Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir
Pada Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab
Fakultas Adab Dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
KELOMPOK 3
AHMAD RIDHO AL-MUNAJJID : 40100123066
MUH. SAYYID QUTB : 40100123071
ROIHAN IBRAHIM : 40100123074
Salah satu bagian dari Al-Quran yang menjadi fokus perhatian dalam kajian seni sastra
adalah Surah Asy-Syu'ara', terutama ayat 224-227. Ayat-ayat ini memuat pesan-pesan yang
menggugah pemikiran, membangkitkan perasaan, dan mengajak manusia untuk merenungkan
makna kehidupan dan kebenaran. Dalam konteks seni sastra, ayat-ayat ini menjadi sumber
inspirasi yang tak terhingga bagi para pengarang dan penyair Muslim .
Dalam makalah ini, kita akan menelusuri seni sastra dari perspektif Al-Quran,
khususnya dalam ayat-ayat yang terdapat dalam Surah Asy-Syu'ara': 224-227. Kita akan
mengamati bagaimana para penyair dan pengarang menggunakan ayat-ayat tersebut sebagai
bahan bakar untuk menciptakan karya-karya sastra yang memukau dan memikat hati pembaca.
Kita akan menjelajahi tema-tema utama yang diangkat, gaya bahasa yang digunakan, serta
pesan-pesan moral dan spiritual yang terkandung di dalamnya .
Dengan menggali lebih dalam tentang seni sastra perspektif Al-Quran dalam Surah
Asy-Syu'ara', kita dapat memahami bagaimana pengaruh Al-Quran telah membentuk dan
memperkaya dunia sastra Islam. Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana seni sastra
menjadi sarana yang efektif untuk memperdalam pemahaman kita akan pesan-pesan Al-Quran,
serta bagaimana hal tersebut dapat memperkaya pengalaman spiritual dan intelektual kita
sebagai pembaca dan penikmat karya-karya sastra.
PEMBAHASAN
A. Ayat Bahasan
Allah berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara: 224-227
B. Terjemah Kosakata
ش َع َر ۤا ُء ُّ َوال: Orang-orang yang bisa mengungkapkan perasaannya dalam bentuk kalimat
َ يَتَّبِعُ ُه ُم ا ْلغ َٗاون: Orang-orang yang menyelisihi jalan benar mengikuti mereka
اَلَ ْم ت ََر اَنَّ ُه ْم: Tidakkah kamu melihat dengan penglihatan hatimu bahwa mereka
فِ ْي كُ ِل َوا ٍد: di setiap dataran rendah atau lembah
َ يَّ ِه ْي ُم ْون: Mereka pergi tanpa ada tujuan atau mengembara
َ َواَنَّ ُه ْم َيقُ ْولُ ْون: dan bahwa mereka mengatakan dengan ucapan yang teratur
َ َما ََل يَ ْفعَلُ ْون: apa yang tidak mereka lakukan sesuai kebiasaan maupun bukan
kebiasaannya
ا ََِّل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا: Kecuali orang-orang yang membenarkan dengan hatinya, dengan
lisannya, dan dengan perbuatannya
عمِ لُوا
َ َو: dan orang-orang yang mengerahkan usaha dan pikirannya dalam berbuat
ت ِ ٰص ِلح ّٰ ال: perbuatan yang baik dan benar
َوذَك َُروا: dan orang-orang yang selalu menjaga sesuatu dan mengingatnya
ّٰللا
َ ّٰ : Allah, Lafazh al-Jalalah
َكثِي ًْرا: selalu dan bertambah
ص ُر ْوا َ َ َّوا ْنت: dan mendapat kemenangan dan pertolongan
مِن بَ ْع ِد ْ ْۢ : dari waktu setelah
َما ظُ ِل ُم ْوا: mereka mendapatkan penistaan dan kezaliman
سيَ ْعلَ ُم َ َو: dan akan mengetahui dengan benar dan jelas
ظلَ ُم ْْٓوا َ َ الَّ ِذيْن: orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan berbuat kezaliman
ب ٍ َي ُم ْنقَل َّ َ ا: ke tempat mana dikembalikan dan dipalingkan
َ يَّ ْنقَ ِلب ُْون: mereka dikembalikan dan dipalingkan
C. Pengertian Judul
Makalah ini berjudul “Seni Sastra Perspektif Al-Qur’an” yang dalam bahasa
Arab diartikan الفن األدبي من منظور القرآن. Kata الفنsendiri diartikan sebagai al-Darbu bi al-
Syai’i (permisalan dari sesuatu). األدبيmerupakan kata sifat bagi الفنyang berasal dari
kata األدبyang berarti al-Da’watu (seruan, panggilan). منظورsesuatu dipandang dan
dilihat dengan indera mata yang jelas. Dari pengertian inilah yakni “permisalan sesuatu
yang bersifat seruan dipandang dengan jelas oleh Al-Qur’an” dapat diartikan contoh-
contoh yang ditiru dan dipakai untuk pengembangan budaya dianalisis dalam
pandangan Al-Qur’an, diatur dan dipakai untuk keberlanjutan kesusastraan.
