Anda di halaman 1dari 4

Pembicara : Lestari

Kelompok : 01 (satu)
Unit : 02
Mk : Tarikhul Adab
Nama kelompok: Lestari
R.A Amna Sulvia
Zahratun Fitri
Hasrunniasa

‫المديح‬
AN-NABIGHAH ADZ-DZIBYANI

A)  Nasab Keluarga Dan Kabilahnya


Penyair ini memiliki nama asli An-Nabighah Az-Zibyani Abu Umamah Ziyad
bin Muawiyah. Namun, ia lebih terkenal dengan panggilan an-Nabighah, yang
berarti seorang yang pandai berpuisi, karena memang sejak muda ia pandai berpuisi.
An-Nabighah merupakan salah seorang tokoh penyair terkemuka Arab Jahiliyyah
dan juga menjabat sebagai dewan hakim dalam perlombaan puisi yang diadakan di
pasar Ukadz.
Penyair ini selalu berusaha mendekatkan dirinya kepada para pembesar dan
menjadikan puisinya sebagai alat yang paling ampuh untuk mendapatkan kedudukan
dan kekayaan. Oleh karena itulah ia kerapkali dihasut oleh lawannya.
An-Nabighah termasuk salah seorang pemimpin para bangsawan kabilah
Dzubyan, hanya saja karena usahanya mendapatkan harta melalui puisi, mengurangi
kemuliaannya. Hampir seluruh umurnya, ia habiskan di kalangan keluarga raja Hira,
sehingga raja Hira yang bernama Nu'man bin Mundzir sangat cinta kepadanya,
sehingga dalam suatu riwayat dikatakan bahwa penyair ini di kalangan raja Hira
selalu memakai bejana dari emas dan perak, dan hal itu menunjukkan kedudukannya
yang tinggi di sisi raja Hira. Hal itu berlangsung cukup lama, sampai salah seorang
saingannya memfitnahnya dan menghasut Nu'man, sehingga ia marah dan
merencanakan untuk membunuh An-Nabighah. Salah seorang pengawal Nu'man
secara diam-diam menyampaikan berita tersebut, sehingga An-Nabighah pun segera
melarikan diri dan meminta perlindungan kepada raja-raja Ghossan yang menjadi
saingan raja-raja Manadzirah dalam memperebutkan penguasaan atas bangsa Arab.
Namun, karena lamanya persahabatan yang ia jalin dengan Nu'man bin
Mundzir, An-Nabighah berusaha untuk membersikan diri atas fitnah yang ditujukan
kepadanya dan meminta maaf kepadanya dengan puisi-puisinya untuk melenyapkan
kebencian Nu'man dan meluluhkan hatinya, serta menempatkan kembali posisinya
semula di sisi raja Nu'man bin Mundzir. Hal tersebut dapat dilihat dalam puisi
i'tidzariyat (permohonan maaf)-nya di bawah ini:
ّ
‫منهن كوكب‬ ‫ إذا طلعت لو يبد‬ ¤  ‫فإنك شمس والملوك كواكب‬

"Sesungguhnya engkau bagaikan malam yang kujelang meski aku didera kehampaan,
tapi tempat berharap maaf darimu sungguh luas membentang"

An-Nabighah berusia panjang dan meninggal menjelang keutusan Nabi Muhammad


Saw.

B) Kedudukan Puisinya
Sebagian besar ahli sastra Arab mendudukan puisi An-Nabighah pada deretan
ketiga sesudah sesudah Umru al-Qais dan Zuhair bin Abi Sulma. Hanya saja penilaian
ini sangat relatif sekali, karena setiap orang pasti mempunyai penilaian masing-
masing. Walaupun demikian karya puisi merupakan puisi yang sangat tinggi nilainya.
Karena pribadi penyair ini sangat berbakat dalam berpuisi. Oleh sebab itu, tidak heran
bila penyair ini diangkat sebagai dewan juri dalam setiap perlombaan berdeklamasi
dan berpuisi tiap tahun di pasar Ukadz.
Dalam perlombaan deklamasi dan berpuisi itu, para penyair berdatangan dari
segala penjuru tanah Arab semuanya berkumpul di pasar Ukadz, Daumat al-Jandal,
dan Dzil Majanah. Dalam kesempatan ini, mereka mendirikan panggung untuk dewan
juri, dan salah seorang dari dewan juri itu adalah An-Nabighah sendiri, karena dia
dikenal sebagai seorang yang mahir dalam menilai puisi. Dan apabila ada puisi yang
dinilai baik, maka puisi itu akan ditulis dalam lembaran khusus dengan menggunakan
tinta emas, kemudian digantungkan pada dinding Ka'bah sebagai penghormatan bagi
penyairnya.
Keistimewaan puisi An-Nabighah bila dibandingkan dengan puisi Umru al-
Qais dan Zuhair bin Abi Sulma, maka puisi An-Nabighah lebih indah dan kata-
katanya lebih mantap, bahasanya sederhana sehingga mudah dimengerti oleh semua
orang. Dan para penyair lain pun tidak jarang yang meniru gaya An-Nabighah dalam
berpuisi, sehingga orang yang suka akan kelembutannya puisinya, seperti Jarir,
menganggap bahwa ia merupakan penyair Jahiliyyah yang paling piawai.
Ketergiurannya untuk mencari penghidupan dengan puisi, justru membuka teknik
baru dalam jenis puisi madah (pujian) serta melakukan perluasan dan pendalaman
dalam jenis puisi itu, sehingga dia mampu memuji sesuatu yang kontradiktif.
Kepiawaiannya itu terlihat ketika pada suatu hari ia hendak memuji raja
Nu'man bin Mundzir yaitu seorang raja yang paling disukainya. Waktu itu ia melihat
matahari yang sedang terbit dengan terang. Oleh karena itu raja Nu'man
diumpamakan dalam puisinya sebagai matahari yang terbit, dimana matahari bila
sedang terbit, maka sinarnya itu akan mengalahkan sinar bintang di malam hari.
Untuk itu penyair itu berkata seperti di bawah ini:

