Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKIKAT SYAIR

Disusun Oleh: Usika Maulia

Dosen Pengampuh: Drs. Amiruddin. M.A

JURUSAN TADRIS BAHASA ARAB UNIT II FAKULTAS TARBIYAH


DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
LHOKSEUMAWE 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa,
karena atas berkat Nya yang selalu dan senantiasa memberikan nikmat dan
pengetahuan dan anugrah akal budi serta kesehatan kepada kita dan kita semua
yang berharap kepada Nya sehingga dapat berkreasi dan berkarya, alhamdulillah
dengan kesempatan yang di berikan oleh Nya saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah degan judul: “Hakikat Syair” ini dengan baik.
Saya sangat menyadari bahwa selama penulisan makalah ini, begitu banyak
kekurangan dan kelemahan baik pengetahuan, keterampilan, bahkan materi serta
hambatan lain yang dialami. Namun atas kerja keras, ketekunan dan dukungan
dari berbagai pihak, maka penulisan makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Lhokseumawe, Maret
2023
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFATAR ISI....................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulis..................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Syair................................................................................................3
B. Sejarah Munculnya Syair..................................................................................4
C. Tujuan Syair.....................................................................................................5

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................iiii
B. Saran...............................................................................................................iiii

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................iiii

iii
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut pandangan bangsa Arab Syair merupakan puncak keindahan dalam


sastra sebab syair adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan
perasaan dan keindahan daya khayal karena itu bangsa Arab lebih menyenangi
syair dibandingkan dengan hasil satra lainnya. Apabila dibandingkan antara
karangan-karangan ataupun khutbah, maka gubahan syair memberikan pengaruh
lebih dihati seseorang karena gubahan syair itu dapat langsung dirasakan dalam
hati walaupun tidak dipikirkan terlebih dahulu. Bangsa Arab menganggap betapa
pentingnya peranan sylir dan penyair, mereka sering memperalat seorang penyair
sebagai seorang yang dapat memberi semangat dalam perjuangan dan sokongan
suara bagi seorang untuk dapat diangkat sebagai kepala kabilah, ada pula yang
menggunakan mereka sebagai perantaraan untuk mendamaikan dua orang yang
bermusuhan atau menggunakan penyair untuk meminta maaf dari seorang
penguasa, Dari permaparan ini kami tertarik untuk menggali lebih dalam lagi
mengenai syair dalam kehidupan bangsa Arab dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian syair?

2. Bagaimana sejarah syair?

3. Apa tujuan Syair?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian syair

2. Untuk mengetahui Sejarah syair Arab

iv
3. Untuk mengetahui tujuan syair

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Syair

Syair, seringkali kita mendengar istilah tersebut dalam buku-buku sejarah


kebudayaan bangsa Arab terutama pra Islam. Istilah tersebut secara etimologis
diambil dari asal kata yang yang berarti mengetahui. merasakan, sadar
mengomposisi atau mengubah sebuah syair. Sedangkan menurut lurji Zaidah,
syair berarti nyanyian (Al-Ghina), lantunan (Insyadz) atau melagukan (Tarti)

Sya’ir secara etimologi dari kata sya’ara-yas’uru atau sya’ron (‫شعر‬-‫يشعر‬-‫)شعرا‬


yang berarti mengetahui atau merasakannya. Sedangkan secara terminologi
menurut Abdul Hamid sebagaimana dikutip oleh Inrevolzon dalam bukunya
bahwa sastra terbagi menjadi dua yaitu; Prosa (‫ )النثر‬dan Puisi (‫ )الشعر‬Prosa adalah
kalimat yang indah yang tidak memiliki wazan (timbangan) dan qofiyah (irama).
Seperti khutbah, surat, wasiat, hikmah, novel, dan cerpen. Sedangkan yang
dimaksud dengan Puisi adalah kalimat yang memiliki wazan (timbangan) dan
kofiyah (irama).1

