HADITS SIYASAH
“HADITS TENTANG KEPEMIMPINAN KAUM QURAISY”
Disusun Oleh :
Nama : Putra Ananda Samat Lubis (0404192035
Dinda Faridha Nasution (0404192047)
A. Latar belakang
Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat urgen, baik
ditinjau dari sisi normatif berdasarkan ajaran Islam maupun dalam
perspektif sosiologis.Secara normatif kepemimpinan mempunyai
landasan yang jelas, baik dari al-Qur’an maupun dari al-Sunnah.
Secara sosiologis, hal ini sudah menjadi ‚kesepakatan‛ dalam
masyarakat, bahwa untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan
harus ada pemimpin dan sistem kepemimpinan. Hadits
kepemimpinan dari kaum Quraisy secara tekstual memang jelas
berbunyi demikian ( شك أالئمت م .(Quraisy merupakan anak
س
keturunan Nad}ar bin Kinanah. Ada perbedaan pendapat ulama
mengenai penyebutan mereka dengan sebutan ‛Quraisy‛. Pendapat
lain mengatakan bahwa Quraisy berasal dari kata al-Qarsy yang
memiliki arti berusaha dan mengumpulkan. Kaum Quraisy
termasuk golongan suku Mud}ar cikal bakal dan paling perkasa
dibanding suku Mud}ar lainnya. Quraisy menjadi nama suku yang
sangat terkenal di Makkah dan menjadi penjaga Kabah sebagai
bangunan suci tempat berkumpulnya para dewa dan pusat ibadah
orang-orang Arab. Suku ini juga mempunyai koneksi yang luas dan
sudah melakukan perjalanan yang jauh untuk berdagang. Maka
sangat wajar ia menjadi suku yang sangat istimewa saat itu.
B. Rumusan masalah
Bagaimana sejarah singkat kaum quraisy
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, dalam hadits lain disebutkan, "Dari Anas RA, Nabi saw
bersabda, "Para imam (pemimpin) itu dari Quraisy. Jika mereka
memerintah, mereka adil. Jika berjanji, mereka memenuhinya, dan
jika mereka diminta belas kasihan, mereka akan berbelas kasih.
Siapa saja di antara mereka yang tidak berbuat demikian, maka dia
akan mendapatkan laknat Allah, laknat para malaikat, dan laknat
seluruh manusia. Tidak dapat diterima taubat dari mereka dan tidak
diterima pula tebusan (azab) dari mereka." (HR. BUkhari dalam Al-
Anbiya', Abu Daud, dan Imam Ahmad).
Karena itulah, dengan keistimewaan tersebut, Allah memerintahkan
kaum Quraisy untuk mensyukuri seluruh anugerah-Nya dengan
hanya menyembah Allah. Perintah ini terdapat dalam penggalan
ayat terakhir surah al-Quraisy.
Hadits-Hadits yg
َقا ُموا الAَأ َعا ِدي ح َّ ك ُ ي ا نل َّا ِر عل و ْج َّن األَ ْم َر ي قُ َر ْي
ِد’ي َن ما ،ى ِه ِه َّ ا َّبهAِه ْم أ د ،ٍش َذا
ل ل
ل
ا
(البخاري
“Sesungguhnya urusan (pemerintahan/khilafah) ini ada di tangan
Quraisy. Tidak seorang pun yang memusuhi mereka melainkan
Allah akan menelungkupkannya wajahnya ke neraka, selama
mereka menegakkan agama (Islam).”
Hadits Kedua:
َك َّل َم ِب َك ََل ٍم خAَ َّم تAُ ث:ال »ًخ ِليفَة
ال َي حتَّى ضي ي ِه ِم اثْ َنا َّن ا ْألَ ْم
A،ِفي عَلي ع ش َر ، ْنَقضي َي ْم َر َذا
» «ُكلُّ م َر ْي ٍش: ْل ت أل ما َقا ا َل:ا َلAَ)ق
( م سل م ُه ْم ْن َل؟ :ِبي ُق
“Sesungguhnya pemerintahan ini tidak akan runtuh hingga kedua
belas orang khalifah memerintah.” Kemudian beliau mengucapkan
kata-kata yang kurang jelas bagiku, Jabir berkata, “Lalu aku
bertanya kepada ayahku, ‘Apa yang dikatakan beliau?” ayahku
menjawab, “(beliau mengatakan) Semuanya dari bangsa Quraisy.”
