Anda di halaman 1dari 4

Ibnu Quzman dan Puisinya Yang Khas

Oleh: Kartika Hasna Dewanti_22101010021_A

Essay ini membahas tentang topik sejarah Sastra Arab klasik pada periode Umayyah II di
Andalusia antara abad ke-7 hingga ke-11 Masehi. Pada periode ini banyak lahir tokoh-tokoh
sastra, baik itu penyair maupun prosais. Adapun penyair pada masa itu diantaranya: Ibnu Zuhr
(1072-1162 Masehi), Ibnu Baqi (wafat 1150 Masehi), Ibnu Abd Robbih (860-940 Masehi),
Yahya Al-Gazal (790-860 Masehi), Ibnu Quzman (1078-1160 Masehi), Ibnu Zamrak (1333-1392
Masehi), Ibnu Jabir Al-Andalusi (1298-1378 Masehi), dan masih banyak lagi. Di samping itu,
juga terdapat beberapa prosais diantaranya: Abu Abdul Rahman bin Taher (wafat 1114 Masehi),
Abu Al-Qasim bin Al-Jed, Abu Bakar Al-Tartushi (1059-1126 Masehi),
Al-Mundhir bin Saeed Al-Balouti (877-966 Masehi), Ibnu Jinan Al-Andalusi, Ibnu Abi Al-
Khasal (1073-1146 Masehi), dan masih banyak prosais lainnya. Disini saya akan membahas
terkait penyair Ibnu Quzman (1078-1160 Masehi) dan Sejarah perkembangan puisi di Andalusia.

Topik tentang Ibnu Quzman dan perkembangan puisi di Andalusia sebagaimana ditulis di
paragraf pertama, dalam penelusuran referensi berbahasa Indonesia yang telah saya telusuri,
didalamnya dibahas beberapa hal terkait masuknya kebudayaan Arab di Andalusia dan makna
dari Sastra Arab itu sendiri. Sedangkan dalam penelusuran referensi berbahasa inggris yang telah
saya telusuri, didalamnya dibahas mengenai puisi zajal yang berkembang pada masa itu dan jejak
penyair Ibnu Quzman. Terakhir, dalam referensi bahasa Arab yang telah saya telusuri,
didalamnya dibahas makna dari puisi berupa zajal dan salah satu penyair zajal terkenal yaitu
Ibnu Quzman. Berikut saya uraikan tentang topik diatas.

Sastra merupakan karya tulis atau lisan yang didasarkan pada bentuk-bentuk pemikiran,
pendapat, pengalaman, bahkan perasaan yang imajinatif guna mengungkapkan kenyataan yang
dibungkus dalam suatu kemasan melalui media bahasa. Untuk mengetahui nilai sebuah sastra,
kita tidak dapat memberikan sebuah batasan yang pasti karena sastra bersifat intuisi sehingga
penilaian sebuah karya sastra tergantung pada orang yang memandangnya.

Sastra Arab merupakan khazanah kesusastraan di wilayah Arab atau Timur Tengah
dengan mencakup negeri-negara di Asia Barat dan Afrika Utara. Sastra Arab berupa beragam
tulisan dan cerita lisan berupa puisi dan prosa yang ditulis dengan bahasa Arab. Sastra Arab
dalam perkembangannya, mengalami perubahan yang cukup signifikan. Bermula dari masa pra-
Islam, kemudian saat Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, Sastra Arab semakin
dipengaruhi oleh ajaran agama Islam dan berkembang pesat hingga mengalami kejayaan pada
masa Abbasiyyah, dimana pada masa ini terjadi perubahan arabisasi (serapan kata dari bahasa
asing ke bahasa Arab) hingga berlanjut ke masa Modern. Sastra Arab memiliki peranan penting
dalam perkembangan budaya, khususnya di Kawasan Timur Tengah. Sastra Arab merupakan
suatu hal yang menjadi kebanggaan pada zaman Arab klasik.

Salah satu perkembangan Sastra Arab terletak di Andalusia pada masa Bani Umayyah
dan berlangsung kira-kira sekitar abad ke-10 sampai abad ke-13 Masehi. Andalusia terletak di
semenanjung Iberia bagian Selatan, di sebelah utara dibatasi oleh komunitas otonom
Extremadura dan Castilla-La Mancha, di sebelah timur oleh komunitas otonom Murcia dan Laut
Mediterania, di sebelah barat oleh Portugal dan Samudra Atlantik, dan di sebelah Selatan oleh
Laut Mediterania dan Selat Gibraltar. Budaya Andalusia sangat dipengaruhi oleh pemerintahan
Muslim di wilayah itu selama delapan abad, yang berakhir pada 1492 dengan penaklukan
kembali atas Granada oleh raja dan ratu Katolik. Sastra ini bermula ketika Thoriq Bin Ziyad
(670-720 Masehi) dan Musa bin Nushair (640-716 Masehi) menaklukkan Andalusia pada masa
Daulah Umayyah dan berakhir dengan jatuhnya Granada ke tangan pasukan Spanyol.

