Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rifqi Ali Al Sya’bana

Kelas : BSA-3A
NIM : 1860305222032
Email : kepozato21@gmail.com

Sastra Arab Era Jahily

Dalam sejarah dunia, bangsa Arab mempunyai perjalanan sejarah yang


sangat panjang, baik itu dari segi sosial, keagamaan yang tumbuh di Arab ataupun
kesenian dan kebudayaannya. Salah satu tradisi bangsa Arab para era lampau
adalah membuat kesenian, yang di mana kesenian tersebut mempunyai banyak
fungsi salah satunya untuk mengekspresikan pikiran dengan media bahasa. bahasa
yang dirangkai oleh para penggiat seni bukanlah bahasa yang biasa-biasa saja,
akan tetapi mengandung banyak hal yang bisa menggugah rasa dari pendengarnya,
hal ini sebagaimana subtansi dari pengertian susastra yang dikemukakan oleh A.
Teeuw, bahwa susastra adalah tulisan yang baik dan indah.

Sebagaimana kami sebutkan pada paragraf sebelumnya, bangsa Arab


mempunyai tradisi untuk menggalakan kesenian dengan media bahasa yang
diimplementasikan melalui kesusastraan. Dikarenakan keterbatasan keadaan pada
waktu itu, maka bahasa adalah media yang paling populer dalam mengekspresikan
kesenian, bahasa tersebut masih berupa lisan dan sangat sedikit berupa tulisan.
Pada masa sebelum islam tatanan masyarakat sosialnya disebut oleh para
sejarawan dengan masa jahily. Jahiliy mempunyai banyak pengertian salah satunya
adalah al-Jahlu al-Dayyanah al-Shahihah yaitu ketiadaan konsep formal beragama
yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu
kebanyakan masyarakat pada waktu itu mempunyai konsep tentang ketuhanan
sesuai dengan imajinasi penganutnya dan digambarkan melalui patung-patung
sebagai sesembahan mereka.

Kesusastraan Arab era jahiliy mulai berkembang pada abad kelima masehi
hingga masa islam. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Jurji Zaidan dalam
bukunya Tarikh adab al-Lughah al-Arabiyah. Jurji menyebutkan bahwa periode
pertama berlangsung pada masa sebelum abad kelima masehi sampai abad kelima
masehi. pada periode ini pencatatan sejarah sangat minim sehingga sedikit sekali
data mengenai perkembangan bahasa dan sastra pada masa itu. Pada periode
kedua bahasa dan kesusastraan mulai berkembang sebagian tokoh dan karya pada
masa ini dapat dilacak karena ada dokumentasi berbentuk lisan maupun tulisan
yang diwarisi pada masa setelahnya.

Periode Jahiliy kedua berlangsung dari abad kelima masehi hingga


datangnya islam. jenis kesusastraan yang menjadi primadona pada waktu itu adalah
syair dan prosa. dalam pengertian kesusastraan Arab, syair adalah rangkaian kata
yang baik, indah dan memiliki wazan dan qafiyah, sedangkan prosa (natsr) adalah
rangkaian kata yang baik, indah tanpa memiliki wazan dan qafiyah. Dalam literatur
sejarah, syair lebih digandrungi daripada prosa, karena syair pada masa itu sangat
menyihir para pendengar dan menyebabkan natsr kurang berkembang sebagaimana
syair.

Syair Arab mempunyai beberapa tema, hal tersebut lahir dari kondisi sosial,
keadaan geografi, dan iklim dan faktor-faktor lain pada masa itu. beberapa tema
tersebut di antaranya :

1) Fakhr, adalah tema syair yang berkutat pada pujian berbangga kepada
diri sendiri, keberanian, ketinggian nasab atau hal-hal yang dapat
dijadikan hal untuk dibanggakan, kita mengenal dengan nama narsis.

Contoh syair fakhr yang digubahkan ‘Antharah bin Syaddad :

‫ هشيم الرأس مخضوب اليدين‬# ‫وكم من فارس أضحى بسيف‬

‫ وتحجل حوله فربان بين‬# ‫يحوم عليه عقبان المنايا‬

2) Madh, adalah tema syair yang berfokus pada pujian kepada seseorang
dan biasanya berupa kedudukannya, keberaniannya, kecerdasannya,
sopan dan santun nya dan lain sebagainya. Perbedaannya dengan
fakhr adalah fakhr lebih berfokus kepada membanggakan sesuatu.

Contoh syair madh yang digubahkan al-Nabighah al-Dzubyani :


‫ ترى كل ملك دونها يتذبذب‬# ‫ألم تر أن الله أعطاك سورة‬

‫ إذا طلعت لم يبد منهن كوكب‬# ‫فإنك شمس والملوك كواكب‬

3) Ritsa,adalah tema syair yang mengangkat mengenai kesedihan yang


menjadi atau bisa disebut dengan ratapan

Contoh syair ritsa yang digubah al-Khansa :

ّ ‫أرى أ ّم عمرو ال تتم‬


‫ وملت سليمى مضجعي ومكاني‬# ‫ل عيادتي‬

4) Hija’, adalah tema syair yang mengangkat untuk membangkitkan


kemarahan, kebencian, kedengkian, perselisihan, fanatisme,
perpecahan terhadap suatu hal atau sederhananya syair yang
digunakan untuk mengejek dan mengobarkan permusuhan.

Contoh syair hija’ yang digubah oleh Ubaid bin al-Abrash untuk Umru al-Qais :

‫ ولقد أبحنا ما حميت وال مبيح لما حمينا‬# ‫نحن األلى فاجمع جموعك ثم وجههم إلينا‬

5) Ghazal, adalah tema syair yang bertujuan untuk merayu perempuan.


tema ini adalah salah satu bukti bahwa syair Arab ada yang bersifat
feminim.

