Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an
Dosen pengampu : Bapak M.Haikal Kahfi M.Pd

Disusun Oleh :
Abdul Anap 23.1.2840
Citra Setiawati 23.1.2886
Dadan Rohman Satya 23.1.2887
Muhammad zakironi 23.1.2851
Putri hunaina 23.1.2873
Zainab 23.1.2823

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman,juga membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini dengan lebih baik.
Kami menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Yang Maha Kuasa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Depok, 10 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Quran adalah kalamullah yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW
melalui perantara malaikat Jibril, Yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia. Al-Quran juga
berisikan mengenai kisah-kisah (Qoshash) baik itu kisah yang ada pada masa lalu dan pada
masa yang akan datang. Tujuan Allah mewahyukan kisah-kisah dalam Al-Quran ini adalah
untuk memberikan kita gambaran kehidupan umat-umat terdahulu maupun gambaran
mengenai masa depan. Dengan tujuan kita mengambil Pelajaran dari kisah-kisah tersebut guna
menjadikan diri kita untuk menjadi muslim yang lebih baik.
Kandungan Al-Quran tentang Sejarah atau kisah kisah disebut dengan istilah qoshash Al-Quran
(kisah-kisah Al-Quran) bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak
ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal memberikan isyarat bahwa Al-Quran
sangat perhatian terhadap masalah kisah, Yang memang didalam nya mengandung Pelajaran
(ibrah) sesuai pada firman Allah pada surat yusuf ayat 111.
Al-Quran bukanlah cerita yang dibuat-buat tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya,
Menjelaskan segala sesuatu, Sebagai petunjuk dan Rahmat bagi orang yang beriman. Oleh
karena itu dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam lagi mengenai Qashash dalam
Al-Quran dan kami berharap setelah disusun nya makalah ini dapat menambah wawasan kita
mengenai Qashash.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian Qashash ?


2. Apa saja macam-macam Qashash dan contoh-contoh nya?
3. Hikmah Qashash
4. Kisah Israiliyat
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN QASHASH
Pengertian Qashash dalam Alquran adalah petunjuk, pedoman hidup bagi segenap umat
manusia dalam kehidupannya, baik aspek yang berkenaan dengan masalah duniawi maupun
ukhrawi. Oleh karena itu, di dalam Alquran tertuang segenap aspek yang dibutuhkan manusia
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Adapun pokok-pokok kandungan dalam al-Alquran
pada intinya mencakup lima hal, yakni akidah, syariah, akhlak, kisah-kisah (qashash), dan
dasar-dasar ilmu pengetahuan. Salah satu pokok kajian tersebut adalah qashash yang berarti
mengikuti jejak atau mengungkapkan masa lalu. Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari
QashshaYaqushshu-Qashashan.
Kata al-Qashash juga berarti berita yang diikuti karena kebenarannya, sebagaimana firman
Allah dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 62 :

‫يز ْٱل َح ِكي ُم‬


ُ ‫ٱَّللَ لَ ُه َو ْٱل َع ِز‬ َّ ‫ص ْٱل َح ُّق ۚ َو َما ِم ْن ِإ َٰلَ ٍه ِإ ََّّل‬
َّ ‫ٱَّللُ ۚ َو ِإ َّن‬ َ َ‫ِإ َّن َٰ َهذَا لَ ُه َو ْٱلق‬
ُ ‫ص‬
Artinya: “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (Q.S. Ali Imran: 62)
Al-quran selalu menggunakan terminologi qashash untuk menunjukkan bahwa kisah yang
disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau dusta. Sementara cerita-
cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan benar biasanya bentuk jamaknya
diungkapkan dengan istilah qishash. Dari segi terminologi, kisah berarti berita-berita mengenai
suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling berurutan. Qashash al-Alquran adalah
pemberitahuan mengenai ihwal umat yang terdahulu dan Nubuwat (kenabian) yang terdahulu
dan peristiwa-peristiwa yang telah lalu, sedang terjadi dan yang akan terjadi.
Kata Qashash berakar dari huruf "Qaf " dan "Shad” yang bermakna mengikuti sesuatu. Qashash
atau al-Qishashu jama' Qishashun yang berarti cerita, kisah, hikayat. Dalam Manna al-Qattan
kata al-Qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Hal tersebut sejalan dengan Hasbi
Ash-Shiddieqy, bahwa Qashash berarti mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Lafaz
al-Qashash bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan dan bisa pula berarti berita-berita
yang berurutan. Secara etimologi dapat diartikan sebagai suatu fragmen atau potongan-
potongan dari berita-berita tokoh atau umat terdahulu.
Qashash al-Quran ialah kabar al-Quran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan
kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Quran melengkapi
keterangan-keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Sejarah bangsa-bangsa.
Keadaan negeri-negeri peninggalan jejak setiap umat.

