• Ahmad antara lain mentakhrîj hadis di atas dalam Musnad Ahmad, yaitu
pada bagian Awwal Musnad al-Bashriyîn, Hadîts Abî Barzah al-Aslamî,
nomor hadis 19777.
• Syu‘aib al-Arna’uth, ‘Âdil Mursyid dan Jamâl ‘Abd al- Lathîf mengatakan
bahwa hadis riwayat Ahmad ini berkualitas Shahîh li ghairihi. Seluruh rawinya
adalah tsiqah dan merupakan rawi hadis sahih, kecuali Sukain bin ‘Abd al-
‘Aziz berstatusshadûq lâ ba’sa bihi (Ahmad, Musnad, juz 33, h. 21).
ASBABUL WURUD
• Kisah yang terkait dengan hadis ini, dapat dilihat pada nomor hadis
19805. Abû Barzah berkata; “Aku bersyukur kepada Allah bahwa aku telah
menjadi salah seorang pencela seorang keturunan Quraisy ini, seorang
manusia yang berperang untuk mendapatkan dunia, manusia yang
berperang untuk mendapatkan dunia, yaitu ‘Abd al-Mâlik bin Marwân.”
Sayyâr al-Riyâhî berkata; Sampai Abû Barzah menyebutkan Ibn al- Azraq.
Sayyâr al-Riyâhî berkata; Lalu Abû Barzah berkata: “Sungguh aku lebih
menyukai manusia pada golongan ini, orang yang berkain tebal atau
mengenakan wol, ia hidup di tengah-tengah umat Islam dan mereka
meringankan beban kaum muslimin.” Abû Barzah berkata; “Rasulullah saw.
bersabda: “Kepemimpinan itu di tangan Quraisy, dan seterusnya.” Abû
Barzah al-Aslamî sudah mendengar hadis ini dari Nabi saw di masa kanak-
kanak. Abû Barzah al-Aslamî masih hidup sampai masa dinasti Bani
Umayyah, ‘Abd al-Mâlik bin Marwân.
PENJELASAN HADIS
• Syarat pengangkatan imam atau khalifah dari keturunan (nasab)
Quraisy, telah banyak menyita perhatian kalangan mayoritas ulama.
Masalah ini juga telah menimbulkan perbedaan pendapat yang besar di
antara para ulama yang menganggapnya sebagai syarat in‘iqâd (keharusan
dalam mengakadkan khalifah) antara yang berpendapat bahwa selain
keturunan Quraisy tidak boleh menjadi khalifah dengan kalangan yang hanya
memasukkannyasebagai syarat afdhaliyyah (keutamaan) semata.
• Bahkan para pemikir kontemporer seperti Syekh Abd al-Wahhâb
Khalaf dalam kitab al-Siyâsah al-Syar‘iyah, dan al-Khurbuthlî dalam kitab
al-Islâm wa al-Khilâfah, menolak kesahihan hadis tersebut. Mereka
beranggapan bahwa tidak jelas asal- usulnya dalam syarak, dan juga
berdasarkan ketiadaan nas yang sahih yang menunjukkan hal tersebut.
Oleh karena itu, syarat nasab Quraisy termasuk syarat afdhaliyyah, bukan
termasuk syarat in‘iqâd.
LANJUTAN…