Anda di halaman 1dari 19

AL-QUR’ĀNUL-KARĪM

DALAM STUDI SASTRA ARAB

Oleh: Sangidu Asofa


Program Studi Magister Kajian Budaya Timur Tengah
Departemen Antarbudaya Fakultas Ilmu Budaya UGM,
Bulaksumur Yogyakarta Email: sangidu@ugm.ac.id
15 Agustus 2022
Bahasa Arab merupakan salah satu alat untuk dapat
memahami kandungan Al-Qur’ānul-Karīm dan kandungan dalam
karya sastra Arab. Bahasa Arab dalam Al-Qur’ān begitu indah
(bersifat sastrawi) pada saat menggambarkan suatu keindahan, dan
dengan menggunakan bahasa tersebut dapat merubah pesan
(message, risālah) dalam suatu teks, baik teks al-Qur’ān, al-
Chadiītsun-Nabawisy-Syarīf, karya sastra Arab maupun teks-teks
lainnya menjadi bahasa yang pedih, tegas, dan menakutkan pada
saat menceritakan sebuah ancaman, hingga bahasa yang dapat
menyejukkan dan menyenangkan hati.
Pada masa Jahiliyah, orang-orang Arab telah dikenal
sebagai ahli sastra yang sudah sangat kompeten, capable (cakap,
mampu), dan credible atau dapat dipercaya (‫)قادرة وذات مصداقية‬.
Mereka mampu mengubah lirik-lirik sya'ir atau bait-bait puisi yang
mempesona dan dapat mempengaruhi pendengarnya. Hal itu
menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam bidang
sastra yang bernilai tinggi dan berkualitas. Hasil-hasil karya sastra
Arab mereka digantungkan di Ka’bah dengan tulisan emas.
Setelah turunnya al-Qur’ān, keindahan dan kelembutan
bahasanya dipandang sastrawi sekali sehingga memicu sejumlah
kajian yang tidak ada habis-habisnya, baik kajian yang menhasilkan
skripsi, tesis, disertasi, maupun kajian-kajian lainnya.
Pada saat kita terpikat dan ditakjubkan oleh puisi-puisi para
penyair Jahily yang gaya bahasanya indah dan memukau, kita melihat
dan memahami juga bahwa al-Qur’ān dapat melebihi keindahan gaya
Bahasa yang digunakan oleh para penyair Jahily. Untuk itu, al-Qur’ān
jauh lebih bersastra dari yang disusun oleh para penyair Jahily.
Al-Qur’ān berbeda dengan puisi yang dihasilkan oleh para
penyair Jahily. Al-Qur’ān adalah firman (speech) Allah SWT dan
mukjizat yang paling besar bagi Nabi Muhammad SAW dan sebagai
pedoman umat manusia di alam semesta ini. Karena itu, dalam
perspektif sastra, bahasa dalam al-Qur’ān memuat bahasa sastra
tertinggi yang tidak dapat ditandingi oleh para penyair Arab dan
penyair-penyair lainnya. Dengan demikian, al-Qur’ān bukanlah karya
sastra, tetapi al-Qur’ān bahasanya sangat sastrawi dan membuat