Contoh syair yang digubah Umru al-Qais :

‫ثم ِهي ِهي وهي َو ِهي‬ ِ ‫ف َِهي ِهي‬


َّ ‫وهي‬

‫بالج َمل‬
ُ ِ‫نى لِي ِم َن ال ُّدنيا ِم َن النَّاس‬
ً ‫ُم‬
6) Hamasah, adalah tema syair yang mengangkat tentang kepahlawanan,
yang bertujuan untuk mengobarkan spirit pasukan untuk maju ke
medan pertempuran.

contoh syair hamasah yang digubah Shafiyyah binti Tsa’labah :

‫العز ال يوم الندم يوم رماح وجياد وخدم‬


ّ ‫اليوم يوم‬

‫المبتسم‬
ْ ‫يوم به األرواح جهرا تصطلم سوف ترى البيض غداة‬

7) Washf, adalah tema syair yang bertujuan untuk menjelaskan atau


mendeskripsikan sesuatu seperti pemandangan, kehancuran,
keindahan alam, dan lain sebagainya :

Contoh syair washf yang digubah Umru al-Qais menjelaskan mengenai hewan yang
ia lihat :

‫ رائبها مصقولة كالسجنجل‬# ‫مهفهفة بيضاء غير مفاضة‬

‫ بناظرة من وحش وجرة مطفل‬# ‫تص ّد وتبدي عن أسيل وتتقى‬

‫ داهى نصحته وال بمعطّل‬# ‫وجيد كجيد الرئم ليس بفاحش‬

Tema-tema tersebut menjadi primadona pada masa jahiliy, dan bahkan


diadakan kompetisi untuk menentukan mana syair terbaik pada waktu lomba
tersebut, kegiatan ini dilakukan di beberapa tempat salah satunya di pasar Ukazh
yang terletak tidak jauh dari kota Mekah. Pagelaran secara publik inilah
menghasilkan karya-karya terbaik, dan untuk menghargai itu diberikan penghargaan
berupa publikasi syair berupa tulisan dan digantungkan di Kakbah, puisi-puisi yang
digantungkan ini dikenal dengan nama al-Mu’allaqat.

Penyair pada masa Jahiliy mempunyai beberapa tokoh yang dapat terlacak
oleh para sejarawan setelahnya, salah satunya adalah Umru al-Qais. ia adalah
seorang anak dari raja yang bernama Hijr, ayahnya adalah seorang raja dari Bani
Asad dan Gathfan yang terletak di Nejd. Umru al-Qais adalah seorang penyair yang
terkenal mempunyai bahasa yang sangat tinggi, ia bahkan mempunyai mu’allaqat
dari karyanya tersebut. Menurut Margaret D. Gibson salah satu sarjanawan pengkaji
kesusastraan timur, Mu’allaqat milik Umru al-Qais menempati posisi pertama dalam
kesusastraan arab pada masa pra-Islam. Umru al-Qais menggubah syair-syairnya
tersebut menggunakan bahasa yang sangat tinggi dan bukan sembarang orang bisa
memahami dari syairnya tersebut. Mu’allaqat Umru al-Qais tersebut masih diajarkan
hingga saat ini di perguruan tinggi Timur-Tengah sebagai salah satu rujukan primer
dalam kegiatan perkuliahan dan bahan ajar, salah satunya ialah Universitas
al-Azhar, Kairo, Mesir. Para sejarawan menemukan bahwa tidak semua karya Umru
al-Qais dapat diselamatkan, hanya beberapa Qasidah saja yang dapat diselamatkan
kemudian pada masa ini didigitalisasi dan disebarkan melalui media digital, salah
satunya internet.

Salah satu contoh syair Umru al-Qais :

‫اله ُم ْو ِم لِتَبْ َتلى‬ ِ ‫َع َل َّي بَِأن‬


ُ ‫ْواع‬ # َ ‫ح ِر أ ْر‬
‫خى ُس ُد ْول ُه‬ ْ ‫الب‬
َ ‫ج‬ ِ ‫َولَّيلِ ك ََم ْو‬

َ ّ‫كل‬
ِ‫كل‬ َ ‫ف إ ْعجازاً َوناَ َء ب‬
َ ‫َوأ ْر َد‬ # ِ ّ‫طى بصل‬
‫به‬ َّ ‫فَقُ لت ل ُه َل ّماَ َت َم‬

َ ‫صباح ِم ْن‬
ِ‫ك بأ ْمثل‬ ُ ‫بصبح َوماَ اإل‬
ِ # َ َ‫الطويل أال‬
‫انجل‬ ُ ‫أالأيُّهاَ اللّ ْي ُل‬

ِ‫ت َبي ْذ َبل‬


ْ ‫ل َمغاَ ِرالفتلِ شُ َّد‬ ُ ‫ب‬
ِّ ‫ك‬ # ‫ج ْو َم ُه‬ َ ٍ‫لك ِم ْن َل ْيل‬
ُ ُ‫كَأ َّن ن‬ َ َ‫فَيا‬

Setelah membaca syair dan terjemahan yang ada, kita dapat simpulkan bahwa tema
puisi ini termasuk al-Wasf yaitu mendeskripsikan sesuatu menggunakan gubahan
syair. pada puisi ini ia mendeskripsikan tentang keindahan malam, dan keadaan
yang sedang dialaminya, yaitu ia dalam keadaan resah akan lamanya waktu malam
berlalu sedangkan ia ingin cepat bertemu dengan waktu pagi, karena menurutnya itu
lebih menenangkan daripada malam.

Anda mungkin juga menyukai