Anda di halaman 1dari 6

Makalah

“Perkembangan Seni Masa Dinasti Abbasiyyah”

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Budya arab dan Masyarakat Timur Tengah

Dosen Pengampu:
Dr. Fadhil Munawwar Manshur, M.S

Oleh:
Muhammad Rizqy Nawwari (22/500561/PSA/20178)

Program Studi Magister Kajian Budaya Timur Tengah


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
2022
A. Perkembangan Seni Masa Dinasti Abbasiyah
Pada mas dinasti Abbasiyah, dikenal Khalifah Harun Arrasyid. Khalifah Harun
Arrasyid merupakan khalifah yang memimpin pada zaman keemasan kekhalifahan
Dinasti Abbasiyah. Khalifah yang digambarkan sebagai pemimpin yang bijaksana,
bersamanya selalu penasihatnya yakni Abu Nawas, seorang penyair yang memilik
pembawaan humor, yang juga seorang ahli hikmah dan filsuf etika. Zaman
keemasaan dinasti Abbasiyah dimulai pada kekhalifahan abu Ja’far al Mansur, dan
puncaknya pada Khalifah Harun Arrasyid.

Khalifah-khalifah Abbasiyah pada zaman itu mengembangkan berbagai jenis


bidang kesenian, terutama sastra. Diterjemahkannya beberapa buku terbaik dari
kebudayaan India maupun Yunani. Ditemukannya ilmu dasar metematika yang
diperoleh dari buku buku India. Buku buku bercorak filsafat dan etika yang didapat
dari Yunani. Begitu juga buku buku sastra Persia yang diterjemahkan Ibnu Mukaffa
yang wafat pada 750 M. Banyak budayawan dan sastrawan masyhur, seperti Abu
Tammam, Al Jahiz, Ab Al Faraj. 1

Pada masa Abbasiyah juga tumbuh sanggar sastra sederhana yang sudah muncul
dari zaman Umayyah, yang kemudian berkembang di zaman Abbasiyah. Di
Sanggar ini terdapat kode etik khusus, yakni sanggar sastra tidak bisa menerima
setiap orang yang menginginkannya, melainkan sanggar tersebut hanya
diperuntukkan untuk kelompok dan kalangan tertentu. 2

Perhatian para Khalifah Abbasiyah terhadap seni budaya sangat besar, yaitu
mencakup syair-syair , seni musik, arsitektur, kaligrafi, dan juga penjulidan buku.
Para penyair terkenal juga lahir dimasa Abbasiyah, diantarnyanya Ibnu Muqaffa’,
Abu Nawas, dan juga Bashar ibn Bard. Di bidang arsitektur juga lahir karya karya
yang sangat menakjubkan, masjid-masjid bercorak indah, istana istana, tempat
peristirahatan. Juga seni kaligrafi yang juga berkembang pada masa ini, dikenal

1
Shubhi Mahmashony, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Jurnal Kajian Seni,
Vol. O1. 2015, hal 196.
2
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta ; Kencana Perdana Media Griup,
2011), hlm. 162.
para Khattat diantaranya Ibnu Muqlah ibn Bawwab dan juga Yaqut al Musta’shim.
3

Perkembangan musik dikala itu sempat bertentangan dengan pengharaman


musik oleh beberapa ulama fiqih, tetapi pemerintahan Abbasiyah selalu melindungi
para seniman musik, salah satu diantaranya bernama Siyath yang kemudian
diwariskan kepada muridnya Ibrahim al Maushili. Ibrahim merupakan keturunan
persia, pada masa kecilnya sempat diculik dan pada kondisi penculikan itu Ibrahim
menyempatkan diri belajar musik yang dimainkan oleh penculik tersebut. Ibrahim
al Maushili merupakan orang pertama yang memperkenalkan cara pengaturan ritme
dan tempo dengan alat yang ia punya, tongkat kecil. Ia juga sangat detail dalam
memperhatikan instrumen musik yang dimainkan para pemusik di pemerintahan
Abbasiyah. Ibrahim menjadi kerabat dekat Khalifah Harun Arrasyid dan kemudian
diberi beberapa hadiah istimewa darinya. Ini bentuk Khalifah menjaga para
seniman musik, seniman seniman pada masa itu diberi upah yang cukup tinggi
untuk satu kali nyanyian. 4