nikmat pembacanya.
Allah SWT menantang orang-orang yang meragukan
kebenaran al-Qur’ān sebagai firman-Nya dan pedoman hidup bagi
umat manusia di muka bumi ini.
ُ َ َ َ ٰ َ
َ َ َّ َّ ِ ُ ُ
ِ
ْْ‫ن ِمث ِله‬ ِ َ
ْ ‫سورةْ ِم‬ ُ
ْ ‫ب ِّما نزلنا على عب ِدنا فأتوا ِب‬ َ
ْ ‫ن كنتمْ ِفيْ ري‬ْ ‫َو ِا‬
َ ٰ ُ ُ ٰ ُ ُ َ َ ُ ُ َ
٢٣ ‫ن‬ْ ‫ن كنتمْ ص ِد ِقي‬ ْ ‫اّلل ِا‬
ِْ ‫ن‬ ِ َ
ْ ِ ‫وادعوا شهداۤءكمْ ِمنْ دو‬
Artinya: Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah
semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar (QS. Al-Baqarah [2]:23).
Penyair merupakan satu-satunya “profesi” yang diabadikan
sebagai judul sebuah surat dalam Alquran, yaitu QS. Asy-syu’arā’ [26]
(Para Penyair). Islam memuliakan para penyair muslim yang tampil
sebagai “tandingan” penyair Jahily. Para penyair muslim, seperti
Hasan bin Tsabit dan Al Khansa binti Amru (penyair muchdharam).
Bahkan para penyair tersebut menjadi sahabat Rasulullah dan diminta
membuat puisi oleh Rasulullah untuk menandingi puisi Jahily.
َ ُ َّ َ ِ ُ ُ ََّ َ َ َ َ َ ٗ َ ُ ُ ُ ََّ ُ َ َ ُّ َ
ْ ِ ‫ر انهمْ ِفيْ ك‬
٢٢٥ ْْۙ‫ل وادْ ي ِهيمون‬ ْ ‫ المْ ت‬٢٢٤ ْ‫ن‬ ْ ‫والشعرا ْۤء يت ِبعه ْم الغاو‬
ٰ ٰ ُ َ ُ ٰ َ َّ َّ َ ُ َ َ ُ ُ ُ ََّ
َ َ َ
ْ ِ ‫ن امنوا َوع ِملوا الص ِلح‬
‫ت‬ ْ ‫ ِالا ال ِذي‬٢٢٦ ْۙ‫ن‬ْ ‫ن ما لا َيفعلو‬ ْ ‫َوانهمْ َيقولو‬
َ َّ ُ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ َ ٰ َ َ
ْ ‫د ما ظ ِلمواْوسيعل ْم ال ِذي‬
‫ن‬ ِْ ‫اّلل ك ِثي ًرا َّوانتص ُروا ِمنْۢ َبع‬ َْ ‫َوذك ُروا‬
َ ُ َ َّ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ
٢٢٧ ࣖ ‫ن‬
ْ ‫ي منقلبْ ينق ِلبو‬ ْ ‫ظلموْٓا ا‬
Artinya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang
yang sesat; Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di
setiap lembah; dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka
sendiri tidak mengerjakan(nya) ? Kecuali orang-orang (penyair-
penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat
Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena menjawab
puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang yang zalim kelak akan
tahu ke tempat mana mereka akan Kembali (QS. Asy-Syu’ara’
[26]:224-227).
‫النتيجة من األعمال األدبية العربية‬
Umru’ul-Qais mengisahkan kepada kita tentang kesedihan,
kesusahan, dan kegelisahan yang dialaminya. Kesedihan tersebut
disebabkan oleh berpisahnya dengan kekasih yang ia cintai. Hal
tersebut dituangkan dalam puisinya, di bawah ini.

