Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kami bisa menyelesaikan Makalah tentang " Perkembangan Islam di Asia Afrika”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi

dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai

pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata

bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik

dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Sanana, 19 Januari 2024

Penyusun,

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................

C. TUJUAN..........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................

A. Perkembangan islam di Asia Afrika...........................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................

A. KESIMPULAN................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang menjadi rahmatan lil‘alamin.Kemunculannya pada sekitar abad ke-6 Masehi telah

membawa perubahan besar pada masyarakat di sekitarnya. Bangsa Arab yang semula bodoh

dan terbelakang berubah menjadi bangsa yang kuat dan maju.

Hanya berselang seabad setelah kemunculannya, wilayah Islam telah membentang dari India sampai ke

Spanyol. Islam membawa kebudayaan serta peradaban. Bahkan, kemajuan yang dicapai negara-negara Barat

saat ini merupakan hasil rintisan ilmuwan-ilmuwan Islam pada masa itu.Islam merupakan agama yang tersebar

dipertengahan bumi ini yang terbentang dari tepi laut Afrika sampai laut pasifik selatan, dari padang rumput

siberia sampai ke pelosok Asia Tenggara, bangsa Barbar di Afrika Barat, Sudan,Afrika Timur yang berbahasa

Swahili, bangsa Arab Timur Tengah bangsa Turki,Irania, bangsa Turki dan Persia yang tinggal di Asia

Tengah .dari sisi latar etnis, bahasa, adat, organisasi politik, dan pola kebudayaan dan teknologi

merekamenampilkan keragaman kemanusiaan, namun Islam menyatukan meraka. Meskipun seringkali tidak

menjadi totalitas kehidupan meraka, namun Islam terserap dalam konsep, aturan keseharian, memberikan tata

ikatan kemasyarakatan, dan memenuhi hasrat mereka meraih kebahagiaan hidup.lantaran keragaman tersebut,

Islam berkembang menjadi keluarga terbesar ummat manusia.

Dalam kajian makalah kali ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang sejarah masuknya Islam di Afrika

dan Asia, yang di dalamnya terdapat beberapa kawasasan atau wilayah jajahan/dakwah Islam ke berbagai

kerajaan diwilayah-wilayah Afrika dan Asia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Islam di Asia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan islam di Asia


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA AFRIKA

1. Perkembangan islam di tiongkok

Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh pertama yang diutus ke negeri itu ialah Saad bin Abi

Waqash. Setelah itu banyak saudagar arab yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan agama

Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran Islam yang dipraktekan dan diajarkan oleh para

mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum dan menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang suci.

Tempat yang pertama kali menerima dakwah Islam ialah Kanton, salah satu kota besar di Cina. Saad bin Abi Waqash pertama kali

berdakwah di kota itu, dan ia cukup lama tinggal di kota tersebut sampai meninggal dunia. Kuburanya masih terawat baik sampai sekarang,

karena masyarakat muslim Cina sangat menghormatinya.

Selain melalui jalur dakwah, agama Islam dapat berkembang melalui jalur perkawinan. Banyak para mubaligh muslim yang kemudian

menikahi gadis setempat dan beranak pinak. Sehingga anak keturunan mereka itulah yang kemudian meneruskan dakwah Islam di negeri

tirai bambu itu.

Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu meliputi lebih dari 4000 tahun, sehingga termasuk Negara berkeadaban tertua, disamping

India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000 tahun lebih cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis

Cina dan Republik Rakyat Cina.

Tai Tsung naik takhta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju

Madinah. Kira-kira pada waktu yang sama,suku-suku nomad Turki di Asia Tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk serbuan missal.

Namun, Tai Tsung dapat mengusir mereka,. Maka mulai muncullah migrasi menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya

merupakan masyarakat muslim Hui yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.

Pada waktu Tai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi Muhammad SAW, baru meletakkan dasar-dasar Negara islam. Pada

tahun 705 M. Dinasti Umayah dijatuhkan oleh Dinasti Bani Abbas. Satu tahun kemudian, tentara muslim berhadapan dengan tentara Cina

untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki, umat Islam dapat mengalahkan tentara cina. Semenjak itulah

penduduknya sebagian besat memeluk agama Islam.

Hasil dari pertempuran talas lainnya adalah tertangkapnya beberapa orang Cina yang ahli dalam membuat kertas. Karya mereka

selanjutnya diperkenalkan ke Dunia Islam. Dengan inilah mendorong berkembangnya kebudayaan Bagdad sejajar dengan kebudayaan

Chang-an(Cina).

Selama abad ke-19, terdapat pemberontakan-pembrontakan besar di negeri Cina, dan pemberontakan-pemberontakan di Yunnan (1855-

1873) oleh penduduk muslim yag akhirnya ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan(1966), umat Islam

yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakkan diri. Pada awal revolusi mesjid-mesjid dirusak, dihancurkan atau ditutup.

2. Perkembangan Islam di Jepang

Sebelum perang dunia ke-2, jepang termasuk Negara ekslusif yang menutup diri, sehingga agama Islam baru masuk ke Negara itu setelah

pecahnya perang dunia ke-2 tersebut. Pada waktu itu Jepang berperang melawan Rusia. Banyak penduduk Rusia yang mengungsi ke Jepang

salah satunya seorang ilmuwan yang bernama Abdul Rasyid Ibrahim, ia merupakan teman karibnya Jenderal Akashi, panglima masyarakat

negeri itu dan berhasil mengislamkan Konaru dan Yama Oka. Mereka berdua sempat melaksanakan ibadah haji.

Sejarah perkembangan Islam di Jepang menunjukkan bahwa terdapat gelombang orang-orang yang memeluk Islam. Faktanya, kampanye-

kampanye religius yang sudah banyak dilakukan tidak terlalu banyak menuai sukses dalam menyebarkan “agama baru” ini. Data statistic

mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil

terakhir yang diperoleh berdasarkan polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah gelombang

protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya

kepercayaan terhadap dogma-dogma agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85 %. Para

pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri

dirasa amat kecil jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang. Para pelajar dan

mahasiswa bersama dengan para pekerja yang berada dalam situasi genting melakukan perluasan segmen komunitas mereka. Mereka

terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo namun jarang yang terorganisir secara rapi dalam

unit-unit yang mapan untuk melakukan program-program dakwah yang efektif. Faktanya, asosiasi para pelajar Muslim serta masyarakat

local mengorganisir camp-camp secara periodic serta melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman bagaimana mengajarkan

Islam secara benar dan tepat serta untuk memperkuat hubungan persaudaraan diantara sesama Muslim.
Tidak ada kelanjutan dari upaya-upaya untuk bertahan dengan situasi yang menuntut penyesuaian-penyesuaian bagaimana di satu sisi harus

menjalani gaya hidup yang modern dan di sisi lain harus menyeru orang pada perbaikan jiwa agar tercipta keseimbangan hidup. Kesulitan-

kesulitan yang kemudian dihadapi oleh orang-orang Muslim adalah dalam hal pengadaan fasilitas komunikasi, perumahan, pendidikan anak,

atau makanan halal serta buku-buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Dan hal ini merupakan faktor-faktor

tambahan yang menjadi penghalang bagi jalannya dakwah di Jepang. Kewajiban untuk berdakwah seringkali dirasakan sebagai kewajiban

seorang Muslim untuk mengajarkan Islam kepada non-Muslim. Dan banyak Muslim yang merasa bahwa kegiatan mereformasi (islaah) serta

memperbaharui (tajdid) itu amat diperlukan, sehingga otomatis hal tersebut juga mempengaruhi bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan

oleh komunitas-komunitas Muslim yang eksis di Jepang.

Sebuah kondisi yang menuju perbaikan serta kemajuan dalam hal pengetahuan Islam serta kehidupan (living condition) demi keberhasilan

dakwah amat diperlukan di Jepang. Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa jika tindakan pengabaian serta ketidakpedulian oleh warga

negara Jepang yang Muslim terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan jamaah dirubah, maka resiko yang harus

ditanggung komunitas akan bisa diatasi dan dicairkan melalui distorsi keyakinan Islam yang amat hebat, yang terus tumbuh. Kemungkinan

tersebut pada kenyataannya bersentuhan dengan keterbukaan permanent orang-orang muslim terhadap pengaruh adat-istiadat Jepang

dan ritual-ritual tradisional seperti menundukkan kepala amat dalam serta berpartisipasi secara kolektif dalam acara-acara yang bersifat

religiuis dan berkunjung ke kuil. Mungkin permasalahan yang muncul adalah ketika keterlibatan pada anak Muslim dalam perayaan-perayaan

semacam itu akan menjadikan mereka target empuk transmisi dan penanaman budaya non-Islam dan kebiasaan soaial. Komunitas Islam di

Jepang amat membutuhkan kehadiran lembaga-lembaga Islam di seluruh Jepang.

Terdapat upaya-upaya permanent untuk membangun atau merubah unit-unit pemukiman menjadi masjid-masjid di banyak kota dan dengan

pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa, juga ingin membangun perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan buah-buahan.

Terdapatnya miskonsepsi dalam pengajaran Islam diperkenalkan oleh media Barat harus diluruskan dengan sebuah pendekatan yang lebih

efisien yang diambil dengan penuh pertimbangan terhadap adanya keistimewaan masyarakat jepang yang merupakan salah satu masyarakat

yang paling terpelajar di dunia. Karena adanya distribusi yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak

tersedia di ruang publik. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum kecuali beberapa essay yang

ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya

menemukan bahwa pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan, Mekah,.

Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya Muhammad. Akankah Islam bergaung lebih keras di Jepang? Dengan

terdapatnya bukti-bukti yang signifikan mengenai terdapatnya tanggung jawab untuk berdakwah serta penilaian yang rasional terhadap

adanya keterbatasan dan kapabilitasnya, komunitas Muslim menunjukkan komitmen yang lebih kuat untuk melaksanakan kewajiban

dakwahnya dengan cara-cara yang lebih terorganisir. Di masa yang akan datang diharapkan masa depan Islam dan para pemeluknya akan

lebih baik daripada sebelumnya, tentunya dengan mengharapkan pertolongan Allah.

Perkembangan berikutnya, islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang. Banyak prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2

dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka agama Islam pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta mendirikan

oganisasi umat Islam pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang. Sampai hari ini, agama

Islam di Jepang berkembang dan semoga tetap jaya.

3. Perkembangan Islam di Korea

Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara

Turki yang dikirim ke Korea dalam misi perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk Islam

adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959 mereka melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah

bertemu jutaan umat Islam , dari berbagai Negara mereka segera melakukan dakwah di negaranya.

Berkat perjuangan mereka, agama Islam dapat berkembang dengan pesat di Korea. Pada tahun 1963 di Seoul, Ibu kota Korea Selatan

didirikan sebuah masjid megah, dan lengkap dengan fasilitas dakwahnya, baik untuk pendidikan al-Quran, pertemuan akbar dan sebagainya.

Masjid itu dipimpin oleh Haji Sabir Suh.

Tahun 1980 juga didirikan sebuah Universitas Islam di Kota Yang In. Universitas itu memiliki 15 fakultas, yang lima diantaranya adalah

fakultas Syariah, Bahasa Arab, Ilmu Perbandingan Agama, Sejarah Islam, dan Penddidikan Agama Islam. Umat Islam di Korea pada saat

ini sekitar 21 ribu orang.

4. perkembangan islam di taiwan

Islam di Taiwan adalah agama yang secara perlahan tumbuh dan dianut sekitar 0,3% penduduk Taiwan.Ada sekitar 60.000 muslim di

Taiwan dan 90% dari mereka beretnis Hui. Selain itu, ada lebih dari 180.000 pekerja muslim asing yang bekerja di Taiwan dari Indonesia,

Malaysia, Thailand, dan Filipina, serta orang asing Muslim lainnya yang berasal dari lebih 30 negara. Per 2018 Taiwan memiliki delapan

masjid dan yang terkenal adalah Masjid Agung Taipei, masjid tertua dan terbesar di Taiwan.
Masuknya Islam ke Taiwan (waktu itu masih bernama Pulau Formosa) tidak lepas dari sejarah masuknya Islam ke negeri Tiongkok. Islam

masuk ke Tiongkok melalui kawasan barat negeri itu, bersamaan dengan kedatangan pedagang Muslim pada abad ketujuh Masehi yang

kemudian menikahi perempuan setempat. Perkawinan mereka menghasilkan kelompok etnis baru di Tiongkok yang bernama etnis Hui. Itu

sebabnya mula-mula masyarakat Tiongkok biasa menyebut agama Islam dengan sebutan 回 教 (Huì Jiào) yang berarti “agama Hui”. Tapi

belakangan masyarakat lebih terbiasa dengan sebutan 伊斯蘭教 (Yīsīlán Jiào) atau “agama Islam”.

Di Tiongkok ada sekitar 20 juta orang beragama Islam. Sebagian di antara mereka kemudian berhijrah ke Taiwan pada abad ke-17 saat

orang Muslim yang tinggal di provinsi Fujian yang berada di pesisir selatan Tiongkok bergabung dengan pasukan Koxinga (Cheng Cheng-

Kung) menyerbu Taiwan untuk mengusir pasukan Belanda yang menduduki pulau itu. Usai perang, sebagian pasukan Koxinga yang beragama

Islam itu ada yang memilih menetap di Taiwan.

Keturunan mereka kemudian menikah dan berasimilasi dengan masyarakat setempat. Sebagian mereka ada yang tetap menjadi Muslim,

sedangkan sebagian lain berpindah agama.

Menurut Profesor Lien Ya Tang dalam bukunya yang berjudul History of Taiwan (1918), meskipun mereka beragama Islam, orang Muslim

yang menetap di pulau Formosa itu tidak aktif menyebarkan agamanya. Mereka juga tidak membangun masjid di pulau tersebut.

Gelombang kedua kedatangan orang Muslim ke Taiwan berlangsung selama perang sipil Tiongkok pada abad ke-20. Pada saat itu sekitar

20.000 tentara Muslim beserta keluarganya yang pro partai nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai Shek ikut hijrah ke Taiwan pada

tahun 1949, karena tidak sudi berada di Tiongkok daratan yang dikuasai Partai Komunis Tiongkok.

Kebanyakan mereka adalah tentara dan pegawai negeri yang berasal dari provinsi Tiongkok bagian selatan dan barat yang banyak dihuni

orang Islam, seperti Yunnan, Xinjiang, Ningxia, dan Gansu.

Selama tahun 1950-an kontak antara etnis Hui (masyarakat Muslim) dan etnis Han sangat terbatas karena perbedaan adat istiadat di

antara mereka. Kebanyakan masyarakat Muslim lebih mengandalkan hubungan antar mereka sendiri melalui pertemuan komunitas mereka

di sebuah rumah di Jalan Lishui (麗水街) di Taipei.

Namun ketika tahun 1960-an kaum Muslimin melihat kenyataan bahwa kembali ke Tiongkok daratan tidak lebih baik, kontak dengan etnis

Han jadi lebih sering. Meski begitu interaksi dan saling bantu dengan sesama umat Islam tetap terus dijaga.

Pada tahun 1980-an ribuan umat Islam dari Myanmar dan Thailand bermigrasi ke Taiwan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka

adalah keturunan tentara pro nasionalis yang melarikan diri dari provinsi Yunnan ketika kelompok komunis berhasil menguasai Tiongkok

daratan.

Saat ini ada sekitar 63.000 orang Taiwan yang beragama Islam serta lebih dari 90.000 orang Muslim Indonesia yang menjadi pekerja

(TKI) di Taiwan. Sehingga saat ini (tahun 2007) ada sekitar 150.000 umat Islam di Taiwan.

Meskipun perkembangan umat Islam di negeri ini sangat lambat namun dilaporkan setiap tahun ada sekitar 100 orang Taiwan yang masuk

Islam, terutama karena menikah dengan pria Muslim.

5. perkembangan islam di mesir

Perkembangan Islam di Mesir tentu tidak terlepas dari peranan para penguasa Islam di Mesir. Dinasti pertama yang berkuasa di Mesir

secara mandiri adalah Dinasti Fatimiyah. Dinasti Fathimiyah merupakan dinasti yang beraliran Syiah. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada

tahun 909 M.11 sebagai tandingan bagi penguasa dunia Muslim saat itu yang berkuasa di Baghdad yaitu Bani Abbasiyah. Dinasti Fathimiyah

didirikan oleh Said Ibn Husain.

Islam mencapai kejayaannya di Mesir pada masa khalifah yang kelima, Abu Manshur Nizar al-Aziz (975-996 M.). Dalam pemerintahannya,

Dia mampu menyaingi Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Al-Azizi bahkan menghabiskan uang dua juta dinar untuk membangun istana yang

dapat menyaingi istana Abbasiyah. Khalifah al-Aziz dikenal sebagai seorang yang bijaksana dan paling murah hati. Dia hidup di kota Kairo

yang mewah dan cemerlang, dikelilingi beberapa mesjid, istana, jembatan, dank anal- kanal yang baru, serta memberikan toleransi yang

tidak terbatas kepada umat Kristen, sesuatu yang belum pernah mereka rasakan sebelumnnya

Setelah al-Aziz wafat, Dia digantikan oleh Abu Ali Manshur al-Hakim (996- 1021 M.). Di bawah pemerintahannya, Dinasti Fathimiyah mulai

mengalami masa kemunduran. Pada saat itu, Dia masih berumur 11 tahun. Masa pemerintahannya ditandai dengan tindakan-tindakan kejam

yang menakutkan. Dia membunuh beberapa orang wazirnya, menghancurkan beberapa gereja Kristen, termasuk di dalamnya kuburan suci

umat Kristen (1009 M.). Pada akhirnya, hal inilah yang memicu sehingga Dia terbunuh pada tanggal 13 Pebruari 1021 M. di Mukatam. Para

sejarawan menyimpulkan bahwa kemungkinan pembunuhnya adalah adik perempuannya sendiri yang bernama Sitt al-Muluk yang pernah

tidak diperlakukan secara terhormat olehnya.

Setelah al-Hakim meninggal, Dia digantikan oleh al-Zhahir (1021-1035 M.) yang masih berumur enam belas tahun. Setelah al-Zhahir

berkuasa, pemerintahan dinasti ini makin kacau dan pada akhirnya Shalahuddin al-Ayyubi mengakhiri dinasti ini pada tahun 1171. Khalifah

terakhir Dinasti Fatimiyah adalah al-Adhid (1160-1171 M.) Setelah Shalahuddin berkuasa, Salahuddin tidak menghancurkan Kairo yang

dibangun Fathimiyah. Ia malah melanjutkannya sama antusiasnya. Ia hanya mengubah paham keagamaan negara dari Syiah menjadi Sunni.

Sekolah, masjid, rumah sakit, sarana rehabilitasi penderita sakit jiwa, dan banyak fasilitas sosial lainnya dibangun. Peristiwa yang paling
terkenal pada masa Shalahuddin al-Ayyubi adalah Perang Salib (perang antara Kristen dan Islam). Pada 1250 delapan tahun sebelum

Baghdad diratakan dengan tanah oleh Hulagu, kekuasaan diambil alih oleh kalangan keturunan Turki, pegawai Istana keturunan para budak

(Mamluk).

6. perkembangan islam di algazair

Pada awal masa Islamisasi di Aljazair yang mengenal Islam lebih dulu hanya para kaum elit dan berkembang atas peranan

para Maraboutisme.5Maraboutisme yang ada di Aljazair berasal dari Andalusia di semenanjung Iberia yang membentuk organisasi

dalam memperkuat gerakan Islam. Marabout sangat besar peranannya dalam bidang penyebaran agama, ilmu pengetahuan, bidang

politik dan bidang sosial ekonomi. Seiring berjalannya waktu penduduk Aljazair mayoritasnya menganut agama Islam

Pusat penyebaran Islam terjadi di Tahert atau Tiaret, atas jasa orang-orang Khawarij yang belum diketahui bagaimana

kedatangannya di Afrika Utara. Orang-orang Berber yang menjadi mayoritas di Aljazir banyak yang memeluk agama Islam dan

mencari tahu lebih dalam tentang Islam.6Kejayaan Islam ditambah dengan penyebarluasaan Arabisasi yaitu bahasa Arab dijadikan

bahasa Nasional di Aljazair. Melalui bahasa terjadipernikahan antara penduduk Berber dangan orang-orang Arab dan terbentuknya

perkampungan orang Berber-Arab.

7. perkembangan islam di sudan

Islamisasi di wilayah Sudan (Sahel) dimulai sejak penaklukan militer dan konversi agama pada abad ke-8 sampai abad ke-16. Setelah itu,

gesekan antar agama dan konflik sektarian terus terjadi dan menjadi sumber ketegangan yang berlangsung di seluruh negara-negara

Sahel.

Pada abad ke-8 Islam mulai menduduki Afrika Utara, saat itulah orang Arab Muslim mulai memimpin ekspedisi ke Sub-Sahara Afrika,

dimulai dari sepanjang Lembah Nil menuju Nubia, dan melintasi Sahara ke Afrika Barat. Ekspedisi ini kebanyakan dimotivasi oleh

kepentingan perdagangan trans-Sahara, khususnya perdagangan budak.

Penyebaran pengaruh Islam di Afrika, sebagian besar terjadi secara bertahap. Pada abad ke-7, kerajaan-kerajaan Kristen Nubia adalah

yang pertama kali. Sufi memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dari abad ke-9 hingga abad ke-14, dan mereka mengamankan

rute perdagangan antara Afrika Utara dan sub-Sahara kerajaan Ghana dan Mali. Mereka juga bertanggung jawab untuk mendirikan

zawiyah di tepi Sungai Niger.

Dinasti Sanusi sangat terlibat dalam kerja misionaris yang dilakukan selama abad ke-19, dengan misi mereka yang berfokus pada

penyebaran Islam dan literasi tekstual di wilayah selatan sampai Danau Chad.

8. perkembangan islam di murtania

Hampir semua penganut Islam di Mauritania adalah Muslim Sunni. Mereka mengikuti mazhab Maliki, salah satu dari empat hukum Sunni.

Sejak kemerdekaan pada tahun 1960, Mauritania telah menjadi republik Islam. Piagam Konstitusi tahun 1985 menyatakan Islam agama

negara dan syariah sebagai hukum negeri Mauritania.

9. perkembangan islam somalia

Hampir semua warga Somalia adalah Muslim Sunni. Selama lebih dari 1400 tahun, Islam membuat sebagian besar masyarakat Somalia.

Mempraktikkan Islam memperkuat perbedaan yang lebih mengatur Somalia selain dari tetangga langsung mereka, banyak di antaranya

yang baik Kristen atau penganut agama asli pribumi. Kaum Muslim awal mencari perlindungan dari penganiayaan di kota-kota di pantai utara

Somalia.

Ideal Islam adalah masyarakat diatur untuk menerapkan ajaran Islam di mana tidak ada perbedaan yang ada antara sekuler dan ranah

religius. Di antara warga Somalia yang ideal ini kurang sepenuhnya telah didekati di utara daripada di antara beberapa kelompok di daerah

yang menetap di selatan di mana pemimpin agama pada satu waktu merupakan bagian integral dari struktur sosial dan politik. Di antara

pengembara, urgensi kehidupan pastoral memberi bobot yang lebih besar untuk peran prajurit, dan pemimpin agama diharapkan untuk

tetap jauh dari masalah politik.

Peran pemangku agama mulai menyusut pada 1950-an dan 1960-an karena sebagian kekuatan hukum dan pendidikan dan tanggung jawab

dialihkan kepada otoritas sekuler. Posisi pemimpin agama berubah secara substansial setelah revolusi 1969 dan pengenalan sosialisme

ilmiah. Siad Barre bersikeras bahwa sosialisme versinya ini kompatibel dengan prinsip Qur'ani, dan dia mengutuk ateisme. Pemimpin agama

diperingatkan untuk tidak ikut campur dalam politik.

Pemerintahan baru mengadakan perubahan hukum bahwa beberapa tokoh agama melihat ada produk hukum yang bertentangan dengan

ajaran Islam. Rezim tersebut bereaksi tajam terhadap kritik, dan mengeksekusi beberapa demonstran. Selanjutnya, pemimpin agama

tampaknya menyesuaikan diri dengan pemerintah.

10. perkembangan islam di afrika selatan

Murdiyah mengungkapkan bahwa Islam mula-mula menyebar ke sejumlah wilayah di sekitar jazirah Arab, yaitu Iran (Persia), Irak,

Palestina, dan Syiria. Sekitar 100 abad setelah kelahirannya, Islam mulai dikenal di wilayah-wilayah yang letaknya lebih jauh termasuk

sekitar laut tengah, Asia, hingga perbatasan Cina. Pintu masuk Islam di Afrika berada di wilayah Afrika Timur yang diyakini tersebar
lewat para pengungsi muslim di Etiopia. Tidak butuh waktu lama, pengaruh Islam berkembang secara pesat di wilayah-wilayah Afrika

lainnya, termasuk Afrika Selatan. Komunitas India yang hadir di Afrika Selatan pada akhir abad 17 hingga 18 (1601-1700 M) turut

menyumbang sebagian besar populasi muslim di wilayah tersebut. Di akhir abad ke-19 agama Islam dipeluk oleh ratusan ribu orang Afrika

Selatan. Suara Muhammadiyah mencatat bahwa perkembangan Islam di Afrika Selatan didorong oleh kemiskinan yang melanda sebagian

besar wilayah tersebut.

Islam dianggap masyarakat setempat sebagai jawaban atas permasalahan mereka, karena mengajarkan konsep zakat, sedekah, dan wakaf.

Agama ini turut menarik minat para generasi muda Afrika Selatan yang menjalani kehidupan 'keras'. Melalui Islam kaum muda mulai

meninggalkan obat-obatan, judi, dan minuman beralkohol. Kendati demikian, pergerakan penyebaran Islam di Afrika Selatan sempat

tertekan seiring adanya politik apartheid dan perpecahan anatar pemeluk Islam.

Menurut Suara Muhammadiyah Islam di Afrika Selatan sempat terpecah menjadi dua kubu. Sebagian kubu menganut gerakan konservatif

atau fundamentalisme, sementara sebagian lagi lebih liberal. Kubu liberal mempertimbangkan adanya pluralisme, perubahan, demokrasi,

serta keadilan. Di sisi lain, kubu konservatif menganggap hal-hal tersebut sebagai penghancur identitas Islam di Afrika.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh pertama yang diutus ke negeri itu ialah Saad bin

Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar arab yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan

agama Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran Islam yang dipraktekan dan diajarkan

oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum dan menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya

agama yang suci.

Islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang. Banyak prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk

Islam. Maka agama Islam pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta mendirikan oganisasi umat Islam

pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang. Sampai hari ini, agama Islam di Jepang

berkembang dan semoga tetap jaya.

Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani

tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali

masuk Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959 mereka melaksanakan ibadah haji ke

Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari berbagai Negara mereka segera melakukan dakwah di negaranya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi Ahmad An-Naim. Islam Dan Negara Sekuler. Bandung: Mizan, 2007.

A. Mukti Ali, Memahami beberapa Aspek Ajaran Islam,Bandung: Mizan,1996.

A. Waid Sy. Mamahami Pendidikan agama Islam, Bandung: CV ARMICO,2007.

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008.

Drs. Atang Abd., Hakim, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009.

M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, bagaskara, Yogyakarta, 2006.

M Ali Kettani, Minoritas Islam di Dunia Dewasa Ini, Jakarta : Raja Grafindo, 2005.

Siti maryam Dkk, sejarah peradaban islam; dari klasik hingga Modern , Yogyakarta: lesfi 2009.

WD.Sukisman,Sejarah Cina Konterporer(I), Jakarta: Pradnya Paramita,1992.

Anda mungkin juga menyukai