Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND

Disusun guna memenuhi tugas diskusi mata kuliah Sejarah Islam di Asia Tenggara

Dosen : Fitri Wulandari M.Hum

Disusun Oleh :

Candra Asterina Dewi (53010220010)

Diqa Nahdliya Azmi (53010220029)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontrubusi
dalam pembuatan makalah ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fitri Wulandari M.Hum. selaku dosen pengampu pada
mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian dari penulis, apabila terdapat kesalahan penulis memohon maaf, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Salatiga,04 Oktober 2023

Diqa Nadhdliya Azmi Candra Asterina Dewi


53010220029 53010220010

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................................. 8
1. Kesimpulan...................................................................................................................................... 8
2. Kritik dan Saran............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara garis besar masyarakat muslim Thailand dapat dibedakan menjadi dua
pertama,muslim Thailand imigran yang berada di Bangkok dan Chiang Mai (Thailand utara dan
tengah).Kedua, muslim penduduk asli berada di patani (Thailand selatan). Di chiang mai terdapat
pusat pendidikan islam yaitu: nong bar, pah heoy, dan daisaket, yang mengajarkan ilmu aqidah,
ahlak,ibdah dan lai-lain.Mayoritas muslim Thailand beraliran suni dengan mazhab syafi’i,
meskipun tedapat mazhab hanafi dan syiah. Sekitar pada abad XX muslim di BangkokJ mengalami
pemurnian keagamaan,karena kentalnya pengaruh budha yang berbau sinkretisme. Gerakan
pemurniaan keagamaan itudipelopori oleh seorang pembaharu asal minangkabau yang belajar di
mekkah bernama AhmadWahab Al-Minangkabawi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam ke Thailand ?
2. Bagaimana Perkembangan Islam di Thailand?
3. Bagaimana Pertautan Islam dengan Budaya Lokal di Thailand dan pengaruhnya di
berbagai Bidang Kehidupan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tentang proses masuknya Islam ke Thailand
2. Mengetahui tentang Perkembangan Islam di Thailand
3. Mengetahui Pertautan Islam dengan Budaya Lokal di Thailand dan pengaruhnya di
berbagai Bidang Kehidupa

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Proses Masuknya Islam ke Thailand


Islam masuk ke Thailand sekitar pada abad ke-10 Masehi bersama dengan penyebran islam
oleh sahabat Rasulullah melaui jalur perdagangan dari Arab ke Pattani Darusallam. Keberhasilan
bangsa arab mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa islam sudah ada di
1
Thailand terlebih dahulu sebelum Kerajaan Shukothai cikal bakal Kerajaan Siam. Idenditas
muslim di Thailand sering disebut dengan Muslim Thai yang berarti identitas muslim di Thailand
yang bukan penduduk asli Thailand.
Pendapat pendapat menyebutkan bahwa islam sampai di Thailand pada tahun 1400 Hijriyah
paling banyak dibawa dari Nusantara.Dan dikatakan juga bahwa islam dibawa oleh para penyebar
agama islam keturunan Bani Abbasiyah.Selain itu pendapat lain yang memperkuat juga diduga
pada abad ke 10 Thailand menjadi jalur lintas perdagangan sehingga penyebaran islam dibawa oleh
guru sufi dan pedagang dari India dan Arab.Tahun 1208 islam masuk ke Thailand dibawa oleh
Kerajaan samudera Pasai dari aceh.hal ini dibuktikan dengan ditemukan batu nisan bertuliskan arab
di Pekan Pahang. 1
Etnis yang ikut menyumbang populasi islam di Thailand adalah muslim etnis Asia Selatan
yang merupakan gabungan dari India,Pattani,dan Bangladesh.Muslim etnis ini sering disebut
dengan muslim patan dan mereka mendominasi daerah Selatan Thailand.Penyebaran islam dirasa
lebih massif ketika Keraaajaan Siam di Thailand berintraksi dengan Melayu.Mereka menduduki
wilayah wilayah penting di Thailand Pattani,Narathiwat,yala,Shogla,danSatun2
Tahap pertama penyebaran islam dilakukan pada abad ke-17 dengan metode dakwah
tasawuf.hal inin karena metode yang paling cocok dilakukan dengan latar belakang Masyarakat
yang asketisme Hindu Budha dan Sinkretisme kepercayaan lokal yang cenderung dengan tradisi
semacam ini.Sufi yang terkenal adalah Syeikh Syaifuddin Ad Dajjani Al-Qusyaisyi.