ْ ‫ُـد ْـولَــهـ َعــلَـي ِبـأ َ ْن َـواعِ الـ ـهــ ـم‬


‫ــو ِم ِلــ َيــبْــتَــ ِلـي‬ ‫ـح ِـر ََ ْرََـ ـ‬
ْ ‫ولَـيْـ ٍل َكـ َم ْـوجِ الـ َب‬
demi malam, bagaikan gelombang samudra yang menyelimutkan
tirainya # padaku, dengan berbagai macam kesedihan (yang
bertubi-tubi, terus menerus, dan tidak henti-hentinya) untuk
menguji (kesabaranku)
‫ـك ِبأ َ ْمثَ ِل‬
َ ‫صـ َبـا ـح مـ ِن‬ ‫َلَ ََيُّـ َهـا الـلـيْـ ـل الـطـ ِويْــ ـل َلَ ا ْنـ َجـ ِلــي ِبـ ـ‬
ْ ‫ َو َمــا اإل‬،ٍ‫صـبْـح‬
wahai malam panjang kenapa engkau tidak segera beranjak pergi
# yang digantikan pagi yang tiada pagi seindah kamu,
Tema dalam kutipan puisi Umru’ul Qais di atas adalah bentuk
washf, yakni menggambarkan kesedihan yang dialaminya. Pada
dasarnya seorang penyair ingin mengutarakan akan nasibnya yang
malang. Ketika suatu malam datang, hatinya bertambah resah dan
sedih. Penyair menggambarkan posisinya yang sedang dilanda
berbagai persoalan kehidupan dengan gambaran malam yang gelap
gulita. Bahkan, apa yang dialaminya, diserupakan dengan gelombang
samudera. Ia ingin pembaca mengetahui bahwa ia mempunyai
persoalan yang amat pelik.
‫وفـي التالـي مثل من َمثال الشعر الجاهلـي الّذي كتبـه زهير بن َبي‬
.‫ ؟ م) وهـو الشاعر الجاهلـي المشهور‬-609 / ‫ هـ‬.‫ ؟ ق‬-13( ‫ُلمـ‬ ‫ـ‬
ْ ‫ظ ِلم الناس يـ‬
‫ظلم‬ ْ ‫ومن لم يـذ ْد عن حوضه بسالحه يـ َهدّم ومن لم َي‬
Barang siapa yang tidak mau mempertahankan beliknya (airnya)
dengan senjatanya, maka akan dihancurkan # dan barang siapa
yang tidak mau menganiaya seseorang, maka akan dianiaya.
(Zuhair bin Abi Sulmȃ dalam Ghȃzy Thulaimȃn, 2001:381).
‫إذا طلعت لم يبد منهن كوكب‬ ‫فإنك شمس والملوك كواكب‬
sesungguhnya engkau adalah matahari, sedangkan para raja
yang lain adalah bintang-bintang # apabila kau terbit tak ada
satu bintang pun yang berani menampakan diri.

Latar belakang syair ini pada suatu hari Nābighah Adz-Dzibyāniy


hendak memuji raja Nu’man bin Munzir seorang yang paling disukai
olehnya. Waktu itu, ia melihat matahari yang sedang tebit dan
terang. Raja Nu’man diumpamakan dalam Syairnya sebagai matahari
yang terbit, jikalau matahari itu sedang terbit, maka sinarnya itu akan
mengalahkan sinar bintang di malam hari yang diibaratkan dengan
raja-raja lain. Singkatnya, ketika kekuasaan raja Nu’man datang,
maka kekuasaan raja-raja lain akan menghilang seperti bintang di
malam hari yang lenyap karena munculnya raja Nu’man sebagai
matahari terbit yang terbit (berkuasa) di siang hari. Imajinasi
Nābighah sangat tinggi dalam menggambarkan suasana yang
dihadapi dalam kehidupannya.
‫قول القاضي األرجاني‬
‫ وهل كل مودته تدوم‬..... ‫مودته تدوم لكل هول‬
‫ ثم من نهايته‬،‫هذا البيت يقرا من الجهتين من بداية السطر إل نهايته‬
.‫ دون اعتبار لتشكيل الحروف‬،‫إل بدايته‬

