Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Sejarah Islam Asia Tenggara Ali Wardana, SE.I.,ME.Sy

‘Munculnya peradaban

Islam di AsiaTenggara’

DISUSUN OLEH :
Suprianto (11970514776)

Wahyu Kurniawan (11970510666)

Yudha Ilyas Putra (11970513579)

Zul Padli (11970514791)

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIL KASIM RIAU

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Munculnya peradaban Islam di Asia Tenggara. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara. Disamping itu kami juga
memberikan pengetahuan yang lebih mendalam.

Terima Kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik.

Pasaman, 25 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

COVER: ...................................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1

BAB II .......................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2

A. Kondisi Peradaban sebelum masuknya Islam.............................................................................. 2

B. Awal mula masuknya Islam di Asia Tenggara ............................................................................. 4

C. Kerajaan-Kerajaan Islam di Asia Tenggara ...................................................................................... 5

D. Perkembangan Islam di Asia Tenggara saat ini......................................................................... 12

BAB III....................................................................................................................................................... 13

PENUTUP .................................................................................................................................................. 13

A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Asia tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam.
Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai lautan Cina
dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sejarah masuknya islam di asia tenggara
sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara
sejarawan agamawan, arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum masuknya
islam di Asia tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat diselat
malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhnya
sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda. Ada
juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala Arab. Oleh karena
itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya Islam di Asia
Tenggara yang sangat penting untuk ita ketahui. Islam berkembang di Asia Tenggara melalui
beberapa proses saluran, diantaranya saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan,
seni, dan politik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Kondisi Peradaban sebelum masuknya Islam
2. Awal mula masuknya Islam di Asia Tenggara
3. Apa-apa saja Kerajaan Islam di Asia Tenggara
4. Bagaiaman Perkembangan Islam di Asia Tenggara saat ini

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kondisi Peradaban sebelum masuknya Islam

Kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal dengan istilah Jahiliyah.
Masyarakat Jahiliyah ini identik dengan peradaban yang sangat buruk, pelacuran dimana-mana,
pertumpahan darah, perbuatan keji yang tak dapat diterima akal sehat.Sebelum diutusnya Nabi
Muhammad SAW, orang-orang Arab menganut agama Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabi'ah dan
penyembah berhala (paganisme). Kondisi sosial bangsa Arab Jahiliyah memiliki klasifikasi
berbeda-beda dimana kaum bangsawan mendapat kedudukan terpandang. Mereka memiliki
otoritas dan pendapat yang mesti didengar.

Adapun gaya hidup masyarakat Arab Jahiliyah terbiasa bercampur baur antara kaum laki-laki
dan perempuan. Boleh dikatakan kehidupan mereka jauh dari akal sehat. Selain pelacuran, gila-
gilaan, pertumpahan darah sudah biasa di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah. Imam Bukhari
meriwayatkan dari 'Aisyah radhiallahu 'anha (RA), bahwa pernikahan pada masa Jahiliyah terdiri
dari empat macam:

1. Pernikahan seperti pernikahan orang sekarang, yaitu seorang laki-laki mendatangi laki-
laki yang lain dan melamar wanita yang di bawah perwaliannya atau anak perempuannya,
kemudian dia menentukan maharnya dan menikahkannya.
2. Seorang laki-laki berkata kepada istrinya manakala ia sudah suci dari haidnya, "pergilah
kepada si fulan dan bersenggamalah dengannya". Kemudian setelah itu, istrinya
ditinggalkan dan tidak disentuh selamanya hingga tampak tanda kehamilannya dari laki-
laki tersebut. Apabila tampak tanda kehamilannya, apabila si suaminya masih berselera
kepadanya maka dia akan menggaulinya.
3. Banyak laki-laki mendatangi seorang perempuan, sedangkan si perempuan ini tidak
menolak sedikitpun siapa pun yang mendatanginya. Mereka ini adalah para pelacur, di
pintu-pintu rumah mereka ditancapkan bendera yang menjadi simbol siapa pun yang
menghendaki mereka maka dia bisa masuk. Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang
pernah mendatanginya itu berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah),

2
kemudian si ahli ini menentukan nasab si anak tersebut kepada siapa yang mereka
cocokkan ada kemiripannya dengan si anak itu. Dalam hal ini, laki-laki yang ditunjuk
tidak boleh menyangkal. Maka ketika Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad SAW,
beliau menghapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah itu kecuali pernikahan yang ada
saat ini.