1
Vemmi Kusuma Dewi,”Islam Datang dan Menetap di Thailand”,Jurnaldikatikav.Vol.8,No.3(Agustus
2019):136
2
Yuliani,”Kajian Ialam di Thailand”,General dan Spesific Research.”Vol.2,No.1(Februari 2022):53-55
2
yang asketisme Hindu Budha dan Sinkretisme kepercayaan lokal yang cenderung dengan tradisi
semacam ini.Sufi yang terkenal adalah Syeikh Syaifuddin Ad Dajjani Al-Qusyaisyi.Banyak dugaan
yang menejlaskan bahwa beliaulah yang pertamakali menyebarkan islam di Pattani,tetapi dugaan itu
salah karena islam masuk ke Pattani,bahkan Pattani sudah menerima islam sejak abad ke-10.

2. Perkembangan Islam di Thailand


Dalam beberapa tahun terakhir,hubungan antara Kerajaan Thai dan Masyarakat melayu mulai
membaik.Mereka mulai mendapatkan kebebasan untuk menjalankan syariat islam.Namun
keinginan untuk memperluas daerah islam masih terus diperjuangkan.Konflik di Thailand Selatan
sangatlah kental dengan nilai nilai agama yaitu konflik antara umat muslim dan buddies Thai
.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuhnya sikap anti pemerintah pusat di Thailand
oleh Muslim Melayu disebapkan oleh beberapa hal.Hingga akhirnya masyrakat muslim
mendapatkan banyak tekanan politis dan keamanan dari pemerintah3.
Pada saat ini pertumbuhan masjid di Thailand yang berkembang pesat; Bangkok 159 masjid,
Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid, Yala 308 masjid, Songkhla 204
masjid, Satun 147 masjid.Dan beberapa masjid di berbagai kota di thailand. Mayoritas penduduk
Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum
muslimin di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam
menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar
berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan
sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Proses masuknya
Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi Kerajaan Patani (lebih dikenal oleh
penduduk muslim Thai sebagai Patani Darussalam. Perkembangan Islam di Thailand semakin
pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir
abad ke 19. Saat itu mereka membantu Kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem
perairan di Krung Theyp Mahanakhon (Propinsi Bangkok). Pusat dakwah terbesar di Islamic
Center Ramkamhaeng.

3
Norhalisa Dkk,”Islam di Thailand”,Jurnal Kependidikan,Vol.2,No.2(Agustus 2019):58
3
Hampir semua aktifitas keislaman, mulai dari pengajian, layanan pernikahan sampai dengan
pasar makanan bisa ditemukan di sini. Salah satu orang yang berjasa di bidang sertifikasi makanan
halal adalah Winai Dahlan (cucu dari KH. Ahmad Dahlan ). yang sudah puluhan tahun tinggal
dan menjadi warga Thailand, yang menjabat sebagai direktur dari Halal Science center di
Universitas Chulalongkorn, yang giat melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh
dunia". 4
Islamic Center Ramkamhaeng berjarak sekitar 2 km dari kantor kedutaan besar Repuplik
Indonesia di jalan Petchburi. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pemerintah Kerajaan
Thailand memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya bagi kaum muslim Thai untuk
melaksanakan ibadah haji dan berdakwah. Di Thailand juga tumbuh kegiatan-kegiatan keagamaan
yang diadakan oleh beberapa kegiatan Islam. Seperti pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu,
TPA/TKA dan kajian mingguan mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang dilaksanakannya.
Masyarakat dan pelajar muslim Indonesia juga mengadakan silaturrahmi bulanan dalam forum
pengajian Ngaji-Khun, yang dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand. Kabar baiknya
pemerintah membantu penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Thai, juga membolehkan warga
muslim mendirikan mesjid dan sekolah muslim. Kurang lebih tercatat lebih dari 2000 mesjid, dan
200 sekolah muslim di Thailand. Umat Islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan
acara-acara keagamaan. Juga pengembangan pendidikan Islam di Thailand sudah mencapai level
yang lebih dari sekedar nasional dan regional.

Umat Islam bekerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan negara lain, baik yang nasional
maupun yang internasional guna mengadakan Seminar Internasional pendidikan Islam. Mereka
mengirimkan kader-kadernya ke berbagai universitas dunia, seperti Al-Azhar Mesir dan
Madinah. Dan juga beberapa universitas tanah air, seperti UII, UIN, Universitas Muhammadiyah
dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan putra-putra Thailand ke berbagai pesantren di Indonesia,
termasuk Gontor. Namun demikian tidak semua lokasi di Thailand menjadi tempat yang aman
untuk kaum muslim. Daerah Thailand Selatan. masih menjadi daerah yang mencekam karena
hampir setiap hari operasi militer digelar di kampung penduduk dengan alasan mencari dalang
peledakan bom di wilayah selatan.

4
Sri Utami dkk, “Sejarah Islam Asua Tenggara”(Yogyakarta: PT. Gramedia: 2003), hal..7
4
hampir setiap hari operasi militer digelar di kampung penduduk dengan alasan mencari dalang
peledakan bom di wilayah selatan.
Dalam tatanan sosial, muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak untuk didengar,
yaitu khaek (orang luar, pendatang atau tamu). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut tamu-
tamu asing atau imigran kulit berwarna. Meskipun pada mulanya khaek merupakan term untuk
makro-etnis bagi orang selain thai tapi lama kelamaan khaek tersebut dipakai yang aman untuk
kaum muslim. Daerah Thailand Selatan. masih menjadi daerah yang mencekam karena hampir
setiap hari operasi militer digelar di kampung penduduk dengan alasan mencari dalang peledakan
bom di wilayah selatan.
Dalam tatanan sosial, muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak untuk didengar,
yaitu khaek (orang luar, pendatang atau tamu). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut tamu-
tamu asing atau imigran kulit berwarna. Meskipun pada mulanya khaek merupakan term untuk
makro-etnis bagi orang selain thai tapi lama kelamaan khaek tersebut dipakai pemerintah untuk
mendeskripsikan kaum Melayu muslim di Selatan Thailand. Istilah Thai pada 1940-an akan tetapi
istilah ini menimbulkan kontradiksi karena istilah 'thai' merupakan sinonim dari kata "budha"
sedangkan "Islam" identik dengan kaum muslim Melayu. Maka dari itu kaum muslim Melayu
lebih suka dipanggil "Malay-Islam" dari problem rasial tersebut timbullah pengelompokkan kaum
muslim di Thailand menjadi dua golongan: a. Assimilated Group atau golongan terasimilasi atau
bergaul dengan kaum mayoritas yaitu agama masyarakat Thai-Budha pada segala tatanan
kehidupan hanya saja tidak sampai pada masalah keagamaan. b. Unassimilated Group. Atau
golongan yang tidak berbaur namun menyendiri di Thailand bagian selatan. Yang masih
menunjukkan kultur Melayu-Islam pada nama. bahasa dan adat. Golongan ini bertempat tinggal
di daerah Yala, Narathiwat dan Patani. Kecuali daerah Satun yang terasimilasi dengan kelompok
mayoritas Thai.
Yang dilakukan oleh Kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas
muslim di pencaplokan Thailand. Orang-orang muslim Patani yang dibawa ke Bangkok oleh
tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal perang pertama dan kedua. Dan orang- orang
inilah kemudian menjadi bagian utama masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebahagian dari