ِ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ َ ََّ َ ََ ُ ُِ َّ ُ َ ُّ َ ٰٓ
٤ ْ‫ك فط ِهر‬ ْ ‫ و ِثياب‬٣ ْ‫ك فك ِبر‬ ْ ‫ ْورب‬٢ ْ‫ قمْ فان ِذر‬١ ۙ‫ر‬
ْ ‫يايها المد ِث‬
َ َ َِ َ ُ َ َ ُ َ ََ ُ َ َ ُّ َ
٧ ْ‫ك فاص ِبر‬ ْ ‫ و ِلر ِب‬٦ ‫ ولا تمننْ تستك ِث ْر‬٥ ْ‫والرجزْ فاهجر‬
Artinya: Wahai orang yang berkemul (berselimut)!;
bangunlah, lalu berilah peringatan!; dan agungkanlah Tuhanmu; dan
bersihkanlah pakaianmu; dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang
keji; dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak; dan karena
Tuhanmu, bersabarlah (QS. Al-Muddatsir [74]:1-7).
ٰ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ٰ ََ َ َّ ٰ َ َّ
ْۙ‫ر والانث ْْٓى‬ ْ ‫ وما خلقْ الذك‬٢ ۙ‫ى‬ ِْ ‫ َوالن َه‬١ ۙ‫ل ِاذا َيغش ْى‬
ْ ‫ار ِاذا تجل‬ ْ ِ ‫َوالي‬
ٰ ُ َ َّ َ َ ٰ َّ َ ٰ َ َ ََّ َ ٰ َ َ ُ َ َ َّ
ۙ‫ وصدقْ ِبالحسن ْى‬٥ ۙ‫ى‬ ْ ‫ فاما منْ اعطى واتق‬٤ ْ‫ن سعيكمْ لشتى‬ ْ ‫ ِا‬٣
َّ َ ٰ َ َ َ َ ُ ٗ ُ ِ َُ َ َ
َ‫ب‬ َ
ْ ‫ وكذ‬٨ ۙ‫ل واستغن ْى‬ َ ْ ‫بخ‬ َ َّ َ ٰ
ِ ْۢ‫ واما من‬٧ ْ‫ فسني ِسر ْه ِلليسرى‬٦
ٰ ُ ٗ ُ ِ َُ َ َ ٰ ُ
١٠ ْ‫ فسني ِسر ْه ِللعسرى‬٩ۙ‫ِبالحسن ْى‬
Artinya: Demi malam apabila menutupi (cahaya siang); demi siang
apabila terang benderang; demi penciptaan laki-laki dan perempuan;
sungguh, usahamu memang beraneka macam; Maka barangsiapa
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa; dan
membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga); maka akan Kami
mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan); dan
adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu
pertolongan Allah; serta mendustakan (pahala) yang terbaik; maka
akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan)
(QS. Al-Lail [92]:1-10).
‫الـمصادر لألدب اإلُالمـي‬
‫‪ -۱‬القرآن الكريم‪،‬‬
‫‪ -٢‬والحديث النبوي الشريف‪،‬‬
‫‪ -٣‬واألدب الجاهلـي (وقد بدَ قبل اإلُالم بقرنـين َو قرن ونصف (‪ 460‬م)‪،‬‬
‫وانتـه بظهور اإلُالم ‪ 40‬هـ ‪ 610 /‬م)‪ .‬لألدب العربـي فـي العصر‬
‫الجاهلـي معنيان‪ :‬عام وَاص‪ .‬فاألدب بالـمعن العام‪ :‬التـمتـع باألَالق‬
‫الكريمة‪ ،‬كالصدق واألمانة‪ .‬فقد جاء عل لسان طرفة بن العبد‪:‬‬
‫نحن في ال َم ْشتاةِ ندعو ال َجفَلَـ ‪ #‬ل ترى اآل ِد َ‬
‫ب فينا َي ْنتَـ ِق ْر‬
‫المفردات‪ :‬ال َم ْشتا ِة َو الشتاء = الدعوة إل ال َجفَلَـ (العامة)‪ ،‬اآلد َ‬