5
B. MACAM-MACAM QASHASH DAN CONTOH-CONTOH NYA

Keberadaan Alquran merupakan salah satu bukti kebesaran dan ketinggian Tuhan yang
terkandung di dalamnya dan membuktikan eksistensinya sebagai mukjizat. Termasuk
kemukjizatan Alquran adalah pengaruh dan kesan psikologisnya terhadap setiap orang
yang mendengarkan, mempelajari, dan memahami maknanya. Selain itu, kemukjizatan
Alquran tersirat pada kemampuan menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lampau
dan peristiwa-peristiwa yang belum terjadi, baik yang telah dapat disaksikan manusia,
maupun yang belum dan kelak akan disaksikan. Salah satu kisah yang menggambarkan
wawasan prospektif Alquran adalah tentang perjuangan eksistensi Islam di tengah-
tengah masyarakat jahiliyyah. Jazirah Arab merupakan sebuah wilayah yang terletak di
antara dua imperium raksasa, Romawi di Barat dan Persia di Timur. Ketika terjadi
peperangan antara Romawi, bangsa yang mengakui adanya Tuhan dan Bangsa Persia,
kaum yang mengingkari adanya Tuhan dan tidak percaya kepada agama yang dibawa
oleh para nabi dan rasul, kaum muslimin berpihak kepada Romawi. Hal ini dikarenakan
Romawi telah memiliki cikal bakal keagamaan sebagai bangsa yang percaya akan
adanya Tuhan. Sementara kaum Kafir Quraisy berpihak kepada Persia yang ateis.
Dalam al-Alquran diriwayatkan, peperangan itu dimenangkan oleh Bangsa Persia
sehingga menyebabkan kaum muslimin bersedih karena kekalahan Romawi dianggap
sebagai kekalahan dalam mempertahankan agama. Lalu turunlah Surat ar-Rum ayat 1-
5:

‫َّلل ْٱْل َ ْم ُر ِمن‬ ِ ‫ فِى بِض‬. َ‫سيَ ْغ ِلبُون‬


ِ َّ ِ ۗ َ‫ْع ِسنِين‬ َ ‫غلَبِ ِه ْم‬
َ ‫ض َوهُم ِم ۢن بَ ْع ِد‬ ِ ‫ى أَ ْدنَى ْٱْل َ ْر‬ ٓ ِ‫ ف‬. ‫ٱلرو ُم‬ ُّ ‫ت‬ ُ . ‫ا ٓل ٓم‬
ِ َ‫غ ِلب‬
‫ٱلر ِحي ُم‬
َّ ‫يز‬ ُ ‫شا ٓ ُء ۖ َوه َُو ْٱل َع ِز‬
َ َ‫ص ُر َمن ي‬ ِ َّ ‫ص ِر‬
ُ ‫ٱَّلل ۚ يَن‬ ْ َ‫ ِبن‬. َ‫قَ ْب ُل َو ِم ۢن بَ ْعدُ ۚ َويَ ْو َمئِ ٍذ يَ ْف َر ُح ْٱل ُمؤْ ِمنُون‬

Artinya: "Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-
lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa
Romawi) itu bergembiralah orangorang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia
menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang"
Dengan turunnya ayat ini, kaum muslimin merasa lega dan bangkit kembali
semangatnya karena mereka yakin akan kebenaran berita itu. Beberapa tahun
kemudian, terbuktilah kemukjizatan al-Alquran sebagai suatu kebenaran tentang berita
yang dikabarkannya. Dalam kisah ini, letak kemukjizatan al-Alquran ditunjukkan
bahwa kebenaran isi Alquran tidak dapat diragukan lagi.
Dalam referensi lain, sebagaimana dinyatakan dalam Mabâhits fî Ulûm al-Quran karya
Manna al-Qatan diuraikan bahwa macam-macam qashash yang disampaikan dalam
alAlquran ada tiga,
1) kisah nabi-nabi
2) kisah yang berkenaan dengan orang-orang di masa lampau yang tidak tergolong nabi
3) peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Nabi:

