Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TELAAH TAFSIR Q.S.AL-QURAISY,Q.S. AL-FILL,Q.S.AL-MA’UN,AL-


ASHR, DAN HADIST ARBA’IN NAWAWI KETIGA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Study of Al-Qur’an and Al-Hadith

Dosen Pengampu Dr.Kojin,MA.

Disusun Oleh :

1. Putri Amelia Amini (1860203221059)

2. Era Nafiatus Zahro (1860203222144)

3. Rifqi Yoga Pratama (1860203222172)

PROGAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TABRIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah,patut kami haturkan kepada Sang Maha Kuasa Allah SWT, yang telah
memberikan akal sehat.Rahmat serta hidaya-Nya senantiasa menjadikan kami selalu bersyukur
dan menikmatinya atas anugerah-Nya. Sholawat serta salam tetap kami haturkan kepada
junjungan pahlwan umat uslam,Beliau Baginda Rasulullah,Nabi Muhammad Sa., yang telah
memebrikan pencerahan kepada kaum faqir sehingga mampu mengenal Tuhan,yaitu Allah
Swt,sehinngga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Study
of Al-Qur’an and Al-Hadith,dengan judul TELAAH TAFSIR Q.S.AL-QURAISY,Q.S.
AL-FILL,Q.S.AL-MA’UN,AL-ASHR, DAN HADIST ARBA’IN NAWAWI
KETIGA.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr, Koijin, MA.., selaku dosen
pengampu mata kuliah Study of Al-Qur’an and Al-Hadith yang membibing dan mengarahkan
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman
teman kami yang selalu membantu kami dalam hal mengumpulkan materi materi serta data data
selema pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.Oleh karena itu,kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan atau bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pedidikan untuk kedepanya.

Wasasalamualaikum Wr. Wb

Tulungagung,Februari 2023

Tim Penulis
TELAAH TAFSIR
A. Q.S. Al-Quraisy

Surah Al-Quraisy adalah surah ke-106 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 4 ayat dan
tergolong surah Makkiyah. Kata Quraisy sendiri merujuk pada kaum Quraisy yakni kaum (suku)
yang mendapat kepercayaan menjaga Ka'bah. Pokok isinya surat ini menerangkan kehidupan
orang Quraisy serta kewajiban yang seharusnya mereka penuhi. Di antara informasi yang
menarik dari surat ini, terkait dengan rihlat al-syitai wa al-shayf; tradisi ekspedisi dagang pada
musim dingin ke Yaman (rihlat al-syitai) dan pada muslim panas ke Syam (rihlat al-Shayf).

Lafat surat Al-Quraisy

Ayat 1

ِ ‫اِل ِ ۡي ٰل‬
ٍ ۙ ‫ف قُ َر ۡي‬
‫ش‬

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy"

Ibnu Katsir menjelaskan, iilaaf (‫ )إيالف‬artinya adalah kebiasaan atau tradisi.

Kata Quraisy (‫ )قريش‬berasal dari kata At Taqarrusy (‫ )التقرش‬yang artinya keterhimpunan.


Anggota suku ini tadinya terpencar-pencar lalu menyatu dalam himpunan yang sangat kokoh
sehingga disebut Quraisy.

Ayat 2

ِ ۚ ‫ٖا ٰلفِ ِهمۡ ِر ۡحلَةَ ال ِّشتَٓا ِء َوالص َّۡي‬


‌‫ف‬
"(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas"

Kata rihlah (‫ )رحلة‬berasal dari kata rahala (‫ )رحل‬yang artinya pergi ke tempat yang relatif
jauh. Rihlah pada ayat ini adalah perjalanan dagang orang-orang Quraisy yang dilakukan dua
kali setahun yakni pada musim dingin dan musim panas. Perjalanan ini dipelopori oleh kakek
Rasulullah, Hasyim bin Abdi Manaf.
Ayat 3

ِ ۙ ‫ َربَّ ٰه َذا ۡالبَ ۡي‬p‫فَ ۡليَ ۡـعبُ ُد ۡوا‬


‫ت‬
"Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah)"

Yakni hendaklah mereka mengesakan-Nya dalam menyembah-Nya. Dialah yang telah


menjadikan bagi mereka kota yang suci lagi aman serta Ka’bah yang disucikan.

