan
ُح َّف ًال : Jamak dari حاِف لyaitu unta atau sapi yang penuh dengan susu
َلَة
َم عسو : Diberikan madu
َح َل
ال ِب : Susu
Bait ke-8
10
َخ َش ْخ ًا َذ ُمْل َأ َل َق َت
ِل لـَّن ـاِر َي ـْو مـ لـيـَل الَّص ـ ـِر وال ـ ـب ـ ـْد ـَر ك ـَت مـي ـَر ا ـْؤ مـنـيـَن ِب ـهــا
Sungguh engkau wahai amirul
pada suatu hari- Dengan menundukan–
mukminin telah meninggalkan
batu dan kayu untuk dilahap api
negeri itu
:Penjelasan
Amirul mu’minin pergi meninggalkan Amuriyah dalam keadaan hangus terbakar
:Kosakata
َأ مـي ـَر اُمْلـْؤ مـنـيـَن : Pemimpin umat islam, yang dimaksud adalah Abu Ishaq Muhammad
bin Mu’tashim bin Harun Al Rasyid, khalifah ke 8 dari dinasti Bani
‘Abasiyah. Lafadz Amira dibaca fathah karena menjadi munada mudhof
yang hukumnya manshub,
َي َأ adat nidanya dibuang, sehingga ungkapan
ْي
aslinya: ا ِم ر املومين
ذليل : menundukkan
Bait ke-9
َي ُش ـُّل ـُه َو ْس َط َه ُص ْب ٌح َن َّل َه َّل
ـاَد ْر َت فيهـا َب ِه يـَم ال ْي ـِل َو ْه ـَو ُض ًح ـى
َغ
ـ ـا ـ ـ ِم ـ الـ ـ ـِب
Malam ditengah kota diusir oleh pagi Engkau tinggalkan negeri itu di
karena besarnya kobaran api pekatnya malam menjadi dhuha
:Penjelasan
Bait ini menerangkan bahwa Khalifah telah meninggalkan Amuria dalam kegelapan
malam akan tetapi suasana malam seperti suasana dhuha karena besarya kobaran api di negeri
yang dibumi hanguskan oleh khalifah tersebut. Seolah malamnya diusir oleh waktu pagi
.sehingga langit malam menjadi terang
:Kosakata
11
Bait ke-10
َع ْن َل ْو َه َك َأ َّن َّش ْم َس َل َت َح ـَّت ـى َك ـَأ َّن َج َال بـيـَب الـُّد َج ـى َر ـَب ـْت
ـ ِن ـا و ـ ال ـ ـ ــم ـِغ ـِب ِغ
tidak menyukai warnanya yang hitam, sampai-sampai seakan kegelapan
dan seolah mentari tak pernah tenggelam yang menyelimuti malam
:Penjelasan
Bait ini menjelaskan bahwa seolah-olah kegelapan yang menjadi selimut malam tidak
menyukai warna gelap dirinya, dan seakan matahari tidak tenggelam. Hal ini
.menggambarkan besarnya kobaran api di Amuria ditengah kegelapan malam
:Kosakata
َج َال بـيـَب : maksudnya pakaian atau selendang yang menutupi جلبابJamak dari
ُد ْج ٌة
الـُّد َج ـى : yaitu kegelapan َيJamak dari
َر ِغ ـَب ـْت عن : Membenci
Bait ke-11
:Penjelasan
Di negeri yang dibumi hanguskan tersebut malamnya terasa siang karena terang oleh
.kobaran api, sedangkan paginya terasa malam karena pekatnya asap hitam
:Kosakata
12
Bait ke-12
:Penjelasan
Setelah matahari tenggelam langit tetap terang karena kobaran api, seolah kobaran api
itu digambarkan sebagai matahari yang terbit padahal matahari yang sebenarnya telah
tenggelam. Sedangkan kepulan asap hitam digambarkan sebagai matahari yang tenggelam
.padahal matahari sebenarnya masih bersinar (masih siang)
:Kosakata
َط َع ٌة
اِل ـ : Terbit
َذ
ِم ـْن ا : Min dza yang pertama artinya ِم ـ ـَن الـَّن ـ ــاِرkobaran api, sedangkan min dza pada
َن ُد َخ
penggalan bait terakir adalah اٍن ِمkepulan asap hitam. keduanya merujuk
kepada bait syair sebelumnya.