Selain itu. Ada juga yang berpendapat bahwa kata syair berasal dari kata
syu’ur atau syi’ir (juga bahasa Arab) yang artinya perasaan. Dengan demikian,
ada yang mendefinisikan syair sebagai tembang yang penuh curahan perasaan.
Meskipun demikian, bentuknya bukan puisi Arab. Syair terdapat tiga macam
yakni syair yang berisi cerita, syair yang mengisahkan kejadian dan syair yang
berisi ajaran agama. Selain itu syair merupakan rangkaian kata-kata yang
diciptakan pengarangnya dan wujud ekspresinya yang dikontemplasikan dengan
alat-alat musik khasnya yaitu rabana2

1
Drs. Indrfulzun, Tarikh Adab. (Paris: Universitas Islam Negeri Raden Fattah. 2007), h.
2
file:///C:/Users/acer/Downloads/adoc.pub_bab-1-hakikat%20syair.pdf

v
Beberapa ahli menerangkan defenisi syair sebagai berikut: Menurut Khotib
Umam Syair adalah ungkapan yang sengaja mengikuti wazan orang Arab yang
disebut‚ kalam‛ atau kata-kata pilihan yang dimengerti, sedangkan wazan adalah
ungkapan yang keluar secara beraturan, dan‚ qosdan‛ atau menyengaja artinya
mengikuti wazan (timbangan) yang ditetapkan orang Arab. Menurut sastrawan
Arab syair adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqofiyah yang
mengekspresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah. Menurut Ahli Arad
dijelaskan bahwa sesungguhnya sya’ir sama seperti ‚Nadzam‛ adalah perkataan
yang sengaja mengikuti wazan atau timbangan orang arab. Maka dapat simpulkan
bahwasanya syair adalah ungkapan yang membutuhkan wazan (timbangan) dan
qofiyah (irama).3

B. Sejarah Munculnya Syair

Keadaan bangsa Arab pada masa sebelum Islam datang dikenal suka
berperang berfoya-foya dan menyembah berhala akan tetapi mereka dikenal
cukup luas karena keahliannya dalam bidang sastra. Mereka sangat terkenal
karena bahasa dan syairnya. Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sejarah
panjang sesuai dengan kekayaan yang didapat sampai saat ini Bahasa Arab yang
sekarang kita tahu adalah kerabat dekat dengan bahasa semitik misalnya
akkad/babylonia aram nabatea ibrani feonisia dan dialek kan an lainnya. Dari
sebagian banyak bahasa semitik pada waktu itu hanya bahasa Arablah yang
masih bertahan sampai sekarang.

Syair pada waktu itu adalah bagian dari kehidupan orang orang Arab pra
Islam. Apa yang menjadi aktivitas orang-orang pra Islam pada waktu itu menjadi
sebuah manifestasi yang begitu banyak yang diabadikan di dalam puisi Oleh
karenanya tema-tema yang ada pada waktu itu berkisar hanya pada kegiatan
sehari hari mereka terutama yang paling banyak menjadi tema adalah tentang
kesukuan Syair pada waktu itu bisa menjadi sebuah senjata yang bisa membuat

3
file:///C:/Users/acer/Downloads/sastra,syair.pdf

vi
hasrat manusia berdebar tersanjung dan memuji sehingga orang yang
mendengarkannya merasa terbuai. Bahkan fanatisme orang orang Arab yang
masih akut sekali kesukuannya menjadi hal paling penting dalam bentuk suatu
syair pada waktu itu Semangat kepahlawanan ditunjukan di dalam puisi bukan
tak lain untuk menyemangati orang-orang yang akan ikut berperang. Tema dari
syair-syair orang Arab pra Islam menurut Ismail Al- Faruqi terjadi karena
disebabkan oleh adanya dua keadaan yang sangat beragam yakni hedonisme dan
romantisisme. Hedonisme artinya bahwa mereka hanya mengejar kehidupan yang
bersifat nisbi, mereka tidak terlalu percaya akan adanya hari pembalasan dan
menikmati kehidupan, mengejar kebahagiaan adalah tujuan mereka. Sementara
romantisisme mungkin lebih pada bagaimana mereka mengagungkan seseorang
dalam prihal perang yang terus menerus atau kepahlawanan

