Kelas : BSA-3A
NIM : 1860305222032
Email : kepozato21@gmail.com
Kesusastraan Arab era jahiliy mulai berkembang pada abad kelima masehi
hingga masa islam. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Jurji Zaidan dalam
bukunya Tarikh adab al-Lughah al-Arabiyah. Jurji menyebutkan bahwa periode
pertama berlangsung pada masa sebelum abad kelima masehi sampai abad kelima
masehi. pada periode ini pencatatan sejarah sangat minim sehingga sedikit sekali
data mengenai perkembangan bahasa dan sastra pada masa itu. Pada periode
kedua bahasa dan kesusastraan mulai berkembang sebagian tokoh dan karya pada
masa ini dapat dilacak karena ada dokumentasi berbentuk lisan maupun tulisan
yang diwarisi pada masa setelahnya.
Syair Arab mempunyai beberapa tema, hal tersebut lahir dari kondisi sosial,
keadaan geografi, dan iklim dan faktor-faktor lain pada masa itu. beberapa tema
tersebut di antaranya :
1) Fakhr, adalah tema syair yang berkutat pada pujian berbangga kepada
diri sendiri, keberanian, ketinggian nasab atau hal-hal yang dapat
dijadikan hal untuk dibanggakan, kita mengenal dengan nama narsis.
2) Madh, adalah tema syair yang berfokus pada pujian kepada seseorang
dan biasanya berupa kedudukannya, keberaniannya, kecerdasannya,
sopan dan santun nya dan lain sebagainya. Perbedaannya dengan
fakhr adalah fakhr lebih berfokus kepada membanggakan sesuatu.
Contoh syair hija’ yang digubah oleh Ubaid bin al-Abrash untuk Umru al-Qais :
ولقد أبحنا ما حميت وال مبيح لما حمينا# نحن األلى فاجمع جموعك ثم وجههم إلينا
بالج َمل
ُ ِنى لِي ِم َن ال ُّدنيا ِم َن النَّاس
ً ُم
6) Hamasah, adalah tema syair yang mengangkat tentang kepahlawanan,
yang bertujuan untuk mengobarkan spirit pasukan untuk maju ke
medan pertempuran.
المبتسم
ْ يوم به األرواح جهرا تصطلم سوف ترى البيض غداة
Contoh syair washf yang digubah Umru al-Qais menjelaskan mengenai hewan yang
ia lihat :
Penyair pada masa Jahiliy mempunyai beberapa tokoh yang dapat terlacak
oleh para sejarawan setelahnya, salah satunya adalah Umru al-Qais. ia adalah
seorang anak dari raja yang bernama Hijr, ayahnya adalah seorang raja dari Bani
Asad dan Gathfan yang terletak di Nejd. Umru al-Qais adalah seorang penyair yang
terkenal mempunyai bahasa yang sangat tinggi, ia bahkan mempunyai mu’allaqat
dari karyanya tersebut. Menurut Margaret D. Gibson salah satu sarjanawan pengkaji
kesusastraan timur, Mu’allaqat milik Umru al-Qais menempati posisi pertama dalam
kesusastraan arab pada masa pra-Islam. Umru al-Qais menggubah syair-syairnya
tersebut menggunakan bahasa yang sangat tinggi dan bukan sembarang orang bisa
memahami dari syairnya tersebut. Mu’allaqat Umru al-Qais tersebut masih diajarkan
hingga saat ini di perguruan tinggi Timur-Tengah sebagai salah satu rujukan primer
dalam kegiatan perkuliahan dan bahan ajar, salah satunya ialah Universitas
al-Azhar, Kairo, Mesir. Para sejarawan menemukan bahwa tidak semua karya Umru
al-Qais dapat diselamatkan, hanya beberapa Qasidah saja yang dapat diselamatkan
kemudian pada masa ini didigitalisasi dan disebarkan melalui media digital, salah
satunya internet.
َ ّكل
ِكل َ ف إ ْعجازاً َوناَ َء ب
َ َوأ ْر َد # ِ ّطى بصل
به َّ فَقُ لت ل ُه َل ّماَ َت َم
َ صباح ِم ْن
ِك بأ ْمثل ُ بصبح َوماَ اإل
ِ # َ َالطويل أال
انجل ُ أالأيُّهاَ اللّ ْي ُل
Setelah membaca syair dan terjemahan yang ada, kita dapat simpulkan bahwa tema
puisi ini termasuk al-Wasf yaitu mendeskripsikan sesuatu menggunakan gubahan
syair. pada puisi ini ia mendeskripsikan tentang keindahan malam, dan keadaan
yang sedang dialaminya, yaitu ia dalam keadaan resah akan lamanya waktu malam
berlalu sedangkan ia ingin cepat bertemu dengan waktu pagi, karena menurutnya itu
lebih menenangkan daripada malam.