َأ َف ـَل ـْت : Tenggelam
َو َب ٌة
اِج ـ : Wajibah yaitu ghoibah artinya lenyap
َل َت
ـْم ـِج ِبـ : tidak lenyap
b. Uraian
Para peramal memberikan pandangan bahwa menaklukan Amuriyah saat itu akan
membahayakan khalifah dan tentaranya, maka Abu Tamam membantah dugaan tersebut
dengan mengatakan bahwa sesungguhnya kabar berita yang dibawa oleh pedang lebih benar
daripada kitab pegangan para peramal tersebut, dan sesungguhnya semangat yang membaja
serta kekuatanlah yang menentukan hasil akhir peperangan dengan izin Allah, dan mata
pedang adalah yang memutuskan antara realita yang sebenarnya dengan mitos khurafat.
putihnya pedang lebih baik dari hitamnya kitab ramalan mereka. Dengan pedang
tersingkaplah kebenaran dan hilanglah keraguan. Ilmu yang hakiki tidak bersumber dari tujuh
bintang jatuh yang ada dilangit akan tetapi berasal dari lemparan tombak yang mengkilat
.ditangan pejuang di medan perang
13
Kemenangan telah menjadi kenyataan. Lalu, kemana ramalan mereka ? kemana
?bintang-bintang dan bualan-bualan dusta yang dibuat-buat itu
Kemudian sang penyair mulai menggambarkan tentang kemenangan dan peperangan.
Beliau mengatakan bahwa kemenangan tersebut adalah kemenangan yang besar yang tidak
tergambarkan oleh kasidah-kasidah yang disusun rapi dan pidato-pidato yang memukau.
Kemenangan yang menjadikan langit dan bumi pun menyambut, langit membuka pintu-
pintunya dan bumi memakai pakaian dan perhiasannya yang terbaik. Sungguh harapan
bangsa arab dan kaum muslimin kembali bersemi. Amuriyah telah dipenuhi dengan manisnya
.kemenangan dan kejayaan umat islam
Setelah itu penyair mengarahkan pembicaraan kepada khalifah sebagai lawan bicara
dengan mengatakan: “wahai amirul mukminin engkau telah menjadikan satu hari di kota
yang kokoh itu dipenuhi dengan kobaran api yang meluluh lantakkan batu dan kayu dan
segala apa yang ada disana. Engkau tinggalkan kota itu dimalam hari, akan tetapi suasana
malam itu seakan akan pagi atau waktu dhuha karena besarnya kobaran api. Engkau
gabungkan sedemikian rupa antara kegelapan, cahaya, asap hitam dalam situasi pemandangan
yang mengagumkan. Disana terdapat cahaya dari api didalam kegelapan malam yang pekat.
Ada pula kegelapan dari asap hitam di tengah cahaya siang. Matahari terbit padahal
”.tenggelam. Dan matahari tenggelam dan dalam waktu bersamaan tidak tenggelam
14
Abu Tamam berpegang pada argumentasi yang jelas yang menunjukkan kebenaran
dari perkataannya yaitu mengenai kemenangan yang besar. sehingga pada tiga bait pertama
beliau menggunakan uslub khobari. Pada jumlah ismiyahnya terdapat faidah tsabat (tetap dan
tidak berubah). Kemudian beliau berpindah dari khobar kepada uslub insya pada bait yang
أينke empat dengan menghadirkan istifham yang mengisyaratkan makna merendahkan, yaitu
kemudian disusul dan ditegaskan kembali dengan pertanyaan kedua yang lebih keras الروايه ؟
kemudian beliau kembangkan وم ؟SSSأين النج:dan lebih merendahkan dan meremehkan
dan apa yang mereka ذب؟SSرف ومن كSSاغوه من زخSSا صSS وم:penghinaan itu dengan ungkapannya
”upayakan dari ramalan bintang berupa kedustaan dan kesenangan duniawi
Beliau berpindah tema pada bait ke lima dengan menjelaskan situasi kemenangan,
memuji khalifah kemudian beliau menggambarkan kondisi Amuriya yang terbakar.
Kemenangan itu diberi nama fathul futuh sebagai penghormatan dan pengagungan bagi
kemenangan tersebut. Beliau menggambarkan kemenangan itu sebagai kemenangan yang
tidak dapat dilukiskan oleh untaian syair dari penyair atau rangkaian prosa dari para ahli
.pidato
Pada bait ke enam, beliau membawakan berbagai karakter yang artistik dan indah.
