PENYUSUN:
MARIO PULU
VIERLY KARISIHE
JIMBRIS KIRAMIS
JUAN SASOMBO
DAFTAR ISI:
1. PENDAHULUAN
2. NASKAH PUISI GUGUR
3. PEMBAHASAN PUISI GUGUR
4. KESIMPULAN PUISI GUGUR
Dengan rahmat Tuhan yang maha esa.
Makalah ini di buat dengan tujuan, sebagai tugas praktek
matapelajaran Bahasa Sastra Indonesia, dengan mengkaji puisi dari
salah satu sastrawan, dramawan, dan budayawan asal Indonesia,
WS. Rendra
yang berjudul GUGUR.
GUGUR
Karya W.S. Rendra
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya.
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya.
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
“Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa.
Orang tua itu kembali berkata:
“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
“Alangkah gembur tanah di sini!
Hari pun lengkap malam
ketika ia menutup matanya
Di sini kami akan membahas makna dari puisi GUGUR WS. Rendra
A. Unsur Intristik Puisi Gugur
Tema
Perasaan / Suasana
Dalam puisi Gugur di atas, terasa bahwa sedang dalam keadaan haru,
karena menggambarkan seorang pejuang yang sedang dalam keadaan
sekarat. Ia sangat tangguh, meskipun luka-luka di badannya, ia tak ingin
dibopong menuju kota kesayangannya, Ambarawa, meskipun oleh
anaknya sendiri. Ia terus merangkak menuju kota kesayangannya,
namun maut menjeratnya sebelum ia sampai di kota Ambarawa.
Sebelum meninggal ia berkata “yang berasal dari tanah kembali rebah
pada tanah”, maksudnya yaitu kita tidak boleh sombong, karena pada
hakikatnya kita semua sama, sama-sama berasal dari tanah.
Diksi
Gaya atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata
yang mempersoalkan cocok tidaknya demakaian kata, frasa, atau klausa
tertentu untuk menghadapi hirarki kebahasaan, pilihan kata secara
individual, frasa, atau klausa dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan.
Dalam pemilihan kata puisi yanga berjudul Gugur, W.S. Rendra sangat
cekatan dalam pemilihan katanya, ini dapat dilihat dari stuktur kata yang
digunakan terikat satu sama lain sehingga dapat menarik pmabaca untuk
membaca dan memahami isi puisi tersebut.
Gaya Bahasa
Macam Gaya Bahasa atau Majas dalam puisi Gugur