Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MASA ARAB

PRA ISLAM
Dosen Pengampu: Helva Zuraya S.Pd., M.Ag.

Disusun oleh:
Riki Ansera (230111944) Julaiha
(230112051)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


STIS SYARIF ABDURRAHMAN PONTIANAK TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-
Nya saya masih diberi kesehatan dan dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MASA
ARAB PRA ISLAM“. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Saya berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada saya sehingga makalah ini dapat saya susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Harapan saya,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada
yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT karena itu saya memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah saya selanjutnya.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini, saya mohon maaf. Saya
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pontianak, 28 Agustus 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................................5
A. Arab Pra Islam.......................................................................................................................5
B. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan.....................................................................................5
C. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan...................................................................................8
BAB III : PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir (570 M). mekah adalah kota yang sangat penting
dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab. Baik karena tradisinya maupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan yaman diselatan
dan siria di utara.dengan adanya kabah ditengah kota. Mekah menjadi pusat keagamaan
arab. Kabah adalah tempat mereka berziarah. Didalamnya terdapat 360 berhala.
Mengelilingi berhala utama. Hubal.mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan
masyarakat arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah arab
dengan luas satu juta mil persegi.
Biasanya dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa arab
sebelum islam,orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah arab. Padahal bangsa
arab juga mendiami daerah-daerah disekitar jazirah. Jazirah arab memang merupakan
kediaman mayoritas bangsa arab kala itu.
Dunia arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus . pada sisi
yang lain meskipun masyarakat badui mempunyai pemimpin namun merreka hanya
tunduk kepada syeikh atau amir(ketua kabilah)itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu ,syeikh atau
amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah arab pra islam ?
2. Bagaimanakah sistem politik dan kemasyarakatan arab pra islam ?
3. Bagaimanakah sistem kepercayaan dan kebudayaan arab pra islam ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan kondisi arab pra islam.
2. Menjelaskan sistem politik dan kemasyarakatan arab pra islam.
3. Menjelaskan sistem kepercayaan dan kebudayaan arab pra islam.

BAB II PEMBAHASAN

4
A. Arab Pra Islam
Dilihat dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi
kaumkaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak
secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin Yasyjub
bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il, yang
disebut pula Arab Adnaniyah.

B. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan


a. Kondisi Politik
Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri
sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak
mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar
hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat
dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka
teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya.
Semboyan mereka “ Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya “.
Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang
memimpin kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang
asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal
balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja.
Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu
seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas
pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika
seorang pemimpin murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa
yang membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang
terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil
dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan
kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi
kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin
5
terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan
mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa
mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem
keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan
orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan,
memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang
mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada
dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung
lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan
kedudukan orang-orang yang sedang bersaing mencari simpati. b. Kondisi
Masyarakat
Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga dikalangan
bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus
dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan
menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka
dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa
kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa menyulutkan
api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki
tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan
setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui
persetujuan wali wanita. Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat
bangsawan, sedangkan kelas masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai
kebebasan hubungan antara laki-laki dan wanita.
Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan yang
lebih dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah lagi, wanita bisa bercampur dengan
lima orang atau lebih laki-laki sekaligus. Hal itu dinamakan hubungan poliandri.
Perzinahan mewarnai setiap lapisan masyarakat. Semasa itu, perzinahan tidak dianggap
aib yang mengotori keturunan.

Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti :

6
1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki
lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas
kawin seketika itu pula.
2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita
pelacur.
3. Pernikahan Istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada lakilaki
lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil
istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran
seorang anak yang pintar dan baik.
4. Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan.
Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan
menghalalkannya menurut kemauannya.
Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang
diluar kewajaran. Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah
ialah poligami tanpa da batasan maksimal, berapapun banyaknya istri yang
dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi janda bapaknya, entah karena dicerai atau
karena ditinggal mati. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada
batasannya.
Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di lapisan
tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki dan
wanita yang memang masih memiliki keagungan jiwa.
Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak
perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafikan. Atau ada juga yang
membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami tidak bisa
menggambarkannya secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang keji, buruk,
dan menjijikkan.
Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta.
Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia
hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan
layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang
pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat
dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.

7
C. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan
Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah
Isma’il Alaihis-Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim AlaihisSalam yang
intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agamaNya.
Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan
ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa
tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay,
(Pemimpin Bani Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan
shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya
dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat
penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan
benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang
sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak
penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun
banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas
Ka’bah dan penduduk tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka
ditempattempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan
bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan :
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya,
meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh
keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan
mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud
dihadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.

8
Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya,
berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu. Bangsa Arab
berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu
bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta
memberikan manfaat di sisi-Nya.
Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan
anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal,
Orang Pintar dan Ahli Nujum.
Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan
sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya
tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi burung hantu yang
berterbangan di padang seraya berkata,”Berilah aku minum, berilah aku minum”!jika
dendamnya sudah dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari agama
Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap
ka’bah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang
ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap
berhala menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan khurafat selalu
menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab
masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, dan Shabi’ah
yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk
Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan islam.
Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak.
Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama
sekali dari perintah dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunantuntunan
tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya, dan seiring
dengan perjalanan waktu, mereka berubah menjadi para paganis (penyembah berhala),
dengan tradisi dan kebiasaan yang menggambarakan berbagai macam khurafat dalam
kehidupan agama, kemudian mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.
Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan
sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin
inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak
9
yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan
kedudukan, sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta
pengabaian terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang
semua orang dianjurkan untuk mensucikannya.
Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami
dan menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa
Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti. Karena
ajaranajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin
mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan
masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan,
tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Bangsa Arab sebelum datangnya islam mempunyai kebudayaan yang baik dan buruk
yang telah ada ketika bangsa arab mengalami masa kegelapan. Kebudayaan yang buruk
terutama dalam segi Akhlak dan agama, mereke menyembah berhala, sering melakukan
hal-hal yang dilarang oleh Allah diantaranya minum-minuman keras, berjudi, membunuh
anak perempuan yang baru lahir, merendahkan harkat martabat wanita. Membunuh
anakanak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka
bahwa kemiskinan akan mereka alami. Ber-tabarruj (bersolek).
Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan
kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar
orangorang memujinya. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya,
lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung. Prostitusi. Memasang tanda atau
bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah
pelacur. Fanatisme kabilah atau kaum dan masih banyak lagi.
Tapi dari semua keburukan tersebut masih ada hal yang baik dari bangsa Arab pada
saat itu diantaranya: juga berkembangasa ilmu pengetahuan dalam bidang astronomi atau
perbintangan, dalam bidang dagang, dan adanya kebiasaan masyarakat yang melekat yaitu
rasa solidaritas diantara sesame klan atau suku, dermawan, pantang mundur jika
menhadapi sesuatu dan lai-lain.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akanlebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumbersumberyang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
saran bisa berisikritik dan saran trehadap penulis dan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulandari bahasan makalah yang telah dijelaskan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca mendapatkan masukan yang bagi penulis .

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Abul. 2008. Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Mardhiyah Press.
Musyawarah guru PAI. 2008. Modul Hikmah Membina Kreatifitas dan Prestasi. Akik Pustaka

11
Syaikh Shafiyyurahman. 2007. Sirah Nabawiyah. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

12

Anda mungkin juga menyukai