Anda di halaman 1dari 16

Haudul Maurud dan Kautsar

1. Haudul Maurud

“Haudul Maurud” adalah nama bengawan yang sangat besar yang berada di
surga.yang diberikan ALLAH swt. Kepada Rasulullah SAW.Haudul Maurud adalah telaga
yang sangat luas sebelum surga.yang akan diminum oleh umat Nabi Muhammad SAW. Yang
tidak mengubah ajaran agamanya,sebagaimana yang diterangkan dalam hadits-hadits
Rasulullah SAW yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim airnya putih jernih seperti
susu dan rasanya lebih manis daripada madu.siapapun yang meminumnya sekali saja niscaya
tidak akan merasa haus selamanya,air telaga ini mengalir dari sungai “kausar” yang diberikan
ALLAH swt. Kepada Rasulullah SAW di surga.telaga ini didatangi oleh umat Muahammad
SAW.

Para ulama berbeda pendapat tentang tempat telaga ini,ada yang berpendapat bahwa
telaga ini berada di padang luas dihari kiamat sebelum menyeberangi “sirath” atau
jembatan,sebagian yang lain berpendapat bahwa telaga ini berada sesudah “sirath”

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya


:”sesungguhnya telaga ku itu lebih panjang dari jarak aylah dan adan,talaga ku itu sungguh
lebih putih dari salju,lebih manis daripad madu dicampur susu,serta bejana-bejananya lebih
banyak dari bintang-bintang.Aku sungguh akan menjaganya dari orang lain selain
umatku)sebagaiman seseorang menjaga telaganya dari unta orang lain.Para sahabatnya
bertanya:wahai Rasulullah,apakah pada hari itu engkau mengenali kami,beliau
manjawab:ya,kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat orang l;ain,kalian datang
kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih.(HR.MUSLIM).

Tidak semua manusia dapat eminum air telaga ini merteka yang tidak di
pervbolehkan itu adalah orang orang yang murtad atau berbuat sesuatui yang tidak di ridhai
oleh Allah Swt. Orang yang menyalahi jamaah muslimin dan berpisah dan orang@ yang
berbuat aniyaya, menutupi kebenaran,membunuh dan menghinakan keluarga. Orang orang
yang mendosa besar dan mnganggap remeh maksiatdan orang orang yang mengikuti
sesesatan hawa nafsu dan bid’ah .

2. Kautsar

Kautsar adalah nama salh satu sungai yang ada di surga . Nabi Muhammad Saw telah
menceritakan kepada kita tentang sungai sungai yang ada d surga beliau mengatakan bahwa
ketika beliau isra’ “ aku melhat tempat sungaio yang mengalir dari bawah sidratul muntaha ,
dua jelas terlihat dan dua lainya tersembunyi .” aku bertanya kepada jibril “ Sungai Sungai
apa ini , ?” Jibril menjawab Kedua sungai yang tersembunyi adalah sungai yang ada di surga
dan kedua sungai yang terlihat adalah sungai nil dan sungai eufrat.
Allah memberitahukan kepada akami bahwa sungai sungai tersebut Mengalir di bawah
surga . Sebaaimana yang di jelaskan oleh Allah Swt dalam surah Al baqarah ayat 25 sebagai
berikut.

َ ‫ت أ َ َّن لَ ُهم َوبَش ِِّّر الَّذِّينَ آ َمنُوا َو‬


‫ع ِّملُوا‬ ِّ ‫صا ِّل َحا‬
َّ ‫ار ال‬ ٍ ‫ۖ ُكلَّ َما ُر ِّزقُوا ِّمن َها ِّمن ث َ َم َرةٍ َجنَّا‬
ُ ‫ت ت َج ِّري ِّمن ت َحتِّ َها اْلَن َه‬
َٰ ُ
‫ط َّه َرة ٌ َوأتُوا ِّب ِّه ُمتَشَابِّ ًها َولَ ُهم الَّذِّي ُر ِّزقنَا ِّمن قَب ُل ِّرزقًا ۙ قَالُوا َهذَا‬
َ ‫َوهُم فِّي َها َخا ِّلدُونَ فِّي َها أَز َوا ٌج ُم‬

Artinya :

Dan sampaikanlah kabare gembira kepada orang porang yang beriman dan berbuat
kebajikan bahwa untuk mereka( disediakan) surga surga yang mengalir dari bawahnya
sungai sungai. Setiap kjali mereka di eri rizki buah buahan dari sungai mereka berkata”
Inilah rizki yang di berikan kepada kami dahulu “ mereka telah di beri( buah buahan ) yang
serupa . dan disana mereka (memperoleh) pasangan pasangan yang suci Mereka kekal di
dalamnya . ( QS. Albaqarah /2;25)

Al Qari Mengatakan bahwa keempat sungai di anggap sungai yang berasal darti surga ,
mengingat sungai sungai itu airnya sangat segar, bermanfaat untuk manusia, mengandung
rahmat dari allah Swt .dan di hargai karena pernah du kumjumhi para nabi , yang juga
meminum airnya.

