Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

STUDI AL-QURAN Dewi Gusminarti SHI.M.Sy

MAKALAH

STUDI AL-QURAN

DI SUSUN OLEH :

BAGAS ARIO FAHREZA (11970513456)

NUR INSAN MENDROFA ( 11970530165 )

WAHYU KURNIAWAN (11970510666)

PRODI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan Kehadirat Allah Swt.
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, Serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat Menyelesaikan makalah yang berjudul “ NASIKH
MANSUKH”. Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan
Makalah ini, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada
Dosen pengampu Mata Kuliah Ulumul Quran, Ibu Dewi Gusminarti SHI.M.Sy yang telah
memberikan dukungan, dan Kepercayaan yang begitu besar.

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun Pada langkah
yang lebih baik lagi kedepanya. Meskipun penulis berharap isi dari Makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak Retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat Bermanfaat bagi semua pembaca.

Pekanbaru,15 April 2021

Penulis
BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah perkataan Allah SWT baik secara lafaz maupun makna koma bukan
perkataan jibril a.s. karena ia hanya bertugas menyampaikannya kepada nabi muhammad
SAW. Dari awal hingga akhir koma alquran merupakan satu kesatuan yang utuh, Tak ada
pertentangan satu dengan lainnya. Masing-masing saling menjelaskan bagian 1 pada yang
lain. Dari segi kejelasan, ada empat tingkat pengertian. Pertama cukup jelas bagi setiap orang,
kedua cukup jelas bagi yang bida berbahasa arab, ketiga cukup jelas bagi ulama/para ahli, dan
keempat, hanya Allah yang mengetahui maksudnya.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang adanya induk pengertian hunna umm al-kitab yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Ketentuan-ketentuan induk itulah yang senantiasa
harus menjadi landasan pengertia. Sejalan dengan sistematisasi interpretasi dalam ilmu
hukum. Hubungan antara ketentuan undang-undang yang hendak ditafsirkan dengan
ketentuan-ketentuan lainnya dari undang-undang tersebut maupun undang-undang lainnya
yang sejenis, yang harus benar-benar diperhatikan supaya tidak ada kontradiksi antara satu
ayat dengan ayat lainnya.
Allah menurunkan syariat di dalam al-quran kepada nabi muhammad untuk memperbaiki
umat di bidang aqidah, ibadah,dan muamalah. Nasikh Mansukh terjadi karena alquran
diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang mengiringi nya. Oleh
karena itu mengetahui alquran dengan baik harus mengetahui ilmu Nasikh Mansukh dalam
Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Nasikh Mansukh
2. Bagaimana Macam-macam Nasikh Mansukh ?
3. Pendapat ulama tentang Nasikh Mansukh
4. Bagaimana Hikmah Nasikh Mansukh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasikh dan Mansukh

Dalam Al-Qur’an, kata Naskh ditemukan sebanyak empat kali dengam berbagi
bentuknya yaitubdalam Q.S Al-Baqarah ayat 106, Q.S Al-A’raf ayat 154, Q.S Al-Hajj ayat
52, dan Q.S Al-jatsiah ayat 29. Nasikh-Mansukh berasal dari kata Nasakh. Nasikh berasal dari
bahasa arab, yaitu naskh. Dari segi etimologi, kata ini dipaki untuk beberapa pengertian :
a. Nasikh, dapat bermakna ‘izalah (menghilagkan )
b. Nasikh, dapat bermakna tabdil ( mengganti/menukar )
c. Nasikh, dapat bermakna tahwil (memalingkan ).
d. Nasikh, dapat bermakna menukilkan dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Sedangkan Nask secara istilah adalah mengangkat (menghapus ) hukum syara’ yang
lain. Dari defenisi diatas jelaslah bahwa komponen Naskh terdiri dari : adanya pernyataan
yang menunjukkan terjadi pembatalan hukum yang telah ada, harus ada Nasikh, harus ada
mansukh dan harus ada yang dibebani hukum atasnya. Mansukh merupakan hukum yang
diangkat atau dihapuskan.

