Anda di halaman 1dari 15

SYAIR AIR MATA RATAPAN KARYA IBNU RUMI

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ad-Dirosah Al-Mutaqaddimah

Dosen Pengampu:
Dr. Rizzaldy Satria Wihawa, M.Hum.

Disusun Oleh:
Ramadhan Safrudin
2230090020

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
ABSTRAK
Syair merupakan salah satu cabang sastera Arab yang amat menonjol
dikalangan masyarakat Arab. Baitnya begitu dihayati serta dihargai oleh
masyarakat Arab sejak zaman jahiliah. Penyair begitu dihargai, disanjungi dan
mendapat kedudukan istimewa di kalangan masyarakat Arab. Syair adalah
rangkaian kata- kata yang mengandungi wazan' dan qafiah yang menggambarkan
sesuatu idea. Pada hakikatnya, background kehidupan penyair juga ikut andil
dalam mempengaruhi bentuk keindahan syair yang dibuatnya, oleh sebab itu
menganalisis syair arab dari berbagai aspeknya menjadi hal yang penting.
Makalah ini ingin menyingkap syair terkenal karya Ibnu Rumi, analisis pada
makalah ini meliputi analisis kosa kata penyusun teks syair, analisis yang
mendalam terhadap isi teks syair sehingga menghasilkan pesan dan nasehat yang
dapat diterapkan, hingga analisis terhadap keindahan pemilihan kata-kata
penyusun syair yang ditinjau dari segi ilmu balaghah. Hasil pembahasan
menunjukkan bahwa dalam makalah ini ditemukan syair ratapan Ibnu Rumi yang
terkenal, Penyair ini menetapkan di awal baitnya bahwasanya tangisan itu dapat
meringankan dalamnya kesedihan meskipun dia tidak berfaedah untuk
mengembalikan anak tercintanya yang direnggut oleh kematian penyair ini
menjadikan kedua matanya sebagai lawan bicara dia meminta kepada matanya
agar menumpahkan air mata lebih banyak lagi karena dia telah kehilangan anak
yang di cintainya yang di mana kedudukan antara kedua matanya dan anaknya
sama-sama di cintai kemudian penyair ini menelaah tabiat kematian dan sikap
kerasnya kematian tersebut kepada dirinya maka sang penyair berkata :
sesungguhnya kematian itu telah memetik merenggut anaknya yang tengah, anak
yang tengah ini di gambarkan seperti kalung emas yang ditengahnya di simpan
permata yang paling indah kemudian dia merasakan satu penyesalan yang
mendalam karena berpisah selama lamanya dengan anaknya setelah anaknya di
ambil oleh kematian kemudian dia menjadi jauh dari anaknya tidak bisa melihat
anaknya lagi padahal kuburanya dekat di sebelahnya, sungguh kematian itu telah
mewujudkan ancamanya dengan mencabut nyawa ankanya adapun harapan-
harapan itu telah mengingkari janjinya dan harapan-harapan itu lenyap yang di
mana dia telah menggantung harapan-harapan itu kepada anaknya. Kemudian
penyair ini menutup syair kesedihanya itu dengan ucapan penghormatan kepada
anaknya, dia berharap semoga anaknya mendapatkan penghormatan, doa dan
keberkahan dari setiap hujan yang turun, hujan yang deras yang membawa awan
yang mendung yang di sertai dengan gemuruh dan petir.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
A. Pendahuluan….................................................................................................................1
B. Hasil………………..........................................................................................................2
C. Pembahasan…..................................................................................................................3
a. Makna Kosa Kata dan Struktur Kebahasaan……........................................................3
b. Penjelasan Teks Syair……...........................................................................................5
c. Analisis Mendalam terhadap Teks Syair.....................................................................6
d. Soal Latihan dan Jawaban…….....................................................................................7
D. Kesimpulan…….............................................................................................................11