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang Quraisy agar mereka menyembah
TuhanPemilik Ka’bah yang telah menyelamatkan mereka dari serangan orang Ethiopia yang
bergabung dalam tentara gajah. Seyogyanya mereka hanya menyembah Allah dan
mengagungkan.

Ayat 4

ٍ ‫ع ۙ َّو ٰا َمنَهُمۡ ِّم ۡن َخ ۡو‬ ۡ ۤ


‫ف‬ ٍ ‫الَّ ِذ ۡى اَط َع َمهُمۡ ِّم ۡن ج ُۡو‬
"Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan"

Dialah yang memberi mereka makan agar tidak lapar dan Dialah yang telah memberikan
keamanan dan banyak kemurahan kepada mereka. Maka hendaklah mereka beribadah kepada
Allah dengan mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Dua kenikmatan dalam ayat terakhir ini, kesejahteraaan ekonomi dan stabilitas
keamanan, merupakan dua hal sangat penting bagi kebahagiaan masyarakat. Dan nikmat-nikmat
Allah atas Quraiys ini mereka peroleh karena Allah menempatkan ‘rumah’-Nya di sana.
Sehingga disebutkan di ayat 3, rabba haadzal bait. Seandainya Allah tidak menempatkan rumah-
Nya di sana, niscaya mereka tidak akan memperoleh keistimewaan dan kemudahan tersebut.
Asbabun Nuzul surat Al-Quraisy

Sebagian mufassirin menjelaskan, Surat Quraisy ini diturunkan Allah untuk


mengingatkan orang-orang Quraisy akan nikmat-nikmat Allah. Salah satunya adalah nikmat
keamanan, yang pada surat Al Fil diterangkan kebinasaan pasukan bergajah yang hendak
menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.

Dengan rasa aman itu, orang-orang Quraisy bisa menjalankan kebiasaan mereka berupa
bepergian pada musim dingin dan musim panas. Surat ini juga mengingatkan nikmat Allah
lainnya berupa makanan.Dengan demikian banyaknya nikmat itu, semestinya orang-orang
Quraisy menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
B. Q.S. Al-Fill

Surah Al-Fill adalah surah ke-105 dalam al-Qur'an dan terdiri atas 5 ayat. Surah ini
tergolong pada surah Makkiyah. Nama Al Fiil sendiri berarti Gajah yang diambil dari ayat
pertama dari surat ini. Topik surat ini adalah kisah gagalnya usaha penghancuran Ka'bah oleh
Abrahah (raja yaman) dan 60.000 tentaranya, dalam tentara tersebut termasuk diantaranya 13
gajah (atau 9 dalam versi lain). Tahun terjadinya peristiwa ini juga dicatat dalam sejarah Islam
sebagai Tahun Gajah

Lafat surat Al-fill

Ayat 1

ِ ِ‫ب ْٱلف‬
‫يل‬ ِ ‫ك بَِأصْ ٰ َح‬
َ ُّ‫َألَ ْم ت ََر َك ْيفَ فَ َع َل َرب‬

"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah?"
Ayat ini juga ditujukan kepada setiap orang termasuk orang-orang Quraisy karena
mereka selamat dari pasukan Abrahah karena pertolongan Allah ini. Abrahah membawa pasukan
dalam jumlah besar untuk menghancurkan ka’bah. Juga disertai sejumlah pasukan khusus yang
mengendarai gajah. Abrahah naik gajah paling besar sekaligus memimpin gajah-gajah lainnya.

Kata fa’ala (‫ )فعل‬biasa diartikan melakukan atau berbuat. Bila pelakunya manusia,
kesannya adalah perbuatan negatif. Jika pelakunya adalah Allah, ia mengandung ancaman dan
siksaan.Dzu Nafar tidak sanggup menghentikan Abrahah. Al Khas’ami tidak sanggup
menghentikan Abrahah. Orang-orang Makkah angkat tangan. Namun lihatlah apa yang
dilakukan Allah kepada pasukan bergajah.