Para pemusik ini selalu diberi tunjangan resmi dari pemerintah, dalam cacatan
Afhani, Iqd, Nihayah, Fihrisy, dan juga Kisah Seribu Satu Malam tercatat banyak
biduan biduan baik lelaki dan perempuan yang ada di pemerintahan Abbasiah.
Khalifah Harun Arrasyid menggelar festival musik rutin setiap tahunnya. Ahli
musik yang menjadi kesayangan Khalifah Arrasyid adalah Mukhariq. Yang pada
masa mudanya dibeli seorang penyanyi perempuan karena mukharriq menangis
dengan suara yang kuat dan indah didepan toko milik ayahnya. Istana
kekhhalifahan di Baghdad telah melahirkan banyak penyanyi, pemain lute, dan juga
pencipta lagu yang tersohor dibanding pada masa Umayyah.5

Pada masa Abbasiyah terkenal beberapa alat musik yang dikembangkan. Ada
Alboka, sebuat musik tiup yang terbuat dari kayu. Dikenalkan para seniman muslim
hingga ke Spanyol, Portugal, hingga sebagian Prancis. Alboka merupakan cikal

3
Shubhi Mahmashony, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, hal 197.
4
Shubhi Mahmashony, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, hal 198.
5
Shubhi Mahmashony, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, hal 199.
bakal dari terompet modern. Alat musik yang tersohor lainnya, Qanun dan Lute,
sebuah alat musik dawai, muncul dan dimainkan sejak abad 10 M. Qanun
merupakan kecapi arab yang berbentuj tapezium dengan suara yang datar untuk 81
dawai. Alat musik Qanun adalah alat musik yang ditemukan oleh Al Farabi.
Sedangkan Lute atau ‘Ud´ merupakan penada utama yang populer di wilayah
Azerbaijan. Ada juga Hurdy Gurdy dan musik Instrumen Keyboard Gesek. Alat
yang diwariskan oleh peradaban Islam zama kekhalifahan. Timpani sebuah alat
musik genderang yang berasal dari naqareh Arab. Selain itu ada Naqqara dan juga
Rebab. Naggara adalah drum Timur Tengah dengan punggung bundar dan kepala
bersembunyi. Dimainkan secara berpasangan dengan kombinasi nada antara satu
naqqara dengan lainnya. Sedangkan Rebab merupakan biola modern yang saat ini
sudah berkembang didunia modern. Awal alat ini dari dunia Islam. Alat ini juga
ditemukan oleh Al Farabi yang dikenal sebagai pemain rebab yang handal. 6

Peradaban Islam di masa keemasan ini telah menyumbangkan beragam warisan


penting bagi masyarakat modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
hingga pada pencapaian yang tinggi. Umat Islam kala itu juga sangat
mengembangkan kesenian. Banyak musisi musisi handal dan masyhur pada era
Abbasiyah. Hushaim ibn Bushair seorang budayawan yang mempelajari musik dan
tradisi budaya, dan juga ilmu sejarah yang didapatnya dari al Asmai’i. Seorang
musisi muslim bernama Ishaq memiliki pengaruh penting terhadap podasi musik,
ia yang memeperkenalkan solmasi, “do re mi fa sol la si do”. Dalam bukunya Book
of Notes an Rhytims dan Great Book of Songs yang buku ini begitu populer dibarat.
Dalam kitab al Mausiq al Kabir Al Farabi juga memperkenalkan solmasi. Meskipun
barat mengklaim bahwa solmasi lahir dari Guido Arrezo seorang musisi barat, yang
ternyata merupakan jiplakan dari pada seniman muslim di arab pada masa
Abbasiyah. 7