1. Kisah para Nabi Kisah ini mengandung ajakan dakwah kepada kaumnya, mukjizat-
mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada mereka untuk memperkuat kenabian
(kerasulan)-nya, fase dakwah dan perkembangannya, balasan untuk orang-orang yang
menentangnya maupun bagi orang-orang yang beriman, seperti dalam kisah Nabi Nuh,
Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Harun,Nabi Muhammad, dan lain-lain.
2. Kisah al-Alquran yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa di masa lampau dan
orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya Misalnya kisah Talut dan Jalut, dua
orang putera Nabi Adam, kisah ashabul Kahfi, Zulkarnain, Qarun, kisah Maryam, ashab
al-Ukhdud, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
Rasulullah Saw.
Beberapa kisah yang dijadikan contoh misalnya, perang badar, perang uhud (dalam
surat Ali Imran), perang hunain dan Tabuk (dalam surat at-Taubah), perang ahzab
(dalam surat al-Ahzab), peristiwa hijrah, peristiwa isra’ mi’raj, dan lain-lain

7
C. HIKMAH QASHASH

Hikmah Mengetahui Kisah Kisah Dalam Alquran

Al-Quran mempunyai banyak hikmah, diantaranya:


1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok pokok syariat
yang di bawa oleh para Nabi.

2. Meneguhkan hati Rasulullah SAW dan hati Umat Muhammad SAW atas agama
Allah SWT, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran
dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.

3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta


mengabadikan jejak dan peninggalannya.

4. Menampilkan kebenaran Muhammad SW dalam dakwahnya dengan apa yang di


beritakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan
generasi.

5. Menyingkap kebohongan ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan semula


yang mereka sembunyikan, kemudian menantang mereka dengan menggunakan
ajaran kitab mereka sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu di ubah dan di
ganti.

6. Kisah termasuk bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar
mempengaruhi jiwa. Firman Allah: “sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat
pelajaran bagi orang orang yang berakal” (QS. yusuf: 111).
D. KISAH ISRAILIYAT

Kitab Zabur juga menjadi satu-satunya referensi yang memiliki otoritas mutlak untuk
dijadikan pedoman hingga datangnya Nabi Isa as. Pada masa kenabian Isa, Allah
memberinya kitab suci Injil yang tujuannya juga sama dengan dua kitab sebelumnya,
yaitu sebagai pedoman dalam beragama dan sumber hidayah. Tiga kitab suci di atas
terus dijadikan pegangan oleh para pengikutnya. Akan tetapi, seiring berjalannya
waktu, tidak sedikit dari mereka yang berani memodifikasi tiga kitab suci ini hanya
untuk kepentingan duniawi saja

mengisahkan ulama-ulama Yahudi pada masa Nabi Musa yang berani merubah kitab
Taurat. Misalnya, yang awalnya haram dirubah menjadi halal, yang halal menjadi
haram. Hal ini mereka lakukan tidak lain selain untuk kepentingan duniawi saja. (Syekh
Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidati was Syari’ati wal Aqidati wal Manhaji, [Damaskus,
Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua: 1418 H), juz I, halaman 201).
Dengan inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Nabi Muhammad melarang
untuk langsung meriwayatkan kisah (riwayat israiliyat), yang diceritakan oleh ahli
kitab, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

