Dosen Pengampu :
Arif Mustofa,M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 1:
Rayhan Hafizh Ananda (200301110005)
Miftahul Ilmia (200301110008)
Rosianti Chairur Rizkiyah (200301110030)
Yasmin Ramona Abigail Detha Wula (200301110034)
Bilqis Aimmata Y (200301110038)
Nuswah Al-Munazzah (200301110057)
Segala puji syukur kami haturkan kepada Allah swt. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah studi fiqih tentang pengertian dan ruang lingkup studi fiqih
serta perbedaan antara fiqih dan syariah. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman untuk para pembaca dan kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Arab merupakan bangsa yang memiliki ketertarikan tinggi kepada puisi.
Menurut pandangan mereka puisi adalah puncak keindahan dalam sastra, sebab puisi
itu adalah suatu gubahan yag dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya
khayal, oleh sebab itulah bangsa Arab lebih menyukai puisi dibandingkan hasil karya
sastra lainnya. Puisi pada masa jahiliah berkembang dengan dengan baik, penyair pada
zaman itu mewakili dari kelas terdidik dan munculnya mereka di kalangan suku dapat
disebut sebagai sebuah peristiwa penting, dimana perayaan dilakukan untuknya. Orang
Arab memandang syi’ir dengan pandangan penuh kebanggaan, mendengarkan syi’ir
disegala kondisi bagi orang Arab merupakan kesenian tersendiri, karena menambah
pengetahuan dan memperbanyak pengalaman. Mereka mencintai puisi dan
melestarikannya dalam bentuk kumpulan (diwan) (Wargadinata, Fitriani, 2018:78).
Sastra Jahiliyah hampir tak pernah luput dari pembicaraan. Berdasarkan studi
komparatif antara sastra Arab pada periode Jahiliyah dan periode-periode setelah
munculnya Islam akan dapat ditarik kesimpulan mengenai peran Islam yang begitu
besar dalam perubahan sosio kultural bangsa arab. Karya sastra pada periode jahiliyah
menggambarkan keadaan hidup masyarakat di kala itu, di mana mereka sangat fanatik
dengan kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair yang muncul tidak jauh dari
pembanggaan terhadap kabilah masing-masing. Demikian juga khutbah yang
kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat berperang membela
kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode jahiliyah juga tidak luput
dari nilai nilai positif yang dipertahankan oleh Islam seperti hikmah dan semangat
juang. Berbicara tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan
keadaan alam tempat mereka tinggal (Jauhari, 2011:62).
3
BAB II
PEMBAHASAN
َّ عل َم َو أ َ َح
س به ْ َ الر ُج ُل أ
َ ى َ شعُ َر – َي ْشعُ ُر ش ْع ًرا َو
َّ ش ْع ًرا َ م ْن: ًلش ْع ُر لُغَة
َ ش َع َر َو ِّ َ ا
Syi’ir adalah suatu kalimat yang sengaja di susun dengan menggunakan irama atau
wazan arab.
Menurut Ahmad Hasan Az-Zayyat :
Syi’ir adalah suatu kalimat yang berirama dan bersajak yang mengungkapkan
tentang hayalan yang indah dan juga melukiskan tentang kejadian yang ada.
Menurut Para Ahli Kesusastraan Arab
4
Syi’ir adalah suatu kalimat yang sengaja diberi irama dan sajak atau qoofiyah.
Menurut Stadmon ( Penyair barat ) :
5
faktual seperti menggambarkan perburuan, peperangan, hikmah, risa’ semua itu
diungkapkan dengan perasaannnya sehingga tema-tema faktual itu berubah
menjadi tema emosional atau perasaan.
Ciri yang paling menonjol sekali dalam syair Arab jahiliyah adalah
menonjolkan sifat kejantanan dan keperwiraan, menceritakan segala macam
pengalaman yang baik maupun yang buruk dan sebagainya (Al Muhdar, 1983:
77).
وتذكر هذه القصيدة الحبيب ومكان، شكل من الشعر يذكر المرأة وجمالها
مثل قصيدة عيسى عندما لم تتحمل أن يتركها.إقامته وكل ما يتعلق بقصة الحب
:حبيبها حريرة
6
عادة ما يستخدم هذا النوع من الشعر للفخر بكل أنواع المزايا والعيوب:فاخر
تستخدم هذه القصيدة لذكر الشجاعة والنصر، بشكل عام.التي يمتلكها العرق
.المكتسب
Seperti puisi Rasyid bin Shihab al- Yaskary yang menantang Qays bin Mas`ud
al-Syaibany di Pasar Ukaz;
c. Madah: Bentuk puisi ini digunakan untuk memuji seseorang dengan segala
macam sifat dan kebesaran yang dimilikinya seperti kedermawanan dan
keberanian maupun ketinggian budi pekerti seseorang. Seperti puisi Nabighah
ketika memuji raja Nu`man:
Kamu adalah matahari sedang raja yang lain adalah bintang Apabila matahari
terbit maka bintang-bintang yang lain tidak mampu menunjukkan diri
(Mursyidi, 97).