ii
A. Pendahuluan
Penyair dari syair ini bernama Ali bin Abbas, lahir di Baghdad pada tahun 221
H, dan tinggal di kota tersebut sepanjang hidupnya. Ayahnya orang berkebangsaan
Romawi, ibunya orang berkebangsaan Persia. Akan tetapi budaya atau wawasanya
adalah wawasan Arab Islam, sungguh beliau telah mendambakan kepada wawasan
tersebut berbagai wawasan selain wawasan kearaban yang berpengaruh terhadap
selera sastra Ibnu Rumi.
Beliau terkenal dengan tasya’um dan tatoyyur. Jika ada tamu yang datang, dia
akan bertanya nama mereka sebelum membuka pintu. Jika nama mereka menyiratkan
hal-hal buruk, dia tidak akan membuka pintu. Jika nama mereka menyiratkan hal-hal
baik, dia akan menerimanya dan menyambutnya dengan gembira. Di antara kisah
tentang tatoyyur Ibnu Rumi adalah bahwa beliu memiliki seorang rekan yang
merupakan tokoh pemerintahan pada saat itu merindukan Rumi dan ingin bertemu
denganya kemudian dia mengutus seorang pembantu untuk menemui Rumi dan
menyampaiakn pesan undangan kepada Rumi agar berkenan datang menemui
rekanya tetapi karena seorang utusan itu bernama Iqbal ( ‫ )إقب ال‬maka Ibnu Rumi
menyuruhnya pulang karena nama Iqbal itu klau di balik menjadi labaqo ( ‫ )ال بقاء‬tidak
kekal atau binasa. Dan sungguh Ibnu Rumi itu mengalami banyak cobaan dalam
kehidupan keluarganya, ayahnya meninggal dalam kondisi dia masih kecil kemudian
ibnuya meninggal dan saudara laki-laki tertuanya meninggal yang di mana saudaranya
ini orang yang mengayomi, melindungi dan merawat dia dalam masa-masa sulit,
setelah itu juga kehilangan tiga anaknya meninggal dan istrinya juga meninggal,
kehilangan ini memberikan pengaruh yang sangat mendalam kedalam kejiwaan Ibnu
Rumi, beliau meninggal tahun 284 H.
Ibnu Rumi adalah seorang penyair yang handal beliau adalah tokoh di antara
tokoh-tokoh penyair pada abad ke-3 Hijriyyah beliau setara dengan Abi Tamam dan
Al-Buhturi dalam level kemampuan bersyair, beliau mempunyai keunggulan dalam
penguasaan makna yang mendalam kemudian penggalan-penggalan Qasidahnya itu
seimbang dari sisi keindahan dan dari sisi kekuatanya dan beliau juga mempunyai
kepiawaian yang sangat jarang sekali dalam jenis Syair wassaf (deskriptif),
sebagaimana beliau jenius dalam syair jenis syaqwa (kesedihan) dan hija’ (sindiran),
dan syair ‘itab (ejekan) dan juga ritsa (ratapan) beliau terpengaruh oleh ilmu filsafat
dan ilmu mantiq. Dan di antara perekataanya :

‫ملا ُت ْؤ ُن الدنيا به من ُص روفهايكون بكاء الطفل س ـ ــاعـ ــة ُي وَل ُد‬


‫ِذ‬
“Disebabkan dunia mengabarkan kepadanya tentang berbagai peristiwa yang akan
terjadi, maka seorang bayi menangis pada waktu dia dilahirkan”

‫ألفسح ممـا ك ــان فـ ـي ــه وأرغ ــد‬ ‫وإال ق ـمــا يبكيه منها وِإ َّن َه ا‬
“Kalau tidak karna itu maka tidak ada yang membuat dia menangis dari dunia ini dan
sesungguhnya dunia itu, sungguh lebih luas dari tempat tinggal dia sebelumnya di
dalam Rahim dan lebih nyaman”

1
‫َذ‬
‫بما سوف يلقى من أذاها م ـهــدد‬ ‫ِإ ا اْبَص َر الدنيا استهل كأنه‬
‫‪“Ketika dia melihat Dunia dia menjerit menangis seolah-olah dirinya, merasa‬‬
‫‪ketakutan terhadap hal-hal yang menyakitkan yang akan dia hadapi di dalam‬‬
‫”‪kehidupan Dunia‬‬
‫‪Sya’irnya itu ditulis dalam sebuah diwan yang memuat nama dirinya. Dan‬‬
‫‪Qasidahnya mengenai ratapan atas meninggal anaknya yang bernama Muhamad‬‬
‫‪merupakan salah satu sya’ir arab yang paling indah, pada Qasidahnya itu dia‬‬
‫‪memasukan perasaan teramat sedih dirinya sehingga sya’ir itu menjadi indah, maka‬‬
‫‪Qasidah itu menjadi Qasidah yang sangat menyentuh dan berkesan di sebabkan‬‬
‫‪muncul dari pengalaman hidup dan juga dari perasaan yang nyata.‬‬