Pengertian Al-Haudh (Telaga) Para Nabi; Bentuk, Tempat, Luas dan Sumber
Airnya
‫اار ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫س‬ْ ِ‫ب‬

Lafadz al-Haudh ( ‫ ) الحوض‬secara bahasa (etomologi) adalah jam’u (kumpulan).


dikatakan ‫ حا ض الماء يحو ضح‬artinya menghimpun (mengumpulkan) air. Kata haudh
juga digunakan untuk tempat berkumpulnya air. Secara istilah syar’i
(terminologi), al-haudh maknanya telaga air yang turun dari sungai surga pada
hari Kiamat di Mauqif (Padang mahsyar) yang diperuntukkan bagi Nabi saw.
sebagaiamana yang ditunjukkan oleh Hadits-hadits mutawattir dan berdasarkan
kesepakatan ulama Ahlus-Sunnah wal Jama’ah.

1. Telaga Nabi saw.


Rasulullah saw.bersabda:

‫( إني فرطكم على الحوض‬Innii farathukum 'alal haudh). Artinya: “Sesungguhnya aku
telah mendahului kalian menuju al –haudh....”[1].

Setiap Nabi memiliki telaga. Namun telaga Nabi Muhammad saw. adalah yang
paling besar, paling mulia, dan paling indah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
saw.:

‫ َوإِنَّ ُه ْم يَتَبَاه َْونَ أَيُّ ُه ْم‬،‫ي َح ْوضًا‬


ِّ ِ‫ َوإِنِِّي أ َ ْر ُُجو أ َ ْن أ َ ُكونَ أ َ ْكَث َ َر ُه ْم إِ َّن ِل ُك ِِّل نَب‬،ً‫أ َ ْكَث َ ُر َو ِار ََدًة‬
ً ‫َو ِار ََدًة‬

“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki al-haudh (telaga), mereka membanggakan


diri, siapa diantara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan
aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” [2].

Telaga yang diperuntukkan bagi Rasulullah saw. airnya lebih putih daripada
susu, lebih manis dari madu, lebih harum daripada minyak kesturi, panjang dan
lebarnya sejauh perjalanan sebulan, bejana-bejananya seindah dan sebanyak
bintang di langit. Maka kaum Mukminin dari ummat beliau akan meminum
seteguk air dari haudh (telaga) ini, maka ia tidak akan merasa haus lagi setelah
itu selamanya. [3]

Nabi saw. bersabda:

“Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan, airnya lebih putih
daripada susu, aromanya lebih harum daripada kesturi, berjananya sebanyak
bintang di langit, siapa yang minum darinya, ia tidak akan merasa haus
selamanya.” [4].

