PROGRAM PASCASARJANA
2022
A. PENDAHULUAN
Islam sebagai agama dan peradaban yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
telah memberikan kontribusi besar pada peradaban dunia, rangkaian penerus setelahnya
yang dikenal sebagai khalifah, meneruskan otoritas politik dan tonggak keislaman. Sejak
masa kekhalifahan, Islam tumbuh menjadi kekuatan budaya dan peradaban serta tradisi
agama yang mengakar, dan berperan penting dalam pembentukan budaya di seluruh
dunia.
Setelah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, Muawiyah dinobatkan sebagai
khalifah pada tahun 40 H./ 660 M. Muawiyah meletakkan sebuah peradaban baru dalam
dunia Islam dan memasuki fase baru dalam sejarah perkembangan politik serta
ketatanegaraan. Pada masa sebelumnya, selama 30 tahun dibangun dengan sistem
pemerintahan yang berbentuk republik, dan pada masa kepemimpinan Muawiyah, mulai
membangun sebuah dinasti besar yang bernama dinasti Bani Umayyah.
Walaupun dibangun dengan pertumpahan darah pada masa awal berdirinya,
dinasti Bani Umayyah berhasil menggoreskan jejak peradaban yang sangat maju, yang
sulit tertandingi pada masa-masa setelahnya bahkan sampai saat ini. Pada masanya, Islam
berkembang sangat pesat sampai hampir ke seluruh dunia. Kekuasaannya meliputi
wilayah-wilayah yang sangat luas, bahkan negara-negara besar saat ini, seperti Iran, Irak,
Saudi Arabiah, Yaman dan lainnya yang hanya merupakan salah satu provinsi
dimasanya.
Bangsa Arab yang dahulu dikenal ummy (buta huruf), berkembang menjadi pusat
kajian ilmu dan intelektualitas. Islam yang lahir di tanah Arab yang tandus, primitif,
nomaden, dan mayoritas keahlian penduduknya hanya berdagang, berubah menjadi kiblat
peradaban di dunia dan mampu menggeser Romawi sekaligus Persia. Kemajuan
peradabannya menghegemoni peradaban-peradaban besar di dunia dan salah satu yang
selalu mengiringi peradaban-peradabannya hingga kini dapat diabadikan adalah karya
sastranya.1
1
Aisa Nur Sasmita.dkk, KESUSASTRAAN PADA MASA DINASTI UMAYYAH, dalam Jurnal Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
yang meliputi dua aspek utama, yaitu pidato dan syair. Perkembangan sastra arab pada
periode umayyah tidak lepas dari peran beberapa kota tempat tumbuh dan
berkembangnya sastra dikota-kota itu: diantara kota-kota itu adalah:
1. Hijaz
Hijaz adalah sebuah dataran tandus yang berfungsi seperti pembatas antara
dataran tinggi Najed dan daerah pesisir yang rendah yaitu Tihamah (dataran rendah)
hanya memiliki 3kota: thaif dan dua kota yang bertetangga, mekkah dan madinah.2
Hijaz juga tidak menutup diri bagi berkembangnya dua peradaban besar saat
itu, yaitu peradaban Persia dan Romawi yunani. Dikota ini tumbuh dan berkembang
teori-teori music baru bagi orang-orang arab. Hijaz juga merupakan lingkungan
berbudaya tempat lahirnya puisi jahiliyah lama. sehingga barang siapa yang mengikuti
dan mempelajari puisi orang-orang hijaz masa kini akan mendapati bahwa puisi hajak
sedikit sekali berkembang, sedang puisi madah belum menampakkan warna merah yang
kuat. Kebanyakan orang-orang hijaz tidak memiliki keperluan untuk hidup/mencari
penghidupan dengan menjual puisi-puisi mereka.
Adapun puisi yang sangat popular didaerah ini adalah puisi ghazal, yaitu
warna putih yang dihasilkan dan sesuai dengan lembutnya perasaan. Dari sini dapat
diketahui, bahwa mayoritas penyair hijaz adalah penyair ghazal, seperti umar ibn Abi
Rabi’ah, dan Ibnu Qais Al-Ruqiyat di Makkah. Puisi-puisi mereka menceritakan tentang
cerita cinta dan kejadian-kejadiannya. Dengan kata lain, puisi pada masa ini berwujud
sebuah peradaban yang mempengaruhi perasaan. Sehingga pada masa bani umayyah
hijaz menjadi pusat puisi seni bagi puisi-puisi music (syi’ru ghina’i) yang menceritakan
tentang cinta yang memiliki hubungan dengan music-musik.
2. Najed
Najed adalah sebuah padang pasir, Sebelah barat berbatasan dengan teluk
arab sedang sebelah timur berbtasan dengan lembah al-furat, disana tidak ada air
melainkan lembah-lembah tempat penampungan air hujan.
Kegiatan sastra di Najed pada masa bani umayyah lebih sedikit dari pada
masa jahiliyah, hal ini dikarenakan banyaknya penduduk setempat yang pindah dari
timur ke barat. Adapun puisi yang berkembang didaerah ini adalah puisi ghazal al
‘Udzry, sedang penyair yang terkenal adalah Jamil Butsaniyah al-‘Udzry.