5
mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka. Keterpaksaan masyarakat Melayu muslim
di Thailand Selatan dirasakan selama puluhan tahun, sejak integrasi Melayu Thailand menjadi
bagian dari kerajaan Thailand penggunaan bahasa Thai wajib digunakan di kantor kerajaan,
pemerintahan, sekolah, radio, media cetak, media elektronik, dan kehidupan sehari-hari.
Terintegrasi dengan Thailand, bersaing dengan mayoritas masyarakat etnis thai buddies adalah
pilihan saat ini. Strategis yang perlu dibangun adalah memajukan pendidikan, mendukung
pembangunan nasional, dan menjaga stabilitas lokal. Hal yang terakhir masih menjadi kendala
bagi penciptaan perdamaian di wilayah selatan. Berbagai teror, pembunuhan dan pengeboman
sering terjadi dan banyak korban. Anehnya belum ditemukan kelompok yang bertanggung jawab
dalam kerusuhan tersebut. Ketika terjadi penyerangan dan pembunuhan yang melibatkan tentara,
polisi, dan masyarakat Budha, yang dituduh adalah muslim. Pencitraan negatif yang diciptakan
oleh pemerintah menyebutnya dengan "bandit muslim".
Di bidang politik, persoalan masyarakat muslim Melayu yang ingin memisahkan diri sangat
meresahkan kerajaan. Gerakan pemberontakan kaum separatis Melayu Muslim melahirkan
sejumlah organisasi seperti Patani United Liberatin Organization (PULO), Barisan Nasional
Pembebasan Pattani (BNPP), Barisan Revolusi Nasional. 5
3. Pertautan Islam dengan Budaya Lokal dan pengaruhnya di berbagai Bidang Kehidupan
Ketika wilayah Patani dikuasai oleh penguasa Thailand dan pelaksanaan program-
programnya, yang bermaksud mengubah simbol-simbol unik, yaitu agama Islam, budaya dan
pendidikan Melayu Patani, yang membedakannya dengan seluruh etnis penduduk di negara Thai-
budha. Berulang-kali terjadi protes dan perlawanan bersenjata, melawan penguasa Thailand, yang
Mencoba menghilangkan atau menggeser simbol-simbol tersebut.6
Perdana menteri ke 3 Pemerintah Thailand menggunakan kebijakan asimilasi merupakan salah
satu cara penghancur dan mempersiapkan kebangsaan Melayu, keturunan, sosial dan kultural.
Politik ini denganmembawa penekanan ke atas Rakyat Melayu patani supaya mengakui atas tiga
konsep berikut, kebangsaan Siam, kewarganegaraan Siam, dan keturunan Thai. Masyarakat pada
7
saat itu memberikan respon penolakan terhadap 3 wacana tersebut. Namun pemerintah

5
Ajib Tohirt,”Perkembangan Peradaban di Sekitar Thailand”, Jurnal Kependidikan,Vol.4,No.4(Agustus
2019):60
6
Ilham Nurceng,”Dinamika Bernegara Bermasyarakat Muslim Thailand,(Jak\arta:Pustaka Media,2017)hal.30
7
Naslan Wadeng,”Konflik Sosial Pada Masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan,(Bandung:Gramedia
)hal.55
6
memberi ancaman dan menganggap penolakan tersebut sebagai perlawanan terhadap kerajaan dan
berhak untuk di cabut kewarganegaraannya.7 Masyarakat melayu menerima budaya dan agama
yang berbeda-beda, hal ini berdasarkan kedatangan dari hindu, majapahit, siam, dan kolonial
belanda. Pedagang muslim yang berdatangan di wilayah Pattani juga sekaligus mengantarkan
dakwah sehingga mereka mengikuti syariat Islam8
Thailand dengan melalui revolusi kebudayaan, ini menjadi poin pertama dalam konflik sosial
antara masyarakat Melayu Patani dengan pemerintahan Thailand selepas dari pada Melayu Patani
jatuh dari pada jajahan Thailand. Yaitu salah satu Kebijakan pemerintah yang nasionalis (polisi
ratanium) 1938 yang menjadi latar belakang konflik, karena kebijakan tersebut bertujuan untuk
mengasimilasi dan juga intergrasi orang Melayu Patani supaya menjadi Thai yang berlandas Siam
tulen dan fasih.
Dapat dipahami bahwa kebijakan Asimilasi itu menjadikan masyarakat minoritas (masyarakat
Melayu Patani) merasa tidak adil dan juga tertindas dalam kebijakan tersebut karena salah satu
masyarakat minoritas harus dikerbankan atau dihilangkan.ini adalah satu-satunya langkah
kerajaan pada ketika itu yang menyakitkan hati orang-orang Melayu. Orang-orang Melayu
Selatan tidak dibenarkan menggunakan nama Melayu, berpakaian Melayu. berbicara dan menulis
dalam bahasa Melayu serta mempelajari agama Islam, Dengan hal tersebut memicu kemarahan
orang Melayu terhadap pemerintahan tersebut.kebijakan tersebut memicu faktor lain, seperti
faktor bahasa dan agama yaitu bahasa salah satu media dalam komunikasi sehari hari untuk
masyarakat Malayu Patani dan bahasa akan melahirkan konflik sebab pemerintah Thailand
menetapkan dan menerapkan bahasa Thai pada masayarakat Patani. Mereka dilarang
menggunakan bahasa Melayu, menggunakan pakaian Melayu, menulis melayu dan mempelajari
Islam. Kebijakan-kebijakan ini yang memicu konflik yang telah terjadi. 9