Ayat 2

‫َألَ ْم يَجْ َعلْ َك ْي َدهُ ْم فِى تَضْ لِي ٍل‬

"Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?"

Kata kaid (‫ )كيد‬artinya adalah tipu daya. Yakni upaya tersembunyi untuk mencapai
sesuatu. Upaya itu biasanya bersifat negatif. Dan sungguh negatif upaya Abrahah. Ia ingin
manusia berpaling dari ka’bah dan beralih ke gereja di Yaman.

Abrahah terus melaju menuju Makkah. Hingga ia beristirahat di Al Magmas, tak jauh
dari Makkah. Di sana prajuritnya melakukan perusakan dan penjarahan. Termasuk merampas
200 ekor unta milik Abdul Muthalib.
Di waktu istirahat itu Abrahah mengirim utusan ke Makkah agar pemimpinnya
menghadap Abrahah. Abdul Muthalib pun berangkat menemui Abrahah. Sebelumnya ia telah
bermusyawarah dan menghasilkan keputusan bahwa penduduk Makkah akan menghindar karena
kekuatannya tidak seimbang.

Abrahah menyambut hormat Abdul Muthalib, pemimpin Makkah yang tampan dan
berwibawa.Abrahah pun mengembalikan unta milik Abdul Muthalib. Ia merasa tujuannya tak
terelak lagi karena tidak ada yang akan menghalangi. Ia merasa tipu dayanya sebentar lagi
berhasil padahal sesungguhnya Allah akan membuatnya sia-sia.

Kata tadllil (‫ )تضليل‬artinya adalah binasa atau terkubur. Pada akhirnya, tipu daya Abrahah
terkubur dan binasa. Sia-sia.

Ayat 3

‫ط ْيرًا َأبَابِي َل‬


َ ‫َوَأرْ َس َل َعلَ ْي ِه ْم‬

"Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong"

Kata thairan (‫يرا‬pp‫ )ط‬berasal dari kata thaara (‫ار‬pp‫ )ط‬yang artinya terbang. Semua yang
terbang bisa disebut thairan. Secara umum, thairan adalah burung.

Saat kesombongan Abrahah semakin memuncak karena merasa tak ada yang berani
menghadangnya, tiba-tiba datang dari langit kawanan burung seperti walet. Mereka datang
berbondong-bondong. Jumlahnya sangat banyak.

Ayat 4

َ ‫تَرْ ِمي ِهم بِ ِح َج‬


‫ار ٍة ِّمن ِسجِّي ٍل‬

"Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar"

Kata tarmiihim (‫ )ترميهم‬artinya adalah melempari mereka. Sedangkan kata sijjil (‫)سجيل‬
dalam ayat ini diartikan batu yang terbakar sehingga sangat panas.

Burung-burung yang berbondong-bondong itu membawa batu panas. Masing-masing


membawa tiga butir; satu di paruh dan dua di kaki. Lantas burung-burung itu menjatuhkan batu
panas yang dibawanya. Ada yang terkena kepalanya. Ada yang terkena badannya. Mereka pun
kocar-kacir,lari tunggang langgang.
Ayat 5

‫ف َّمْأ ُكو ۭ ٍل‬


ٍ ْ‫فَ َج َعلَهُ ْم َك َعص‬

"Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)"

Kata ashf (‫ )عصف‬artinya adalah daun. Sedangkan kata ma’kul (‫ )مأكول‬berasal dari kata
akala (‫ )أكل‬yang berarti makan. Sehingga ma’kul berarti yang dimakan.

Asbabun Nuzul Surat Al fill

Surat ini diturunkan setelah Surat Al Kafirun. Isinya mengingatkan nikmat Allah yang
diturunkan kepada kaum Quraisy karena Allah menyelamatkan mereka dari serangan tentara
bergajah. Mereka bertekad menghancurkan Ka’bah dan meratakannya dengan tanah. Namun
Allah menghancurkan mereka dan mengusir dengan penuh hina.