6
Ro Hani dan Suryo Ediyono, Terapi Musik Menurut Al Farabi Pada Dinasti Abbasiyah,
Jurnal CMES Vol XIIl, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2019, hlm. 69.
7
Shubhi Mahmashony, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, hlm 202.
Kesenian lain juga berkembang pada kekhalifahan bani Abbasiyah. Kaligrafi
atau seni tulisan arab memang sudah ada sejak awal agama Islam muncul. Diawali
penggunaannya diatas lembaran daun korma, tulang, batu, kulit domba, dan lain
sebagainya. Seni tulis indah ini adlah salah satu kesenian tulisan tertua yang pernah
dihasilkan manusia, terutama bangsa Arab. Beberapa jenis aliran kaligrafi yakni
Naskhi, Tsulus, Rayhani, Diwani, Diwani Jali, Ta’liq Farisi, Koufi, dan juga Riq’ah.
Perkembangan seni kaligrafi juga dibaregi dengan perkebangan seni lukis Islam
yang dimulai pada awal abad ke 11 M hingga 18, tepatnya di Mesopotamia, Persia,
Turki, Syria, dan India. Lukisan lukisan di dinding istana Abbasiyah sebagai bukti
perkembangan kesenian pada era itu. Seniman seniman tersebut juga dipengaruhi
dari seniman seniman di eropa yang menuliskan nama pelukisnya. Pada abad ke 6
hingga ke 13 para pekukis Islam tidak mencantumkan mana mereka pada karyanya.
8

Kesenian di daulah bani Abbasiyah berkembang dalam banyak aspek, baik


sastra, musik, dan seni lukis dan juga bidang kesenian lainnya. Banyak risalah
musikal yang telah ditulis oleh tokoh tokoh dari sekolah Maragha, Nashiruddin Tusi,
Qutubuddin Asysyirazi, dan juga lainnya. Saifuddin merupakan penemu skala
paling sistematis dan sempurna juga lahir dimasa Abbasiyah. Pada masa itu berdiri
beberapa pusat kegiatan ilmu dan kesenian. 9 Diantaranya;

1. Hijaz, Makkah, Madinah sbeagai pusat kegaitan ilmu hadist dan fiqh.
2. Iraq, Kota Iraq pada zaman ini menjadi pusat kegaitan ilmu tafsir, hadist,
fiqh, bahasa, falasafah, sejarah, ilmu alam, hingga musik.
3. Suriah, di masjid Damaskus. Pusat kegiatan ilmu, yang termasuk
didalamnya pengkajian hukum romawi.
4. Mesir, masjid Amr ibn ‘Ash menjadi pusat keilmuan dan seni.
5. Thabristan. Istana Amir Thabristan ibn Wasymakir juga menjadi pusat
keilmuan di tepi laut Qazwin.

8
Sepbianti Rangga, Pengaruh Sosiokultural Budaya Islam terhadap Seni Lukis Kaligrafi
di Indonesia, Jurnal Buana Pendidikan, Surabaya; 2017, hlm 83
9
Shubhi Mahmashony, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, hal 197.
6. Isfahan, sebuah istana bani Buwaihi merupakan pusat para ulama, sarjan.
Pujangga ilmu. Kota Bukhari juga menjadi pusat ilmu.
7. Ghaznah, dikesultanan Mahmud Ghaznah, juga berkembang keilmuan.
8. Hataib Saif addaulah menjadikan istananya sebagai pertemua para ulaa
dan sarjana, dan juga para pujangga.
9. Istana Ibnu Thulun di Mesir juga terkenal ulama ulama hadist, para
penyair, pengarang, dan ahli sejarah.

Dengan demikian Dinasti Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam yang


mencapai puncak kejayaan. Salah satunya dibidang kemajuan seni dan budaya,
dengan munculny syair syair masyhur, seni musik, arsitektur, dan kaligrafi. Seni
arsitektur dimasa ini terlihat dengan dibangunnya masjid dan istana megah dan
indah. Contohnya Masjid Agung Sammara, dan juga Istana Ibnu Thulun. Para
Khalifah Abbasiyah memperhatikan secara baik terhadap seni musik. Alat alat
modern juga berkembang dan muncul di masa Abbasiyyah. Hingga ilmu dasar
musik Solmasi juga lahir dari seniman Islam pada era abbasiyah.

DAFTAR PUSTAKA

Hani, Ro dan Ediyono, Suryo, Terapi Musik Menurut Al Farabi Pada Dinasti Abbasiyah,
Jurnal CMES Vol XIIl, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2019.
Mahmashony, Shubhi, Seni Pada Pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Jurnal Kajian Seni,
Vol. O1. 2015.
Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta ; Kencana Perdana Media Griup,
2011).
Rangga, Sepbianti, Pengaruh Sosiokultural Budaya Islam terhadap Seni Lukis Kaligrafi
di Indonesia, Jurnal Buana Pendidikan, Surabaya; 2017.

Anda mungkin juga menyukai