Anda di halaman 1dari 13

Ahlul Hadits dan Keutamaannya

Siapakah Ulama Ahlul Hadits?


Saudara pembaca, semoga Allah subhanahu wa
ta’ala menganugerahkan hidayah-Nya kepada
kita semua. Begitu banyaknya perselisihan di
kalangan umat islam. Demikian banyaknya
manhaj (metode dalam berpikir, beramal dan
berdakwah) dari kelompok-kelompok yang
hendak memperbaiki umat ini dan semuanya
mengklaim diatas kebenaran, membuat umat
islam semakin bingung siapakah sesungguhnya
yang bisa dijadikan rujukan, tempat bertanya
dan mencari pemecahan masalah dan
problematika umat ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memberikan wasiat sekaligus jalan keluarnya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ‫سيَ َرىَّا ْختِ ََلفًاَّ َكثِ ًيرا‬ ِ ِ ‫فَِإنَّهَّمنَّي ِع‬


َ َ‫شَّم ْن ُك ْمَّبَ ْعديَّف‬
ْ َ َْ ُ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ‫فَ علَْي ُكمَّب‬
َّ‫ين‬
َ ‫ينَّالراشد‬ َ ِّ‫يَّو ُسنةَّالْ ُخلََفاءَّال َْم ْهدي‬
َ ‫سنت‬ ُ ْ َ
‫اج َِّذ‬
ِ ‫ُّواَّعلَْي َهاَّبِالن و‬
َ َ ‫اَّو َعض‬ ِ
َ ‫تَ َمس ُكواَّب َه‬
“Sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang
hidup sepeninggalku nanti niscaya akan melihat
perselisihan yang begitu banyak (dalam
memahami agama ini). Oleh karena itu, wajib
bagi kalian untuk berpegang teguh dengan
sunnahku (jalanku) dan sunnah Khulafa` Ar
Rasyidin yang terbimbing. Berpegang teguhlah
dengannya. Gigitlah ia dengan gigi-gigi
geraham kalian.” (HR. Abu Dawud, At
Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah, dan
lainnya. Dari shahabat Al Irbadh bin Sariyah
radhiyallahu ‘anhu. Shohih, lihat Irwa`ul
Ghalil, hadits no. 2455)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
telah mengabarkan tentang sekelompok orang
dari umat ini yang beliau memujinya dan
merekomendasikannya, dengan sabdanya:

ِ ِ ِ ِ ُ ‫الَ َّتَ ز‬
ََّ‫ْح ِّق َّال‬
َ ‫َّعلَى َّال‬
َ ‫ين‬ َ ‫ال َّطَائ َفةٌ َّم ْن َّأُمتي َّظَاه ِر‬ َ
َّ‫وم‬
َ ‫َّحتى َّتَ ُق‬
َ ‫َّخالََف ُه ْم‬
َ ‫َّم ْن‬
َ َ‫َّو َّال‬
َ ‫َّخ َذلَ ُه ْم‬
َ ‫َّم ْن‬
َ ‫ض ُّرُه ْم‬
ُ َ‫ي‬
ُ‫اع َّة‬
َ ‫الس‬
“Senantiasa ada dari umatku sekelompok orang
yang menampakkan di atas al haq (kebenaran),
tidak memudharatkan mereka orang-orang
yang mencerca mereka dan tidak pula orang-
orang yang menyelisihi mereka sampai hari
kiamat.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad,
Abu Dawud dan yang lainnya, dari shahabat
Tsauban radhiyallahu ‘anhu)
Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak
rahimahullah (wafat tahun 181 H) berkata,
“Menurutku mereka adalah ulama ahlul hadits.”
(Atsar Shahih, Al-Khothib Al-Baghdadi,
Syarafu Ashabil Hadits, 62)
Al-Imam Ali bin Al-Madini rahimahullah
(wafat tahun 234 H) berkata, “Mereka itu adalah
ulama ahlul hadits.” (Atsar Shahih, At-
Tirmidzi, As-Sunan, 4/485)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
(wafat tahun 241 H) berkata, “Jika golongan
yang mendapat pertolongan itu bukan ulama
ahlul hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa
mereka itu” (maksudnya tidak mungkin yang
lain lagi, pen). (Atsar Shahih, Al-Hakim,
Ma’rifah Ulumul Hadits, 3)
Al-Imam Ahmad bin Sinan rahimahullah
(wafat tahun 256 H) berkata, “Mereka adalah
ahlul ilmu dan ulama atsar.” (Atsar Shahih, Abu
Hatim, Qiwamus Sunnah fil Hujjah, 1/246)
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah (wafat
tahun 256 H) berkata, “Yakni (mereka tersebut,
pen) ulama ahlul hadits.” (Atsar Shahih, Al-
Khothib Al-Baghdadi, Syarafu Ashabil Hadits,
62)

Sejarah Ulama Ahlul Hadits


Sesungguhnya sudah cukup jelas dan terang
telah ditetapkan berdasarkan dalil-dalil yang
qath’i, bahwa ulama ahlul hadits adalah
golongan yang sudah ada semenjak zaman
kenabian. Awal mula mereka adalah para
shahabat radhiyallahu ‘anhum.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah (wafat
tahun 852 H) berkata: “Ulama ahlul hadits telah
sepakat bahwa shahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu termasuk shahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits.” (Al
Ishabah, 12/68)
Al-Imam Asy-Sya’bi rahimahullah (seorang
imam besar tabi’in/murid shahabat, wafat tahun
110 H) berkata: “Apa yang akan aku hadapi dan
apa yang akan aku tinggalkan, tidaklah aku
berbicara kecuali dengan apa yang telah
disepakati ulama ahlul hadits.” (Adz-Dzahabi,
Tadzkiratul Huffazh, 1/83)
Al-Imam Ad-Dahlawi rahimahullah berkata:
“Didalamnya terdapat dalil yang jelas dan
terang bahwa para shahabat radhiyallahu
‘anhum merupakan generasi yang pertama kali
digelari dengan ulama ahlul hadits, karena Asy-
Sya’bi rahimahullah telah menjumpai lima
ratus orang shahabat radhiyallahu ‘anhum dan
mengambil ilmu (hadits) dari mereka. Oleh
karena itulah, ia menyebut mereka dengan gelar
tersebut dengan ucapannya, “Tidaklah aku
berbicara kecuali dengan apa yang telah
disepakati ulama ahlul hadits (para shahabat
radhiyallahu ‘anhum).” (Tarikh Ahli Hadits,
25)
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapatlah
diketahui bahwa para shahabat radhiyallahu
‘anhum generasi yang pertama kali dijuluki
sebagai “ulama ahlul hadits”. Para tabi’in dan
para pengikutnya pun menyebut mereka sebagai
ulama ahlul hadits. Senantiasa nama yang mulia
ini dilekatkan pada ulama ahlul hadits dari
generasi ke generasi sampai masa kita ini.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamïn…