‫‪B. Hasil‬‬
‫‪Teks Syair‬‬

‫فجودا ‪ ،‬فقد أودي نظيركما عندي‬ ‫‪#‬‬ ‫(‪ )۱‬بكاؤكما يشفي وإن كان ال يجدي‬
‫‪ #‬من القوم حبات القلوب على عمد‬ ‫(‪ )۲‬اال قاتل هللا املنايا ورميها‬
‫(‪ )۳‬توخى حمام املوت أوسط صبيتي ‪ #‬فلله كيف اختار واسطة العقد؟!‬
‫ًا‬ ‫ًا‬
‫بعيد على قرب قريب على بعد‬ ‫‪#‬‬ ‫(‪ )٤‬طواه الردى عني فاضحی مزاره‬
‫وأخلفت األمال ما كان من وعد‬ ‫‪#‬‬ ‫(‪ )5‬لقد أنجزت فيه املنايا وعيدها‬
‫إلى صـفـرة الجـادي من حمرة الورد‬ ‫‪#‬‬ ‫(‪ )6‬الح عليه النزف حتى أحاله‬
‫ًا‬
‫تساقط در من نظام بال عقد‬ ‫(‪ )۷‬فيالك من نفس تساقط أنفس ‪#‬‬
‫فلم ينس عهد املهد إذ ضم في اللحد‬ ‫(‪ )۸‬لقد قل بين املهد واللحد لبثه ‪#‬‬
‫وإني ألخفي منك أضعاف ما أبدي‬ ‫(‪ )9‬أالم ملـا أبــدي عـلـيـك مـن األسى ‪#‬‬
‫لقلبي إال زاد قلبي من الوجـد‬ ‫‪#‬‬ ‫(‪ )۱۰‬محمد ماشيء توهم سلوة‬
‫(‪ )۱۱‬وأنت وإن أفردت في دار وحشة ‪ #‬فإني بدار األنس في وحـشـة الفــرد‬
‫ومن كل غيث صادق البرق والرعد‬ ‫‪#‬‬ ‫(‪ )۱۲‬عليك سالم هللا مني تحية‬

‫‪2‬‬
Arti di atas :

(1) Tangisan kamu berdua (wahai air mataku) cukup mengobati meskipun tidak
bermanfaat, maka puaskanlah menangis karna sungguh telah wafat orang yang
berharga seperti kalian berdua di sisiku.
(2) Semoga Allah mengutuk kematian, yang suka merenggut buah hati yang di miliki
oleh suatu kaum secara sengaja.
(3) Kematian telah sengaja merenggut anak tengahku, demi Allah bagaimana bisa
kematian mengambil kalung bagian tengahnya.
(4) Kematian telah menjauhkanku dari pertemuan denganya, padahal dia begitu dekat
tetapi sangat jauh.
(5) Sungguh kematian itu telah memenuhi janjinya, dan harapan-harapan itu telah
mengingkari janjinya.
(6) Aliran darahnya mengalir terus sampai merubah anakku, menjadi berwarna
kekuningan seperti ja’faron yang tadinya merah seperti mawar.
(7) Duhai jiwa betapa telah berguguranya nyawa-nyawa, seperti berguguranya
permata-permata dari kalung yang di lepas talinya.
(8) Sungguh betapa dekat jarak antara buaian dan liang lahat, sehingga anakku tidak
sempat melupan masa buaian tiba-tiba telah di kuburkan di liang lahat.
(9) Aku di cela orang karena aku menunjukan perasaan sedih atas kehilanganmu,
sungguh kesedihan yang aku simpan lebih besar lagi daripada apa yang aku
tunjukan.
(10) Wahai Muhamad anakku tidak ada sesuatupun yang dapat menjadikan hatiku
lupa, melainkan sesuatu itu hanya menambah kuat rasa sedihku.
(11) Dan engkau meskipun engkau kesepian di negri kesendirian, sesungguhnya diriku
di dunia keramaian ini aku merasakan kesepian dan menyendiri.
(12) Dariku doa semoga penghormatan dan keselamatan dari Allah tercurah
kepadamu, dan doa dari setiap tetesan hujan yang di temani oleh gemuruh dan
petir.

C. Pembahasan
a. Makna Kosa Kata dan Struktur Kebahasaan

‫املعاين‬ ‫املفردات‬ ‫الرق‬


‫م‬
Menenangkan
‫ يشفي‬1
Tidak bermanfaat
‫ الجيدي‬2

3
Perbanyaklah air mata
‫ جودا‬3
Mati
‫ أودى‬4
Yang semisal dengan kamu berdua
dalam kedudukanya
‫نظريكما‬ 5
Bermaksud dan menyengaja
‫توخى‬ 6
Maut
‫ محام‬7
Permata yang besar yang di letakan di
Tengah kalung
‫ واسطة العقد‬8
Pertemuan denganya
‫ مزاره‬9
membuktikan
‫ أجنزت‬10
Jama’ dari ‫ منّية‬yang berarti kematian
‫ املنايا‬11
Ancamanya
‫ وعـيـدها‬12
Terus menerus
‫ أحل‬13
Aliran darah
‫ النزف‬14
Merubah dirinya
‫ أحاله‬15
Tanaman saffron yang berwarna kuning
‫ اجلادي‬16
Berguguran : Mati satu persatu
‫تتساقط‬: ‫ تساقط‬17
Mutiara
‫ در‬18
Tali kalung
‫ نظام‬19
Ikatan yang mencegah kalung
berserakan
‫ ُعـقـد‬20
Tetap ada, eksis
‫ لبثه‬21
Dari kesedihanku untukmu
‫ منـك‬22
Disangka
‫ توهم‬23
Bela sungkawa
‫ سلوة‬24
Sedih yang teramat sangat
‫ الوجد‬25
Ditinggalkan sendiri
‫ أفردت‬26
Tanah yang sepi : kuburan
‫ دار وحشة‬27

4
dunia
‫ دار األنس‬28

b. Penjelasan Teks Syair


Penyair ini menetapkan di awal baitnya bahwasanya tangisan itu dapat
meringankan dalamnya kesedihan meskipun dia tidak berfaedah untuk
mengembalikan anak tercintanya yang direnggut oleh kematian penyair ini
menjadikan kedua matanya sebagai lawan bicara dia meminta kepada matanya
agar menumpahkan air mata lebih banyak lagi karena dia telah kehilangan anak
yang di cintainya yang di mana kedudukan antara kedua matanya dan anaknya
sama-sama di cintai kemudian penyair ini menelaah tabiat kematian dan sikap
kerasnya kematian tersebut kepada dirinya maka sang penyair berkata :
sesungguhnya kematian itu telah memetik merenggut anaknya yang tengah, anak
yang Tengah ini di gambarkan seperti kalung emas yang di tengahnya di simpan
permata yang paling indah kemudian dia merasakan satu penyesalan yang
mendalam karena berpisah selama lamanya dengan anaknya setelah anaknya di
ambil oleh kematian kemudian dia menjadi jauh dari anaknya tidak bisa melihat
anaknya lagi padahal kuburanya dekat di sebelahnya, sungguh kematian itu telah
mewujudkan ancamanya dengan mencabut nyawa ankanya adapun harapan-
harapan itu telah mengingkari janjinya dan harapan-harapan itu lenyap yang di
mana dia telah menggantung harapan-harapan itu kepada anaknya. Kemudian
ayahnya menggambarkan betapa mendalam rasa sedihnya di tengah-tengah
kondisi anaknya itu berada di antara hidup dan mati sedang sekarat darah terus-
menerus berkurang sehinggah wajah anaknya menjadi kuning seperti kuningnya
saffron setelah sebelumnya itu wajahnya merah seperti merahnya bunga mawar.
Dan dia merasa keheranan ketika kesehatan anaknya turun drastis dan
menjadi sakit kemudia dia tidak mampu untuk memebela anaknya untuk melawan
penyakit yang diderita oleh anaknya sampai-sampai nyawanya melayang padahal
anaknya itu di usia anak-anak yang sedang lucu-lucunya, seolah-olah di itu baru
juga keluar dari rahim kedalam buaian kemudian di masukan lagi kedalam liang
lahat, apakah ayahnya mampu untuk melawan kenyataan seperti itu? sehingga dia
hanya berusaha bersabar saja akan tetapi kesedihanya itu tidak hilang maka orag-
orang mencela dia karena dia menampakan kesedihan tetapi dia tidak
memperdulikan itu karena sebtulnya apa yang tersimpan dalam hatinya kesedihan
itu jauh lebih besar lagi dari apa yang nampak.
Kemudian dia memanggil anaknya dan mengatakan : wahai Muhammad
anakku tidak ada sesuatu apapun yang dapat meringankan kesedihanku atas
kehilanganmu meskipun orang-orang itu berbelasungkawa kepadaku aku malah
semakin bertambah kesedihanku, apabila engkau anakku sendiri kesepian di
dalam kubur maka engkau sebenarnya telah meninggalkanku dalam keadaan
lebih kesepian lagi di Tengah-tengah keramaian orang.

5
Kemudian penyair ini menutup syair kesedihanya itu dengan ucapan
penghormatan kepada anaknya, dia berharap semoga anaknya mendapatkan
penghormatan, doa dan keberkahan dari setiap hujan yang turun, hujan yang
deras yang membawa awan yang mendung yang di sertai dengan gemuruh dan
petir.

c. Analisis Mendalam terhadap Teks Syair


Jika engkau di hadapkan pada suatu contoh ungkapan mengenai fitrah
Allah dimana Allah menjadikan manusia berada di atas fitrah tersebut yaitu cinta
seorang ayah kepada anak, teks syair ini semua adalah luapan kesedihan ayahnya
yang mencabik cabik hati karena ayah tersebut kehilangan anaknya, semua bait-
baitnya itu matang dengan kesedihan yang mendalam, maka sang ayah ingin
mengungkapkan perasaannya kepada kita mengenai luka hatinya yang berasala
dari kesedihan yang dia alami dan juga perasaan sakit hatinya dia ungkapkan
dengan begitu indah menyentuh jujur dan rapih, Ketika dia berbicara kepada
kedua matanya agar kedua matanya menumpahkan lebih banyak lagi air mata,
kata-kata diksi yang dia gunakan berbagai macam model dalam penggunaan mad
di antaranya dengan memanjangkan Alif dan Ba’ dengan itu semakin terasa
ungkapan kesedihanya, di sela-sela hurufnya yang panjang kitab bisa
mendengarkan dari suaranya itu sayata-sayatan kesedihan seperti ungkapan
‫ بكاؤكما – فجودا – نظيركما يشفي – يجدي – عندي‬kemudia dia meninggikan suaranya
sebagai bentuk kutukan kepada kematian yang begitu tega kepada dirinya dan dia
menyeru kepada kematian “ingatlah semoga Allah mengutuk kematian itu” ini
adalah suatu panggilan yang menghentak karena kematian itu sendiri menimpa
kekasih hatinya, kita tidak akan menemukan suata kata yang begitu mendalam
yang dapat mewakili ungkapan kedalaman cinta dan semangat hidup seperti kata
‫“ حّب ة القلب‬buah hati” dan tidak satu kata yang bisa mewakili suatu ungkapan
mengenai sikap keras melainkan ungkapan ‫“ على عمد‬secara sengaja” kemudian di
kumpulkan dua pengalan kata itu dalam satu bait sehingga ungkapan itu
memeberikan suatu kebengisan dari kematian tersebut sebagaimana dia
menjadikan anak-anak itu dengan ungkapan buah hati dia juga menjadikan
ungkapan anaknya yang tengah itu dengan ungkapan bagian tengahnya kalung,
yang mana bagian tengah kalung itu di ambil dari tempatnya dari leher seorang
wanita cantik terdapat kalung di tengahnya ada intan berlian yang palinng indah,
kemudian ungkapan ini di kuatkan dengan uslub ta’ajub dia mengatakan dalam
syairnya “demi Allah bagaiaman bisa kematian itu mengambil kalung bagian
tengahnya”.
Sang penyair memeberikan kepada kita suatu perhatian akan rasa
penyesalan yang teramat dalam, dia mengungkapkan rasa kesedihanya yang
mendalam itu dengan ungkapan, “Kematian telah menjauhkanku dari pertemuan
denganya, sungguh kematian itu telah memenuhi janjinya, dan harapan-harapan
itu telah mengingkari janjinya…” dia mengungkapkan suatu kalimat-kalimat

