Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INDONESIA
(TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJK)

OLEH
KELOMPOK
ARMAN PELANGI
MUH. IRSYAD
PADRI
ADNAN EVENDI SAPUTRA

SMP NEG. 5 TINAMBUNG


TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul "sarana dan prasarana".
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga sengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Amin…
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ i

Kata pengantar ........................................................................................ ii

Daftar isi.................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan .................................................................................. 1

A. Latar belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1

C. Tujuan ......................................................................................... 2

Bab II Pembahasan ................................................................................ 3

Bab III Penutup ....................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................. 12

B. Saran .......................................................................................... 12

Daftar Pustaka ......................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah setua keberadaan sastra itu sendiri.
Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula semua sastra adalah
religius (Mangun Wijaya, 1982:11). Istilah “religius“ membawa konotasi pada makna agama.
Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu
kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda.
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karangan Hamka, tampaknya merupakan karya
fiksi Indonesia modern yang mulai memasukkan unsur keagamaan (Islam) dalam sastra. Namun,
agama di sana adalah agama sebagai keyakinan penuh para tokoh cerita, bukan keyakinan
(syariat) agama yang dipermasalahkan. Dengan kata lain, unsur agama itu sendiri tidak begitu
berpengaruh pada konflik cerita. Konflik ceritanya sendiri masih berkisah pada adanya
ketidakbebasan memilih jodoh, ada pihak yang memaksakan kehendak kepada pihak lain yang
menyebabkan pihak itu menderita. Para penganut agama Islam pun ternyata masih terkecoh atau
lebih melihat sesuatu yang bersifat lahiriah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Pengarang


HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau lahir di Molek,
Meninjau, Sumatra Barat, Indonesia pada tanggal 17 Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh
Abdul Karim bin Amrullah (Haji Rasul).
Ketika Hamka berumur 10 tahun ayahnya membangun Thawalib Sumatra di Padang Panjang. Di
sana Hamka belajar tentang ilmu agama dan bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada
ayahnya, Hamka juga belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti: Syeh Ibrahim
Musa, Syeh Ahmad Rasyid, Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1927 Hamka menjadi guru agama di Perkebunan Tinggi Medan dan Padang Panjang
tahun 1929. tahun 1957-1958 Hamka sebagai dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas
Muhamadiyah Padang Panjang.
Hamka tertarik pada beberapa ilmu pengetahuan seperti: sastra, sejarah, sosiologi, dan politik.
Pada tahun 1928 Hamka menjadi ketua Muhammadiyah di Padang Panjang. Tahun 1929 beliau
membangun “Pusat Latihan Pendakwah Muhammadiyah” dua tahun kemudian menjadi ketua
Muhammadiyah di Sumatra Barat dan Pada 26 juli 1957 beliau menjadi ketua Majelis Ulama
Indonesia.
Hamka sudah menulis beberapa buku seperti: Tafsir Al-Azhar (5 jilid) dan novel seperti;
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah, Merantau Ke Deli, Di dalam
Lembah Kehidupan dan sebagainya. Hamka memperoleh Doctor Honoris Causa dari Universitas
Al- Azhar (1958), Doctor Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (1974) dan pada 24 juli
1981 Hamka meninggal dunia.

2.2. Sinopsis
Roman ini menceritakan tentang kisah cinta yang tidak sampai karena terhalang oleh adat yang
sangat kuat. Zainudin adalah seorang pemuda dari perkawinan campuran Minangkabau dan
Makasar, ayahnya Zainudin yang berdarah Minangkabau mengalami masa pembuangan ke
Makasar dan kawin dengan Ibu Zainudin yang berdarah asli Makasar, mempunyai seorang
kekasih asal Batipun bernama Hayati, namun hubungan mereka harus berakhir karena adat,
karena berdasarkan sebuah rapat, ibu Zainudin tidak dianggap sebagai manusia penuh.
Akhirnya Hayati menikah dengan seorang pemuda bangsawan asli Minangkabau bernama Azis.
Mendengar pernikahan itu Zainudin jatuh sakit, akan tetapi berkat dorongan semangat dari
Muluk sahabatnya yang paling setia, kondisi Zainudin berangsur-angsur membaik dan pada
akhirnya Zainudin menjadi seorang pengarang yang sangat terkenal dan tinggal di Surabaya. Di
Surabaya inilah Zainudin bertemu dengan Hayati yang diantar oleh suaminya sendiri Azis, untuk
dititipkan kepadanya, kemudian Azis mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Rasa cinta Zainudin pada Hayati sebenarnya masih membara, akan tetapi mengingat Hayati itu
sudah bersuami, cinta yang masih menyala itu berusaha untuk dipadamkan, kemudian Hayati
dibiayai untuk pulang ke Batipun.
Tetapi nasib malang menimpa Hayati, dalam perjalanan pulang ke Batipun itu, kapal Van Der
Wijck yang ditumpanginya tenggelam. Hayati meninggal dunia di rumah sakit di Cirebon.
Di saat-saat akhir hayatnya, Hayati masih sempat mendengar dan melihat bahwa sebenarnya
Zainudin masih sangat mencintainya, namun semua itu sudah terlambat. Tidak berselang lama,
Zainudin menyusul Hayati ke alam baka, dan jenazah Zainudin dimakamkan persis di samping
makan mantan kekasihnya, Hayati.

2.3. Aspek keislaman dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Apabila kita membaca karya-karya Hamka, termasuk dalam roman Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, aspek-aspek keislaman dan dakwah keislaman dapat kita rasakan. Dalam roman
tersebut, dakwah keislaman itu terasa dari penokohan yang dilakukan pengarang. Sebagai
contoh, ada pernyataan dalam roman tersebut bahwa tokoh Zainuddin, setelah berpisah dengan
Hayati, berniat dan bercita-cita untuk memperdalam ilmu dunia dan akhirat supaya kelak
menjadi seorang yang berguna. Angan-angan Zainuddin adalah menjadi orang alim, jadi ulama,
sehingga apabila kembali ke kampungnya dapat membawa ilmu. Zainuddin sendiri adalah
turunan dari ayah dan ibu ahli ibadat.
Apa yang dilakukan Hamka dalam penokohan di atas, menurut saya adalah salah satu cara
dakwah yang dilakukannya, suatu upaya untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa betapa
mulia orang yang berilmu dan ahli ibadat. Dakwah yang dilakukannya itu sangat halus.
Adapun aspek-aspek religius itu yakni, Aqidah, Syriah, dan Akhlak. Adapun penjelasan
mengenai aspek-aspek tersebut sebagai berikut:
1. Aqidah
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka aqidah atau kepercayaannya
sangat kental dengan budaya islami untuk lebih jelasnya penulis memaparkan penggalan
ceritanya sebagai berikut :
“…………..Lepaskan saya berangkat ke Padang. Kabarnya konon, di sana hari ini telah ada
sekolah agama. Pelajaran akhirat telah diatur dengan sebagus-bagusnya. Apalagi, puncak
Singgalang dan Merapi sangat keras seruannya kepadaku rasanya. Saya hendak melihat tanah
asalku, tanah tempat ayahku dilahirkan dahulunya. Mak Base banyak orang memuji daerah
Padang, banyak orang yang bilang agama islam masuk kemari pun dari sana. Lepaskan saya
berangkat ke sana”. (1986 : 22).
2. Syari’ah
Kata syari’ah adalah bahasa Arab yang diambil dari rumpun kata syri’ah. Dalam bahasa
Indonesia artinya jalan-raya. Kemudian bermakna jalannya hukum, dengan kata lain perundang-
undangan. Karena itu pula dengan perkataan atau istilah “Syri’ah Islam” memberi arti hidup
yang harus dilalui atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh seorang Islam. Hukum
Tuhan itu adalah Syari’ah itu mengandung kebenaran mutlak, artinya tidak ada kelemahan dan
pertentangan dalam dirinya sendiri.
3. Akhlak
Akhlak Islam adalah suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur. Dalam roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, penulis menemukan berbagai akhlak yang
sangat mulia terutama dari sang pemeran utama yakni tokoh Zainuddin. Kebaikan moral
Zainuddin bisa kita lihat pada penggalan cerita berikut ini:
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli syair, yang lebih suka
mengalah untuk kepentingan orang lain” (1986 :27).

2.4. Analisis Struktur Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji, dan mendiskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi
yang bersangkutan.
Analisis strukturalnya sebagai berikut:
1. Tema
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ini tentang kasih tak sampai.
Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat.
Adapula penggalan ceritanya:
“…….apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan.
Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari,
daratan tak nampak, pulau kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada
sampai (1986:123).

2. Alur/plot
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur maju
mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi
membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur
yakni :
• Penyituasian
Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-
tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-
lain.
Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
yang berkaitan dengan tahap penyituasaian.
“Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk
Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang
berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut.
Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam
di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di
mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khayal (1986:10).
• Konflik
Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik
itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan konflik itu sendiri
akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini:
“Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian
tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusen belumlah orang dapat memendang kejadian ini
dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci yang terdengar
sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber
“intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan
desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut
yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang
hari. Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum.
Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati
mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut
mata.Anak-anak muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah.Bagi mereka
adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak
berpenjaga.yang terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama
mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat
malu, melangkahi kepala ninik –mamak. (1986:57)
• Tahap Peningkatan Konflik
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan
dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan
surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang
diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu,
sedangkan lamaran Zainudin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan
orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini:
”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang Rp.3000,- yang dapat
dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang mahluk yang tawakkal.”
(1986:118)
• Klimaks
Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama) yang berperan sebagai pelaku dan
penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati.
Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz.
Bahkan Zainuddin memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal
Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut:
“Bila terjadi akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang!
Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang
hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada
Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang
dengan kapal itu, ke kampungmu”. (1986:198)
• Penyelesaian
Tahap penyelasaian dalam Roman Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ketika
Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati
dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk sahabatnya Zainuddin menengok wanita
yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir
karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu
membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit
dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati.
3. Setting/latar
Latar dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berlatar di daerah
Minangkabau dan Makasar.

4. Sudut Pandang
Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang
orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya
secara gamblang. Penggalan cerita pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka sebagai berikut :
“Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini
jadi kenang-kenagannya.”(1986 :26)
5. Karakter
Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terdapat beberapa karakter di
antaranya:
Karakter utama (mayor karakter, protagonis) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya
dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang palaing banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh karakter utama yang ada dalam
roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Zainuddin, yang
memiliki sopan santun dan kebaikan pada semua orang. Sedangkan yang lainnya yang menjadi
tokoh protagonisnya adalah tokoh Hayati yang menjadi kekasih Zainuddin.
Penggalan cerita yang menunjukkan Zainuddin adalah karakter yang baik adalah:
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka
mengalah untuk kepentingan orang lain”. (1986 : 27)
Karakter pendukung (minor karakter, antagonis) sosok tokoh antagonis dalam roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz di sini
mempunyai sikap yang kasar dan sering menyakiti istrinya, dan tidak mempunyai tanggung
jawab dalam keluarga dan selalu berbuat kejahatan karena sering main judi dan main perempuan.
“…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang
tajam ke sudut hati Hayati…..sial”. (181:1986)
Sedangkan yang menjadi karakter pelengkap adalah Muluk dan Mak Base karena keduanya
adalah sosok yang bijak dan selalu berada di samping tokoh utama untuk memberi nasehat dan
sangat setia menemani tokoh utama sampai akhir cerita.
6. Gaya Bahasa
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan kalimat yang
sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita
berikut ini:
“Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana
hati mamak tidak akan berat………..” (1986 :22)
7. Amanat
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung nilai moral yang
tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari
panggilan cerita berikut ini :
“Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan
batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai
matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah
akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena
demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat
dirinya sendiri tidak”. (1986:223)
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang roman Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Struktur roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya bahasa,
dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam roman ini menunjukkan hubungan yang begitu
padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik.
2. Unsur religiusitas roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung
aspek aqidah, syariah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan,
di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental memasukkan
unsur–unsur agama ke dalam roman ini.

Anda mungkin juga menyukai