‫اَّلل َو َما أ ُ ْن ِز َل إِلَ ْينَا‬ ِ ‫ص ِدقُوا أَ ْه َل ْال ِكتَا‬


ِ َّ ِ‫ قُولُوا آ َمنَّا ب‬:‫ب َوَّل تُك َِذبُو ُه ْم َو‬ َ ُ ‫َّل ت‬

Artinya, “Janganlah kalian membenarkan ahli kitab, dan jangan (pula) kalian
menyalahkan mereka. Katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami.’” (HR Abu Hurairah)
Sunnatullah Kolomnis Sebelum ajaran Islam datang, yang ditandai dengan diutusnya
Nabi Muhammad saw kemudian meneriman Al-Qur’an sebagai mukjizat sekaligus
pedoman dalam menjalankan syariat-syariat Islam, jauh sebelum itu sudah ada tiga
kitab samawi yang Allah turunkan kepada para nabi sebelum Rasulullah. Pada masa
diutusnya Nabi Musa as, Allah memberinya kitab suci Taurat untuk dijadikan pedoman
dan sumber hidayah bagi kaumnya. Kitab ini menjadi satu-satunya referensi pada masa
itu yang terus dibaca dan dipedomani. Ini terus berlanjut hingga sampai pada masa Nabi
Daud as. Sebab, pada masa itu, Allah memberinya kitab suci Zabur, yang tujuannya
tidak jauh berbeda dengan kitab yang diterima Nabi Musa
ADVERTISEMENT Kitab Zabur juga menjadi satu-satunya referensi yang memiliki
otoritas mutlak untuk dijadikan pedoman hingga datangnya Nabi Isa as. Pada masa
kenabian Isa, Allah memberinya kitab suci Injil yang tujuannya juga sama dengan dua
kitab sebelumnya, yaitu sebagai pedoman dalam beragama dan sumber hidayah.

9
Tiga kitab suci di atas terus dijadikan pegangan oleh para pengikutnya. Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu, tidak sedikit dari mereka yang berani memodifikasi tiga kitab suci ini
hanya untuk kepentingan duniawi saja, sebagaimana firman Allah swt, yaitu:

ً ‫َّللا ِل َي ْشت َُروا ِب ِه ثَ َمنًا قَ ِل‬


‫يًل فَ َو ْي ٌل لَ ُه ْم ِم َّما‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل َّلذِينَ َي ْكتُبُونَ ْال ِكت‬
ِ َّ ‫َاب ِبأ َ ْيدِي ِه ْم ث ُ َّم َيقُولُونَ َهذَا ِم ْن ِع ْن ِد‬
‫ت أَ ْيدِي ِه ْم َو َو ْي ٌل لَ ُه ْم ِم َّما يَ ْك ِسبُون‬
ْ َ‫َكتَب‬

Artinya, “Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tanga mereka
(sendiri), kemudian berkata, ‘Ini dari Allah,’ (dengan maksud) untuk menjualnya
dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan
celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” (QS Al-Baqarah [2]: 79).
Baca Juga Sejarah Munculnya Kaum Bani Israil Menurut Syekh Wahbah bin Musṭafa
az-Zuhaili, ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa mengubah kitab-kitab suci (Taurat,
Zabur, Injil) sangat haram. Selain itu, ayat ini juga mengisahkan ulama-ulama Yahudi
pada masa Nabi Musa yang berani merubah kitab Taurat. Misalnya, yang awalnya
haram dirubah menjadi halal, yang halal menjadi haram. Hal ini mereka lakukan tidak
lain selain untuk kepentingan duniawi saja. (Syekh Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidati
was Syari’ati wal Aqidati wal Manhaji, [Damaskus, Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua:
1418 H), juz I, halaman 201).
Dengan inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Nabi Muhammad melarang
untuk langsung meriwayatkan kisah (riwayat israiliyat), yang diceritakan oleh ahli
kitab, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