Hal ini Senada dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Ghufron dan Rahmawati
bahwa secara bahasa berarti pembatalan, penghapusan, pemindahan dari satu wadah ke
wadah lain dan lainnya. Sesuatu yang membatalkan menghapus, memindahkan, disebut
Nasikh sedangkan yang dibatalkan, dihapus dipindahkan disebut Mansukh.

Mengenai Nasakh, Al syatibi sebagaimana yang dikutip oleh Dr. M Quraish Shihab
menandaskan bahwa para ulama mutaqaddimin ( Ulama abad 1 hingga 3 Hijriyah )
memperluas artinya Naskh mencakup hal-hal, yaitu:

a. Pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang ditetapkan kemudian.
b. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus yang
datang kemudian.
c. Penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar.
d. Penetapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum Bersyarat.
Bahkan menurut Muhammad azim al-zarqani seperti dikutip oleh Quraisy Shihab
diantara para ulama tersebut ada yang beranggapan bahwa suatu ketetapan hukum yang
ditetapkan oleh suatu kondisi tertentu telah menjadi mansukh Apabila ada ketentuan lain
yang berbeda akibat adanya kondisi lain seperti misalnya perintah untuk bersabar atau
menahan diri pada periode Mekah di saat kaum muslim lemah, dianggap telah dimasak
oleh perintah atau izin berperang pada periode Madinah.
Pengertian yang begitu luas tersebut dipersempit oleh para ulama yang datang
kemudian ( Mutaakhirin ). Menurut mereka Naskh terbatas pada ketentuan hukum yang
datang kemudian guna membatalkan atau mencabut atau menyatakan berakhirnya masa
pemberlakuan hukum yang terdahulu sehingga ketentuan hukum yang berlaku adalah
yang ditetapkan terakhir. Sedang Mansukh menurut Syaikh Manna’ adalah hukum yang
diangkat atau yang dihapuskan. Dalam Alquran dan tafsirnya Departemen Agama RI
disebutkan bahwa Nasakh dalam arti istilah adalah mengangkat atau menghapuskan
hukum syara dengan dalil syara Nasikh ialah dalil syara’ yang menghapus suatu hukum,
dan mansukh ialah hukum syara’ yang Telah dihapus.

Ulama mutaqaddim memberi batasan naskh sebagai dalil syar’i yang ditetapkan
kemudian, tidak hanya untuk ketentuan/hukum yang mencabut ketentuan/hukum yang
sudah berlaku sebelumnya, atau mengubah ketentuan/hukum yang pertama yang
dinyatakan berakhirnya masa pemberlakuannya, sejauh hukum tersebut tidak dinyatakan
berlaku terus menerus. Tapi juga mencakup pengertian pembatasan bagi suatu pengertian
bebas ( muthlaq ). Juga dapat mencakup pengertian penhkhususan ( makhasshish )
terhadap suatu pengertian yang umum (‘am). Bahkan juga pengertian pengecualian
( istitsna ).

Sebaliknya ulama mutaakhir memperciut batasa-batasan. Pengertian tersebut untuk


mempertajam perbedaan antara Nasikh dan makhasshish, muqayyit, dan lain sebagainya,
sehingga pengertian Naskh terbatas hanya untuk mencabut atau menyatakan berakhirnya
masa pemberlakuan ketentuan hukum yang terdahulu sehingga ketentuan yang
diberlakukan ialah ketentuan yang ditetapkan terakhir dan menggantikan ketentuan yang
mendahuluinya. Dengan demikian Gambarlah, di satu pihak nasakh mengandung lebih
dari satu pengertian, dan di lain pihak dalam perkembangan selanjutnya Naskh
membatasinya hanya pada suatu pengertian.

B. Macam-Macam Nasikh dalam Al-Qur’an


Nasikh dalam Al-Quran ada 4 macam yaitu :
1. Nasikh Sharih, yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat pada ayat
yang terdahulu titik contohnya ayat tentang perang kita pada surat al-anfal ayat 65 yang
mengharuskan satu orang muslim melawan 10 kafir.
Yang artinya : “ Hai Nabi, korbankanlah semangat para Mukmin untuk berperang.
Jika ada 20 orang yang sabar diantaramu niscaya mereka akan dapat mengalahkan
200 orang musuh. Dan jika ada 100 orang yang bersabar diantaramu niscaya mereka
akan dapat mengalahkan 1000 daripada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu
kaum yang tidak mengerti”.