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah menyelamatkan orang-orang Quraisy bukan karena


mereka lebih baik dari orang-orang Yaman yang beragama Nasrani. Tapi karena memelihara
Ka’bah yang akan dimuliakan Allah dengan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Peristiwa pasukan bergajah ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Sedangkan Surat Al Fill diturunkan sekitar 45 tahun setelahnya. Mengingatkan
kembali peristiwa dahsyat itu sekaligus memberi pesan, sebagaimana Allah melindungi ka’bah
dari kaid (tipu daya) Abrahah, Allah juga akan melindungi Rasulullah dari kaid kafir Quraisy.

Siapa yang terkena batu itu pasti binasa. Laksana daun yang dimakan ulat. Ibnu Katsir
menuliskan, siapa yang terkena kepalanya, tembus sampai bagian bawah badannya.Mereka yang
masih selamat lari tunggang langgang. Termasuk Abrahah. Ia tak langsung mati. Ia terluka lalu
lukanya makin parah hingga akhirnya tewas dalam kondisi hina.
C. Q.S Al-Humazah

Surah Al-Humazah adalah surah ke-104 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 9 ayat dan
tergolong pada surah Makkiyah. Kata Al Humazah berarti pengumpat dan diambil dari ayat
pertama surat ini. Pokok isi surat ini adalah ancaman Allah terhadap orang-orang yang suka
mencela orang lain, suka mengumpat dan suka mengumpulkan harta tetapi tidak
menafkahkannya di jalan Allah.

Lafat surat Al-Humazah

Ayat 1

‫َو ْي ٌل لِّ ُك ِّل هُ َم َز ٍة لُّ َم َز ۙ ٍة‬

"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela"

Kata wail (‫ )ويل‬digunakan untuk menggambarkan kecelakaan dan kenistaan. Kata wail
biasa diartikan kecelakaan. Dan banyak dipahami ulama sebagai kecelakaan yang akan terjadi di
masa depan. Maka ayat pertama ini mengandung ancaman, bahwa akan celakalah humazah dan
lumazah.

Kata humazah (‫ )همزة‬merupakan bentuk jamak dari hammaaz (‫)هماز‬. Ia berasal dari kata
al hamz yang artinya tekanan dan dorongan yang keras. Dari arti itu, humazah berkembang
menjadi mendorong orang lain dengan lisan. Yakni menggunjing, mengumpat dan mencela
orang lain tidak di hadapannya.

Sedangkan kata lumazah (‫ )لمزة‬merupakan bentuk jamak dari lammaaz (‫)لماز‬. Ia berasal
dari al lamz (‫ )المز‬yang digunakan untuk menggambarkan ejekan yang mengundang tawa.
Sebagian ulama mengartikan lumazah adalah mengejek dengan menggunakan isyarat mata atau
tangan disertai kata-kata yang diucapkan secara berbisik.

Ibnu Katsir menafsirkan, humazah mencela dengan ucapan. Sedangkan lumazah


mengejek dengan perbuatan.Dalam Tafsir Al Munir dijelaskan, humazah adalah menggunjing
dan mencela kehormatan manusia. Sedangkan lumazah artinya menghina, biasanya dengan
isyarat alis, mata dan tangan.

Keduanya, humazah dan lumazah, akan celaka. Mereka akan disiksa dengan siksaan
pedih karena perbuatannya. Ancaman ini berlaku bagi semua humazah dan lumazah baik yang
hidup di masa dulu, masa kini maupun masa yang akan datang.
Ayat 2

‫الَّ ِذيْ َج َم َع َمااًل َّو َع َّدد َٗۙه‬

"Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung"

Mereka itu adalah orang yang suka mengumpulkan harta dan menghitung-hitung
jumlahnya.

Kata ‘addadahu (‫ )عدده‬berasal dari kata ‘adda (‫ )عد‬yang artinya menghitung. Kata ini
menggambarkan si pencela itu bukan hanya mengumpulkan harta tetapi begitu cinta harta hingga
setiap saat menghitungnya.