2. Pengetahuan Tentang al-Haudh


1. Dari sisi bentuk dan ukurannya

 Di dalam riwayat-riwayat hadits disebutkan bahwa Telaga (Al Haudh) itu


berbentuk segi empat (murobba’). Panjang sisi-sisinya sama. Hal itu
adalah sebagaimana dalam Hadits ‫س َواء‬ َ ُ‫َوزَ َوايَاه‬ ,‫ش ْهر‬
َ ُ ‫ِيرًة‬
َ ‫َمس‬ ‫ضي‬ِ ‫َح ْو‬
Artinya: “Telagaku itu sejarak satu bulan, tepi-tepinya juga
sejarak itu.”[5]. Yang dimaksudkan Hadits tersebut menurut penjelasan
para ‘Ulama Ahlus Sunnah adalah bahwa panjang sisi telaga itu adalah
sejarak perjalanan dengan onta (– Yang bisa dihitung secara kasar, bila
onta berjalan 1 jam bisa menempuh rata-rata 5 Km, dan setiap hari onta
berjalan selama 10 jam, maka setiap hari onta tersebut bisa menempuh
jarak 50 Km. Dalam sebulan kira-kira bisa menempuh 30 X 50 Km =
1.500 Km. Jadi kira-kira panjang Telaga Rasuulullah saw. adalah sekitar
1.500 Km dan lebarnya adalah sama dengan panjangnya – pen.).
 Dalam riwayat lain disebutkan bahwa panjang sisi-sisi Telaga Rasuulullah
saw. sama dengan jarak dari Makkah ke Baitul Maqdis. bahwa Nabi
saw. bersabda ‫ت‬ ِ ‫طولُه ُ َما بَيْنَ ْال َك ْعبَ ِة إِلَى بَ ْي‬
ُ ‫وم َوإِنِِّي إِ َّن لِي َح ْوضًا‬ َ ُ ‫ض مِنَ اللَّبَ ِن آنِيَتُه‬
ِ ‫ع ََد َُد النُّ ُُج‬ ُ َ‫أل َ ْكَث َ ُر ْال َم ْقَد ِِس أ َ ْبي‬
ْ َ
‫ األ ْنبِيَاءِ تَبَعًا يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة‬Artinya: “Sesungguhnya panjang telagaku antara Makkah
ke Baitul Maqdis. Lebih putih dari susu. Bejananya sebanyak bilangan
bintang di langit. Sungguh aku diantara para Nabi yang paling banyak
pengikutnya di hari Kiamat.”[6]. Dan dalam kenyataannya setelah
dihitung ukuran jarak antara Madinah sampai Baitul Maqdis adalah
berjarak sekitar 1.500 Km.
 Kemudian dalam Hadits yang lain juga dikatakan bahwa panjang Telaga
Rasuulullah saw. itu adalah sama dengan jarak antara Madinah sampai
Oman (kira-kira 1.500 Km). Atau sejauh antara Madinah dengan Shon’a
(Yaman). Bahwa Rasulullah saw. bersabda: ‫ص ْن َعا َء‬ َ ‫ضي َك َما بَيْنَ أ َ ْيلَةَ َو‬ ِ ‫ْاليَ َم ِن مِ نَ ِإ َّن قََد َْر َح ْو‬
‫م‬ ‫س‬
ِ‫َّ َ اء‬ ‫ال‬ ‫وم‬ِ ُ‫ُج‬ ُ ‫ن‬ ‫َد‬
ِ ‫َد‬
ََ ‫ع‬‫ك‬َ ‫ق‬ ‫ي‬‫ار‬
ِ ِ َ ‫ب‬ َ ‫أل‬‫ا‬ َ‫ن‬ ِ‫ِ م‬ ‫ه‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬‫و‬
َِ Artinya: “Sesungguhnya ukuran telagaku
sebagaimana dari Ailah (Palestina) dan Shon’a (Yaman). Padanya terdapat
bejana sebanyak bilangan bintang di langit.”[7].

2) Tempat Telaga (Al Haudh) berada


Tempat Al Haudh adalah berada di atas bumi yang telah ditukar (– jadi bukan
diatas bumi yang kita diami di dunia ini – pen.). Sesuai dengan QS. Ibrahim (14)
ayat 48 bahwa hari itu hamparan tanahnya sudah diganti oleh Allah dengan
hamparan yang baru, sesuai dengan keadaan Hari Kiamat (di Padang Mahsyar),
Telaga (Al Haudh) itu akan berada di atas permukaan tanah yang berbeda
dengan permukaan bumi yang kita diami sekarang.

Perhatikanlah firman Allah Ta'ala dalam QS. Ibrahim (14) ayat 48 berikut ini:

ِ ‫س َم َاواتُ َوبَ َر ُزواْ ِّّللِ ْال َواحِ َِد ْالقَ َّه‬


‫ار‬ ِ ‫غ ْي َر األ َ ْر‬
َّ ‫ض َوال‬ ُ ‫يَ ْو َم تُبَ ََّد ُل األ َ ْر‬
َ ‫ض‬

Artinya: “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan
(demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul
menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”