6
yang merupakan tetesan-tetesan berupa ungkapan kesedihan luka dan rasa sakit
yang mana ungkapan tersebut akan membawa kita larut dalam kesedihanya.
Penyair ini memunculkan emosi sedihnya dengan mengungkapkan suatu
gambaran imajinatif yang gambaran itu di ungkapakan dengan ungkapan ‫بكاؤكما‬
“tangisan kamu berdua” adalah Isti’arah makniyyah karena dia menyerupakan
kedua matanya dengan kedua orang yang dia ajak bicara, dan rahasia
keindahannya itu dia mendiskripsikan kedua matanya itu dengan sosok manusia.
Kemudia ungkapan ‫ يش في‬adalah Kinayah mengenai suatu ketenangan disertai
adanya air mata karena air mata bisa memadamkan api kesedihan. Kemudian
ungkapan ‫ أودى نظيركم ا عن دي‬adalah Tasybih di mana dia menjadikan kedudukan
anaknya sama dengan kedua matanya sama-sam bernilai. Kemudian ungkapan
‫ توخى حمام املوت أوسط صبيتي‬adalah Isti’arah makniyyah yaitu dia menggambarkan
kematian itu sebagai sosok manusia yang mana manusia itu mengincar anaknya
yang tengah kemudia merenggut anaknya, dan rahasia keindahanya itu adalah
attasykhis yakni menggambarkan kematian sebagai sosok manusia, sebagaimana
dia juga mengungkapkan rasa teramat sangat sedih atas meninggal anaknya.
Ungkapan ‫ واسطة العقد‬adalah Isti’arah tasrihiyyah beliau mentasbihkan anaknya
yang tengah dengan intan permata yang paling berharga yag berada di tengah
kalung kemudian dia membuang musyabbahhnya dan dia menampakan
musyabbah bihnnya dan rahasia keindahnya itu adalah dia memperjelas
pemikiranya itu dengan menggambarkan anak tengahnya dengan intan permata
yang berada di Tengah kalung, sekaligus juga dia menggambarkan bahwa anak
yang paling Tengah itu adalah anak yang paling berharga di antara saudaranya.
Kemudian ungkapan ‫ ط واه ال ّر دى‬adalah Isti’arah makniyyah yakni
menggambarkan betapa kejamnya kematian, kemudian ungkapan ‫أنجزت فيه املنايا‬
‫ وعي دها‬adalah Isti’arah makniyyah dia menggambarkan kematian adalah sosok
orang yang membuktikan ancamanya, dan rahasia keindahnya adalah dia
menggambarkan kematian sebagai sosok manusia, sebagaimana ungkapan itu
juga memeberikan kesan kepahitan dan kesakitan pada diri penyair. Begitu juga
dengan ungkapan‫ – نفس تساقط أنفسا تساقط دّر من نظام بال عقد‬...‫ أخلفت االمال‬adalah
Tasybih tamtsil sang penyair menggambarkan nyawa berpisah dengan jasad
secara bertahap di gambarkan dengan kalung yang di ambil talinya sehingga
isinya berguguran, dan rahasia keindahanya adalah tajsim yakni sesuatu yang
abstrak di gambarkan dengan sosok yang real, kemudia dia memberikan
penjelasan mengenai kejamnya sakit dan betapa sedihnya seorang ayah. ‫دار وحشة‬
adalah Kinayyah tentang kuburan dan ‫ دار أنس‬adalah Kinayyah tentanng dunia.
Lafadz-lafadz nari nash sangat jelas dan dang munasibah sangat relevan
dengan tujuan yang di maksudkan sebagai ungkapan kesedihan dan kebanyakan
ushlub yang digunakan adalah khobariyyah untuk menampilkan rasa duka, tetapi
ada juga di Tengah-tengah Ushlub khabariyyah di sisipkan juga Ushlub insya’
yang menambahkan kekuatan pengaruh dari syair tersebut seperti ungkapan ‫جودا‬
“kuatkanlah tangisan kamu berdua wahai kedua mataku” Ushlub amr tujuanya