Keutamaan-keutamaan Ulama Ahlul Hadits


1. Ulama Ahlul Hadits adalah Al-Firqatun
Najiyyah (kelompok yang selamat) dan Ath-
Thaifah Al-Manshurah (kelompok yang
mendapat pertolongan)
Ini berdasarkan hadits Tsauban radhiyallahu
‘anhu di atas, hadits ini menguatkan keberadaan
satu golongan yang akan tertolong sepanjang
masa. Golongan ini adalah para ulama ahlul
hadits (sebagaimana keterangan diatas) yang
selamat dari perpecahan, perselisihan, dan
kerugian di dunia, serta selamat dari panasnya
api neraka yang merupakan tempat kembalinya
tujuh puluh dua golongan yang lain.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
َّ‫ين َّفِرقَةً َّ ُكلُّ َها َّفِي‬ ِ ٌ‫َّه ِذهِ َّاْألُمةُ َّثََلَثَة‬
َ ‫تَ ْفتَ ِر ُق‬
َ ‫َّو َس ْبع‬
َ
َّ‫ال‬
َ َ‫َّالف ْرقَةَُّ؟َّق‬ِ ‫ْك‬ َ ‫َّوَماَّتِل‬:َّ‫وا‬ ِ ‫النا ِرَّإِال‬
َ ُ‫» قَال‬.ٌ‫َّواح َد َّة‬ َ
»‫حابِي‬ ِ َ َ‫َّعلَىَّماَّأَن‬
َ ‫َص‬ ْ ‫َّوأ‬
َ ‫اَّعلَْيهَّالْيَ ْوَم‬ َ َ ‫َّ«َّ َم ْنَّ َكا َن‬:
“…Umatku ini akan terpecah menjadi 73
golongan, semuanya akan masuk An-Nar
(neraka), kecuali satu.” Para shahabat bertanya:
“Siapakah golongan tersebut, wahai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang kondisinya
seperti kondisiku dan kondisi para shahabatku
pada hari ini” (yakni kondisi keberagamaan
mereka atau cara memahami agama mereka,
pen). (HR. At-Thabarani, Ash-Shaghir, 1/256)
karena semua kelompok tersebut (kecuali satu)
telah keluar dari jalan Al-Haq, sehingga mereka
sesat dan menyesatkan.
Ibnu Muflih rahimahullah berkata: “Ulama
ahlul hadits adalah golongan yang selamat,
orang-orang yang berdiri diatas kebenaran.”
(Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 3/237)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
(wafat tahun 728 H) berkata: “Jika sifat
golongan yang selamat itu (adalah) mengikuti
para shahabat di masa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam -dan itu merupakan syi’ar
Ahlus Sunnah-, maka golongan yang selamat itu
adalah Ahlus Sunnah.” (Minhajus Sunnah,
3/457)
2. Imam Ulama Ahlul Hadits adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang
artinya):
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu)
Kami panggil tiap umat bersama pemimpin
mereka.” (Al-Isra`: 71)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat
tahun 774 H) berkata: “Sebagian salaf
mengomentari ayat diatas: “Ini adalah sebesar-
besar kemuliaan untuk ashabul hadits (ulama
ahlul hadits), karena imam mereka adalah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Al-
Qur`an, 2/56)
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 204
H) berkata: “Apabila aku melihat seseorang dari
ulama ahlul hadits seakan-akan aku melihat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih
hidup.” (Atsar Shahih Al-Baihaqi, Manaqib Al-
Imam Asy-Syafi’i, 1/477)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata: “Aqidah ulama ahlul hadits adalah
sunnah yang murni, karena itu merupakan
keyakinan yang benar yang berasal dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Minhajus
Sunnah, 4/59-60)
Beliau rahimahullah juga berkata: “Ciri-ciri
paling minimal yang terdapat pada ulama ahlul
hadits ialah mencintai Al-Qur`an dan Hadits,
membahas dan mendalami makna-makna
keduanya, beramal dengan apa yang telah
mereka ketahui dari keduanya. Dan fuqaha`
hadits lebih mengerti dan berpengalaman
tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari fuqaha` selain mereka.” (Majmu’
Fatawa, 4/95)
3. Wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
agar memuliakan, menghormati dan mencintai
Ulama Ahlul Hadits
Dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri
radhiyallahu ‘anhu, apabila melihat seorang
penuntut ilmu -yakni ulama ahlul hadits- ia
berkata: “Marhaban! Selamat bergembira
dengan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (Atsar Hasan, riwayat At-Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan yang lainnya)
Beliau radhiyallahu ‘anhu juga berkata:
“Marhaban dengan wasiat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam! Adalah dahulu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mewasiati kami tentang kalian.” (Atsar Hasan,
Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1/88)
Amir bin Ibrohim rahimahullah berkata:
“Adalah shahabat Abud Darda` radhiyallahu
‘anhu apabila melihat penuntut ilmu ia
mengatakan, “Marhaban dengan penuntut ilmu!
Dan ia mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berwasiat
tentang kalian.” (Atsar Hasan, Ad-Darimi