3) Telaga (Al Haudh) ditinjau dari sisi Bejana-nya

 Telaga Rasuulullah saw. paling banyak pengunjung yang akan mereguk


airnya, maka gelas-gelas yang tersedia di sana pun amatlah banyak. Hal
ini adalah sebagaimana Rasuulullah saw bersabda: ‫ي صلى‬ ُّ ِ‫ع ْمرو قَا َل النَّب‬ َ ُ‫ع ْب َُد هللاِ ْبن‬
َ
‫ط َيبُ هللا عليه وسلم‬ ْ َ ‫ض مِ نَ اللَّ َب ِن َو ِري ُحهُ أ‬
ُ ‫ش ْهر َما ُؤهُ أ َ ْب َي‬
َ ُ ‫ِيرًة‬
‫س‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫و‬‫ح‬
َ َ ِ َْ َ َ ِ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ْ ِ‫م‬ ‫ب‬ ‫َر‬ ‫ش‬ ‫ن‬ْ ‫م‬ ِ‫اء‬
َ َ ‫م‬‫س‬َّ ‫ال‬ ‫وم‬
ِ ‫ُج‬
ُ ُ ‫ن‬‫ك‬َ ُ ‫ه‬ُ ‫ن‬‫ا‬ َ‫ِيز‬
‫ك‬ ‫و‬
َ ‫س‬
ِ‫ْك‬ ِ‫م‬ ْ
‫ال‬ َ‫ن‬ ِ‫م‬
َ‫ظ َمأ ُ أَبََدًا فَل‬
ْ َ‫ ي‬Artinya: “Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum
dibandingkan minyak misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di
langit. Barang siapa minum darinya; niscaya ia tidak akan pernah merasa
dahaga selamanya!” [8].
 Juga Rasuulullah saw. bersabda, ‫س َماء‬ ِ ‫ أ َ ْك َوابُهُ مِ َثْ ُل نُ ُُج‬Artinya: “Gelas-gelas
َّ ‫وم ال‬
telagaku sebanyak bintang-bintang di langit.” [9]. Para ‘Ulama Ahlus
Sunnah meninjau kata “sama dengan bintang-bintang di langit” itu adalah
dari segi banyaknya dan dari segi kualitas. Sebagian ‘Ulama Ahlus Sunnah
lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “sama dengan
bintang-bintang di langit” adalah banyaknya (jumlahnya). Dengan
demikian berarti bahwa banyaknya gelas / bejana di Telaga (Al Haudh)
adalah sama dengan banyaknya bilangan bintang di langit. Semua itu
merupakan tanda kebesaran Allah Ta'ala. Sementara ada pula pendapat
‘Ulama Ahlus Sunnah yang lainnya bahwa yang dimaksud dengan “sama
dengan bintang-bintang di langit” adalah dari sisi cemerlangnya,
jernihnya, bersinarnya, terangnya adalah seterang bintang-bintang di
langit. Allahu a'lam.

4) Telaga Al Haudh ditinjau dari sisi airnya


Bahwa Rasuulullah saw. bersabda:

‫الكوَثر نهر في الُجنة حافتاه من ذهب ومُجراه على الَدر والياقوت تربته أطيب من المسك وماؤه أحلى من العسل وأبيض من الَثلج‬

Artinya: “Al Kautsar adalah sungai di surga. Tepiannya terbuat dari emas.
Salurannya adalah mutiara dan batu permata. Tanahnya lebih harum dari
misik. Airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari salju.” [10].

ِ ‫ض مِ نَ ْال َو ِر‬
Kemudian dalam Hadits juga dijelaskan dengan lafadz : ‫ق‬ ُ َ‫أَ ْبي‬

Artinya: “… lebih putih daripada perak.” [11].

Dan dalam sebuah hadits Rasuulullah saw. bersabda:

ُ‫ع ْب َُد هللاِ ْبن‬ َ ُ ‫ِيرًة‬


َ ‫ش ْهر‬ َ ‫ضي َمس‬ ُّ ِ‫ع ْمرو قَا َل النَّب‬
ِ ‫ي صلى هللا عليه وسلم َح ْو‬ ْ َ ‫ض مِ نَ اللَّبَ ِن َو ِري ُحهُ أ‬
َ ِ‫ط َيبُ مِ نَ ْالمِ سْك‬ ُ َ‫وم َما ُؤهُ أ َ ْبي‬
ِ ‫َوكِيزَ انُهُ َكنُ ُُج‬
ُ ‫ظ َمأ‬
ْ ‫ب مِ ْن َها فَلَ َي‬ َّ ‫أ َ َبَدًا ال‬
َ ‫س َماءِ َم ْن ش َِر‬

Artinya:
“Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dibandingkan minyak
misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit. Barang siapa minum
darinya; niscaya ia tidak akan pernah merasa dahaga selamanya!” [12].

َ ‫ َوأَحْ لَى مِ ْن ْال َع‬،‫ج‬


Juga dalam Hadits yang lain, Rasuulullh saw , bersabda: ‫سل‬ ِ ‫مِن الَث َّ ْل‬
ْ ‫أَب َْر َُد‬

Artinya: “(Airnya) lebih dingin dari es dan lebih manis dari madu.”[13].