7
d. Rotsa’: jenis puisi ini digunakan untuk mengingat jasa seorang yang sudah
meninggal dunia. Seperti puisi Khansa` yang sangat terkenal dengan rangkaian
puisi ratsa`nya;
Aku selalu teringat Sakhr, aku teringat padanya setiap matahari terbit.
Dan aku teringat padanya ketika matahari terbenam.
Aku teringat padanya antara keduanya. Ingatanku padanya tidak bisa hilang.
Kalau bukan karena aku melihat banyak orang yang menangisi mayat-mayat
saudaranya yang mati, mungkin aku sudah bunuh diri.
e. Hijaa’: jenis puisi ini digunakan untuk mencaci dan mengejek seorang musuh
dengan menyebutkan keburukan orang itu. Seperti puisi puisi Zuhair yang
mengancam al-Harits bin Warqa` al-Asady yang merampas unta keluarganya.
Warqa` terpaksa mengembalikan untanya yang dirampasnya.
f. I’tidzar: Jenis puisi ini digunakan untuk mengajukan udzur dan alasan dalam
suatu perkara dengan jalan mohon maaf dan mengakui kesalahan yang telah
diperbuatnya. Puisi ini dibuat oleh A’sya untuk meminta maaf kepada Aus bin
Lam (dari kabilah Thayyi’) yang sebelumnya dia ejek dengan puisi hija’nya
8
يستخدم هذا النوع من الشعر في تأويل األدزور واألسباب في مسألة:االعتذار
هذه القصيدة كتبها عاصية.االعتذار واالعتراف باألخطاء التي ارتكبها
لالعتذار ألوس بن الم (من قبيلة ثايي) الذي كان قد سخر من قصيدته الخضراء
وإنى إلى أوس بن الم لتائب وإنى على ما كان منى لنادم
کتاب هجاء سار إذ أنا كاذب سامحو بمدح فيك إذ أنا صادق
9
هذا النوع من الشعر عادة لوصف حدث أو أي شيء مثير لالهتمام مثل وصف
معظم الشعراء الجهلة هم من البدو.مسار الحرب وجمال الطبيعة وما إلى ذلك
يصفون في قصائدهم عن. لذلك تأثرت بالبيئة.المنغمسون في حياتهم الطبيعية
، أطالل القرى، خيام التخييم، المطر، الرياح، النجوم، السماء، الصحراء
أدوات، الحروب، السفر، عن الخيول وخصائصها، مالعب األطفال والجمال
. يظهر ذلك بوضوح في قصائد امرؤول قيس، والصيد والمعدات.الحرب
.يصف امرؤ القيس حصانه بهذا التعبير الجميل
Pagi-pagi aku sudah pergi berburu saat itu burung-burung masih tidur
disangkarnya
Mengendarai kuda yang bulunya pendek besar larinya cepat
mampu mengejar binatang buas yang sedang berlari kencang
Maju dan mundur bersamaan secepat kilat seperti hanya satu gerakan
Seperti batu besar yang runtuh terbawa banjir dari tempat tinggi
Pemuda yang kurus akan kesulitan duduk di pelananya
Sebagai orang yang kasar dan besar akan kerepotan merapikan bajunya
Pinggangnya seperti peinggang beruang, kakinya panjang dan keras seperti
kaki burung Unta
Kalau berlari ringan seperti larinya serigala, apabila berlari kencang
mengangkat kedua kaki depannya bagi larinya serigala liar (Mursyidy, t.t.:
75-77).