Menurut jumhur ulama ayat ini Nasakh oleh Surah An -Anfal ayat 66

Yang arinya : “ sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui
bahwa padamu adalah kelemahan. maka jika ada diantaramu 100 orang yang sabar,
niscaya mereka akan dapat mengalahkan 200 orang kafir dan jika di antaramu Ada
1000 orang yang sabar niscaya mereka akan dapat mengalahkan 2000 orang dengan
seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Ayat di atas mengandung maksud bahwa pengharusan / 1 orang mukmin melawan 2


orang kafir, dimana sebelumnya pada ayat yang Mansukh dijelaskan bahwa
pengharusan satu orang muslim melawan 10 kafir.

2. Nasikh Dhimmy, yaitu jika terdapat dua Nasikh yang saling bertentangan dan tidak
dapat dikompromikan Keduanya turun untuk masalah yang sama, dan diketahui waktu
turunnya, maka ayat yang datang kemudian menghapus ayat terdahulu. Contohnya
Surah Al Baqarah ayat 180:
Yang artinya : “ diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (
tanda-tanda tutup ) maut, Jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk
ibu bapak dan karib kerabatnya secara Ma’ruf.”

Ayat ini dihapus oleh hadis la wasiyyah li warits (tidak ada ahli waris bagi ahli waris ).
3. Nasikh Kully, orang yang mencari akan itu membatalkan hukum syar’i sebelumnya.
Membatalkan secara keseluruhannya dengan merangkaikan kepada setiap pribadi
mukallaf. Sebagai contoh ketentuan iddah 4 bulan 10 hari yang terdapat dalam surat Al
Baqarah ayat 234 :
Yang artinya : “ orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan
istri-istri ( hendaklah para istri itu ) menangguhkan dirinya (ber’ iddah ) 4 bulan 10
hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa bagimu ( para wali )
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat”.

Ayat diatas Menasakh ayat Alquran yang menyatakan bahwa masa ‘iddah perempuan
yang ditinggal mati suaminya adalah 1 tahun.

4. Naskh Juz’i, yaitu mencari akan hukum secara umum meliputi seluruh pribadi
mukallaf, kemudian hukum Ini dibatalkan dengan menisbahkan kepada sebagian Ifrat
atau mensyariatkan hukum itu secara mutlak, kemudian dibatalkan dengan
menisbahkan kepada beberapa hal. Maka nasikh itu itu tidak membatalkan perbuatan
itu.
Dengan hukum pertama yang dijadikan dasar. Tapi membatalkannya itu dengan
menisbahkan nya kepada Ifrad atau kepada beberapa hal. Contohnya hukum Dera 80
kali bagi orang yang menuduh wanita berzina tanpa adanya sanksi yang kemudian di
nasakh oleh ketentuan li’an yaitu bersumpah 4 kali Dengan nama Allah bagi si
penuduh. Firman Allah Q.S An-Nur ayat 4 :
Yang artinya : “ dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
( berbuat zina ) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
mereka ( yang menuduh itu ) 80 kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.

Ayat diatas di Nasakh oleh SuratvAn-Nur ayat 6.


Yang artinya : “ dan orang-orang yang menuduh istrinya ( berzina ), padahal mereka
tidak ada ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian
orang itu ialah 4 kali bersumpah Dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah
termasuk orang-orang yang benar.