Ayat 3

‫يَحْ َسبُ اَ َّن َمالَ ٗ ٓه اَ ْخلَد َٗۚه‬

"dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya"

Inilah panjang angan-angan itu. Ia tertipu dengan dunia sehingga merasa bahwa hartanya
itu membuatnya kekal.

Kata akhladahu (‫ )أخلده‬berasal dari kata al khuld (‫ )الخلد‬yang artinya kekal. Dalam ayat ini
digunakan bentuk kata kerja lampau (fi’il madhi) tetapi maksudnya adalah masa datang
(mudhari’). Mengisyaratkan persangkaannya itu sangat mantap seperti kepastian yang pasti
terjadi. Ia merasa selamanya akan dalam kondisi itu, banyak harta, banyak pengikut, memiliki
kekuasaan.

Mungkin saja ia masih sadar bahwa dirinya akan mati. Tetapi ia tidak pernah menyiapkan
bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Seakan-akan ia hidup abadi di dunia ini
dengan hartanya.
Ayat 4

‫َكاَّل لَ ُي ۢ ْن َب َذنَّ فِى ْال ُح َط َم ۖ ِة‬

"Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah"

Allah menegaskan bahwa apa yang ia sangka benar-benar keliru. Ia tidak mungkin kekal
di dunia ini. Bahkan orang yang suka mengumpulkan harta dan suka mencela itu akan
dilemparkan ke dalam neraka.

Kata al huthamah (‫ )الحطمة‬berasal dari kata hathama (‫ )حطم‬yang artinya hancur. Dengan
demikian secara bahasa, al huthamah artinya sangat menghancurkan dan membinasakan.

Ayat 5
ُ‫ك َما ْال ُحطَ َمة‬
َ ‫ۗ َو َمآ اَ ْد ٰرى‬

"Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?"

Tahukah kamu neraka jenis apa huthamah itu? Sebagian ulama menjelaskan bahwa ia
adalah neraka jahannam yang sifatnya diterangkan mulai ayat 6.

Ayat 6

ُ‫نَا ُر هّٰللا ِ ْال ُموْ قَ َد ۙة‬

"(Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan"

Naarullah (‫ )نار هللا‬berarti api Allah. Penisbatan kepada Allah menunjukkan api ini bukan
api biasa. Tapi ia diciptakan Allah khusus untuk tujuan tertentu.

Ayat 7

‫الَّتِ ْي تَطَّلِ ُع َعلَى ااْل َ ْفـِٕ َد ۗ ِة‬

" yang (membakar) sampai ke hati"

Api ini membakar seluruh tubuhnya hingga hatinya. Hatinya dibakar sebab ia adalah
tempat kemusyrikan dan kekufuran. Hatinya dibakar karena menampung segala kedurhakaan.
Ayat 8

ٌ‫ص َد ۙة‬
َ ‫اِنَّهَا َعلَ ْي ِه ْم ُّمْؤ‬.

"Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka"

Neraka tempat penyiksaan humazah lumazah itu tertutup rapat. Mereka tidak bisa keluar
darinya. Perihalnya sama dengan firman Allah:

"Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat"

Artinya, setelah masuk ke sana mereka tidak akan dikeluarkan lagi. Dikunci mati di dalamnya

Ayat 9

‫ࣖ فِ ْي َع َم ٍد ُّم َم َّد َد ٍة‬

"(Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang"

Muqatil Ibnu Hayyan menjelaskan, “Pintu-pintu neraka tertutup atas mereka. Kemudian
neraka tersebut dikuatkan dengan tiang-tiang dari besi. Tidak ada satu pun pintu yang dibuka
bagi mereka dan tidak ada udara yang masuk ke mereka.”

Asbabun Nuzul al- Humazah

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan asbabun Nuzul Surat Al Humazah dalam Tafsir
Al Munir. Muqatil mengatakan, surat ini turun mengenai Walid bin Mughirah. Dia selalu
menggunjing Rasulullah ketika tidak berada di hadapan beliau dan mencela ketika berada di
hadapan beliau.