‫ِب =‬
‫الداعـي إل الطعام‪ ،‬يَ ْنتَـ ِق ْر= ل يختار َناُا دون آَرين‪.‬‬
‫‪ -٤‬وما نـ ِق َل من األدب األجنبـي (والمقصود هوالثقافة الغربية ل تتعارض‬
‫مع الثقافة الشرقية‪ .‬وهذا يعني َن الثقافة الغربية الجيدة تعتبر مادة‬
‫لتجميع ولتصنيع وتصنيف األدب اإلُالمي)‪,‬‬
،‫نـقد األدب العربــي هو فن دراُة َعمـال األدبية العربية‬
‫ ِلت َذ ـ ْوقَـها ت َذ ـ ْوقا‬،‫دراُة تقوم عل التحليل والشرح والتفسير‬
. ٍ‫صاف‬ َ ‫ َو عليـها بـموضوعية َواِ ْن‬،‫ والحكم لها‬،‫صـحيحا‬
Kritik sastra Arab adalah ilmu yang digunakan untuk mengkaji karya
sastra Arab yang dilakukan melalui proses analisis, penjelasan, dan
interpretasi sehingga dapat dirasakan nilai kesusastraannya secara
benar dan dapat ditentukan karya yang baik secara objektif dan adil
(Badr, 1411 H.:90).
Menurut Badr (1411 H.:88), ada sejumlah langkah yang perlu
dilakukan dalam kritik sastra Arab:
‫ الفحص‬Memeriksa dan menyelidiki sejumlah karya sastra Arab yang
ingin diteliti; ‫ التمييز‬memilah satu persatu karya sastra Arab yang
diteliti untuk mencari hal yang menarik hati bagi si pemilih/peneliti;
‫ اطالق األحكام‬mempertimbangkan hal-hal yang memenuhi kriteria
artistik); dan ‫ وقف مقاييس معينة‬dan menentukan karya sastra Arab yang
akan diteliti)
Najīb bin Ibrahim bin ‘Abdul Lathīf Al-Kīlāniy (lahir, 01 Juni
1931 M. dan meninggal, 6 Maret 1995 M.) menghasilkan 35 buah
novel dan karya ilmiah lainnya. Salah satu karya novelnya adalah
berjudul “Ar-Rajulul-Ladzī Āmana” (Seorang laki-laki yang Beriman).
Novel ini menggambarkan masa poskolonialisme barat terhadap
timur yang saling pengaruh mempengaruhi. Najīb al-Kīlaniy
mengambil latar kebudayaan barat di Italia (Roma) yang diperankan
oleh tokoh Iryan (Abdullah Carlou), Sophia kekasih Iryan, Benetto
teman group musik Iryan, Carlou ayah Iryan, dan Ibu Iryan.
Sementara itu, latar kebudayaan timur di Dubai diperankan oleh
tokoh Syamsi, seorang gadis cantik Dubai, muslimah, penari,
biduwanita, mempesona, menawan, dan berusia 25 tahun, serta
tokoh-tokoh lainnya, seperti Ali, Maisun, Tuan Shaqr, dan lainnya.
Selain itu, novel ini juga menggambarkan perubahan
budaya (mimikri) dan percampuran budaya (hibriditas) timur
(Dubai, Suriah) dan barat (Roma, Italia).
Sophia Syaikh Jalaluddin