Beliau mengatakan bahwa kemenangan tersebut disambut oleh langit dan bumi. Pintu-pintu
langit terbuka dalam arti menghadirkan ridho Allah dan mengokohkannya untuk khalifah
serta bala tentaranya. Sedangkan perkataanya bahwa bumi tampil dengan pakaiannya yang
teridah dan terbaiknya. Inipun kinayah mengenai kebanggaan bumi terhadap kehadiran
mereka baik yang gugur didalam perut bumi ataupun yang berada diatasnya. Ini adalah pesta
kemenangan yang dirayakan oleh semesta. Apa yang digambarkan oleh Abu Tamam pada
dua bait ini dengan memakai uslub khabari menunjukkan eskpresi kebanggaan. Ditengah
gegap gempita kebanggaan ini, beliau berpindah menggunakan uslub insya. Beliau menyeru
kepada hari dimana kemenangan itu diraih, panggilan itu beliau ungkapkan di awal bait ke
Panggilan ini dimaksudkan untuk menampilkan rasa pengagungan serta يا يو وقعة عموري.tujuh
انصرفت ِم نَك:kebanggaan. Kemudian setelahnya datang isti’aroh makniyah dengan ungkapan
Beliau mengumpamakan harapan yang terwujud sebagai unta-unta yang الُم نى ُح َّفًال َم عسوَلَة الَح َلِب
gemuk memiliki susu yang banyak dan susu itu ditambah madu. Ini adalah penggambaran
yang mengisyaratkan bahwa cita-cita dan harapan telah terwujud, bahkan apa yang diraih
.lebih dari apa yang cita-citakan
Pada bait kedelapan penyair memanggil amirul mukminin tanpa adat nida’ karena
khalifah dideskripsikan telah menjadi dekat kepada jiwa, memenuhi relung hati. Beliau
memberikan gambaran bahwa khalifah membiarkan api melahap batu dan kayu. Ini adalah
.isti’aroh makniyah untuk menjelaskan kekuatan, kemampuan dan kekuasaan khalifah
Kemudian di bait ke Sembilan beliau mentasybihkan malam dengan waktu dhuha
begitu juga malam beliau menggambarkan dengan subuh dalam َغ ـاَد ْر َت فيهـا َبِهيـَم الَّلْيـِل َو ْهـَو ُضًحـى:yaitu
dua bait ini ingin menjelaskan tentang kuat dan besarnya api. ُصـْبــٌح ِم ـــَن الـَّلـَهـِب:ungkapan beliau
Beliau mengkhayalkan malam berselimutkan baju hitam, lalu baju hitam ini seolah tidak
menginginkan warna hitam, kemudian menggantinya. Beliau pun mempersonifikasikan kegelapan
dengan sosok manusia dimana kata kerja ar-rogbah atau benci disandarkan padanya, kemudian beliau
.serupakan kobaran api kebakaran dengan cahaya matahari
Seperti itulah beliau menghadirkan dua makna yang berhadap-hadapan pada empat
bait syair terakhir, yaitu api dan kegelapan. Beliau mengumpulkan instrumen-instrumen
15
artistik seperti thibaq, jinas, dan muqobalah ma’nawiyah kemudian dengan itu beliau
menggambarkan warna api kebakaran. Warna itu adalah campuran dari kegelapan yang
alami, ditambah dua warna mendasar yaitu hitam dan merah juga bentukan dari dua warna
ini. Pemikiran mendasarnya adalah pemikiran tentang muqobalah (berhadapan) dan dhid