Tak hanya Walid bin Mughirah, Umayyah bin Khalaf juga melakukan itu. Karenanya
Muhammad bin Ishak dan Suhaili menyebut asbabun nuzul Surat Al Humazah terkait perbuatan
Umayyah bin Khalaf.

Abu Hayyan menyebut nama lebih banyak. “Surat ini turun mengenai Akhnas bin Syariq,
Ash bin Wail, Jaamil bin Mu’ammar, Walid bin Mughirah atau Umayyah bin Khalaf. Itu
beberapa pendapat yang ada. Mungkin juga surat ini turun mengenai mereka semua. Dengan
demikian, secara umum surat ini ditujukan kepada semua orang yang memiliki sifat-sifat ini.”
D. Q.S Al-Ashr

Surat Al Ashr atau demi masa/ waktu adalah surah ke-103 berisi ayat 1-3 dalam Al-
Quran. Surat ini berisikan penjelasan tentang hakikat keuntungan dan kerugian di dalam
kehidupan serta peringatan tentang pentingnya waktu yang dijalani oleh manusia.

Lafat surst Al-Ashr

Ayat 1

‫َو ْال َعصْ ر‬ ِ

"Demi masa."

Para ulama sepakat ‘ashr (‫ )عصر‬artinya adalah masa atau waktu. Allah bersumpah
dengan waktu, menunjukkan betapa pentingnya waktu bagi manusia. Ali bin Abi Thalib
mengatakan, “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu esok
hari. Tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin diharapkan kembali esok.”

Allah bersumpah dengan waktu juga menunjukkan kemuliaan waktu. Jika orang-orang
Arab jahiliyah meyakini ada waktu sial dan sebagainya, Rasulullah mengingatkan untuk tidak
mencela waktu.

Ayat 2

‫ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ لَفِي ُخسْر‬ ٍ

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian"

Kata al insan (‫ )اإلنسان‬menunjuk pada keseluruhan manusia. Baik mukmin maupun kafir.
Meskipun demikian, ia hanya mencakup mukallaf (mendapat beban perintah agama). Sedangkan
yang tidak mukallaf, misalnya anak kecil yang belum baligh, tidak masuk dalam ayat ini.

Kata lafii (‫ )لفي‬merupakan gabungan dari huruf lam (‫ )ل‬yang menyiratkan makna sumpah
dan huruf fii (‫ )في‬yang mengandung makna tempat atau wadah. Dengan demikian, semua
manusia berada dalam wadah khusr.

Kata khusr (‫ )خسر‬memiliki banyak arti. Di antaranya adalah rugi, sesat dan celaka yang
semuanya mengarah pada hal negatif yang tidak disukai manusia. Khusr pada ayat ini
menggunakan bentuk nakirah sehingga maknanya adalah kerugian yang besar dan beraneka
ragam.
Ayat 3

َّ ‫اصوْ ا بِال‬
‫صبْر‬ ِّ ‫اصوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوت ََو‬ ِ ‫ِإاَّل الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
َ ‫ت َوت ََو‬ ِ

"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Ayat ini mengecualikan insan pada ayat sebelumnya. Bahwa insan yang tidak berada
dalam kerugian adalah mereka yang memiliki empat kriteria; iman, amal shalih, saling
menasehati tentang kebenaran dan saling menasehati tentang kesabaran.

Sebagian ulama menjelaskan bahwa agama ini terdiri dari pengetahuan dan pengamalan.
Keyakinan dan perbuatan. Iman adalah pengetahuan dan keyakinan. Amal shalih adalah
pengamalan dan perbuatan. Sedang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah
dakwah yang merupakan bentuk amal shalih agar orang lain juga beriman dan beramal shalih.

Kata tawashau (‫ )تواصوا‬berasal dari kata washa (‫ )وصى‬yang artinya menyuruh berbuat
baik. Kata al haq (‫ )الحق‬artinya adalah sesuatu yang mantap dan tidak berubah. Yakni ajaran
agama atau kebenaran. Sedangkan sabar (‫ )صبر‬artinya adalah menahan nafsu demi mencapai
sesuatu yang baik atau lebih baik.

Asbabun Nuzul Al-Ashr

Muhammad Abduh berkaitan dengan kebiasaan dari masyarakat Arab. Di sore hari,
mereka suka duduk dan bercakap-cakap membicarakan tentang berbagai hal dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak pula yang membanggakan asal usul nenek moyang mereka. Kedudukan serta
harta kekayaan mereka yang mengakibatkan pembicaraan mereka tidak memiliki arah yang jelas
dan seringkali menimbulkan pertikaian dan permusuhan.

Maka sebagian dari mereka ada yang mengutuk waktu Ashar. Menganggap waktu Ashar
adalah waktu yang celaka, waktu yang naas, banyak bahaya yang terjadi pada waktu asar. Dari
kejadian ini kemudian Allah SWT menurunkan surat Al-Ashr yang menjelaskan mengenai
kerugian menusia yang menyia-nyiakan waktu asar.
HADIST ARBA’IN NAWAWI KETIGA

Berikut ini kami tampilkan penjelasan hadits Ke-3 dari Arbain :

‫ بُنِ َي‬: ‫وْ ُل‬ppُ‫لَّ َم يَق‬p‫ ِه َو َس‬p‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬p‫ص‬


َ ِ‫وْ َل هللا‬p‫ْت َر ُس‬ ُ ‫ ِمع‬p‫ َس‬: ‫ا َل‬pَ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما ق‬
ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ع َْن َأبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر ب ِْن ْالخَطَّا‬
” َ‫ان‬p‫ض‬ َ ‫وْ ِم َر َم‬p‫ص‬ َ ‫ت َو‬ ِ ‫ا ِة َو َحجِّ ْالبَ ْي‬pp‫ا ِء ال َّز َك‬ppَ‫الَ ِة َوِإ ْيت‬p‫الص‬ ِ pَ‫وْ ُل هللاِ َوِإق‬p‫ َشهَا َد ِة َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمداً َر ُس‬: ‫س‬
َّ ‫ام‬p ٍ ‫ْاِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
‫ُخَاريُّ َو ُم ْسلِ ٌم‬
ِ ‫“ َر َواهُ الب‬

3. Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma telah
berkata : Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sabda : “Islam
dibangun atas 5 dasar : (1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah,
dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, (2) Mendirikan shalat, (3) Mengeluarkan
zakat, (4) Mengerjakan haji ke Baitullah, dan (5) Puasa pada bulan Ramadhan.” (HR Al-Bukhari
no. 8 dan Muslim no 16)

Dalam Syarah Arbain An-Nawawi, Imam Nawawi mengatakan, Allah SWT telah
membuat suatu perumpamaan untuk kaum mukminin dan kaum munafik, dengan Firman-Nya:

“Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya atas dasar taqwa kepada Allah dan
keridhaan (-Nya).” (At-Taubah: 109)

Diketahui bersama bahwa Rukun Islam yang lima adalah

1. Mengucapkan kedua syahadat: Lâ ilâha illâllâh dan Muhammadur Rasûlûllâh.

2. Mendirikan shalat.

3. Menunaikan zakat.

4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.

5. Berhaji ke Baitullah bagi yang mampu.

Adapun tambahan dan penyempurnaan kelima Rukun Islam tersebut, seperti kewajiban-
kewajiban lainnya dan amalan-amalan sunnah, maka itu adalah hiasan bangunan.

Rasulullah SAW bersabda: “Iman itu 70 sekian cabang, yang tertinggi adalah pernyataan
Lâ ilâha illâllâh, -Beliau menambahkan- dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. (Muttafaq Alaih, Bukhari No 9 dan Muslim No 35)
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: Nabi SAW menjelaskan dalam hadits ini bahwa Islam itu
berkedudukan sebagai bangunan yang menaungi pemiliknya serta melindunginya dari dalam dan
dari luar.

Anda mungkin juga menyukai