D. Syarah Kosakata
٢٢٦ ۙ َ َواَنَّ ُه ْم يَقُ ْولُ ْونَ َما ََل يَ ْف َع ُل ْون٢٢٥ ۙ َاَلَ ْم ت ََر اَنَّ ُه ْم فِ ْي كُ ِل َوا ٍد يَّ ِه ْي ُم ْون٢٢٤ ۗ َش َع َر ۤا ُء يَت َّ ِبعُ ُه ُم ا ْلغ َٗاون
ُّ َوال
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur al-‘Aufi dari Ibnu Abbas
bahwa pada masa Rasulullah terdapat dua orang yang satu dari kaum Anshar
sedangkan yang kedua dari kaum yang lain. Masing-masing punya pengikut sesat
dari kaumnya, yaitu orang-orang yang bodoh. Maka Allah menurunkan ayat, “Dan
penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (224) Tidakkah engkau
melihat bahwa mereka merambah setiap lembah kepalsuan (225) dan bahwa mereka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(-nya)? (226)”
َ َسيَ ْعلَ ُم الَّ ِذيْن
ظلَ ُم ْْٓوا ْ ْۢ ص ُر ْوا
َ مِن بَ ْع ِد َما ظُ ِل ُم ْوا َۗو َ ّٰ ت َوذَك َُروا
َ َّٰللا َكثِي ًْرا َّوا ْنت َ ا ََِّل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو
ّٰ عمِ لُوا ال
ِ ٰص ِلح
ٍ َي ُم ْنقَل
٢٢٧ ࣖ َب يَّ ْنقَ ِلب ُْون َّ َا
Ibnu Jarir dan al-Hakim meriwayatkan dari Abul Hasan al-Barrad bahwa ketika
turun ayat, “Dan penyair-penyair itu, “ “Abdullah bin Rawaahah, Ka’ab bin Malik,
dan Hassan bin Tsabit datang menghadap dan berkata, “Wahai Rasulullah, Allah
menurunkan ayat ini sementara Dia tahu bahwa kami adalah penyair. Kami celaka!”
Maka Allah menurunkan ayat, “ “Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang
beriman dan berbuat kebajikan…” Rasulullah memanggil mereka dan membacakan
ayat itu kepada mereka.”
F. Munasabah Ayat
Pada ayat 224-226 terdapat munasabah yang sangat jelas mengenai karakteristik
para penyair yang sesat dan diikuti oleh orang-orang yang sesat. Setelah Allah swt.
menyebutkan mengenai para penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (ayat 224),
Ia pun langsung menjelaskan dalam ayat 225-226 bahwa karakteristik mereka ialah
yang selalu pergi ke suatu tempat perkumpulan dengan sia-sia, tanpa tujuan yang jelas,
hanya pergi untuk menampakkan kehebatan mereka dalam bersyair, dengan berisikan
kebatilan semata. Mereka juga selalu berkata bohong dalam syair mereka. Syairnya
bertolak belakang dengan kenyataan. Hal ini tidaklah diajarkan oleh Al-Qur’an dan
sangat bertolak belakang dengan fitrah hati nurani dan akal yang sehat.
Olehnya itu Allah swt. langsung menjelaskan kriteria para penyair yang sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan hati nurani serta akal yang sehat di dalam ayat 227
sekaligus sebagai bentuk pengecualian dari ayat sebelumnya. Di mana seorang penyair
atau yang pandai dalam berseni harus bentuk syair atau seninya itu selalu menambah
keimanan dan amal saleh, selalu mengingatkan dirinya akan Allah swt. dan
dipergunakan sebagaimana mestinya sesuai tuntunan ajaran Al-Quran dan sejalan
dengan hati nurani dan akal sehatnya. Dan digunakan juga untuk memerangi para
penyair yang sesat dan jelas dalam menyesatkan manusia supaya kebatilan itu hancur
dan yang haq itu nampak.
َّ َع إن َع إب ِد،الز إه ِر ِي
الر إْحَ ِن بإ ِن ُّ َع ِن، َحدَّثَنَا َم إع َمر،اق ِ الرَّز
َّ َحدَّثَنَا َع إب ُد:َْحَ ُد اْل َمامُ أ إ ِال إ َ َق
َّ إِ إن:اَّللُ َعلَ إي ِه َو َسلَّ َم
قَ إد أَنإ َز َل، َع َّز َو َج َّل،َاَّلل َّ صلَّى
َ َّبِ ِال لِلن
َ َ َع إن أَبِ ِيه أَنَّهُ ق،ك ٍ ِب بإ ِن َمال ِ َك إع
َّ لَ َكأ،ِ َوالَّ ِذي نَ إف ِسي بِيَ ِده،سانِِه
َن ِ ِ ِ ِاه ُد ب ِ "إِ َّن الإم إؤِمن ُُي:ال َ فَ َق،الش إع ِر َما أَنإ َز َل ِ ِِف
َ س إيفه َول َ َ َ ُ
"النبلضح إ وَنُ إم بِ ِه نَ إ
َ َما تَ إرُم
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu
Malik, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi
Saw., "Sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan di dalam surat Asy-Syu'ara' ayat-
ayat yang menyangkut mereka (mengecam mereka)." Maka Rasulullah Saw.
menjawab: “Sesungguhnya orang mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya.
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh apa
yang kamu lontarkan melalui syairmu kepada mereka seakan-akan seperti lemparan
anak panah.”