7
untuk suatu angan-angan atau harapan, ‫“ كيف اختر واسطة العقد‬bagaimana engkau
memilih kalung bagian tengahnya wahai kematian” Istifham lita’ajjub wa
Tahassur kata tanya untuk kehernan dan penyesalan, dan juga ungkapan ‫ يالك‬,‫فلله‬
adalah Ushlub ta’ajjub wa tahassar, ‫ ماشيء توهم س لوة إال زاد قل بي من الوجـد‬Ushlub
qasr yang bermaksud membatasi.
Dan di antara Ushlub khabariyyah yang menguatkan kepada penunjukan
makna kesedihan adalah ‫ إني بدار األنس في وحشة الفرد‬,...‫ اني ألخفي‬,‫ لقد أنجزت‬di dalam
bait-bait itu mengandung berbagai macam keindahan ilmu badi’ seperti Jinas
naqis. Kemudian ungkapan ‫ واس طة‬- ‫ أوس ط‬untuk memberikan pengaruh kepada
ketukan music karna suaranya yang mirip, kemudian ada tibaq pada ungkapan
‫ لح د‬,‫ بعي د – مه د‬,‫ ق ريب‬semuanya mengisahkan tentang kesediahn penyesalan.
Kemudia muqobalah antara dua penggalan bait yaitu bait ke 5 itu menunjukan
kepada ungkapan terjauh yang bisa di jangkau untuk mengungkapkan perasaan si
penyair mengenai betapa sedihnya betapa dia sangat terkejut dengan kematian
anaknya betapa rasa duka yang dia alami begitu amatlah besar.

d. Soal Latihan dan Jawaban

‫األجوبة‬ ‫الرق األسئلة‬


‫م‬
‫ ملاذا لقب الشاعر بابن الرومي‬1
‫؟‬
‫ مطلع القصيدة يدل على نزعة‬2
‫ وضح‬. ‫ابن ال رومي العقلي ة‬
.‫ذلك‬
‫ ل و جع ل مطل ع القصيدة‬3
‫ًال‬
‫ هل يشفي البكاء ؟ أو‬: ‫تساؤ‬
‫يج دي ال دمع ؟ ف أي املطلعين‬
‫ًا‬
‫من وجه ة نظ رك أك ثر تعب ير‬
.‫عن شدة الحزن ؟ وضح‬
،‫ ابن ال رومي خصب الخي ال‬4
‫ق ادر على أن يحي ل أفكاره‬
‫ًا‬
‫صور مشخصة تث ير‬

8
‫االنفع ال ‪ .‬وضح ذل ك من‬
‫خالل األبيات ( ‪. ) ٦٠٥٠ ٤‬‬
‫قال الشاعر ‪:‬‬ ‫‪5‬‬
‫املوت نق اد على كف ه ج واهر‬
‫يختار منها الجيادا‬
‫ًا‬
‫ه ات من القصيدة بيت يواف ق‬
‫مع نى ال بيت الس ابق‪ ،‬ثم‬
‫اشرحهما‬
‫نلمس في النص صدق‬ ‫‪6‬‬
‫العاطفة‪ .‬ما األلفاظ التي تدل‬
‫على ذلك ؟‬
‫ق الت الخنس اء في رث اء أخيها‬ ‫‪7‬‬
‫صخر‪:‬‬
‫أعي ني ج ودا وال تجم دا أال‬
‫تبكيان لصخر الندى ؟!‬
‫أ‪ .‬وازن بين البيت السابق‬
‫رومي‬ ‫وبيت ابن ال‬
‫( مطل ع القصيدة ) من‬
‫حيث ‪ :‬العصر ال ذي‬
‫قيلت في ه ‪ -‬األس لوب ‪-‬‬
‫موق ف كل منهم ا من‬
‫البكاء وجدواه ‪.‬‬
‫ب‪ .‬أي البيتين أعجب ك ؟‬
‫وملاذا ؟‬
‫اش رح الصورة البالغي ة في‬ ‫‪8‬‬
‫قول ه ( فلل ه كي ف اخت ار‬
‫واس طة العق د )‪ ،‬وبين رأيك‬