‫صوفيا‬ ‫إلشـيخ جالل إدلين‬ Maisun


‫ميسون‬
Carlou

Syaikh ‘Idul Husaini


‫اكرلو‬
Iryan ‫إلشيـخ عيد إلـحس ينـي‬
‫إراين‬ Abdullah Carlou
‫عبد هللا اكرلو‬
‘Ali
‫علـي‬
Syaikh ‘Idul Ya’qubiy Sophia dan Benetto
Syamsi
‫مشس‬ ‫إلش يخ عيد إليعقوبـي‬ ‫صوفيا وبينيتو‬
Iryan Tuan Shaqr
‫إراين‬ ‫س ّيد صقر‬

Budaya Timur Syamsi


Budaya Barat
‫مشس‬
Muslimah Intertainer

Para Penggemar Para Penggemar


‫‪Mimikri‬‬

‫ْش َكة َولَ ْو َأ ْ َْع َب ْت ُ ْك ۗ َو َال‬‫ْش َاك ِت َح َ ىّت ي ُ ْؤ ِم َن ۚ َو َ َل َمة ُّم ْؤ ِمنَة خ َْي ِّمن ُّم ْ ِ‬ ‫َو َال تَن ِك ُحوإ إلْ ُم ْ ِ‬
‫ْشك َولَ ْو َأ ْ َْع َب ُ ْك ۗ ُأولَ َٰـ ِئ َك‬ ‫ْش ِك َي َح َ ىّت ي ُ ْؤ ِمنُوإ ۚ َولَ َع ْبد ُّم ْؤ ِمن خ َْي ِّمن ُّم ْ ِ‬ ‫تُن ِك ُحوإ إلْ ُم ْ ِ‬
‫إّلل ي َ ْد ُعو إ َل إلْ َجنَ ِة َوإلْ َم ْغ ِف َر ِة ِِب ْذ ِن ِه ۖ َويُ َب ِ ّ ُي أ آ َاي ِت ِه ِللنَ ِاس لَ َعلَه ُْم‬
‫ون إ َل إلنَ ِار ۖ َو َ ُ‬ ‫ي َ ْد ُع َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ََ ِ‬
‫ون (إلبقرة‪.)221 :‬‬ ‫ي َ َتذك ُر َ‬
‫‪Hibriditas‬‬
‫هناك قول إش هتر عىل ألس نة إلناس عىل أنه حديث‪ ،‬وال أدري حصة ذكل‪:‬‬
‫إمعل دلنياك كنك تعيش أبدإ‪ ،‬وإمعل لآخرتك كنك تـموت غدإ‬
‫َوإبْ َتغ ِ ِفميَا أآَتَ َك َ ُ‬
‫إّلل إدلَ َإر ْإلآ ِخ َر َة ۖ َو َال ت ََنس ن َِصي َب َك ِم َن إدلُّ نْ َيا ۖ َو َأ ْح ِسن َ َمَك َأ ْح َس َن‬
‫إّلل َال ُ ِِح ُّ ُ إلْ ُم ْف ِس ِد َين (إلقصص‪.)77 :‬‬ ‫إّلل إلَ ْي َك ۖ َو َال تَ ْبغ ِ إلْ َف َسا َد ِِف ْ َإل ْر ِ ۖ إ َن َ َ‬‫َُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
Simpulan
Hasil penelitian yang didapatkan adalah bahwa budaya timur tidak
selemah, seimperior, dan semarginal seperti yang digambarkan oleh budaya
barat dalam karya-karya sastra kolonial. Akan tetapi, budaya timur
merupakan budaya yang memiliki jati diri tangguh dan dapat juga
mempengaruhi budaya barat lewat gagasan (ide) dan perilaku para tokoh
yang terdapat dalam novel ”Ar-Rajulul-Ladzī Āmana” Karya Najīb al-Kīlāniy.
Mimikri direpresentasikan oleh Iryan (Abdullah Carlou) dan Hibriditas
direpresentasikan oleh Syamsi dan Tuan Shaqr.
Keberhasilan pengaruh budaya timur (agama Islam) terhadap
budaya barat (agama Kristen) ditentukan oleh kemampuan para ulama
(Syaikh)-nya dalam menguasai agama Islam secara mendalam dengan
media bahasa Arab itu sendiri dan penguasaan bahasa-bahasa lain, seperti
bahasa Inggris, bahasa Yunani, bahasa Jerman, bahasa Spanyol, bahasa
Prancis, bahasa Jepang, dan lainnya sehingga dapat menjelaskan kepada
mu’allaf sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh seorang mu’allaf.
Dengan kemampuan penguasaan berbagai bahasa yang dimiliki oleh para
ulama (Syaikh) Islam, ajaran Islam dapat diterima dan dapat diamalkan
oleh siapa pun dengan latar belakang budaya apa pun, dan di tempat mana
pun mereka berada di muka bumi ini.
‫الحمد هلل ربّ العالمين‬

‫شكرإ جزيال عىل حسن إهامتمك‬

Anda mungkin juga menyukai