h. Hikmah: puisi ini berisi pelajaran kehidupan yang terkenal pada zaman
Jahiliyah. Seperti puisinya Lubaid:
1. Imru’ul Qays
Imru’ul QaysIa bernama lengkap Imru’ Al-Qais ibn Hajar ibn Al-Haris ibn
Amru Al-kindi Al-Yamani. Nenek moyangnya berasal dari Yaman, dan
kemudian merantau ke daerah utara Saudi Arabia yang berbatasan dengan Irak,
yaitu Najd. Di sana, ia memiliki sebuah kerajaan yang sangat besar yang
dipimpin langsung oleh ayahnya, Hajar. Imru’ Al-Qais dilahirkan di daerah
Najd pada tahun 500 M. Namun, menurut Imam Jahiz, yang merupakan
pendapat paling kuat, menyebutkan bahwa ia meninggal dua ratus tahun
sebelum Nabi Muhammad Saw. dilahirkan atau sekitar tahun 350-400 M. Imru’
Al-Qais termasuk salah satu dari tujuh penyair yang syairnya diabadikan
dalam Mu’allaqat As-Sab’ah. Mu’allaqat As-Sab’ah merupakan qasidah
panjang yang diucapkan oleh tujuh penyair hebat Jahiliy dalam berbagai
kesempatan dan tema. Kemudian mua’allaqat tersebut ditulis dengan tinta emas
dan diabadikan dengan cara ditempelkan di dalam dinding Kakbah sebagai
bentuk penghargaan. Disebut mu’allaqat (kalung), karena keindahan syair-syair
tersebut sehingga diumpamakan oleh para Arab Jahiliy dengan kalung
perhiasan yang dipakaikan pada leher seorang wanita.
Imru’ Al-Qais meninggal pada tahun 540 M. Dalam sejarah ia dijuluki dengan
dua julukan, yang pertama "Mulku Ad-Dhalil" (Raja Sesat) disebabkan
11
kekalahan dan juga kekacauannya di masa muda, dan yang kedua adalah "Zal
Kuruh" (Orang yang mempunyai banyak luka) disebabkan oleh penyakit kulit
yang menimpanya.
Zuhair bernama lengkap Zuhair bin Abi Sulma Rabi’ah bin Rayyah Al-
Muzani. Ia berasal dari kabilah Muzinah dari Mudhar. Namun, Zuhair hidup dan
besar di Bani Gathfan. Menurut riwayat, ia besarnya di Bani Gathfan, karena
ketika itu terjadi konflik antara Zuhair dan kaumnya. Bani Gathfan, berdomisili
di Haajir, wilayah tersebut sekarang masih berada dalam kawasan Najd (Saudi
Arabia daerah utara). Zuhair masyhur dengan sebutan shahibul hauliyat.
Artinya ia mengeluarkan syair jarang-jarang, bahkan bisa memakan waktu
sampai satu tahun. Akan tetapi hal ini benar-benar worth
it, sekali launching album,syair-syairnya tersebut langsung
menjadi masterpiece. Ini disebabkan karena ia sudah beberapa kali melalui
proses tankih dan tahzib terlebih dahulu. Difilter, diteliti dahulu. Jika ada yang
tidak cocok dibuang, dan ditambah dengan yang lebih bagus. Intinya Sudah
dirapikan terlebih dahulu sebelum dikeluarkan.
Nama lengkapnya Tharafah bin Abd bin Sufyan al Bakry, ia yatim sejak kecil
dan diasuh oleh pamannya. Ia cenderung melakukan hal-hal yang buruk, hidup
berfoya-foya, dan kecanduan minuman keras, ia sering menyindir orangg
lain,bahkan Amru bin Hindun salah seorang raja Arab yang memimpin kerajaan
Hirah dicercanya. Sampailah berita kepada Amru bin Hindun tentang cercaan
Tharafah kepadanya, maka Amru bin Hindun pun membencinya. Ketika
Tharafah datang kepadanya bersama pamannya, al-Multamis,pun ikut
mencercanya. Hingga pada suatu saat sang raja mengutus mereka ke Bahrain
cdengan membawa sepucuk surat untuk raja Bahrain, Ketika keduanya dalam
perjalanan menuju Bahrain, al-Multamis merasa curiga dengan surat itu,
ternyata isinya adalah agar raja Bahrain memotong tangan dan kaki mereka
berdua, al multamispun melempar surat itu ke sungai. Sementara itu, Tharafah
tidak percaya pada pamannya dan terus melanjutkan perjalanannya untuk
12
menjumpai raja Bahrain. Di sanalah ia terbunuh dalam usia dua puluh enam
tahun.