Adapun macam-macam Nasakh ditinjau dari segi badal ( dengan adanya pengganti
atau tidak adanya pengganti ) dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Nasakh tanpa badal ( pengganti ). Contoh penghapusan bersedekah sebelum berbicara
kepada Rasulullah .
ْ َ‫ ُر لَ ُك ْم َوا‬K‫كَ َخ ْي‬KKِ‫ي نَجْ َو ُك ْم صدَقةً َذل‬
‫وْ ُر‬KKُ‫ ُدوْ افَاِ َّن هللاَ َغف‬K‫اِ ْن لَ ْم تَ ِج‬Kَ‫ ُر ف‬Kَ‫طه‬ َّ ‫نج ْيتُ ْم ال َّرسُوْ َل فثَ َّد ُموْ ا بَ ْينَ يَ َد‬
َ ‫يَاَيُّهَا ال ِذ ْينَ ا َمنُوْ ااِ َذا‬
١٢ : ]‫ [المجادلة‬.‫َّر ِح ْي ٌم‬

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan


khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah ( kepada orang miskin )
sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih
bersih, jika kamu tidak memperoleh dalam ( yang akan di sedekahkan ) maka
sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang”. ( Q.S. Al-Mujadalah
[58] :12

Ayat diatas dinaskh dengan Q.S Al-Mujadilah : 13

Yang artinya : “ Apakah kamu takut akan ( menjadi miskin ) karena kamu memberikan
sedekah sebelum mengadakan pembicaraan kepada rasul maka jika kamu tiada
memperbuat nya Dan Allah telah memberitahu taibatt kepadamu maka Dirikanlah
salat, tunaikan zakat, taatlah kepada Allah dan rasulnya; dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.

2. Nasakh dengan badal mumatsil ( sebanding ); menghapus hukum sebelumnya dengan


mengganti hukum yang seimbang. Contoh ketentuan menghadap Baitul Maqdis dengan
mengganti ketentuan menghadap ke Ka’bah dalam salat titik surah Al-Baqarah ayat 144
:
Yang artinya : “ Sesungguhnya kami sering melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram dan di mana saja kamu berada palingkanlah mukamu
ke arahnya.

3. Nasakh dengan badal akhaf ( lebih ringan ). Contohnya puasa masa dahulu, dalam
Qur’an Surah Al-baqarah 183 ( ayat puasa ), di nasakh dengan ayat Al Baqarah 187 :
Yang artinya : “ dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa
bercampur dengan istri istri kamu”.

4. Nasakh dengan badal atsdal ( lebih berat ). Contohnya, menghapus hukuman


penahanan dirumah pada istri-istri yang menyeleweng dengan diganti dengan hukuman
dera. Q.S An-Nisa 15 :

Yang artinya : “ dan ( terhadap ) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,
hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu ( yang menyaksikannya ). Kemudian
Apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurung lah mereka ( wanita-wanita
itu ) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan
lain kepadanya”.

Ayat ini dinasakh dengan Q.S An-Nur ayat 2 :


Yang artinya : “ perempuan yang yang berzina dan laki-laki yang berzina maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya 100 kali deras dan janganlah balas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk ( menjalankan ) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhir,( Pelaksanaan ) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.
Adapun pada sisi otoritas yang lebih berhak menghapus Nasakh, para ulama
membagi Nasakh menjadi 4 bagian :
1. Nasakh sunnah dengan Sunnah
Suatu hukum syara yang dasarnya sunnah kemudian dinasakh atau dihapus dengan
dalil syara’dari sunnah juga. Contohnya adalah larangan ziarah kubur yang dinas akan
menjadi boleh. Hadisnya seperti yang diriwayatkan at Tirmidzi” Dahulu aku melarang
kamu berziarah kubur, sekarang berziarahlah. Riwayat At Tirmidzi. Dalam hal Nasakh
sunnah dengan sunnah ini Manna’khalil Al Qattan mengkategorikan ke dalam empat
bentuk, yaitu :
 Nasakh Mutawatir dengan Mutawatir
 Nasakh ahad dengan ahad
 Nasakh Ahad dengan Mutawatir
 Nasakh Mutawatir dengan ahad

2. Nasakh Sunnah dengan Al-Qur’an


Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan dalil sunnah kemudian di nasakh dengan
dalil Alquran. Seperti salat yang semula menghadap Baitul Maqdis kemudian menjadi
menghadap Ka'bah di Masjidil Haram Setelah turun ayat Alquran surah Al-Baqarah
ayat 144.
Contoh lain tentang kewajiban berpuasa pada hari Asyura tanggal 10 Muharram
menjadi wajib, tetapi sunnah saja setelah turun ayat kewajiban berpuasa pada bulan
Ramadhan , yaitu turunnya Q.S Al-Baqarah ayat 185 :
Yang artinya : “( beberapa hari yang lalu yang ditentukan itu ialah ) bulan Ramadan,
bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan al-quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang
hak dan yang batil ).Karena itu barangsiapa diantara kamu hadir ( di Negeri tempat
tinggalnya ) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan ( lalu ia berbuka ), maka ( wajiblah baginya
berpuasa ) sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuknya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur.