Dalam bangsa arab ada yang namanya Ayyam Al-Arab yaitu peristiwa-peristiwa
penting yang menimpa masyarakat Arab, dan Al-Ansab (genealogi) secara umum
menjadi simbol kebanggan masyarakat Arab Ayyam Al-Arab merekam
peristiwa-peristiwa atau peperangan-peperangan yang pernah terjadi antar kabilah
atau antar suku. Sedangakan Al Ansab menuat silsilah keturunan, dan mereka
merasa bangga apabila berasal dari keturunan yang terhormat. Dua jenis
pengetahuan ini banyak tersimpan dalam karya sastra baik berupa syair maupun
prosa Dalam sejarah kesusasteraan Arab, munculnya prosa lebih awal dari pada
syair, karena prosa tidak terikat dengan aturan-aturan sebagaimana yang ada
dalam syair. Pernyataan ini berbeda dengan Thaha Husein yang menyatakan
sebaliknya bahwa syair lebih dahulu dari pada prosa, karena syair terikat dengan
rasa sastra dan imajinasi yang tinggi. Perkembangan ini baru berkembang dengan
perkembangan setiap individu dan kelompok masyarakat. Sementara Ulama
Lughah dan para kritikus sastra berpendapat bahwa keberadaan prosa lebih dulu
dari pada syi'ir Karena prosa merupakan karya sastra yang bebas tidak terikat

vii
(muthlaq) sedangkan syair adalah karya sastra yang terikat dengan aturan
(muqayyad)

Syiir Arab itu muncul dan berkembang menuju kesempurnaan mulai dari
bentuk ungkapan kata yang besar (mursal) menuju sajak dan dari sajak menuju
syfir yang berbahar ramal, kemudian menuju sylir yang berbahar rajaz Mulai fase
inilah syair Arab dikatakan sempurna dan dalam tempo yang cukup lama
berkembang menjadi susunan kasidah yang terikat dengan aturan wazan dan
qafiah4

C. Tujuan Sya’ir

Tujuan sya’ir merupakan tema-tema yang ditampilkan oleh para penyair


dalam mendeskripsikan sairnya, dalam hal ini para penyair dimasa Islam
membagi tujuan syair pada 8 bagian, yaitu: Fahor, Hamasah, Madh, Hija’,
Ghajal, Rotsa’, Hikmah dan I’tidzar. Sementara itu menurut Rosyiq dalam
bukunya al-‘Umdah fi muhasin as-Syi’ri wa adabihi wa naqdihi membagi tujuan
syair 11 bagian, yaitu: nasib, madh, iftihor, rotsa, iqtidha, istinjaz, ‘uttab, wa’id,
i’ndzar, hija’ dan i’tidzar. Namun menurut Inrevolzon dalam kitabnya Tarikh
Adab seperti perkataan para penyair Arab Jahiliyah membagi menjadi delapan
tujuan atau tema sya’ir Arab, yaitu:

a. Al-Madh (puisi pujian). Puisi jenis ini biasanya digunakan untuk memuji
seseorang dengan segala sifat dan kebesaran yang dimilikinya seperti
kedermawanan, keberanian maupun tingginya kepribadian ahlak seseorang yang
dipujinya. Seperti sya’ir Nabighah yang memuji Raja:

‫ إذا طلعت مل يبد منهن كوكب‬# ‫فإنك مشس وادللوك كواكب‬

Artinya; Engkau adalah matahari sedang raja-raja yang lain adalah bintang,
apabila matahari terbit maka bintang-bintang yang lain tidak mampu
4
syair lengkap.pdf

viii
menamakkan diri

b. Al-Hija’ (puisi cercaan) Puisi ini digunakan untuk mengejek atau mencaci
seorang musuh dengan menyebutkan keburukan musuh, baik itu untuk mengejek
individu musuhnya maupun kelompoknya. Seperti sya’ir Abu al-Najm al-Ajli
ketika mengejek alAjjaj

‫شيطانو أنثى و شيطاين ذكر‬# ‫أين وكل شاعر من البشر‬

Artinya: Aku dan semua penyair sama-sama manusia Tetapi ia syaitonnya


seorang perempuan dan syaitonku seorang lelaki.