‫‪9‬‬
‫فيها ‪.‬‬
‫‪( 9‬ط واه ال ردى ع ني ) بم توحي‬
‫كلم ة ( ط واه) ؟ وم اذا أف ادت‬
‫كلمة ( عني) ؟‬
‫‪ 10‬اخ تر اإلجاب ة الصحيحة ‪ .‬من‬
‫بين األقواس ‪:‬‬
‫‪ -‬ن وع العاطف ة في ه ذه‬
‫القصيدة ‪( ..‬الخ وف ‪-‬‬
‫القلق ‪ -‬الحزن ) ‪.‬‬
‫‪ -‬فق د أودى نظ ير كم ا‬
‫عندي تعبير عالقته بما‬
‫قبل ه ‪ ( ..‬تعلي ل ‪-‬‬
‫توضيح ‪ -‬تفصيل) ‪.‬‬
‫‪ -‬كلم ة والح توحي بـ‪...‬‬
‫( ك ثرة ال نزف‪-‬قس وته‬
‫واس تمراره ‪ -‬الش دة‬
‫والقوة )‪.‬‬
‫‪ -‬يال ك ‪ ،‬أس لوب ‪...‬‬
‫داء ‪-‬‬ ‫( تعجب ‪ -‬ن‬
‫استفهام ) ‪.‬‬
‫‪ -‬الفع ل ( أالم ) ب ني‬
‫للمجه ول لـ ‪ ( ...‬الجه ل‬
‫بالفاع ل – التعميم –‬
‫التحقير) ‪.‬‬
‫‪ -‬حذف حرف النداء من‬
‫( محم د م ا شيء ‪....‬‬
‫للدالل ة على ‪ ( ...‬قرب ه‬

‫‪10‬‬
‫ قرب ه من‬- ‫من مجلس ه‬
‫ه من‬ ‫ قرب‬- ‫املوت‬
.‫نفسه‬
‫ ( م زاره ) في ال بيت‬-
- ‫ مكان‬... ‫الرابع اس م‬
. ) ‫ مفع ول‬- ‫زم ان‬
‫محم د ) تع رب‬
. - ‫ ( منصوب‬... ‫من ادى‬
‫ مب ني على‬- ‫مرف وع‬
) ‫الضم‬
‫ أال قاتل هللا املنايا‬11
‫م ا دالل ة « أال » في العب ارة ؟‬
‫وبم يوحي جمع « املنايا »؟‬

D. Kesimpulan
Penyair dari syair ini bernama Ali bin Abbas, lahir di Baghdad pada tahun 221
H, dan tinggal di kota tersebut sepanjang hidupnya. Ayahnya orang berkebangsaan
Romawi, ibunya orang berkebangsaan Persia. Akan tetapi budaya atau wawasanya
adalah wawasan Arab Islam, sungguh beliau telah mendambakan kepada wawasan
tersebut berbagai wawasan selain wawasan kearaban yang berpengaruh terhadap
selera sastra Ibnu Rumi.
Beliau terkenal dengan tasya’um dan tatoyyur. Jika ada tamu yang datang, dia
akan bertanya nama mereka sebelum membuka pintu. Jika nama mereka menyiratkan
hal-hal buruk, dia tidak akan membuka pintu. Jika nama mereka menyiratkan hal-hal
baik, dia akan menerimanya dan menyambutnya dengan gembira.
Ibnu Rumi adalah seorang penyair yang handal beliau adalah tokoh di antara
tokoh-tokoh penyair pada abad ke-3 Hijriyyah beliau setara dengan Abi Tamam dan
Al-Buhturi dalam level kemampuan bersyair, beliau mempunyai keunggulan dalam
penguasaan makna yang mendalam kemudian penggalan-penggalan Qasidahnya itu
seimbang dari sisi keindahan dan dari sisi kekuatanya dan beliau juga mempunyai
kepiawaian yang sangat jarang sekali dalam jenis Syair wassaf (deskriptif),
sebagaimana beliau jenius dalam syair jenis syaqwa (kesedihan) dan hija’ (sindiran),

11
dan syair ‘itab (ejekan) dan juga ritsa (ratapan) beliau terpengaruh oleh ilmu filsafat
dan ilmu mantiq.

12

Anda mungkin juga menyukai