Dalam tradisi Arab Jahiliyah, antara laki-laki dan perempuan selalu berkumpul dan diadakan
di bawah tajamnya pedang dan tombak. Pemenang dalam perang antarsuku berhak menyandera
perempuan-perempuan suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang ibunya
mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.Kaum
Jahiliyah juga terkenal dengan kehidupan dengan banyak istri (poligami) tanpa batasan. Mereka
mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini istri bapak-bapak mereka apabila telah
ditalak atau karena ditinggal mati oleh bapak mereka.

Perbuatan zina merata di semua lapisan masyarakat. Namun, ada sekelompok laki-laki dan
perempuan yang terbebas dari hal tersebut. Mereka adalah orang-orang yang memiliki jiwa besar
dan menolak keterjerumusan ke dalam kemaksiatan. Kondisi hina lebih banyak dialami para
budak perempuan. Mengenai pergaulan masyarakat Arab Jahiliyah, hubungan seorang laki-laki
dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat. Mereka hidup dan
mati demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu membudaya antar sesama suku.
Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial adalah fanatisme rasial dan hubungan tali
rahim.

Masyarakat Jahiliyah memang dikenal memiliki peradaban yang buruk, namun masih ada
akhlak mulia dan terpuji yang menjadi kelebihan mereka. Di antaranya, kemurahan hati,
kedermawanan, pantang menyerah, memenuhi janji, suka menolong orang lain. Semua
keterpurukan moral dan kelamnya peradaban Jahiliyah itu baru berubah setelah Nabi
Muhammad SAW diutus membawa risalah Islam. Perlahan namun pasti, berkat rahmat Allah,
Nabi Muhammad SAW dengan kelembutan dan kemuliaan akhlaknya mengubah gelapnya
peradaban menuju cahaya. Kemusyrikan dihilangkan, perbudakan dihapuskan, perempuan
dimuliakan, perzinaan dan perjudian ditinggalkan. Bangsa Arab memasuki fase peradaban baru
yang lebih bermartabat dengan hadirnya Islam.

3
B. Awal mula masuknya Islam di Asia Tenggara

Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para
pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar
Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk
menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir. Dalam proses masuknya Islam di Asia Tenggara,
ada beberapa jalur yang digunakan. Jalur-jalur tersebut semua menyesuaikan dengan budaya
timur yang mengedepankan keramahtamahan. Sehingga hal ini memudahkan Islam untuk
masuk dan berkembang di kawasan ini.
1. Saluran Islamisasi melalui perdagangan menjadi salah satu penyebab kuatnya pengaruh
peradaban Islam di Asia Tenggara. Hubungan dalam jalur perdagangan inilah yang
menciptakan interaksi antara pedagang Islam dan penduduk asli di Asia Tenggara. Dari
interaksi itu, kemudian muncul pengaruh yang kuat dari satu pihak pada pihak lainnya.
Dalam hal ini, pihak yang memberikan pengaruh adalah para pedagang dan ulama dari
Arab. Pengaruh inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam sistem kehidupan
masyarakat Asia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan berjaya, kepercayaan yang
dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namun dengan adanya pengaruh
dari pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudian beralih menganut
monotheisme.
2. melalui saluran perkawinan. Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status
sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi
terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.

3. Saluran Tasawuf. Ajaran Islam sampai ke Alam Melayu, sangat dipengaruhi oleh ajaran
tasawuf. Para sejahrawan menyatakan bahawa inilah yang menyebabkan Islam menarik
kepada mereka di Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahawa tasawuf dengan ajaran dan
amalannya menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di Asia Tenggara. Dengan
tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu,
sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
4. Saluran pendidikan. Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren
maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di

4
pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan
agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau
berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan
oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.
5. saluran kesenian. Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Menurut catatan sejarah tokoh penyebar Islam yang mengambil peran melalui
saluran ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang.
6. Saluran politik. Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di
Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi
kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik
penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

Tentang Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia Sejak abad pertama, kawasan laut
Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-
negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan
perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu.
C. Kerajaan-Kerajaan Islam di Asia Tenggara

1. Kesultanan Samudera Pasai

Berdirilah Kesultanan Samudera Pasai, kesultanan Islam pertama di Nusantara yang


berlangsung pada abad ke 13-15. Terletak di Aceh Utara, sebagai jalur laut dan perdagangan
yang strategis di kawasan Nusantara. Para pedagang muslim asal Arab, Cina dan India memasuki
daerah ini untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan Samudera Pasai mendapat
sumber penghasilan yang besar dari pajak bandara laut dan perdagangan. Namun pada 1521
Masehi, ditaklukkan Portugis. Jejak Kesultanan Samudera Pasai dapat diketahui antara lain

5
dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama salah satu Sultan yang
memerintah kala itu.

2. Kesultanan Sulu

Pada 1380 M, Karim ul-Makdum seorang ulama keturunan Arab, menyebarkan Islam di
Kepulauan Sulu. Dilanjutkan Raja Bagindo dari Minangkabau pada 1390, menyebarkan Islam di
wilayah ini. Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu. Sekitar
1450 M, seorang Arab dari Johor, Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu menikahi
Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah Raja tiada, Abu Bakr melanjutkan dakwah di wilayah
ini. Pada 1457, ia mengumumkan berdirinya Kesultanan Sulu dengan gelar Paduka Maulana
Mahasari Sharif Sultan Hashim Abu Bakr. Gelar 'Paduka', gelar lokal yang berarti tuan
sedangkan Mahasari berarti Yang Dipertuan.

Pada 1703, Kesultanan Brunei menghadiahkan Kesultanan Sulu wilayah bagian timur Sabah
sebagai balas jasa atas bantuan mereka menumpas pemberontak di Brunei. Kala itu, Kesultanan
Sulu menghadiahkan Pulau Palawan kepada Sultan Qudarat dari Kesultanan Maguindanao
sebagai hadiah perkawinan Sultan Qudarat dengan puteri Sulu dan juga sebagai hadiah
persekutuan Maguindanao dengan Sulu. Namun kemudian, Sultan Qudarat menyerahkan
Palawan kepada Spanyol.

3. Kesultanan Malaka

Letak Kesultanan ini berada di Semenanjung Malaka. Islam di Malaka berasal dari
Kesultanan Samudera Pasai. Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran
dari Sriwijaya. Ia menikahi putri Sultan Samudera Pasai dan masuk Islam. Kesultanan ini
mencapai kejayaan di era Sultan Muzaffar Syah, 1445-1459. Portugis menaklukkan Malaka pada
1511 Masehi. Peninggalan Kesultanan Malaka berupa koin mata uang dari akhir abad ke-15 dan
benteng A'Farmosa, sebagai bukti ditaklukkannya Malaka oleh pasukan Portugis.

4. Kesultanan Brunei Darussalam

6
Kesultanan Brunei Darussalam adalah kesultanan Islam yang ada di Kalimantan bagian utara.
Awal masuknya Islam ke Brunei dibawa oleh saudagar asal Cina pada 977 Masehi. Setelah Raja
Awang Alak Betatar masuk Islam, ia merubah kerajaan itu menjadi kesultanan (1406-1408).
Kata 'Darussalam' disematkan pada kata 'Brunei' di abad ke-15 untuk menegaskan Islam sebagai
agama negara. Kesultanan ini menjadi pusat penyebaran Islam sekaligus perdagangan di wilayah
Melayu kala Malaka jatuh ke tangan Portugis. Kesultanan Brunei Darussalam dikuasai Inggris
pada 1888 M, dimasa Sultan Hasyim Jalilu Agera-maddin. Namun Inggris memberi
kemerdekaan pada tahun 1983 M.

5. Kesultanan Islam Pattani

Kehadiran Islam di Pattani dimulai dari kedatangan mubalig dari Pasai Syekh Said, yang
berhasil menyembuhkan Raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya
Tu Nakpa (1486-1530 M) yang beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan
Ismail Syah. Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan dagang
dengan Malaka, dan menjadi pusat perdagangan dan bandar laut, terutama bagi pedagang dari
Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok.
Peninggalan Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh sebagai simbol hubungan dekat
dengan Samudera Pasai.

6. Kesultanan Ternate

Kesultanan Islam terbesar Maluku berada di Ternate. Islam di daerah ini disebarkan oleh para
ulama dan pedagang dari Pulau Jawa. Islam jadi agama kerajaan di era Sultan Zainal
Abidin. Kesultanan Ternate menjadi salah satu pusat penyebaran Islam dibagian timur
Nusantara, mencapai kejayaannya di era pemerintahan Sultan Babullah.

7. Kesultanan Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh adalah kerajaan Islam yang berada di bagian utara Sumatera. Didirikan
pada 1541 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh menggantikan peran Kesultanan
Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, terutama dalam perdagangan dan pelayaran yang telah
dikuasai oleh Portugis. Kejayaan Kesultanan Aceh terjadi di era Sultan Iskandar Muda, yang

7
akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada 1912 M. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara lain
Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar
Cina.

8. Kesultanan Demak

Di Jawa, berdiri Kesultanan Demak, kesultanan Islam dipimpin Raden Fatah, bupati
Majapahit di Bintoro. Mencapai puncak kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Trengono.
Kesultanan Demak telah berhasil melebarkan kekuasaannya sampai ke luar Jawa, seperti
Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan Kesultanan Kutai di Kalimantan. Namun terjadi
kemunduran di era Sunan Prawoto karena beberapa wilayah terjadi pemberontakan. Peninggalan
Kesultanan Demak yang populer adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah
bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari
sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan
Kalijaga.

9. Kesultanan Cirebon

Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat, adalah Kesultanan Cirebon yang didirikan pada 1450
M, oleh Pangeran Walangsungsang. Tokoh yang berperan menjadikan Cirebon sebagai
Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggalan Panembahan Girilaya 1650-1662M,
Kesultanan Cirebon diwarisi kedua anaknya, terbagi menjadi dua Kesultanan Kasepuhan dan
Kesultanan Kanoman. Meski tak memiliki kekuasaan administratif, Kesultanan ini tetap bertahan
hingga kini.

10. Kesultanan Banjar

Kesultanan Islam ini terletak di bagian selatan Kalimantan. Pada awalnya bernama Daha,
sebuah kerajaan Hindu yang kemudian menjadi kesultanan Islam. Berdiri pada 1595 M dengan
raja pertama Sultan Suriansyah. Islam masuk ke wilayah Banjar pada 1470 Masehi, bersamaan
dengan melemahnya Majapahit di Jawa. Penyebaran Islam secara meluas dilakukan oleh Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama yang menjadi Mufti Besar Kalimantan. Pada 1857-1859,

8
Kesultanan ini mengalami kemunduran dengan munculnya pergolakan menentang pengangkatan
Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh Belanda.

Pada 1859-1905, terjadi Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862)
melawan Belanda, yang akhirnya Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar pada 1860.
Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid di Desa Kuin, Banjar
Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah.

11. Kesultanan Banten

Ini adalah kesultanan terbesar di Jawa Barat. Kesultanan Banten didirikan Sunan Gunung Jati
pada tahun 1524 Masehi. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah
mengalami perkembangan pesat. Ditandai dengan berdirinya masjid dan pesantren. Kesultanan
Banten mencapai masa keemasannya di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun
1651-1683. Namun, mengalami kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda.
Peninggalannya berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk, dan bekas
Keraton Surosowan.

12. Kesultanan Buton

Kesultanan Buton adalah kerajaan Islam yang berada di Pulau Buton, Sulawesi tenggara.
Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk Islam. Penyebaran
Islam secara meluas oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari
Kesultanan Johor. Peninggalan sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro,
yaitu batu tempat mengasingkan diri bagi Syekh Abdul Wahid di akhir keberadaannya di Buton.

13. Kesultanan Goa

Kesultanan Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi. Kerajaan Goa berubah menjadi
kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639). Di era
Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar melawan Belanda, yakni di tahun 1666-1669 M.
Kesultanan Goa dikuasai Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian

9
Bongaya. Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah
Sultan Goa terakhir di Makassar.

14. Kesultanan Johor

Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka takluk oleh Portugis. Sultan Alauddin
Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun 1530-1536 Masehi. Kejayaan
kesultanan ini terjadi pada masa Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor
memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama Kesultanan Riau sehingga disebut
Kesultanan Johor-Riau, yang berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayah menjadi kekuasaan
Belanda.

15. Kesultanan Kutai

Kesultanan Kutai berada disekitar Sungai Mahakam, Kalimantan bagian timur. Pada
awalnya, Kutai adalah kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Budha. Islam berkembang di
wilayah Kutai di era Aji Raja Mahkota pada 1525-1600 Masehi. Penyebaran Islam dilakukan
oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Warsak.
Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-
1850). Namun, mengalami kemunduran setelah ia meninggal dunia. Peninggalannya berupa
makam para sultan yang terletak di Kutai Lama, dekat Anggana.

16. Kesultanan Pajang

Kesultanan Islam pertama dipedalaman Jawa adalah Kesultanan Pajang, yang didirikan oleh
Joko Tingkir pada 1546, setelah Sultan Trenggono (Demak) wafat. Joko Tingkir atau Sultan
Adiwijaya membawa Islam dari wilayah pesisir menuju pedalaman Jawa. Kesultanan ini
berlangsung selama 45 tahun, namun ditaklukkan oleh Mataram pada 1618. Peninggalan
Kesultanan Pajang berupa makam Pangeran Benowo.

17. Kesultanan Mataram

Kesultanan Mataram berdiri sejak 1582 Masehi, berawal dari wilayah Kesultanan Pajang,
hadiah dari Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan. Sultan I Mataram adalah

10
Panembahan Senopati (1582-1601). Puncak kekuasaan Kesultanan Mataram terjadi di era Sultan
Agung (1613-1645). Selanjutnya melemah sejak terjadi perpecahan wilayah akibat Perjanjian
Giyanti serta campur tangan Belanda. Pada akhirnya Kesultanan ini terbagi menjadi empat
wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara.
Peninggalannya antara lain pintu gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.

18. Kesultanan Palembang

Pada awalnya, Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan


Demak. Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro (1539-
1572).Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang
menetap di Palembang. Kesultanan Palembang menjadi bandar transit dan ekspor lada karena
letaknya yang strategis. Belanda kemudian menghapuskan Kesultanan Palembang setelah
berhasil mengalahkan Sultan Mahmud Badaruddin. Salah satu peninggalan Palembang adalah
Masjid Agung Palembang yang didirikan pada era kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.