8
Che Moh Aziz,”Konflik Pemisah di Selatan Thailand dan Isu ,Aktor,dan Penyebabnya”,Tesis(Malaysia
University Sains Malaysia,2009),Hal 8-9
9
Naslan Wadeng,”Konflik Sosial Pada Masyarakat Melayu Patani di Thailand
Selatan(Bandung:Gramedia,2015)hal.90
7
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abad ke-10 Masehi bersama dengan penyebran islam oleh sahabat Rasulullah melaui jalur
perdagangan dari Arab ke Pattani Darusallam. Keberhasilan bangsa arab mendirikan Daulah
Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa islam sudah ada di Thailand terlebih dahulu sebelum
Kerajaan Shukothai cikal bakal Kerajaan Siam. Idenditas muslim di Thailand sering disebut
dengan Muslim Thai yang berarti identitas muslim di Thailand yang bukan penduduk asli
Thailand.
Pendapat pendapat menyebutkan bahwa islam sampai di Thailand pada tahun 1400 Hijriyah
paling banyak dibawa dari Nusantara.Dan dikatakan juga bahwa islam dibawa oleh para penyebar
agama islam keturunan Bani Abbasiyah.Selain itu pendapat lain yang memperkuat juga diduga
pada abad ke 10 Thailand menjadi jalur lintas perdagangan sehingga penyebaran islam dibawa oleh
guru sufi dan pedagang dari India dan Arab.Tahun 1208 islam masuk ke Thailand dibawa oleh
Kerajaan samudera Pasai dari aceh.hal ini dibuktikan dengan ditemukan batu nisan bertuliskan arab
di Pekan Pahang.
Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari
Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke 19. Saat itu mereka membantu
Kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem perairan di Krung Theyp Mahanakhon
(Propinsi Bangkok). Pusat dakwah terbesar di Islamic Center Ramkamhaeng.

Ketika wilayah Patani dikuasai oleh penguasa Thailand dan pelaksanaan program-
programnya, yang bermaksud mengubah simbol-simbol unik, yaitu agama Islam, budaya dan
pendidikan Melayu Patani, yang membedakannya dengan seluruh etnis penduduk di negara Thai
budha. Berulang-kali terjadi protes dan perlawanan bersenjata, melawan penguasa Thailand, yang
mencoba menghilangkan atau menggeser simbol-simbol tersebut.

B. Kritik dan Saran


Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap agar pembavca memahami dulu
pembahasannya terebut,selain itu penulis meminta maaf terdapat banyak sekali kesalahan baik
dari pengetahuan maupun kepenulisan. Oleh karena itu penulis berharap memberi kritik dan saran

8
budha. Berulang-kali terjadi protes dan perlawanan bersenjata, melawan penguasa Thailand, yang
mencoba menghilangkan atau menggeser simbol-simbol tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap agar pembavca memahami dulu
pembahasannya terebut,selain itu penulis meminta maaf terdapat banyak sekali kesalahan baik dari
pengetahuan maupun kepenulisan. Oleh karena itu penulis berharap memberi kritik dan saran yang
membangun kepada pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Che Mohd Aziz Bin Yaacob. “Konflik Pemisah Di Selatan Thailand Isu,Aktor Dan Penyelesaian”
Tesis (Malaysia:Universiti Sains Malaysia ,2009)
Mr. Ilham Nucreng, Jurnal “Dinamika Bernegara Masyarakat Muslim Thailand Selatan dalam
Perspektif”
Naslan Wadeng .2015.Konflik Sosial Pada Masyarakat Melayu Patani Di Thailan”Bandung:Gramedia
Norhalisa Dkk. Jurnal Kependidikan “Islam Di Thailand Selatan”. Vol. 2. No.3 (Agustus 2019)
Vemmi Kusuma Dewi, Jurnal “Islam Datang dan menetap di Thailand”.Vol. 8. No.3 (Agustus 2019)
Yuliani, Jurnal “Kajian Islam di Thailand”, General dan Spesific Research”.Vol.2. No 1 (Februari
2022)

10

Anda mungkin juga menyukai