5) Darimana sumber air Telaga (Al Haudh) itu?

Dijelaskan bahwa air Al Haudh itu berasal dari Al Kautsar, yaitu sungai yang
terdapat dalam surga. Akan tersalur dari Telaga yang di surga itu
melalui Mizaab (kran, saluran, pancuran).

Hal ini adalah sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa Rasuulullah
saw, bersabda: ‫ان َي ُمَدَّانِ ِه مِ ْن ْال َُجنَّةِ؛‬
ِ ‫ َو ْاْلخ َُر مِ ْن َو ِرق أ َ َح َُد ُه َما َيغُتُّ فِي ِه مِ يزَ ا َب‬،‫مِ ْن ذَهَب‬

Artinya: “Air mengalir dengan deras ke dalamnya melalui dua pancuran dari
surga. Salah satunya terbuat dari emas dan yang kedua dari perak.” [14].
3. Orang-Orang yang Diusir dari Telaga
Sungguh indah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tidak
semua umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa minum dari telaga
beliau. Akan ada orang-orang yang diusir dari telaga beliau. Siapakah mereka?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh akan ada yang terusir dari
telaga di antara umatku. Celakalah orang yang mengganti-ganti agama setelah
aku meninggal dunia.”
Salah satu golongan manusia yang akan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang mengganti-ganti syari’at yang telah
Rasulullah ajarkan. Maka hendaknya kita berhati-hati akan hal ini. Kerjakanlah
ibadah hanya yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan dan ajarkan
kepada umatnya. Periksalah setiap amal ibadah kita, sesuaikah dengan tuntunan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tanyalah diri kita ketika hendak melakukan
sebuah ibadah, apakah ibadah tersebut sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Adakah dalil yang memerintahkannya?
Karena setiap amal ibadah hukum asalnya adalah haram dikerjakan, kecuali jika
ada dalil yang mensyariatkannya.
Imam Qurthubi mengatakan bahwa ulama berpendapat setiap orang yang
murtad dan ahlu bid’ah adalah orang yang terusir dari telaga. Yang paling keras
pengusirannya adalah yang paling jauh dan menyimpang dari ajaran para salaf.
Termasuk di dalamnya adalah orang yang berbuat zhalim dan menutupi
kebenaran, memusuhi dan menghina orang-orang yang membela kebenaran,
serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan bid’ah.
Adapun orang-orang munafik, akan disikapi sebagaimana sikap yang nampak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengajaknya ke telaga, lalu disingkapkan
tabir mereka sehingga diketahui bahwa mereka kafir. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata, “Menjauhlah kalian!”
Dikenali dari Bekas Wudhu
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “(Panjang sisi) telagaku lebih jauh jaraknya antara Ailah dan ‘Adn
(keduanya adalah nama tempat), lebih putih dari salju, lebih manis daripada
madu yang dicampur susu, bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintang-
bintang, dan aku benar-benar akan menghalangi manusia darinya sebagaimana
seorang yang menghalangi unta milik orang lain dari telaganya. Para shahabat
bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengenali kami waktu itu?” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kalian memiliki tanda
yang tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Kalian datang kepadaku dengan
anggota wudhu yang putih bersinar dari bekas wudhu”. (HR. Muslim).
Perbedaan "Al-Kautsar" dan "Al-Haudh"

Tanya:

Apakah perbedaan antara “Al-Kautsar” dan “Al-Haudh”?

Jawab:

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjawab,

“Berikut perbedaan antara keduanya, Al-Kautsar[1] adalah sungai di Surga yang


Allah ta’ala berikan kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan Al-
Haudh berada di padang mahsyar pada hari kiamat. Al-Haudh memiliki dua
saluran air yang berasal dari Al-Kautsar. Al-Haudh begitu luas, panjangnya
adalah perjalanan satu bulan, lebarnya pun demikian. Al-Haudh akan dilalui oleh
umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjadikan kami
dan kalian termasuk orang-orang yang melewatinya kemudian minum darinya.
Air dalam Al-Haudh lebih putih dari susu, rasanya lebih manis dari madu dan
aromanya lebih wangi dari misik. Bejananya bagaikan bintang-bintang di langit
dari sisi keindahan dan jumlahnya”

[Fatawaa Nuur ‘ala Ad-Darb, 12/37]