4. Nabighah Az-zubyani
Penyair ini memiliki nama asli Abu Umamah Ziyad bin Muawiyah. Namun,
ia lebih terkenal dengan panggilan an-Nabighah, yang berarti seorang yang
pandai berpuisi. Penyair ini selalu berusaha mendekatkan dirinya kepada para
pembesar dan menjadikan puisinya sebagai alat yang paling ampuh untuk
mendapatkan kedudukan dan kekayaan. Sebagian besar ahli sastra Arab
mendudukan puisi an-Nabighah pada deretan ketiga sesudah sesudah Umru al-
Qais dan Zuhair bin Abi Sulma. Penggunaan kinayah yang indah, isyaratnya
lembut, dan tanpa sandiwara, karena pribadi penyair ini sangat berbakat dalam
berpuisi. Oleh sebab itu, tidak heran bila penyair ini diangkat sebagai dewan juri
dalam setiap perlombaan berdeklamasi dan berpuisi di pasar Ukadz. Contoh
syair karangan Nabighoh
Penyair ini dilahirkan dari ayah seorang bangsawan Absi dan ibu dari
kalangan budak Habsyi yang bernama zubaibah Oleh karena itu, ayah penyair
ini tidak mau mengakuinya sebagai anak kandung, bahkan menganggapnya
sebagai seorang budak yang dapat disuruh untuk mengembala ternak. Kareana
itu ia membenci ayahnya. Kebenciaannya terhadap sang ayah, terlihat ketika
ayahnya memerintahkannya untuk berperang melawan musuh yang datang
menyerbu, mendengar ajakan ayahnya itu, ia berkata :“Sesungguhnya seorang
budak tidaklah layak untuk berperang, tetapi hanya layak untuk menjaga ternah
dan memerah susu saja”. Lalu ayahnya berkata: “Berperanglah kamu, karena
sesungguhnya kamu adalah seorang yang merdeka (bukan lagi seorang budak)”.
Dan sejak saat itu nama nasab orang tuanya selalu diikutkan dengan nama asli
penyair ini. Dan sejak itu pula nama penyair ini selalu disebut orang dalam
segala macam pertempuran. Ia terkenal sebagai seorang pemberani, dan
terbunuh pada tahun 615 masehi.
13
Nama lengkapnya Abu Dholim Haris bin Hillizah Al Yasykuri Al Bakri, ia
hidup dikalangan bani Bakr, sedangkan Amr bin kulsum dari bani Taghlab, dua
kabilah yang sering berperang, namun akhirnya dua kabilah tersebut bias
berdamai. Haris bin Hillizah mendendangkan sya’ir-sya’irnya hingga usia 135
tahun.
Dialah Abu ‘Uqail Labid bin Rabiah Al Wa’ili, ayahnya bernama Rabiah al
Muqtarin, ia hidup selama 145 tahun, labid masuk islam bahkan ia hafal al
Qur’an, ia wafat pada awal pemerintahan Muawiyah tahun 41 Hijriyah. Labid
sangat murah hati, akhlaqnya mulia, sehingga syairmya mengandung hikmah.
14
BAB III
PENUTUP
Syi’ir adalah kalimat yang tersusun dari sajak yang memiliki makna imajinasi atau
khayalan yang indah. Syi’ir sudah ada sejak masa jahiliyah, sejak dahulu masyarakat arab
memandang puisi sebagai puncak keindahan sastra. Pada masa jahiliyah puisi
berkembang dengan baik. Ada banyak penyair yang terkenal jaman dulu seperti Imru’ul
Qays, Zuhair bin Abi Sulma, Tharafah bin Abdul Bakry, dan masih banyak lagi.
Kemudian ciri-ciri puisi pada masa jahiliyah yaitu jujur maksutnya puisi disampaikan
secara factual oleh penyair, yang kedua ringkas maksutnya kata yang disusun tidak
berlebihan, ketiga kesederhanaan atau tidak terhalang oleh struktur, kemudian romantis
yaitu diungkapkan dengan jiwa dan perasaan. Tujuan syi’ir Arab masa jahiliyah memiliki
bermacam-macam bentuk yaitu Tasybih/Ghazal, Hammasah/Fakher, Madah, Rotsa’,
Hijaa’, I’tidzar, Wasfun, Hikmah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Akit,Q. (2011). Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Jahiliah. Lingua Scientia, Volume 3,
Nomor 1.
http://99computer-syiirarab.blogspot.com/2010/12/definisi-syiir-arab.html?m=1
https://achmadzuhrihs.wordpress.com/2014/05/20/sejarah-sastra-arab-jahiliyyah
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://99computer-
syiirarab.blogspot.com/2010/12/definisi-syiir-
arab.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiX2M3L1cfzAhUKfX0KHZHJA78QFnoECDg
QAQ&usg=AOvVaw1rqDtV-wN1876iGSQkTgJR&cshid=1634138159993
Nashir, A. (2004). Bahasa Arab Era Klasik dan Modern. Arabia Vol.6 No.1, 21-25
Wargadinata,W., & Laily Fitriani, L. (2018). Sastra Arab Masa Jahiliah dan Islam.
(M.Rofiq,Ed) Malang : UIN-Maliki Press.
16