‫اَّلل َو َما أ ُ ْن ِز َل ِإلَ ْينَا‬ ِ ‫ص ِدقُوا أَ ْه َل ْال ِكتَا‬


ِ َّ ‫ قُولُوا آ َمنَّا ِب‬:‫ب َوَّل تُك َِذبُو ُه ْم َو‬ َ ُ ‫َّل ت‬

Artinya, “Janganlah kalian membenarkan ahli kitab, dan jangan (pula) kalian
menyalahkan mereka. Katakanlah, ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami.’” (HR Abu Hurairah).
ADVERTISEMENT Hadits di atas menjadi sebuah representasi mutlak untuk
menghindari kesalahan-kesalahan dalam menceritakan kisah para nabi sebelum Nabi
Muhammad. Selain itu, hadits ini untuk menjadi alternatif agar terhindar dari kesalahan
riwayat, bahwa jalan terbaiknya adalah tidak berkomentar tentang kisah-kisah yang
disampaikan ahli kitab, memilih diam dan mengatakan bahwa kita hanya iman kepada
Allah dan apa yang turun dari-Nya. Selain penjelasan di atas, penting bagi penulis untuk
menjelaskan tentang beberapa sebab yang melatar belakangi masuknya riwayat tersebut
dalam diskursus kajian ilmu tafsir, agar kita tahu awal mula kisah-kisah tersebut.
Munculnya Kisah Israiliyat Imam Allamah Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad yang
kemudian lebih populer (popular) dengan sebutan Imam Ibnu Khaldun (wafat 808 H), dalam
kitab muqaddimahnya menjelaskan bahwa penyebab itu tidak lain karena Al-Qur’an
diturunkan kepada suku Arab padang pasir yang mayoritas penduduknya bukan ahli membaca
dan menulis. Sementara Al-Qur’an sebagai kitab samawi terakhir, yang mengisahkan
kehidupan para nabi dan umat terdahulu melalui lisan Rasulullah yang mulia. Hanya saja,
Al-Qur’an tidak menyebutkan kisah mereka dengan terperinci dan mendetail. Misalnya,
keberadaan surga, jenis pohon yang buahnya tidak boleh dimakan Nabi Adam dan Siti Hawa,
kisah-kisah yang ada dalam Kitab Taurat, serta kisah para nabi sebelum Nabi Muhammad.
Menurut Imam Ibnu Khaldun, keadaan seperti itu secara alami membuat para sahabat, misalnya
Ibnu Abbas dan Abu Hurairah memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk tahu lebih
mendalam tentang kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an tentang israiliyat tersebut.
Dan, yang menjadi sasaran pertanyaan para sahabat saat itu adalah orang-orang ahlu kitab yang
saat itu belum masuk Islam, misalnya Abdullah bin Salam, Ka’bul Akhbar, dan Wahab bin
Munabbih. Kendati pun cerita itu dari orang-orang yang mulanya menjadi ahlu kitab, para
sahabat tidak langsung menerima kisah-kisah dan isi Kitab Taurat yang mereka sampaikan.
Bahkan, para sahabat tidak segan-segan menegur mereka ketika tidak sesuai dengan hadits
Rasulullah kemudian menjelaskan yang benar, seperti yang dilakukan oleh sahabat Abu
Hurairah kepada Ka’b al-Akhbar dan Abdullah bin Salam. Hal ini para sahabat lakukan tidak
lain selain bentuk kehati-hatian mereka dalam menerima kabar-kabar umat terdahulu,
sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah di atas, bahwa Nabi Muhammad tidak sepenuhnya
membenarkan tidak pula menolak secara keseluruhan. Kisah-kisah yang sesuai dengan wahyu
yang disampaikan oleh Rasulullah mereka terima dan tidak ditolak sedikit pun, begitu juga
kisah yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Rasulullah mereka tolak. Sedangkan
alasan tidak langsung membenarkan adalah khawatir apa yang mereka sampaikan merupakan
kisah-kisah yang sudah terdistorsi, begitu juga tidak langsung menolak karena bisa saja ada
kemungkinan kisah itu masih utuh dan benar.
Demikian riwayat perihal awal mula tersebarnya kisah-kisah israiliyat. Secara umum, kisah ini
sebenarnya sahih dan benar sesuai dengan apa yang terjadi pada masa dahulu, akan tetapi,
peradaban yang terus berkembang, dengan asimilasi yang semakin plural, kisah ini terdistori
dengan beragam alasan dan keperluan ahli kitab, baik secara personal maupun internal. Dengan
keperluan itu, mereka berani mengubah beberapa kisah yang mereka dapati. Dengan alasan
inilah, Rasulullah dan para sahabat tidak langsung membenarkan apa yang mereka sampaikan.
Beberapa kisah dan riwayat dari mereka menjadi kajian yang intens di antara para sahabat saat
itu. Wallahu a’lam bis shawab

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bacaanmadani.com/2019/09/pengertian-qashash-kisah-dalam-al-quran.html-
Djalal, Abdul H. A. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000
Baqir Hakim, Muhammad. Ulumul Quran. Jakarta: Alhuda, 2012
Manna AL-Qaththan, Syaikh. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Terjemahan Aunur Rafiq
El-Mazni. Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2013
https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/kisah-israiliyat-sejarah-dan-kemunculannya-ii-oeSXZ

Anda mungkin juga menyukai