*Tambahan dari penerjemah (Abul-Harits)


Diantara sifat-sifat Al-Haudh yang belum disebutkan oleh Asy-Syaikh
rahimahullah:

[Pertama] Barangsiapa yang meminum air dari Al-Haudh tidak akan merasa
haus selamanya

Dalilnya adalah hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut,

‫ وكيزانه كنجوم السماء من يشرب منها فال‬، ‫ وريحه أطيب من المسك‬، ‫حوضي مسيرة شهر وزواياه سواء ماؤه أبيض من اللبن‬
‫يظمأ أبدًا‬

“Haudh-ku sejauh perjalanan satu bulan, panjang dan lebarnya sama. Airnya
lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik dan bejananya bagaikan
bintang-bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, tidak akan
merasakan haus selamanya” [HR. Al-Bukhari no. 6579 dan Muslim no. 2292]

[Kedua] Al-Haudh telah ada sekarang

Nabi shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫وإني وﷲ ألنظر إلى حوضي اآلن‬

“Demi Allah, sungguh aku telah melihat Haudh-ku sekarang”

[HR. Al-Bukhari no. 1344 dan no. 4085]

[Ketiga] setiap nabi diberikan Al-Haudh

Nabi shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫’إن لكل نبي حوضا‬

“Sesungguhnya setiap nabi memiliki Haudh”

[HR. At-Tirmidzi no. 2443 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-
Shahihah no. 1589 dan Al-Misykah no. 5594]

[Keempat] para ulama berselisih pendapat manakah yang lebih dahulu, Al-
Haudh atau Al-Mizan, Al-Hisab dan Ash-Shiraath?

Yang nampak bahwa Al-Haudh terjadi sebelum Al-Mizan dan Ash-Shiraath

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata

‫والمعنى يقتضيه فإن الناس يخرجون عطاشا من قبورهم‬

“Makna (yang benar –pen) menunjukkan demikian karena manusia ketika itu
keluar dari kubur-kubur mereka dalam keadaan haus” [At-Tadzkirah fi Ahwaal
Al-Mautaa]

[Kelima] Haudh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam paling banyak


dikunjungi dan diminum airnya dibandingkan haudh nabi-nabi yang lain

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫وإنهم يتباهون أيهم أكثر واردة وإني أرجو أن أكون أكثرهم واردة‬

“Sesungguhnya mereka (para nabi –pen) berlomba-lomba siapakah diantara


mereka yang lebih banyak pengunjungnya (yang minum). Sungguh aku
berharap bahwa (haudh)-ku adalah yang paling banyak dikunjungi” [HR. At-
Tirmidzi no. 2443 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-
Shahihah no. 1589 dan Al-Misykah no. 5594]

[Keenam] Orang-orang yang murtad sepeninggal nabi dan ahlul-bid’ah akan


terusir dari Al-Haudh

Nabi shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

: ‫ فأقول‬. ‫ إنك ال تدري ما أحدثوا بعدك‬: ‫ فيقال‬، ‫ليردن علي أقوام أعرفهم ويعرفونني ثم يحال بيني وبينهم فأق ِول إنهم من أمتي‬
‫سحقا َ لمن غيّر بعدي‬

“Sungguh ada suatu kaum yang akan diusir (dari Al-Haudh –pen). Aku mengenal
mereka dan mereka pun mengenalku. Kemudian aku dan mereka dipisahkan,
maka aku berkata: “mereka adalah umatku”. Kemudian dikatakan pada beliau:
“engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.” Maka aku
pun berkata: “celakalah (menjauhlah) orang-orang yang merubah (agama –pen)
setelahku”. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Allahua'lam

[1] Dalilnya adalah firman Allah ta’ala

َ ‫إِنَّا أ َ ْع‬
‫ط ْينَاكَ ا ْلك َْوث َ َر‬

“Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu (yaitu nabi –pen) Al-Kautsar”


[QS. Al-Kautsar: 1]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


‫ هذا الكوثر‬: ‫ ما هذا يا جبريل ؟ قال‬: ‫ فقلت‬، ‫أتيت على نهر حافتاه قباب اللؤلؤ المجوف‬

“Aku mendatangi sebuah sungai yang di kedua tepinya terdapat kemah-kemah


dari mutiara yang berlubang. Aku bertanya: “Apa ini wahai Jibril?”. Ia berkata:
“ini adalah Al-Kautsar” [HR. Al-Bukhari no. 4964 dan no. 6581]

Mereka yang Terhalang Minum dari Telaga Al Kautsar


Penulis

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

March 25, 2016

2222

0
Telaga dan sungai Al-Kautsar begitu nikmatnya, itulah salah satu kenikmatan di akhirat.
Bagaimana kita selaku seorang muslim bisa menikmatinya? Ternyata memang ada orang
yang terhalang untuk minum dari telaga tersebut.