ّ
‫منهن كوكب‬ ‫ إذا طلعت لم يبد‬ ¤  ‫فإنك شمس والملوك كواكب‬
"Sesungguhnya kamu adalah matahari dan raja-raja selainmu adalah bintang-bintangnya,
yang mana bila matahari terbit, maka bintang-bintang itupun akan hilang dari
penglihatan".
Selain dari bait puisi di atas, masih banyak lagi dari kumpulan puisinya yang
diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Perancis oleh Monsiur Dierenburg pada
tahun 1868, karena puisinya banyak digemari orang.

C) Puisi-Puisinya/ karya-karyanya
An-Nabighah mempunyai diwan (antologi) puisi yang dikomentari oleh Batholius
(Ibnu Sayyid al-Batholius) yang telah berulang-ulang dicetak, meskipun antologi
puisinya itu tidak menghimpun seluruh puisinya.

a. Di antara puisinya yang paling indah adalah yang terdapat di dalam mu'allaqat-nya
yang bait-bait pertamanya berbunyi:

‫ ماذا تحيون لوى وأحجار‬ ¤  ‫عوجوا فحيوا لنعم دمنة الدار‬


‫ هوج الرياح بهلبى الترب موار‬¤  ‫أقوى وأقفز من نعم وغيره‬
‫ عن آل نعم أمونا عبر أسفار‬¤  ‫وقفت فيها سراة اليوم أسألها‬
‫ والدار لو كلمنا ذات أخبار‬ ¤  ‫فاستعجمت دار نعم ما تكلمنا‬

"Berhentilah kalian untuk menyapa, menyalami, sungguh indah reruntuhan


perkampungan, apa yang kalian salami adalah timbunan tanah dan bebatuan"
"Tanah lenggang, sepi dari binatang liar, dan telah diubah oleh hembusan badai
serta hujan yang datang dan pergi"
"Aku berdiri di atasnya, ditengah reruntuhan dan bertanya kepadanya tentang
serombongan unta yang biasa lewat di sana"
"Reruntuhan rumah yang indah , demikian asing, membisu tak mau berbicara pada
kami, dan reruntuhan rumah itu, andai ia mau berbicara pada kami, pasti ia punya
banyak cerita"

b. Di antara kata-katanya yang paling bagus dalam puisi i'tidzar-nya seperti yang


terdapat di bawah ini:

‫ وتلك التى أهتم منها وأنصب‬ ¤  ‫أتانى (أبيت اللعن) أنك لمتنى‬
‫ هواسا به فراشى ويقشب‬ ¤  ‫فبت كأن العائدات فرشن لى‬
‫ وليس وراء هللا للمرء مذهب‬ ¤  ‫حلفت فلم أترك لنفسك ريبة‬
‫ لمبلغك الواشى أغشى وأكذب‬ ¤  ‫لئن كنت قد بلغت عنى جناية‬
‫ من األرض فيه مستراد ومذهب‬¤  ‫ولكننى كنت امرءا لى جانب‬

"Telah sampai berita padaku tentang abaital la'ni bahwa engkau mencercaku, itulah
yang membuat penting dan aku menjadi sangat lelah"
"semalaman, seakan para pembesuk menjengukku, menebar duri-duri tajam di atas
tempat tidur dan menusuk-nusukku"
"Aku bersumpah tidak akan meninggalkan keraguan pada dirimu. Setelah Allah, bagi
seseorang tidak ada lagi tempat kembali"
"Jika berita mengenai dosa yang aku lakukan telah sampai padamu, yang
menyampaikan berita padamu itu, sungguh penjilat yang paling jahat dan paling
dusta"
"Tetapi aku adalah orang yang memiliki tempat yang lain di bumi, di mana aku
mengais rizqi dan tempat melarikan diri"

c. Di antara puisi-puisinya yang lain,

‫ والدهر ال ملجأ منه وال هرب‬ ¤  ‫وأنت كالدهر مبثوثا حبائله‬


‫ أخنى عليها الذى أخنى على لبد‬ ¤  ‫أضحت خالء وأضحى أهلها احتملوا‬
‫ وال قرار على زأر من األسد‬ ¤  ‫نبئت أن أبا قابوس أوعدنى‬
‫ ألفردت اليمين عن الشمال‬ ¤  ‫فلو كفى اليمين بغتك خونا‬

"Engkau bagaikan sang masa, terbentang luas tali-tali kasihnya. Sang masa, tak ada
tempat berlindung dan tempat melarikan diri selainnya"
"Sahara menjadi lengang, penduduknya memikul beban, yang menghancurkan
Lubad telah dihancurkannya"
"Aku mendapat berita bahwa Abu Qabus mengancamku, tapi dalam auman singa tak
ada yang pasti"
"Jika golongan kanan cukup menimbulkan kebencianmu, karena berkhianat.
Sungguh aku sendiri dari golongan kanan yang berasala dari golongan kiri"

Anda mungkin juga menyukai