Anda di halaman 1dari 7

KETENTUAN LOMBA SASTRA PORSENI ANTAR KELAS MTsN

BARRU
A. Baca Puisi
 Setiap kelas hanya boleh mengutus 1 (satu) peserta (PA/PI)
 Peserta wajib membawakan salah satu puisi yang disediakan oleh panitia, tidak boleh
membawakan puisi yang lain
 Urutan tampil akan ditentukan berdasarkan hasil undian yang akan dilakukan sebelum
lomba
 Peserta tidak diperkenankan menyampaikan hal yang lain selain mengucapkan salam
dan membacakan puisi

B. Cipta Cerpen
 Tema cerpen “Madrasah Punya Cerita”
 Cerpen harus original buatan sendiri. Cerpen yang terbukti hasil plagiat/ ciplakan baik
seluruhnya maupun sebagian akan otomatis didiskualifikasi
 Cerpen yang ditulis adalah karya baru yang belum pernah diikutkan dalam lomba
sebelumnya atau yang pernah dijadikan tugas Bahasa Indonesia
 Durasi penulisan 120 menit
 Komputer disediakan oleh panitia
 Panjang maksimal 5 lembar
 Diketik rapi di Microsoft Word, dengan ketentuan :
1. Font : Times New Roman
2. Ukuran judul : 14
3. Ukuran isi : 12
4. Spasi : 1,5
5. Margin : Top =3
Bottom =2
Left =3
Right =2

C. Mendongeng
 Tema dongeng bebas
 Setiap kelas hanya boleh mengutus 1 (satu) peserta (PA/PI)
 Durasi tampil adalah 6 - 10 menit. Setelah 10 menit akan dihentikan
 Urutan tampil akan ditentukan berdasarkan hasil undian yang akan dilakukan sebelum
lomba
 Kostum dan properti disediakan oleh peserta dan boleh dibantu oleh teman sekelasnya.

D. Nyanyi Solo Religi


 Setiap kelas hanya boleh mengutus 1 (satu) peserta (PA/PI)
 Peserta wajib membawakan salah satu lagu yang disediakan oleh panitia, tidak boleh
membawakan lagu yang lain
 Urutan tampil akan ditentukan berdasarkan hasil undian yang akan dilakukan sebelum
lomba
 Peserta tidak diperkenankan menyampaikan hal yang lain selain mengucapkan salam dan
membacakan puisi
E. Tadarrus
 Setiap kelas mengutus tim yang terdiri dari 4 (empat) orang peserta (boleh campur putra
dan putri)
 Pilihan surah ditentukan oleh panitia
 Pengundian dan pencabutan maqra akan dilakukan sehari sebelum lomba
 Pembacaan diawali dengan mengucapkan “Taqobbalallaahu Mingkum” oleh peserta
pertama, kemudian dijawab oleh peserta yang lain dengan mengucapkan “Minna wa
Mingkum Taqobbal yaa Karim”

Pilihan Lagu Religi :

1. Maulana Yaa Maulana


2. Syaikhona
3. Ya Habibal Qalbi
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
Karya : WS. Rendra

Tuhanku,
Wajah-Mu membayang di kota terbakar
dan firman-Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa


Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti


sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku


adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
biarpun bersama penyesalan

Apa yang bisa diucapkan


oleh bibirku yang terjajah?
Sementara ku lihat kedua lengan-Mu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianati-Mu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
GUGUR
Karya : WS. Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua


susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu


lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
" Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata :


"Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya
Karawang Bekasi
Karya : Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi


tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi,
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami


Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat


Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai