Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

KEADAAN BANGSA ARAB SEBELUM DATANGNYA ISLAM

KELOMPOK : 1

NAMA : VINDRIYANA ( 19010101084 )

LIZA AYUNI ( 19010101085 )

ZAHRA RAMADINI MASNUR ( 19010101066 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

‫ﺑِﺴْﻢِ ا ﱠ ِ ا ﻟ ﱢﺮ ﺣْ َﻤ ِﻦ ا ﻟ ﱠﺮ ِﺣ ْﯿ ِﻢ‬

Alhamdulillahi rabbil alamin,segala puji bagi Allah yang telah memberikan


rahmat dan karunianya sehingga penulisan makalah “Kedatangan Bangsa Arab
Sebelum Datangnya Islam” dapat diselesaikan.

Penulisan makalah ini,bertujuan untuk memenuhi mata kuliah “Sejarah


Kebudayaan Islam”, sekaligus diharapkan menjadi tambahan referensi bagi
mahasiswa untuk memperluas wawasan tetang “Kedatangan Bangsa Arab Sebelum
Datangnya Islam”.

Penulis meyakini bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,oleh


karena itu saran dan kritik para pembaca bagi penyempurna makalah ini sangat
dibutuhkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini,penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah Yang Maha Kuasa
memberikan balasan atas segala bantuan tersebut.Amin !

Kendari, 02 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Sosial

Budaya ................................................................................................................2

2.2. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Agama............5

2.3. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Ekonomi.........7

2.4. Keadaan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Politik ...........9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .........................................................................................................11

3.2. Saran....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebelum datangnya islam bangsa arab memiliki kehidupan yang sangat buruk
yang mencerminkan suatu kebodohan sehingga disebut dengan zaman jahiliyyah,
yang mana saat itu kehidupan masyarakat arab tidak jauh dari perbuatan keji,
perzinahan, pertumpahan darah, dan masih banyak yang lain. Kondisi sosial bangsa
arab pada zaman dahulu dinilai berdasarkan kedudukan mereka, jika mereka berasal
dari bangsawan maka mereka memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat, namun
sebaliknya, jika mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu maka mereka juga
akan dianggap remeh dan mereka memiliki kedudukan yang rendah.

Masyarakat arab pada zaman dahulu mengikuti kebudayaan dari leluhur-


leluhur mereka yang kemudian semakin lama kebudayaan itu semakin berkembang,
begitu pula dengan kepercayaan yang mereka anut. Mereka mengikuti kepercayaan
seperti nenek moyang mereka yang menyembah berhala. Awal mula bangsa arab
menganut agama monoteisme yang dibawa Nabi Ibrahim a.s, namun dalam
perjalannya agama terjadi banyak penyimpangan-penyimpangan dalam ajaran agama
itu, mereka membuat berhala-berhala untuk disembah. Tradisi bangsa arab pada
zaman jahiliyyah memang suka membuat patung. Patung-patung yang mereka buat
tidak hanya sebuah seni, namun juga untuk disembah. Setiap kabilah akan memiliki
patung mereka sendiri-sendiri, sebagai ciri khas dari kabilahnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Sosial
Budaya

Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah
Yaman yang terkenal subur. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu
menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak
betah tinggal menetap di suatu tempat. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain
pengembaraan itu. Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun ( Tihama, Hijaz,
Najd, dan sepanjang dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab ) dasar hidup
pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara
itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka
hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang
penuh.

Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya.


Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu.
Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan
antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di
atas dan yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah
kala itu. Rumah-rumah Quraysh sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat
dengan Ka’bah lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang
agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai
kepada tempat-tempat tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua
itu bukan berarti mereka tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali.

2
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di
antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian
yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan kemunduran, tetapi
masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas.

Menurut Philip K. Hitti dalam History of The Arabs, di antara fenomena


sosial yang menonjol dalam kehidupan masyarakat Arab adalah kebanggaan terhadap
kelompoknya masing-masing. Sistem sosial mereka dalam memperhitungkan
keturunan mengikuti garis bapak atau petriakal, sehingga di setiap akhir nama diikuti
dengan penyebutan nama bapaknya. Hal ini menunjukkan kebanggaan terhadap
nenek moyang dan dari kabilah apa mereka berasal. Suatu kabilah berdiri sebagai
pemerintahan kecil yang politiknya berasal dari kesamaan fanatisme. Suku (Qabilah)
adalah sekelompok klan yang sedarah. Klan (qawm) terdiri dari sejumlah keluarga
yang menempati suatu wilayah tertentu dan membentuk hayy. Untuk mengawali
mana rumpun mereka menggunakan gelar banu. Setiap anggota kabilah
mengganggap keluarga sedarah satu sama lainnya, sehingga kekayaan alam seperti
air, rumput, dan ladang yang berada di sekitarnya adalah milik bersama. Ikatan
keluarga dan kekerabatan suku tersebut sangat kuat. Adalah musibah paling besar
bagi mereka dengan putusnya keanggotaan dengan sukunya.

Kondisi sosial bangsa Arab Jahiliyah memiliki klasifikasi berbeda-beda


dimana kaum bangsawan mendapat kedudukan terpandang. Mereka memiliki otoritas
dan pendapat yang mesti didengar. Adapun gaya hidup masyarakat Arab Jahiliyah
terbiasa bercampur baur antara kaum laki-laki dan perempuan. Boleh dikatakan
kehidupan mereka jauh dari akal sehat. Selain pelacuran, gila-gilaan, pertumpahan
darah sudah biasa di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah.

3
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah radhiallahu 'anha (RA), bahwa
pernikahan pada masa Jahiliyah terdiri dari empat macam:

1) Pernikahan seperti pernikahan orang sekarang, yaitu seorang laki-laki


mendatangi laki-laki yang lain dan melamar wanita yang di bawah
perwaliannya atau anak perempuannya, kemudian dia menentukan maharnya
dan menikahkannya
2) Seorang laki-laki berkata kepada istrinya manakala ia sudah suci dari haidnya,
"pergilah kepada si fulan dan bersenggamalah dengannya". Kemudian setelah
itu, istrinya ditinggalkan dan tidak disentuh selamanya hingga tampak tanda
kehamilannya dari laki-laki tersebut. Apabila tampak tanda kehamilannya,
apabila si suaminya masih berselera kepadanya maka dia akan menggaulinya.
Hal tersebut dilakukan hanyalah lantaran ingin mendapatkan anak yang pintar.
Pernikahan semacam ini dinamakan dengan nikah Al-Istibdha'.
3) Sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul,
kemudian mendatangi seorang perempuan dan masing-masing menggaulinya.
Jika perempuan ini hamil dan melahirkan, setelah beberapa malam dia
mengutus kepada mereka (sekelompok orang tadi). Ketika itu tak seorang pun
dari mereka yang dapat mengelak hingga semuanya berkumpul kembali
dengannya, lalu si perempuan itu berkata kepada mereka: "Kalian telah
mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan aku sekarang telah melahirkan,
dan dia ini adalah anakmu wahai si fulan!". Dia menyebutkan nama laki-laki
yang dia senangi dari mereka, maka anaknya dinasabkan kepadanya.
4) Banyak laki-laki mendatangi seorang perempuan, sedangkan si perempuan ini
tidak menolak sedikitpun siapa pun yang mendatanginya. Mereka ini adalah
para pelacur, di pintu-pintu rumah mereka ditancapkan bendera yang menjadi
simbol siapa pun yang menghendaki mereka maka dia bisa masuk.
Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya itu
berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah), kemudian si ahli ini

4
menentukan nasab si anak tersebut kepada siapa yang mereka cocokkan ada
kemiripannya dengan si anak itu. Dalam hal ini, laki-laki yang ditunjuk tidak
boleh menyangkal. Maka ketika Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad
SAW, beliau menghapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah itu kecuali
pernikahan yang ada saat ini.

2.2. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Agama

Kehidupan di Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah jahiliyah


atau kebodohan. Masyarakat Jahiliyah ini identik dengan peradaban yang sangat
buruk. Pelacuran dimana-mana, pertumpahan darah, perbuatan keji yang tak dapat
diterima akal sehat.

Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, orang-orang Arab menganut


agama Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabi'ah dan penyembah berhala (paganisme).
Seperti apa kondisi sosial dan peradaban bangsa Arab masa zaman Jahiliyah? Berikut
ulasan singkat yang dirangkum dari Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-
Rahman Al-Mubarakfury (bersumber dari Kitab Ar-Rahiqul Makhtum).

Paganisme, Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab pra-Islam. Pagan
adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk
ada di sekitar Ka’bah. Agama pagan sudah ada sejak masa sebelum Ibrahim.
Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: ṣanam, wathan, nuṣub, dan
ḥubal. Orang-orang dari semua penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu.
Beberapa kabilah melakukan cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri. Ini membuktikan
bahwa paganisme sudah berumur ribuan tahun.

Yahudi dan Kristen dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan
Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini
di Jazirah Arab, kecuali di Yaman.

5
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga agama
di atas adalah Ḥanīfīyah, yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang
murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhalam, juga
tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah.
Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah Ḥanīfīyah.

Ibnu Kalbi menyatakan bahwa yang menye-babkan bangsa Arab menyembah


batu atau berhala adalah karena siapa saja yang meninggalkan kota Mekah selalu
membawa sebuah batu. Diambilnya dari batu-batu yang ada di tanah haram Kakbah.
Jika telah berbuat demikian, mereka telah merasa dirinya terhormat dan cinta
terhadap kota Mekah. Selanjutnya, di mana-mana mereka berhenti atau menetap,
diletakkannya batu itu, dan mereka tawaf (mengelilingi) batu itu, seolah-olah mereka
telah mengelilingi Kakbah. Sesungguhnya mereka masih tetap memuliakan Kakbah
dan kota Mekah, serta masih mengerjakan haji dan umrah, tetapi mereka tetap saja
menyembah apa yang mereka sukai. Berhala-berhala yang ada di negeri mereka
dahulunya adalah batu yang dibawa dari Kakbah ; (Mekah), yang kemudian mereka
muliakan.

Mereka juga mendirikan rumah-rumah untuk smenempatkan batu berhalanya,


sementara itu Kakbah masih tetap mempunyai kedudukan lyang tinggi dan mulia. Di
antara berhala-berhala itu ada yang mereka pindahkan ke Kakbah, fyang akhirnya
Kakbah dipenuhi dengan berhala-berhala. Mereka tidak lupa akan kedudukan I
Kakbah yang mulia sehingga mereka tidak mau meletakkan batu-batu berhala itu di
tempat yang lain, kecuali dekat dengan Kakbah.

6
2.3. Kondisi Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Ekonomi

Sebelum cahaya Islam menerangi jazirah Arab, warga Arab terbagi menjadi
dua wilayah, yaitu Arab Badui (kampung) dan Arab Hadhari (perkotaan). Untuk
bertahan hidup, warga Arab Badui menggantungkan sumber kehidupannya dengan
beternak. Mereka hidup secara nomaden atau berpindah-pindah sambil menggiring
ternak mereka menuju daerah dengan curah hujan tinggi atau ke padang rumput.

Mereka mengonsumsi daging dan susu hasil ternak, membuat pakaian, kemah,
dan perabot dari wol (bulu domba)serta menjualnya jika keperluan pribadi dan
keluarganya sudah terpenuhi. Untuk mengukur taraf kekayaan seorang warga Arab
Badui maka hitunglah jumlah hewan ternak yang mereka miliki. Karena semakin
banyak hewan ternak maka semakin tinggi pula derajat sosial mereka.

Adapun warga Arab perkotaan memiliki dua bagian, yaitu penduduk yang
tinggal di wilayah subur, seperti Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar, dan
Makkah. Warga di wilayah tersebut ter- biasa menggantungkan sumber kehidupannya
melalui pertanian. Meski begitu, ada pula warga yang bekerja di bidang perniagaan,
terutama mereka yang tinggal di Makkah. Kala itu, Makkah merupakan pusat
perniagaan.

Selain memiliki profesi yang berbeda, warga Makkah juga dipandang lebih
istimewa oleh orang-orang Arab lain karena kedudukan mereka sebagai warga Kota
Suci (Makkah). Keistimewaan ini ternyata tertulis dalam firman Allah SWT.

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah


menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya
rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya
kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” (QS al-Ankabut:67).

7
Aktivitas perdagangan ini juga dilakukan oleh kalangan bangsawan, seperti
Hasyim, Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas, Abu Sufyan bin Harb, Abu Bakar, Zubair
bin Awwam, bahkan Rasulullah SAW.Allah SWT juga mengabadikan perjalanan
dagang yang dilakukan orang- orang Quraisy sebagai perjalanan dagang yang sangat
terkenal, yaitu perjalanan musim dingin menuju Yaman dan sebaliknya, perjalanan
dagang musim panas ke Syam.

Allah berfirman, Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan


mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka
menyembah Rabb pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada
mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.(QS
Quraisy: 1-4).

Perniagaan yang telah mendarah daging bagi warga Arab membuat makin
menjamurnya pusat-pusat perdagangan di berbagai wilayah di Arab, terutama
Makkah dan sekitarnya. Pusat perda gangan ini bukan hanya sebagai tempat transaksi
perdagangan, tetapi juga pusat pertemuan para pakar sastra, penyair, dan orator. Pusat
perbelanjaan pun menjelma menjadi pusat peradaban, kekayaan bahasa, dan
transaksi-transaksi global.

Selain penduduk Makkah, penduduk Yaman juga terkenal dengan


perniagaan.Mereka menjadikan perniagaan sebagai mata pencaharian terbaik dalam
mencari rezeki. Kegiatan bisnis mereka tidak sebatas di darat, tetapi juga merambah
melintasi laut. Warga Yaman terbiasa berangkat ke daerah pesisir Afrika, seperti
Habasyah, Sudan, Somalia, bahkan ke Hindia dan Pulau Jawa, Sumatra, serta negeri
Asia lainnya untuk berdagang.

Setelah cahaya Islam menyinari Arab, pedagang yang melakukan perjalanan


panjang ke berbagai negara tersebut bukan hanya menjajakan dagangan mereka, tapi
juga menyiarkan agama yang dibawa Rasulullah SAW. Para pedagang ini pula yang
memiliki peran penting.

8
2.4. Keadaan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam Dalam Aspek Politik

Secara internal, pada dasarnya kondisi politik di wilayah Arab pra Islam
mengalami perpecahan atau dikenal dengan istilah otonomi daerah. Hal ini
dikarenakan mereka tidak mengenal sistem kepemimpinan sentral yang mengatur
segala urusan kepemerintahan secara general.

Faktanya telah terbentuk sistem otonomi seperti kabilah (clan) yang


berorientasi pada terbentuknya suku – suku (tribe). Dengan demikian bisa dikatakan
sejak masa jauh sebelum Islam datang, masyarakat Arab telah memiliki
keorganisasian dan identitas sosial yang jelas. Namun, sifat rasial yang menjadi watak
orang Arab menjadikan masing masing suku saling bersaing dalam beberapa momen,
dan seringkali terjadi peperangan yang cukup sengit akibat rasa solidaritas dan
fanatisme yang timbul dari masing – masing internal suku. Akibat dari peperangan
dan fanatik antar suku juga menjadikan budaya dan peradaban Arab tidak begitu
berkembang seperti wilayah – wilayah lain yang memiliki kepemimpinan sentral,
seperti Romawi dan Persia. Namun uniknya meski letak geografis semenanjung Arab
yang berada diantara dua imperium besar yaitu Romawi (Bizantium) dan Persia,
wilayah Arab tetap berada pada posisi netral dan dapat dikatakan terbebas dari
pengaruh dua kerajaan besar tadi.

Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu contoh tentang gambaran politik Arab
pra Islam, yaitu suku Quraisy. Mereka adalah suku yang paling terpandang di Mekah.
Hal ini bisa dilihat dari para pembesar suku Quraisy yang banyak berperan dalam
urusan kewilayahan Mekah, seperti otoritas untuk memelihara Ka’bah, yang saat itu
menjadi monumen berharga oleh masyarakat Mekah. Oleh karena itu, berbagai
jabatan yang berkaitan dengan Ka’bah seperti pemakaian hijabah, rifadah, siyaqah,
liwa’ dan qiyadah merupakan sebuah jabatan yang terpandang. Tentunya merupakan
suatu kehormatan jika suatu suku dapat mendelegasikan orang-orangnya untuk
berkontribusi dalam merawat Ka’bah.

9
Kondisi politik di wilayah pra-Islam erat kaitannya dengan pembahasan
nasab. Karena pada dasarnya terdapat tiga garis keturunan besar yang menjadi cikal
bakal orang Arab. Yiatu: Ba’idah, ‘Aribah dan Musta’ribah. Pertama adalah Arab
bai’dah, secara kronologis, Arab Ba’idah adalah kaum Arab kuno yang telah punah
beserta data detail dari bagaimana kondisi sosialnya dan sistem politiknya. Arab
Ba’idah memiliki beberapa kaum, di antanya kaum ‘Ad, Tsamud, Thasm, Judais,
Imlaq.

Kemudian garis keturunan yang kedua adalah Arab ‘Aribah, mereka adalah
kaum yang berasal dari jalur keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin al-Qahthan yang
dalam term sejarah dikenal dengan suku Qahthaniyyah. Secara geografis, Arab
Aribah tumbuh di wilayah Yaman yang kemudian berkembang menjadi beberapa
kabilah dan marga. Terdapat dua kabilah besar Arab Aribah/Qahthan yang populer
dalam berbagai literatur sejarah. Dua kabilah tersebut adalah Kahlan dan Himyar.

Terakhir adalah kaum Arab Musta’ribah yang merupakan keturunan dari


nenek moyang mereka yaitu Nabi Isma’il AS. Dalam term sejarah suku ini juga
dikenal dengan Arab Adnaniyyah. Dari banyaknya penjelasan mengenai garis
keturunan bangsa Arab di atas bisa disimpulkan bahwa adanya sifat fanatik, rasial,
loyalitas akan suatu suku dan kabilah ternyata punya pengaruh dalam membentuk
sistem politik.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1) Sebelum datangnya islam bangsa arab memiliki kehidupan yang sangat buruk
yang mencerminkan suatu kebodohan sehingga disebut dengan zaman
jahiliyyah, yang mana saat itu kehidupan masyarakat arab tidak jauh dari
perbuatan keji, perzinahan, pertumpahan darah, dan masih banyak yang lain.
Kondisi sosial bangsa arab pada zaman dahulu dinilai berdasarkan kedudukan
mereka, jika mereka berasal dari bangsawan maka mereka memiliki
kedudukan yang tinggi dan terhormat, namun sebaliknya, jika mereka berasal
dari keluarga yang kurang mampu maka mereka juga akan dianggap remeh
dan mereka memiliki kedudukan yang rendah.
3.2. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abloilmu. (2015). Makalah Kehidupan Bangsa Arab Sebelum Datang Islam. Diakses
pada 02 September 2021, dari

http://abloilmu.blogspot.com/2015/03/makalah-kehidupan-bangsa-arab-
sebelum.html?m=1

Elli, A. (2021). Kondisi Arab Sebelum Islam Datang. Diankses pada 02 September,
dari
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/elliastutik1847/5ffc5865d
541df48345a92e2/kondisi-arab-sebelum-islam-datang

Dea, A. S. & Agung S. (2018). Perekonomian Arab Sebelum Islam. Diakses pada 02
September 2021, dari
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pglgfw313

Rizkiyatul, I. (2020). Sistem Politik Pra-Islam:Fanatik Kesukaran dan Tidak Ada


Pemerintahan Sentral. Diakses pada 02 September 2021, dari

https://islami.co/sistem-politik-arab-pra-islam-fanatik-kesukuan-dan-tidak-ada-
pemerintahan-sentral/

12

Anda mungkin juga menyukai