Apa itu Al-Kautsar?

Al-Kautsar bisa diartikan sebagai kebaikan yang banyak. Bisa pula nama sungai di surga atau
nama telaga Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rincian pengertian Al-Kautsar
disebutkan dalam Zaad Al-Masiir, 9: 247-249. Lihat penjelasan lengkapnya: Tafsir Surat
Al-Kautsar.

Sungai Al-Kautsar

Terdapat hadits dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak).
Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau
tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat”, jawab beliau. Lalu
beliau membaca,

‫ص ِّل ِّل َربِّ َك َوان َحر ِّإ َّن شَانِّئ َ َك ُه َو اْلَبت َ ُر‬
َ َ‫َاك ال َكوث َ َر ف‬ َ ‫الر ِّح ِّيم ِّإنَّا أَع‬
َ ‫طين‬ َّ ‫الرح َم ِّن‬ َّ ‫ِّبس ِّم‬
َّ ِّ‫َللا‬
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3). Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al
Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫علَي ِّه أ ُ َّمتِّى يَو َم ال ِّقيَا َم ِّة‬


َ ُ‫ض ت َ ِّرد‬
ٌ ‫ير ُه َو َحو‬ ٌ ِّ‫علَي ِّه خَي ٌر َكث‬
َ ‫ع َّز َو َج َّل‬ َ ‫فَإِّنَّهُ نَه ٌر َو‬
َ ‫عدَنِّي ِّه َربِّى‬
‫ فَيَقُو ُل َما تَد ِّرى َما‬.‫ب إِّنَّهُ ِّمن أ ُ َّمتِّى‬ ِّ ‫وم فَيُختَلَ ُج العَبد ُ ِّمن ُهم فَأَقُو ُل َر‬
ِّ ‫عدَدُ النُّ ُج‬َ ُ‫آنِّيَتُه‬
‫أَحدَثَت بَعدَ َك‬
“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut
memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku
pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun
ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman:
Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah amalan baru sesudahmu.” (HR. Muslim, no.
400).
Telaga Al-Kautsar

Al-Kautsar juga adalah nama haud (telaga) yang begitu besar di surga. Haudh itu tempat
berkumpulnya air. Telaga itu ada di padang Mahsyar yang akan didatangi oleh umat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Telaga ini memiliki air yang datangnya dari
sungai Al-Kautsar yang berada di surga. Oleh karena itu telaga tersebut disebut telaga Al-
Kautsar.

Dalam hadits Abu Dzarr disebutkan,

ُ ‫ض قَا َل « َوالَّذِّى نَف‬


‫س ُم َح َّم ٍد بِّيَ ِّد ِّه‬ ِّ ‫َللاِّ َما آنِّيَةُ ال َحو‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫عن أَبِّى ذَ ٍر قَا َل قُلتُ يَا َر‬ َ
َّ َ
‫اء َو َك َوا ِّكبِّ َها أالَ ِّفى الليلَ ِّة ال ُمظ ِّل َم ِّة ال ُمص ِّحيَ ِّة آ ِّنيَةُ ال َجنَّ ِّة‬ ِّ ‫س َم‬َّ ‫وم ال‬ َ
َ ‫آل ِّنيَتُهُ أكث َ ُر ِّمن‬
ِّ ‫عدَ ِّد نُ ُج‬
‫ب ِّمنهُ لَم‬ َ ‫ب ِّفي ِّه ِّميزَ ابَا ِّن ِّمنَ ال َجنَّ ِّة َمن ش َِّر‬ ُ ‫علَي ِّه يَش ُخ‬َ ‫آخ َر َما‬ ِّ ‫ب ِّمن َها لَم يَظ َمأ‬ َ ‫َمن ش َِّر‬
َ‫ضا ِّمنَ اللَّبَ ِّن َوأَحلَى ِّمن‬ ً ‫شدُّ بَيَا‬َ َ ‫ع َّمانَ ِّإلَى أَيلَةَ َماؤُ هُ أ‬ َ َ‫طو ِّل ِّه َما بَين‬ ُ ‫ضهُ ِّمث ُل‬ُ ‫عر‬ َ ‫يَظ َمأ‬
» ‫س ِّل‬ َ َ‫الع‬
Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada di al-
haudh (telaga Al-Kautsar)?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-
Nya. Wadah untuk minum yang ada di telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang
dan benda yang ada di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga.
Barang siapa yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di
telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa meminum airnya,
maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara
Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada
manisnya madu.” (HR. Muslim, no. 2300)

Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar, telaga tersebut berada di sisi surga. Sumber air dari
telaga tersebut adalah dari sungai yang ada di dalam surga. Demikian dinyatakan oleh Ibnu
Hajar dalam Al-Fath, 11: 466.