Masuknya ajaran agama Islam di Andalusia tidak terlepas dari unsur politik, yaitu
perluasan wilayah kekuasaan. Jika ditelusuri keseluruhan, tahap perkembangan puisi di
Andalusia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: periode tiruan, periode perubahan, dan periode
pembaruan. Pada periode pembaruan ini, umat Islam tidak hanya berfokus pada karya sastra
melainkan juga cara pengucapan dan gaya bicaranya. Dan lahirlah dua buah karya sastra yang
khas dari Andalusia yaitu muwashah dan zajal. Pada awalnya, dua buah karya sastra ini
merupakan penyimpangan dari tradisi puisi klasik, keduanya memang muncul pada masa yang
sama, akan tetapi tetap seringkali terjadi tumpang tindih.

Menurut buku Abdul Aziz Muhammad Isa yang berjudul Al-Adab Al-Arobiy Fi Andalus,
ia berpendapat bahwa zajal adalah bernyanyi dan meninggikan suara lalu diam. Dinamakan
demikian karena sudah menjadi sesuatu yang dinikmati dan dinyanyikan oleh Masyarakat.
Penyair pertama yang melakukan inovasi zajal adalah Ibnu Quzman dan ia juga merupakan salah
satu penyair zajal terkenal pada masa itu hingga sekarang. Dikutip dari Habeeb Salloum zajal
adalah bentuk puisi pendek spontan tentang apa pun yang terlintas di benak pelakunya. Penyair
bermain-main dengan tema-tema berbeda dan merangkainya masuk dan keluar dari alur
syair. Seringkali dinyanyikan dalam bait-bait yang masing-masing mengikuti sajak yang berbeda
dan nada yang terkadang lembut, ironis maupun brutal dengan humor yang bagus

Muhammad ibn Issa ibn Abd al-Malik ibn Issa al-Zuhri al-Qurtubi (1078-1160 Masehi)
yang dikenal sebagai Ibnu Quzman, lahir di Cordova dan berasal dari keluarga Arab yang hidup
pada masa Almoravid. Merupakan seorang penyair dan petualang yang pada umumnya menjadi
sosok puistis, dimana kehidupannya penuh dengan teka-teki. Pada awalnya, hal ini cukup ironis,
karena kehadirannya menghantui hampir seluruh 149 zajalnya dengan tema nya yang penuh
cinta, anggur, dan kegembiraan hidup lainnya. Ibnu Quzman terkadang memasukkan sebuah
puisi sebagai karakternya dan terkadang juga sebagai dirinya yang asli dan hal ini membuat
pembaca semakin mengalihkan perhatian dari respon empatik. Dia sangat mengagumi
pendahulunya dari Timur yaitu Abu Nawas.

Ibnu Quzman pernah pergi ke taman bersama beberapa temannya, mereka duduk di
gazebo dan didepannya terdapat patung singa yang menuangkan air dari mulutnya ke piring batu.
Lalu Ibnu Quzman berpuisi,

(Syauqi Dhoif: Asr Duwal wa Al-Imarah Al-Andalus) hal. 170

Apakah kamu lupa ketika cintaku mengunjungiku, kegelisahanku hilang dan kesusahanku
bertambah. Aku berkata padanya “Ada saatnya telah menguasai hatiku”. Dia berkata “kapan
kamu akan datang?”. Katakanlah “besok, dan besok sudah dekat bagi mereka yang melihat”
(google translate).

Dari arti diatas, sedikit dipahami bahwa begitu dalamnya perasaan Ibnu Quzman yang ia
tuangkan dalam bait puisinya. Dan itu adalah rumusan yang digunakan penyair dalam berbicara
tentang cinta. Meskipun bait-bait tersebut diwarnai dengan kata-kata atau rumusan romantis,
namun bahasanya tetap menggunakan bahasa sehari-hari di Andalusia.
Dapat disimpulkan bahwa, sastra merupakan suatu bentuk karya tulis atau lisan yang
indah dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Sastra Arab sendiri juga mengalami
perkembangan yang sangat siginifikan dari awal mulanya. Dan menyebar luas hingga ke hampir
seluruh Jazirah Arab. Salah satunya adalah datangnya kebudayaan sastra ini ke Andalusia dan
meninggalkan jejak penyair dan prosais yang ilmunya masih dapat kita pelajari hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai