Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN ISLAM ASIA

MAKALAH

Kelas XII

MIPA 1

Kelompok 3 :

1. Ahmad Bryand Maulana F.G. [02]


2. Hidayatul Vebiola [14]
3. Indana Amalia Ardhinasari [15]
4. Salsabilla Hanum Maulida [32]
5. Tri OkTA Armanda Ali [35]
6. Ulima Akbar Sukmarini [36]

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANYUWANGI

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANYUWANGI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun untuk menyelesaikan perbuatan makalah dari mata
pelajaran SKI dengan judul “Perkembangan Islam di Asia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca. Untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada guru SKI kami
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah kami
bermanfaat, sekian terimakasih.

Genteng, 23 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Perkembangan Islam di Taiwan.................................................................................2
B. Perkembangan Islam di Jepang.................................................................................3
C. Perkembangan Islam di Tiongkok.............................................................................4
D. Perkembangan Islam di Korea....................................................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................7

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh benua dan
negara yang ada di permukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran islam itu sendiri
memberikan kebebasan kepada orang yang memeluk agama islam untuk
menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal islam, didalam Islam
pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa
agama Islam adalah agama yang benar. Maka orang islam yang berakhlak baik
memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar yang non islam mau menerima,
mengikuti, dan masuk agama islam.

Mengenai kedatangan islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir


semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad
ke-5 sebelum Masehi, Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para
pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat
sekitar pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang muslim yang
singgah untuk menyebarkan islam pada warga sekitar pesisir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Islam di Taiwan?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Jepang?
3. Bagaimana perkembangan Islam di Tiongkok?
4. Bagaimana perkembangan Islam di Korea?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Taiwan.
2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Jepang.
3. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Tiongkok.
4. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Korea.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Islam di Taiwan


Islam di Taiwan termasuk agama yang relatif kecil meski dianut oleh cukup
jumlah orang. Masuknya Islam ke Taiwan (waktu itu sedang bernama Pulau Formosa)
tidak bebas dari sejarah masuknya Islam ke negeri Tiongkok. Islam masuk ke Tiongkok
menempuh daerah Barat negeri itu, bersamaan dengan kedatangan pedagang Muslim pada
zaman ketujuh Masehi yang belakang sekali menikahi perempuan setempat. Perkawinan
mereka memproduksi golongan etnis baru di Tiongkok yang bernama etnis Hui. Itu
sebabnya mula-mula masyarakat Tiongkok biasa mengatakan agama Islam dengan
sebutan (Huì Jiào)yang artinya “agama Hui”. Tapi belakang masyarakat lebih terbiasa
dengan sebutan (Yīsīlán Jiào) atau “agama Islam”.
Di Tiongkok mempunyai lebih kurang 20 juta orang beragama Islam. Sebagian
dari mereka adalah orang yang berhijrah ke Taiwan pada zaman ke-17 saat orang Muslim
yang tinggal di provinsi Fujian yang berada di pesisir selatan Tiongkok bergabung
dengan pasukan Koxinga (Cheng Cheng-Kung) menyerbu Taiwan bagi mengusir
pasukan Belanda yang mendiami pulau itu. Usai perang, sebagian pasukan Koxinga yang
beragama Islam itu mempunyai pilihan untuk menetap di Taiwan. Keturunan mereka
menikah dan berasimilasi dengan masyarakat setempat. Sebagian mereka mempunyai
yang tetap menjadi Muslim, sedangkan sebagian lain beralih agama.
Menurut Profesor Lien Ya Tang dalam bukunya yang berjudul History of Taiwan
(1918), meskipun mereka beragama Islam, orang Muslim yang menetap di pulau
Formosa itu tidak aktif menyebarkan agamanya. Mereka juga tidak mendirikan masjid di
pulau tersebut.
Gelombang kedua kedatangan orang Muslim ke Taiwan berjalan selama perang
sipil Tiongkok pada zaman ke-20. Pada saat itu lebih kurang 20.000 tentara Muslim
beserta keluarganya yang pro partai nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai Shek
ikut hijrah ke Taiwan pada tahun 1949, sebab tidak sudi berada di Tiongkok daratan yang
dikuasai Partai Komunis Tiongkok. Kebanyakan mereka adalah tentara dan pegawai
negeri yang berasal dari provinsi Tiongkok bagian selatan dan barat yang banyak dihuni
orang Islam, seperti Yunnan, Xinjiang, Ningxia, dan Gansu.
2
Selama tahun 1950-an kontak antara etnis Hui (masyarakat Muslim) dan etnis
Han paling terbatas sebab perbedaan hukum budaya istiadat di selang mereka. Biasanya
masyarakat Muslim lebih mengandalkan hubungan antar mereka sendiri menempuh
pertemuan komunitas mereka di sebuah rumah di Jalan Lishui di Taipei. Namun ketika
tahun 1960-an kaum Muslimin melihat kenyataan bahwa kembali ke daratan Tiongkok
tidak lebih aman, karena kontak dengan etnis Han akan lebih sering. Meski begitu
interaksi dan saling bantu dengan sesama umat Islam tetap terus diawasi.
Pada tahun 1980-an ribuan umat Islam dari Myanmar dan Thailand bermigrasi ke
Taiwan bagi mencari kehidupan yang lebih tenang. Mereka yaitu keturunan tentara pro
nasionalis yang melarikan diri dari provinsi Yunnan ketika golongan komunis sukses
menguasai daratn Tiongkok.
Saat ini mempunyai lebih kurang 53.000 orang Taiwan yang beragama Islam
serta lebih dari 80.000 orang Muslim Indonesia yang menjadi pekerja (TKI) di Taiwan.
Sehingga saat ini (tahun 2007) mempunyai lebih kurang 140.000 umat Islam di Taiwan.
Meskipun perkembangan umat Islam di negeri ini paling lambat namun
dilaporkan setiap tahun mempunyai lebih kurang 100 orang Taiwan yang masuk Islam,
terutama sebab menikah dengan pria Muslim.
B. Perkembangan Islam di Jepang
Hubungan Islam dengan Jepang ini masih terbilang belia jika dibandingkan
hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia. Tidak terdapat
sebuah hitungan yang nyata tentang hubungan-hubungan antara agama Islam dengan
Jepang atau cerita sejarah tentang Islam di Jepang melalui penyebaran agama, kecuali
beberapa hubungan tersembunyi antara penduduk-penduduk Jepang dengan orang-orang
Muslim dari negara lain sebelum tahun 1868.
Hubungan penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Usmaniyah mengirim
utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk
tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling
memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang
penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang
tewas.

3
Dua orang Jepang Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka yang
memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah
menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang
sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah
pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga.
Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali
sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika
ia melawat negara Turki disebabkan turut berdukacita dengan korban tewas dalam
kecelakaan maut Ertugrul. Dia mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke
Mekah untuk naik haji.

Saat Perang Dunia II, salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer
di Jepang melalui pendirian pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-
pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negara Asia Tenggara sebagai tentara semasa
Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan "La ilaha illa Allah" digunakan ketika
pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak
dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan
oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa
terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan
memperlakukannya dengan baik. Waktu itu telah diterbitkan lebih dari 100 buah buku,
jurnal dan didirikan pusat pengkajian mengenai Islam di Jepang. Buku-buku ini
diterbitkan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam tetapi untuk menambah wawasan
militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan untuk mengambil hati
orang Muslim di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di
negara-negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun
1945, pusat-pusat pengkajian inipun menghilang sama sekali tak tersisa.

Ada lagi satu "Ledakan Islam", kali ini ketika krisis minyak 1973. Media massa
Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang dunia Muslim, dan khususnya
kepada dunia Arab, akan pentingnya negara-negara ini terhadap ekonomi Jepang. Dengan
penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mempunyai secuil pengetahuan tentang
Islam mempunyai peluang untuk melihat rukun Islam ke-5, Haji di Mekah serta untuk

4
mendengar panggilan Azan dan pembacaan Al-Quran. Selain itu banyak orang Jepang
yang memeluk Islam secara terang-terangan ketika itu, terdapat juga banyak upacara
Islamisasi massal yang terdiri dari berpuluh-puluh ribu orang. Namun selepas krisis
minyak selesai, kebanyakan pemeluk Islam Jepang meninggalkan agama itu.
Populasi muslim di Jepang telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, karena
pemerintah telah berusaha untuk menarik lebih banyak pekerja asing dan pelajar. Jumlah
Muslim yang tinggal di Jepang meskipun kecil, telah meningkat lebih dari dua kali lipat
dalam dekade terakhir, dari 110.000 pada 2010 menjadi 230.000 pada akhir 2019.
Menurut Tanada Hirofumi dari Universitas Waseda, populasi tersebut memasukkan
50.000 orang Jepang yang dikonversi ke Islam. Jepang pada tahun 1930-an, hanya ada
dua masjid, namun saat ini sudah terdapat lebih dari seratus masjid.
C. Perkembangan Islam di Tiongkok
Islam memiliki sejarah panjang di tanah Cina. Pertemuan Islam di Cina dimulai
sejak zaman Kekhalifahan Rasyidin, bertepatan dengan kekuasaan Dinasti Tang pada
618-907 Masehi. Konon, Islam menyebar di Cina melalui jalur perdagangan maritim. Di
waktu tersebut, pemerintah Cina sudah berniaga dengan warga Persia, Arab, dan India.
Perdagangan telah ada antara Arabia pra-Islam dan Pantai Selatan Tiongkok, dan
dan berkembang ketika para pedagang maritim Arab masuk agama Islam. Hal ini
mencapai puncaknya di bawah Dinasti Yuan Mongol. Hubungan panjang dan interaktif
Tiongkok dengan berbagai suku stepa dan kekaisaran, melalui perdagangan, perang,
penundukan atau dominasi membuka jalan bagi komunitas Islam berkelanjutan yang
besar di Tiongkok. Pengaruh Islam berasal dari berbagai suku bangsa stepa yang
berasimilasi dalam budaya Tionghoa. Muslim bertugas sebagai administrator, jenderal,
dan pemimpin lainnya yang dipindahkan ke Tiongkok dari Persia dan Asia Tengah untuk
mengurus kekaisaran di bawah Mongol.
Secara spesifik, Khalifah Utsman Bin Affan mengirimkan utusannya, Sa’ad bin
Abi Waqqas untuk menghadap Kaisar Yong Hui pada 651 M. Pertemuan sahabat Sa'ad
bin Abi Waqqas dengan Kaisar Yong Hui merupakan awal terbentuknya hubungan
diplomatik antara Cina dengan negara Islam. Tonggak keberhasilan diplomatik Islam-
Cina adalah berdirinya Masjid Huaisheng atau Masjid Sa'ad bin Abi Waqqas di
Guangzhou. Masjid itu diklaim sebagai masjid tertua di daratan Cina yang usianya lebih
dari 1.300 tahun.
5
Di sisi lain, jalur perdagangan laut dan darat yang semakin berkembang membuat
banyak pedagang Islam bermukim permanen di Cina. Di masa kekuasaan Mongol di
Cina, pedagang Islam membantu urusan ekspansi. Keberadaan mereka menyebar sampai
ke pelosok Cina. Orang-orang Islam ini juga menikah dan memiliki keturunan dengan
penduduk lokal. Generasi mereka ini disebut Hui Huis, lalu pada masa Dinasti Yuan
(1271-1368) mereka diberi jabatan, status sosial tinggi, dan jaminan sosial. Oleh karena
itu, banyak orang Islam dari jazirah Arab dan sekitarnya berdatangan ke Cina.
Pada 1368 M, Dinasti Yuan runtuh dan digantikan oleh Dinasti Ming (1368-1644
M). Situasi berbalik arah. Kegiatan Islam kian dibatasi. Salah satu tokoh Islam terkenal
di masa itu adalah Zheng He atau yang lebih dikenal dengan Cheng Ho. Ia mendapat
titah dari Kaisar Ming Zhi Di (1402-1424) untuk berlayar selama 28 tahun. Hal ini
kemudian dianggap tonggak penyebaran Islam Hui Huis dari Cina. Cheng Ho yang
berlayar melewati Samudra Hindia, Teluk Persia, Laut Merah dan Pantai Timur Afrika
meninggalkan banyak peninggalan Islam Cina di lebih dari 30 negara, termasuk
Indonesia.
Dinasti Ming mereformasi sistem pemerintahan dan birokrasi dengan mengurangi
status politik Hui Huis, membatasi perdagangan dengan luar Cina, dan melarang
pernikahan sesama ras yang mengakibatkan terpecahnya kelompok etnis Hui Huis. Etnis
ini terpecah menjadi 10 bagian dengan dua sistem keagamaan yang berbeda, yaitu aliran
Sunni dan Menhuans (Sufi). Aliran Islam Sunni dianut masyarakat di wilayah Xinjiang
meliputi Uighur, Kazak, Khalka, Uzbek, Tarta, kecuali Tajik yang menganut Syiah.
Kemudian Menhuans dianut oleh muslim di pedalaman Cina meliputi Hui, Salas,
Dongxiang, dan Bao’an.
Islam masuk ke Cina lewat jalur diplomatik dan dagang mulai abad ke-7 Masehi.
Saat itu, sebagian besar penduduk Cina menganut Buddha, namun masyarakat Cina dapat
menerima Islam secara terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mampu beradaptasi
dan tidak berbenturan dengan aliran setempat. Tidak hanya itu, adaptasi yang dilakukan
lslam dengan masyarakat lokal Cina membentuk kebudayaan baru. Sebagai misal, dari
sisi arsitektur, atap masjid Cina berbentuk kelenteng, menyesuaikan dengan arsitektur
lokal, pengucapan doa-doa dengan pelafalan Cina, penerjemahan kitab suci Al-Quran ke
6
dalam bahasa Cina, ziarah kubur dan tahlil yang diadaptasi dari konfusius wujud bakti
Xiao, serta membuat tulisan kaligrafi Cina yang biasa disebut khat.

Pada 2022, terhitung populasi muslim di Cina adalah sekitar 28.127.500, sekitar
1,73 persen dari keseluruhan populasi Cina. Organisasi Islam terkenal di Cina adalah
Asosiasi Muslim Tionghoa yang dibentuk sejak 1952. Menurut ketua asosiasi Islam
tersebut, Guo Chengzen, pada 2010, terdapat sekitar 40.000 masjid telah dibangun di
Cina. Jumlah masjid itu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain itu,
pemerintah Cina membebaskan umat Islam melakukan kegiatan keagamaan karena
keberadaannya telah dilindungi undang-undang nasional yang sah. Pada Ramadan dan
Hari Raya Idul Fitri juga, masjid-masjid di Cina selalu ramai oleh masyarakat muslim.
Untuk urusan makanan, umat Islam Cina tidak kesulitan mendapatkan makanan halal
karena telah dibangun banyak restoran-restoran halal di penjuru Cina.
D. Perkembangan Islam di Korea
Islam adalah agama minoritas di Korea yang hanya dianut oleh sekitar 0,2 persen
masyarakatnya. Saat ini, orang Islam di Korea diperkirakan berjumlah 100.000 hingga
200.000, yang sebagian besar adalah penduduk imigran. Dalam sejarahnya, masuknya
Islam di Korea diperkirakan berlangsung sejak abad ke-9.
Umat Muslim baru benar-benar masuk ke Korea pada abad ke-9 ketika para
pedagang Arab diduga yang membawa agama Islam masuk ke Korea. Seorang penjelajah
Persia bernama Ibnu Khordadbeh mencatat bahwa pada abad ke-9, banyak pedagang
Islam dari Arab dan Irak yang telah menetap di Korea. Catatan sejarah Korea dari zaman
kuno menyatakan bahwa pemukim Islam tersebut dipimpin oleh tokoh bernama Hasan
Raza. Catatan lain menunjukkan bahwa umat Muslim yang menetap di Korea
kebanyakan menganut Islam Syiah.
Keberadaan umat Islam di Korea terus bertahan selama berabad-abad, hingga era
Kerajaan Goryeo (918-1392). Terlebih lagi, pada abad ke-11, hubungan dagang Islam
dan Korea semakin kuat, dibuktikan dengan hadirnya pedagang Muslim yang semakin
meningkat. Pada abad ke-13, ketika Dinasti Yuan dari Mongol menguasai China,
hubungan Korea dengan pedagang Islam semakin terbuka lebar. Pada masa itu, banyak
orang Islam Arab dan Persia membantu Dinasti Yuan Mongol melakukan hubungan
dengan Dinasti Goryeo. Alhasil, banyak pedagang Islam yang pindah ke Korea dan
7
berdagang di sana. Setelah itu, Korea berada di bawah pemerintahan Dinasti Joseon
(1392-1897).

Pada awal periode Joseon, kalender Islam digunakan sebagai dasar untuk
mereformasi kalender di Korea, karena akurasinya yang lebih tinggi dibandingkan
kalender China. Namun, Raja Joseon keempat, Sejong Agung, pada 1427 melarang
Muslim Korea melakukan ritual Islam dan mengenakan pakaian tradisional. Pada masa
Dinasti Joseon inilah, perkembangan Islam di Korea sempat terhenti. [14.29, 3/3/2023]
u5: Selama beberapa abad, perkembangan Islam di Korea terhenti dan tidak diketahui
perkembangannya. Perkembangan Islam mulai terlihat kembali pada abad ke-20, ketika
orang Korea yang berada di Manchuria melakukan hubungan Muslim keturunan Asia
Tengah.
Setelah itu, perkembangan Islam terus berlanjut secara perlahan hingga pecah
Perang Korea pada 1950-an. Kala itu, Islam mulai dikenal di Korea karena adanya misi
perdamaian PBB yang dibawa ke Korea oleh tentara Turki. Setelah Perang Korea selesai,
banyak pasukan Turki yang menjadi pasukan perdamaian PBB mengajarkan Islam di
Korea. Mereka kemudian mendirikan komunitas yang dinamakan Korea Muslim Society
pada 1955. Komunitas ini semakin berkembang lalu berganti nama menjadi Korea
Muslim Federation atau Federasi Muslim Korea pada 1967.
Dalam perkembangan selanjutnya, Federasi Muslim Korea mendirikan Masjid
Pusat Seoul di Itaewon, Seoul, pada 1976. Seiring berjalannya waktu, Islam terus
bertahan di Korea dan berkembang secara perlahan. Hal itu dibuktikan dengan berdirinya
lima masjid pada 1990, yang terus bertambah hingga saat ini ada sekitar 90 masjid.
Selain itu, didirikan juga sekolah Islam di Korea Selatan, tepatnya di Seoul yang
bernama Prince Sultan bin Abdul Aziz Elemantary School yang dibuka pada 2009.
Kemudian, dunia hiburan dan budaya Korea Selatan yang semakin menarik perhatian
dari orang Islam di seluruh dunia, membuat pemerintah turun tangan.
Sedangkan di Korea Utara, Islam hanya dianut oleh sekitar 3.000 penduduknya.
Selain itu, Masjid Ar-Rahman, yang ada di dekat kedutaan besar Iran, menjadi masjid
satu-satunya di Korea Utara.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Islam menyebar ke seluruh dunia. Islam awal mulanya menyebar melalui cara
perdagangan yang disebarluaskan oleh para pedagang. Alasan mengapa orang-orang mau untuk
menjadi mualaf karena dirasa menjadi mualaf itu hal yang mudah, dengan cara mengucap dua
kalimat syahadat. Tidak ada paksaan untuk menganut agama Islam. Maka dari itu banyak orang
dari jalur perdagangan tersebut yang menganut agama Islam.

Saran
Agar Islam terus berkembang di negara-negara tersebut maka dibutuhkan kekompakan
para tokoh agama dalam rangka berdakwah dan menyebarkan agama Islam dengan cara yang
damai. Sampaikanlah agama Islam dengan cara yang sederhana dan sangat mudah dipahami agar
banyak masyarakat yang ketika diberi dakwah tersebut tidak salah paham. Sebaiknya juga para
penganut agama Islam di negara-negara luar membuat perkumpulan tentang Islam yang dapat
menambah kerukunan antar umat muslim dan harapannya bisa menyebarluaskan Islam lagi.
Tentunya masih banyak kekurangan yang ada pada makalah ini semoga pembaca dapat
memaklumi dan mungkin dapat lebih menyempurnakan.

9
iii

Anda mungkin juga menyukai