dalam Al-Musnad, 1/99)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
berkata: “Barangsiapa mengagungkan ulama
ahlul hadits, maka ia akan menjadi besar di mata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
barangsiapa yang merendahkan mereka, maka
ia akan jatuh dan hina di mata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ulama
ahlul hadits adalah para penyampai berita beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (dinukil oleh
Ibnul Jauzi rahimahullah dalam Manaqib Al-
Imam Ahmad bin Hanbal, 180)
4. Kebenaran bersama Ulama Ahlul Hadits
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
“Wajib bagi kalian mengikuti ulama ahlul
hadits karena merekalah manusia yang paling
banyak benarnya.” (Atsar Shahih, Adz-Dzahabi
dalam As-Siyar, 14/197)
Beliau rahimahullah juga berkata:
“Barangsiapa yang mempelajari Al-Qur`an,
maka besarlah nilainya. Dan barangsiapa yang
memperhatikan ilmu fiqih, maka mulialah
kedudukannya. Dan barangsiapa yang menulis
hadits, maka kuatlah hujjah-nya.” (Atsar
Shahih, Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal, 324,
dan Manaqib Al-Imam Asy-Syafi’i, 1/281)
Al-Walid Al-Karabisi rahimahullah berkata:
“Wajib atas kalian berpegang dengan apa yang
dipegang ulama ahlul hadits. Sesungguhnya aku
melihat kebenaran itu selalu bersama mereka.”
Ad-Dahlawi rahimahullah berkata: “Kebenaran
itu bersama ulama ahlul hadits dan mereka
adalah golongan yang selamat.” (Tarikh Ulama
ahlul hadits, 130)
5. Ulama Ahlul Hadits adalah Pengayom dan
Penjaga Agama
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah
(salah seorang ulama tabi’ut tabi’in, wafat tahun
161 H) berkata: “Para malaikat adalah penjaga-
penjaga langit, sedangkan ulama ahlul hadits
adalah para penjaga bumi.”
Yazid bin Zura’i rahimahullah berkata: “Setiap
agama memiliki para penjaga, dan penjaga
agama ini adalah ulama asanid (yakni ulama
ahlul hadits).” (Atsar Hasan, dinukil oleh Al-
Imam Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullah
dalam Syarafu Ashabil Hadits, 91)
6. Empat Imam Madzhab adalah ulama (ahlul)
hadits
• Al-Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin
Tsabit Al-Kufi rahimahullah (wafat tahun
150 H)
• Al-Imam Abu Abdillah Malik bin Anas Al-
Ashbahani rahimahullah (wafat tahun 179
H)
• Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin
Idris Asy Syafi’i rahimahullah (wafat tahun
204 H)
• Al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal
Asy-Syaibani rahimahullah (wafat tahun
241 H)
7. Kecintaan terhadap Ulama ahlul hadits
sebagai Tolok Ukur seorang Ahlus Sunnah wal
Jama’ah (Sunni-Atsari)
Qutaibah bin Sa’id rahimahullah berkata:
“Apabila kamu menjumpai seseorang yang
mencintai ahul hadits, maka ketahuilah
sesungguhnya ia berada diatas sunnah. Dan
barangsiapa menyelisihi hal ini, ketahuilah
bahwa ia adalah seorang ahli bid’ah.” (Atsar
Shahih, Al-Lalikai dalam Al-I’tiqad, 1/67)
Al-Imam Abu Hatim Ar-Razi rahimahullah
(wafat 277 H) berkata: “Ciri-ciri ahlul bid’ah
ialah membenci ahlul atsar (ulama ahlul hadits -
pen).” (Atsar Shahih, Al-Lalikai dalam Al-
I’tiqad, 2/179)
Al-Imam Ahmad bin Sinan Al-Qaththan
rahimahullah (wafat 256 H) berkata: “Tidak
ada di dunia seorang ahlul bid’ah pun kecuali ia
membenci ulama ahlul hadits, maka apabila
seseorang telah terjerumus kedalam perbuatan
bid’ah, maka dicabutlah manisnya hadits dari
hatinya.” (Atsar Shahih, Al-Hakim dalam
Ma’rifah ‘Ulumul Hadits, hal. 5)
Abu Utsman Ash-Shabuni rahimahullah
berkata: “Ciri-ciri ahlul bid’ah sangatlah nyata,
dan yang paling nampak ialah kebencian dan
permusuhan mereka terhadap ulama ahlul
hadits, serta pelecehan mereka terhadap ulama
ahlul hadits.” (Al-I’tiqad, hal. 116)
Penutup
Para pembaca, semoga Allah subhanahu wa
ta’ala menanamkan kepada kita kecintaan
kepada ilmu hadits, para ulama ahlul hadits, dan
orang-orang yang senantiasa berusaha meniti
jejak mereka, menilai, menimbang,
memutuskan, dan mengembalikan segala
permasalahan umat ini kepada ahlinya, yaitu
ulama ahlul hadits, sehingga ucapan dan
amalan-amalan kita terbimbing diatas ilmu.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa
merahmati para ulama ahlul hadits dari
kalangan para shahabat radhiyallahu ‘anhum,
tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan yang setelah mereka
hingga yang ada pada masa kini; mengampuni
kekurangan mereka, dan memasukkan mereka
ke dalam jannah (surga-Nya. Amïn…
Wallahu Ta’ala a’lam bish showab.
https://hidayahulama.wordpress.com/2013/06/2
2/

Anda mungkin juga menyukai