3. Irak
2
Phillip K. Hitti. 2006,History of the Arabs, Terjemah: R. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta: Serambi) hlm. 128
Didaerah ini puisi tidak berkembang pesat, dikarenakan:
1) Banyaknya konflik dan pertikaian politik yang mau tidak mau akhirnya harus
mewarnai khazanah kesusastraan pada masa ini seperti yang terjadi antara golongan
khawarij dan syi’ah;
2) Adanya permusuhan kaum yang dilancarkan oleh orang-orang dari bani adnan dan
bani Qahthan sehingga puisi yang berkembang diiraq adalah puisi politik,
dikarenakan banyak pertentangan politis didaerah ini.3
3
Wildana Wargadinata, Sastra Arab dan Lintas Budaya, (Yogyakarta: Sukses Offset), hlm 278
4
Op.cit, history of the arabs, hlm. 313
mendalam karena cinta dan perpisahan. Penyair yang terkenal pada jenis ini adalah Qais
ibn al-Mulawwih yang dikenal dengan (Qais-Laila) dan Jamil ibn Mu’ammar yang
dikenal dengan (bi Jamil Batsinah).5
Nama lengkapnya adalah Abu al Khitob Umar ibn Abdillah ibn Abi Rabi’ah al-
Quraisy al Makhzumi, seorang penyair Quraisy dan salah seorang penyair ghazal
yang khusus menggambarkan tentang keadaan perempuan. Dilahirkan di Madinah
pada malam wafatnya sayyidina Umar ibn Khattab ra. Ibunya seorang Nasrani dan
ayahnya seorang pedagang yang kaya dan bekerja pada rasulullah SAW. Juga pada
tiga khalifah setelah Rasulullah.
Umar telah berpuisi sejak kecil dan memfokuskan diri pada bidang ghazal. Dia
sering menggambarkan keadaan perempuan, saling mengunjungi perempuan dan
saling bergurau bersama mereka. Para penyair pada masanya menjauhi jenis puisi ini
karena ingin mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan menjaga eksistensi sastra Arab
Islam, akan tetapi Umar ibn Abi Rabi’ah tetap berjalan pada jenis puisi ini.
Saya menulis kepadamu dari negaraku, surat yang membuatmu bagaikan dalam arus
kesedihan
5
Op.Cit, history of the arabs, hlm. 286
6
Ibid. hlm 279
باحلسرات منفرد * َك َئْيُب َو اَك ُف الَعْيِنني
Yang membuatku tak dapat tidur sebab ketakutan akan kerinduan antara paru-paru
dan hati
Maka sentuhlah hatinya dengan tangan dan usaplah matanya dengan tangan
2. Ibnu Ruqiyat
Nama lengkapnya adalah Ubaidillah ibn Qais al-Ruqiyat dilahirkan di Makkah
pada tahun 12 H (633 M) pada tahun 38 H dia pindah ke Iraq. Akan tetapi ketika
terjadi peperangan sengit antara Bani Bakr dan Bani Tsaghlib dia pindah dari Iraq ke
Palestina, Lalu kembali lagi ke Iraq setelah itu.
Ibnu Ruqiyat termasuk penyair dari partai Abdullah ibn Zubair. Dalam salah satu
puisinya penyair ini menyatakan rasa kebenciannya yang mendalam terhadap
golongan Bani Umayyah atas segala kedzaliman yang dilakukan terhadap kaum
muslimin pada masa itu.
Puisi-Puisi Ibnu Ruqiyat terkenal dengan puisi pujian (madaih) yang indah, Puisi
satire (Naqo’id) yang pedas dan puisi cinta (ghazal) yang manis.
Ibnu Ruqiyat saat memuji Mus’ab:7
F. KESIMPULAN
Pada masa bani Umayyah Puisi hijaz tidak berkembang pesat, yang akhirnya
munculah puisi ghazal pada masa bani umayyah.
7
Op.Cit, Sastra Arab dan Lintas Budaya, hlm, 298
mayoritas penyair di Hijaz adalah penyair ghazal, seperti Umar ibn Abi Robi’ah,
dan Ibnu Qais Al-Ruqiyat di Makkah. Puisi-Puisi mereka menceritakan tentang cerita
cinta dan kejadian-kejadiannya. Dengan kata lain puisi pada masa ini berwujud sebuah
peradaban yang mempengaruhi perasaan. Sehingga pada masa bani umayyah hijaz
menjadi pusat seni bagi puisi-puisi music (syi’ru ghina’i)yang menceritakan tentang cinta
yang memiliki hubungan erat dengan music-musik.8
DAFTAR PUSTAKA
Sasmita, Aisa Nur.dkk, KESUSASTRAAN PADA MASA DINASTI UMAYYAH, dalam Jurnal
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
8
http://zwajalan.blogspot.com/2011/10/corak-puisi-bani-umayyah.html. Diakses Pada Tgl 12 Oktober
2022, Pukul 23.18
Wargadinata, Wildana dan Laily Fitriani, 2008, Sastra Arab dan Lintas Budaya, Malang: UIN
Malang Press
Hitti, Phillip K. 2006. History of the Arabs. Terjemah: R. Cecep Lukman Yasin. Jakarta:
Serambi
http://zwajalan.blogspot.com/2011/10/corak-puisi-bani-umayyah.html