(berlawanan) antara warna-warna, papan gambarnya bukan kanvas melainkan langit dan
.bumi serta apa yang ada diantara keduanya
Hiasan-hiasan keindahan ilmu badi’ yang terdapat dalam bait-bait syair tidak
bertabrakan dengan makna yang ingin diperoleh, akan tetapi keindahan ini semakin
menambah kedalaman pada makna dan kekuatan daya “sihir”nya. Dari untaian syair ini
jelaslah bagi kita bahwa Abu Tamam sangat piawai dalam memilih diksi pada syair-syairnya
dan sangat mahir dalam menggambarkan, serta menghadirkan makna-makna yang mendalam,
.dan sangat memperhatikan keindahan
اذكر حادثة تدلل بها على أنا أبا تمام حاضر البديهة؟.3
ًا
: أنشد أبو تمام في حضرة الخليفة مادح
فق ــد كتب أب ــو تم ــام هذه القصيدة بعد النصر ال ــذي حقق ــه الخليفة العباسي املعتصم حينم ــا فتح
عمورية مسقط رأس اإلمبراطور الروماني و كانت هذه املعركة بمثاب ــة رد على إعتداء إمبراطور
16
الروم على بلدة (زبطرة) العربية ،التي عاث فيها الـروم فسادا و قتال و تـدميرا ،و انتقاما ملا حـل بتلـك
املرأة العربية حينم ـ ــا إعتدى عليها ،فهتفت مستنجدة ((وامعتصماه!)) .ففي هذه القصيدة ب ـ ــل في
الستة أبيات األولى منها نج ـ ــد أن الش ـ ــاعر سخر من املنجميمين ،حينم ـ ــا ح ـ ــذروا املعتصم من فتح
عمورية ،و أكد الش ــاعر في هذه األبيات الستة على أن الحرب وح ــدها هي سبيل املج ــد والنصر و
الحقيقة
أثبت أبو تمام صدق السيوف واملعركة وكذب املنجمين مع كتبهم
يسخر الشــاعر ويستهزأ من املنجمين ويقــول ،أين روايتكم عن كتبكم؟ بــل أين تلــك النجــوم
التي افتريتم عليها ،ونسبتم إليها ما أذعتموه من أكاذيب قدمتموها في عبارات منمقة خداعة
لتخلعوا بدل القوة
يعد مدح أبي تمام وثيقة تارخية .وضح ذلك من خالل دراسة النص .8
معظم من األش ــعار لها خلفية تبعث الش ــاعر ل ــترتيب أش ــعاره .مدح ــه في هذا النص يتعل ــق بالحدث
التارخي حيث إنه مدح الخليفة على نجاحـه في مواجهة جيوش الـروم بأموريا .و غزوتـه هذا ال يخلـو
من ظلمهم املسلمين في زبطرة حتى نهضوا تحت قيادته النتقامهم في أمورية.
17
قرأ بعضهم كلمة أنباء في البيت األول بكسر الهمزة هكذا :السيف أصدق إنبـاء .فمـا أثـر ذلـك .9
في املعنى ؟
السيف أصدق إنبــاء كأنــه يتكلم ويخبر الناس بمــا حــدث معه بخالف النبــأ إذا كان اإلنسان يستعمله
في املعركة فله خبر مع هذاالسيف
((السيف أصدق أنبــاء من الكتب)) .كنايــة عن العزة واملجــد وأن السيف أداة تحقــق هذه العزة وأن
الكتب والرسائل ال تحقق
(( فتح تفتح أبواب السماء له)) كناية عن فرحة السماء وفي ذلك إحياء برضا هللا للخليفة وجيشه
((تبرز األرض بأثوابها القشب)) كناية عن ابتهاج األرض بمن فيها وما فيها
ُمْل َأ َخ َش َل َق َت ْخ ًا َذ
((ِل لـَّن ـاِر َي ـْو مـ لـيـَل الَّص ـ ـِر وال ـ ـب ـ ـْد ـَر ك ـَت مـي ـَر ا ـْؤ مـنـيـَن ِب ـه ــا)) كنايـة مكنية عن قــدرة الخايفة
و سلطانه وسطوته
يقــول :من أراد الوصول إلى الفتوح العظيمــة ،فإنمــا يصل إليها بالسيوف ،وملا جعل املطلــوب فتحــا
جعل السيوف مفاتيحه؛ ألن بها يوصل إلى ما وراء الباب من املقاصد .
الفكـ ــرة فيهمـ ــا متساويان وهي أن أسـ ــباب الفوز في املعركة هو الجد بأخـ ــذ أسـ ــبابه منه اسـ ــتعمال
السيوف والرماح في املعركة
18
تم ـ ــيز ش ـ ــعر أبي تم ـ ــام في هذا النص بدق ـ ــة التصوير عن ح ـ ــدث ب ـ ــأنواع من الكناي ـ ــات واس ـ ــتعارات
والتشبيهات الجميلة يجعل الشاعر مافي الكون أدوات لها
الكلمات (املؤمنين – الضوء – الظلماء) علل سبب كتابة الهمزة فيها بهذه الكيفية .13
املؤمنين :كتبت الهمزة في الوسط فوق الـواو ألنها سـاكنة و ماقبلها ضـمة فالضـمة أقـوا من السكون
والواو تصحب الضمة .إذن كتبت الواو فوقها
الضوء والظلماء :كتبت على السطر ألن الهمزة املتطرفة تكتب بحسب ماقبلها ,فالسكون هو ماقبــل
األلف فكتبت على السطر
19
D. Kesimpulan
Abu Tamam Habib bin Aus At-Thaiy ialah seorang kepala dari para
pembaharu, pimpinan madrasah ilmu badi’ dan tokoh dalam ilmu bayan. Lahir di desa
Jasim yaitu satu wilayah yang berdekatan dengan Damaskus, pada tahun 188 H
bertepatan dengan tahun 804 M. beliau seorang yang sangat menjaga kehormatan diri,
berakhlak baik, memiliki kekuatan hafalan dan spontan dalam berekspresi. Abu
Tamam senantiasa menghafalkan puisi-puisi dan menghikayatkan puisi karya para
penyair sehingga hafalannya mencapai bilangan yang mengungguli para penyair yang
sezaman dengannya, beliau menulis berbagai kitab dan antologi puisi diantaranya
yang paling terkenal yaitu kitab diwan al-Hamasah yang di dalamnya terdapat
kumpulan syair-syair yang menjadi referensi untuk koleksi syair-syair zaman jahiliah
dan Islam.
Sebagian besar dari kasidah Abu Tamam merupakan kasidah bertema pujian
dan sanjungan. Kasidah sanjungannya lebih unggul dari para penyair lainnya, begitu
juga puisi-puisi ratapannya sehingga beliau dikenal orang sebagai “maddahah” dan
“nawwahah” (seorang yang penyanjung dan peratap yang ulung).
Berawal dari Al-Mu’tashim mengabaikan nasihat para ahli nujum di dalam
peristiwa ekspansi militer Romawi terhadap wilayah Zibatra yang menasehatinya agar
menunda keberangkatan sampai bulan shafar Abu Tamam membantah dugaan
tersebut dengan syair bahar basithnya yang mengatakan bahwa sesungguhnya kabar
berita yang dibawa oleh pedang lebih benar daripada kitab pegangan para peramal
tersebut, dan sesungguhnya semangat yang membaja serta kekuatanlah yang
menentukan hasil akhir peperangan dengan izin Allah,
Abu Tamam mengumpulkan perangkat-perangkat artistiknya sejak pada bait
pertama, beliau menghiasai bait-bait syair nya dengan jinas dan thibaq. Jinas,
berpegang pada argumentasi yang jelas yang menunjukkan kebenaran dari
perkataannya yaitu mengenai kemenangan yang besar, Pada jumlah ismiyahnya
terdapat faidah tsabat (tetap dan tidak berubah), Beliau berpindah tema pada bait ke
lima dengan menjelaskan situasi kemenangan, memuji khalifah kemudian beliau
menggambarkan kondisi Amuriya yang terbakar, beliau membawakan berbagai
karakter yang artistik dan indah, Pada bait ke-delapan penyair memanggil amirul
mukminin tanpa adat nida’ karena khalifah dideskripsikan telah menjadi dekat
kepada jiwa, memenuhi relung hati, beliau menghadirkan dua makna yang berhadap-
hadapan pada empat bait syair terakhir, di sisi lain beliau juga mengumpulkan
instrumen-instrumen artistik seperti thibaq, jinas, dan muqobalah ma’nawiyah dan
kaya akan kiasan. Hiasan-hiasan keindahan ilmu badi’ yang terdapat dalam bait-bait
syair tidak bertabrakan dengan makna yang ingin diperoleh, akan tetapi keindahan ini
semakin menambah kedalaman pada makna dan kekuatan daya “sihir”nya. Dari
untaian syair ini jelaslah bagi kita bahwa Abu Tamam sangat piawai dalam memilih
diksi pada syair-syairnya dan sangat mahir dalam menggambarkan, serta
menghadirkan makna-makna yang mendalam, dan sangat memperhatikan keindahan.
20