Hadits Ketiga:
ز ِب ي
ر ت ْعAُاس َم ُعوا و طي و ِإ س
ح ك أ ْ س َبة
أَ ُعوا ْن ا ِم َل
َبشي َّن أ ُه
“Dengar dan taatlah kalian, sekalipun yang memimpin kalian
adalah seorang budak Habasyi yang berambut keriting seperti
buah kismis.” (HR. Bukhory dari Anas bin Malik)
Hadits Keempat:
Hadits Kelima:
3. Kata Quraisy adalah isim (kata nama), bukan sifat. Dalam istilah
ilmu ushul disebut “laqab” (sebutan). Dan mafhum isim atau
mafhum laqab tidak diamalkan/dipakai secara mutlak, . Para ulama
ushul, kecuali Ad-Daqqaq, telah bersepakat mengatakan bahwa
laqab tidak mengandung mafhum[6] sehingga tdk bisa diambil
pemahaman terbalik (mafhum mukholafahnya).
Sebagai contoh: zaid adalah isim bukan sifat, maka ketika ada
kalimat qâma zaidun (zaid telah berdiri), maka hanya bisa difahami
bahwa zaid berdiri, tidak bisa difahami sebaliknya yakni
bahwa “selain zaid tidak berdiri”.
ج
سَت ْخل َ ب،َ ُو ي أ ْي َدةAُت ْد َر َكنِي أ جAَ ْن أAَِفإ
َب
ْفت عاذَ َن ِف’ ُبو ا َب ،ِلي
ٍل
م ْوقَد
“Seandainya aku mati sedangkan Abu ‘Ubaidah telah meninggal,
maka aku akan mengangkat Mu’adz bin Jabal sebagai
pengganti.” (Musnad Imam Ahmad, hasan lighairihi)
Dari ucapan ‘Umar r.a ini bisa difahami bahwa Umar berpikir untuk
mengangkat khalifah dari kalangan selain suku Quraisy, seperti
Mu’adz bin Jabal bukanlah orang Quraisy. Hal ini tidak akan terjadi
kecuali bahwa nasab Quraisy bukanlah syarat in’iqad (syarat sahnya
pengangkatan), melainkan hanya syarat afdholiyyah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B .Saran
Saran pada makalah ini adalah penulis mengharapkan
masukan dari Dosen dan teman-teman mahasiswa serta para
pembaca agar makalah ini dapat berguna untuk kedepannya karena
penulis sadar makalah sangat jauh dari sebuah kata kesempurnaan.
C. DAFTAR PUSTAKA
[2] Ibnu Hazm, Al-Fashl fil Milal wan Nihal, juz 4, hal. 89; Abul
Hasan Al-Asy’ari, Maqalât Al-Islamiyyîn, juz 2, hal. 134;
Muqaddimah Ibnu Khaldun, juz 2, hal. 522-524; dan Al-
Qalqassyandi, Mâtsirul Inâfah fi Ma’âlimil Khilafah, juz 1, hal.
38
[3] Ibnu Katsir berkata, “Dikatakan bahwa beliau pengikut
madzhab Malik, dikatakan juga pengikut madzhab Syafi’i”. Adz-
Dzahabi berkata, “Beliau yang menunjukkan kejelekan Mu’tazilah,
Rafidhah dan Musyabbihah”.
[4] Mausûah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah.
[5] Al-Amidi, Al-Fashl fil Milal wal Ahwâ wan Nihal, juz 4, hal.
89 dan Ghâyatul Maram fi Ilmil Kalam, hal 383; Ibnu Hajar, Fâth
Al- Bârî, juz 16, hal. 237; Muqaddimah Ibnu Khaldun, juz 2, hal.
524; Syaikh Abdul Wahhab Khalaf dalam kitab As-Siyâsah As-
Syar’iyyah hal. 27; Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Mabâdi Nizham al
Hukm fil Islam, hal. 613; dan Dr. Al Khurbuthli, Al-Islam wal
Khilafah, hal. 35
[6] Al-Aamidi, Al-Ihkâm fi Ushûlil Ahkâm, juz 2, hal. 160 dan
Asy-Syaukani, Irsyâdul Fuhûl ila Tahqiiqil Haqqi min Ilmil
Ushûl, hal. 159