Mereka yang Terhalang Minum dari Telaga Al-Kautsar

Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ى ِّر َجا ٌل ِّمن ُكم َحت َّى ِّإذَا أ َه َويتُ ْلُنَا ِّولَ ُه ُم اخت ُ ِّل ُجوا‬
َّ َ‫ لَيُرفَعَ َّن ِّإل‬، ‫ض‬ِّ ‫علَى ال َحو‬ ُ ‫أَنَا فَ َر‬
َ ‫ط ُكم‬
‫ يَقُو ُل الَ تَد ِّرى َما أ َحدَثُوا بَعدَ َك‬. ‫ب أَص َحا ِّبى‬ ِّ ‫دُو ِّنى فَأَقُو ُل أَى َر‬
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa
orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al
haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’
Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat
sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)

Dalam riwayat lain dikatakan,

‫سحقًا ِّل َمن بَدَّ َل بَعدِّى‬ ُ ‫ فَيُقَا ُل ِّإنَّ َك الَ تَد ِّرى َما بَدَّلُوا بَعدَ َك فَأَقُو ُل‬. ‫ِّإنَّ ُهم ِّمنِّى‬
ُ ‫سحقًا‬
“(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau
tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang
telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari, no. 7051)

Siapakah mereka?

Sebagaimana disampaikan oleh Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berselisih pendapat
dalam menafsirkan mereka yang tertolak dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pendapat pertama: Yang dimaksud adalah orang munafik dan orang yang murtad. Boleh jadi
ia dikumpulkan dalam keadaan nampak cahaya bekas wudhu pada muka, kaki dan tangannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka dengan bekas yang mereka miliki.
Lantas dibantah, mereka itu sebenarnya telah mengganti agama sesudahmu. Artinya, mereka
tidak mati dalam keadaan Islam yang mereka tampakkan.

Pendapat kedua: Yang dimaksud adalah orang yang masuk Islam di zaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas murtad sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka walau tidak memiliki bekas tanda wudhu.
Walau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu keislaman mereka ketika beliau hidup. Lantas
dibantah, mereka itu adalah orang yang murtad setelahmu.

Pendapat ketiga: Yang dimaksud, mereka adalah ahli maksiat dan pelaku dosa besar yang
mati masih dalam keadaan bertauhid. Begitu pula termasuk di sini adalah pelaku bid’ah yang
kebid’ahan yang dilakukan tidak mengeluarkan dari Islam. Menurut pendapat ketiga ini, apa
yang disebutkan dalam hadits bahwa mereka terusir cuma sekedar hukuman saja, mereka
tidak sampai masuk neraka. Bisa jadi Allah merahmati mereka, lantas memasukkan mereka
dalam surga tanpa siksa. Bisa jadi pula mereka memiliki tanda bekas wudhu pada wajah,
kaki dan tangan. Bisa jadi mereka juga hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan setelah itu, akan tetapi beliau mengenal mereka dengan tanda yang mereka miliki.

Imam Al-Hafizh Abu ‘Amr bin ‘Abdul Barr mengatakan, “Setiap orang yang membuat
perkara baru dalam agama, merekalah yang dijauhkan dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam seperti Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), dan pelaku bid’ah lainnya. Begitu pula orang
yang berbuat zalim dan terlaknat lantaran melakukan dosa besar. Semua yang disebutkan tadi
dikhawatirkan terancam akan dijauhkan dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam.” (Syarh Shahih Muslim, 3: 122)

Ringkasnya untuk bisa minum dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam haruslah
memenuhi beberapa syarat:

1. Harus beriman dengan iman yang benar.


2. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Menjalankan islam secara lahir dan batin.
4. Menjauhi maksiat dan dosa besar.

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/13161-mereka-yang-terhalang-minum-dari-telaga-al-


kautsar.html

Anda mungkin juga menyukai