c. Al-fakhor (memamerkan) Al-fakhor adalah jenis syair yang menyebutkan


kebaikan sifat suatu kelompok, seperti syair Rabi’ah bin Maqrum saat
memamerkan kelebihannya:

‫أىن اللئيم وأحبو الكرما وأبين ادلعايل ابدلكرمات وأرضي اخلليل وأروى الن ًد‬# ‫وأىن تسأليين فاين امرؤ‬

Artinya: jika engkau bertanya kepadaku aku membenci orang hina Aku
mendekati orang mulia aku membangun tempat terhormat dengan sifat-sifat
kemuliaan aku menyukai sahabat.

d. Al-Hamasah (membangkitkan semangat) Al-Hamasah puisi semangat yakni


puisi ini digunakan untuk membangkitkan semangat dan membakar emosi
pasukannya ketika ada suatu peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu
motivasi dalam hidup untuk berjuang. Dengan kata lain, sya’ir ini bertujuan
untuk memberikan semangat kepada kabilah yang berperang dengan
menyebutkan kelemahan-kelemahan pihak lawan. Seperti sya’ir Rasyid ibn
Shihab al-Yaskary yang menantang Qais ibn Mas’ud al-Syaibany di pasar Ukaz;

‫مع مشرىف ىف مضاربو قضم‬# ‫وال توعدىن إنىن إن تالقىن‬

‫لدى السرحة الشعاء ىف ظلها األدم‬# ‫وذم يغشى ادلرء خزاي ورىطو‬

Artinya; Jangan mengancamku, sungguh jika kau menemui bersamaku pedang


tajam dengan darah yang terus mengalir karena sayatannya. Dan celaan yang

ix
membuat pingsan korbannya karena malu dan hina disaksikan berbagai kabilah
dibawah pohon di Qubag Adam.5

5
syair lengkap.pdf

x
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sya’ir secara etimologi dari kata sya’ara-yas’uru atau sya’ron yang berarti
mengetahui atau merasakannya.Sedangkan secara istilah (terminologi) Menurut
Abdul Hamid sebagaimana dikutip oleh Inrevolzon dalam bukunya bahwasa
sastra terbagi menjadi dua yaitu; Prosa dan Puisi.

Prosa adalah kalimat yang indah yang tidak memiliki wazan (timbangan) dan
qofiyah (irama). Seperti khutbah, surat, wasiat, hikmah, novel, dan cerpen.
Sedangkan yang dimaksud dengan Puisi adalah kalimat yang memiliki wazan
(timbangan) dan kofiyah (irama) Dalam sya’ir terdapat dua puluh satu jenis al-
muhassinat al-ma’nawiya yaitu: At-Thibaq, Iham, Thadod atau Taujih,
Muqobalah, Muro’atun nadzir, Tafwif, Istithrad, Iththirad, Tauriyah,
Mubalaghah, Ighal, Taqsim, Jam’u, Tafriq, Jam’u serta Tafriq, Jam’u serta
Taqsim, Jam’u, Taqsim dan Tafriq, T’akidul madhi, T’akidul dzam, Madzhabul
Kalam, Iltifat, dan Uslub Hakim.

B. Saran

Penulis merasa bahwa karya makalah ini masih butuh proses perbaikan yang
lebih baik supaya literatur yang disajikan lebih luas dari berbagai sumber. Dan
penulis meminta maaf bila karya ini belum sempirna karena saya jauh dari kata
kesempurnaan. Dan saya akan berusaha lebih baik lagi ke depannya dalam proses
penulisan makalah.

xi
DAFTAR PUSTAKA

syair lengkap.pdf

file:///C:/Users/acer/Downloads/sastra,syair.pdf

http://www.tipskom.co.cc/2009/09/munculnya-sastra-arab.html

http://zakiaydia.com/2012/07/29/muallaqat-yang-tersisa-dari-sejarah-ada-pada-
syair/ diakses 11/06/2013

xii

Anda mungkin juga menyukai