19. Kesultanan Bima

Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yang berada di Sumbawa bagian timur. Pada 1620
Kerajaan Bima berganti menjadi kesultanan Islam setelah rajanya, La Ka'i, memeluk Islam dan
mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair
Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur
Nusantara setelah Makassar. Kesultanan ini berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin,
sultan terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana yang
dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.

20. Kesultanan Siak Sri Indrapura

Siak Sri Indrapura, kesultanan Melayu, didirikan pada 1723 oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah, dan penyebaran Islam di Sumatera Timur. Berpusat di Desa Buantan, kemudian pindah ke
Siak Sir Indrapura, berada di sekitar 90 km ke timur laut Pekanbaru. Ketika kekhalifahan Islam
meluaskan pengaruh hingga ke Persia, permadani pun turut memasuki 'wilayah' baru. Karpet-
karpet tebal, dengan bulu halus dan corak menarik menjadi penghias utama Seniman masa itu

11
memakai bulu domba, atau unta sebagai bahan utama permadani. Seiring waktu, kapas dan sutra
menggantikannya hingga menghasilkan karya yang lebih kreatif dan indah.

D. Perkembangan Islam di Asia Tenggara saat ini

Berdasarkan dari teori bahwa Islam pada dasarnya adalah urban ( perkotaan ) dan bahwa
peradapan Islam pada hakikatnya adalah urban, Johns menyatakan bahwa Islamisasi Nusantara
bermula dari kota – kota pelabuhan yang ada. Di perkotaan itu sendiri, Islam adalah fenomena
istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan peresmi,
yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh ulama intelektual. Mereka mempunyai jaringan
keilmuan yang luas baik dalam maupun luar negeri sehingga menunjang pengembangan Islam
dan gagasan-gagasan mereka sendiri. Jaringan keilmuan semacam ini kemudian semakin
diperkuat dan diperkaya terutama sejak abad ke-17 oleh tarekat-tarekat tasawuf yang
berkembang luas di Nusantara. Karakter pengorganisasian yang inheren dalam jaringan semacam
ini memberikan momentum yang terus menerus bagi pengembangan Islam.

penyebaran Islam di Asia Tenggara yang tidak terlepas dari kaum pedagang Muslim.
Hingga kontrol ekonomi pun di monopoli oleh mereka. Disamping itu pengaruh ajaran Islam
sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Masyarakat Asia Tenggara. Islam
mentransformasikan budaya masyarakat yang telah di-Islamkan di kawasan ini, secara bertahap.
Islam dan etos yang lahir darinya muncul sebagai dasar kebudayaan.
Tradisi pendidikan Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim
diharapkan mampu membaca al Qur’an dan memahami asas-asas Islam secara rasional dan dan
dengan belajar huruf Arab diperkenalkan dan digunakan di seluruh wilayah dari Aceh hingga
Mindanao. Banyak daerah di wilayah ini seperti Pasai, Malaka dan Aceh juga Pattani muncul
sebagai pusat pengajaran agama yang menjadi daya tarik para pelajar dari sejumlah penjuru
wilayah ini.
Di bawah bimbingan para ulama Arab dan dukungan negara, wilayah ini melahirkan
ulama-ulama pribumi yang segera mengambil kepemimpinan lslam di wilayah ini. Semua
perkembangan bisa dikatakan karena lslam, kemudian melahirkan pandangan hidup kaum
Muslim yang unik di wilayah ini. Sambil tetap memberi penekanan pada keunggulan lslam,
pandangan hidup ini juga memungkinkan unsur-unsur local masuk dalam pemikiran para ulama
pribumi.
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tentang Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia Sejak abad pertama, kawasan laut
Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-
negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan
perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Cet. III;
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Attas, S.M.N. al, lslam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Bandung, Mizan,1972.

Muzani, Saiful, Pembangunan dan Kebangkitan lslam di Asia Tenggara. Cet. I; Jakarta: Pustaka
LP3S, 1993.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008


https://umma.id/article/share/id/1002/362297

14

Anda mungkin juga menyukai