3. Nasakh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an


Hukum yang ditetapkan berdasarkan dalil ayat Alquran kemudian binasa dengan
dalil ayat Alquran pula. Tentang hal ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama.
Mereka yang berpendapat bahwa Nasikh dan mansukh ada terdapat dalam ayat-ayat al-
quran berdasarkan surah Albaqarah ayat 106. Menurut para ulama yang menerima
adanya Nasikh mansukh dalam Alquran ini ini bahwa adanya Nasikh dan mansukh
dalam Alquran dapat diterima akal karena Allah Maha Kuasa, maha pengasih dan
penyayang, sehingga hukum yang ringan pada mulanya memang perlu ditetapkan, dan
kemudian perlu diganti dengan hukum yang tidak ringan lagi setelah orang-orang islam
menghadapi keadaan normal dan dipandang sudah mampu menghadapi hukum yang
tidak ringan lagi. Tetapi bagi Sebagian ulama lain berpendapat bahwa tidak ada Nasikh
mansukh dalam ayat-ayat Alquran.

4. Nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah


Hukum yang didasarkan pada dalil ayat Alquran di nasakh dengan dalil sunnah.
Nasakh jenis ini menurut Syeikh Mana terbagi dua yaitu :
a. Nasakh Al-Qur’an dengan hadits ahad
b. Nasakh Al-Qur’an dengan hadits Mutawatir

Macam-macam Nasakh dari segi hukum dan tilawahnya dalam Al-Qur’an ada 3
Macam yaitu :

1. Nasakh hukum sedang tilawahnya tetap


2. Nasakh Hukum dan Tilawah
3. Nasakh Tilawah sedang Hukumnya tetap

C. Pendapat Ulama Tentang Nasakh


1. Menerima Adanya Nasakh
Ulama-ulama yang menerima adanya nasakh berpendapat, nasakh adalah suatu hal
yang dapat diterima akal dan telah pula terjadi dalam hukum-hukum syara’.
Berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut : (a) perbuatan Allah tidak bergantung pada
alasan dan tujuan. Allah bisa saja memerintahkan sesuatu pada suatu waktu dan
melarangnya pada waktu yang lain. Karena hanya dialah yang lebih mengetahui
kepentingan hamba-hambanya. (b) Nash-nash kitab dan Sunnah menunjukkan
kebolehan nasakh dan terjadinya.
Abd al Wahhab al Khallab berpendapat sebagai mana yang dikutip nashruddin
baidan dalam bukunya wawasan baru Ilmu Tafsir, bahwa memang terdapat nasakh
sebelum rasulullah wafat. Namun setelah wafat beliau tidak ada lagi nasakh. Menurut
Abdul azim Az zarqani sebagaimana dikutip m Quraisy Shihab bahwa para pendukung
Nasakh mengakui bahwa Nasalh baru dilakukan apabila ; (a) terdapat dua ayat hukum
yang saling bertolak belakang dan tidak dapat dikompromikan. (b) harus diketahui
secara meyakinkan per urutan turunnya ayat-ayat tersebut, sehingga yang lebih dahulu
ditetapkan sebagai mansukh dan yang kemudian sebagai Nasikh. Termasuk ulama-
ulama yang menerima adanya nasakh dan adalah Al Sayuthi dan Imam Syafi’i.

2. Menolak adanya Nasakh


Di antara yang Menolak adanya nasakh adalah Abu Muslim Al asfahani. Kemudian
diikuti oleh para ulama mutaakhirin. Diantara alasan mereka adalah ; (a) sekiranya
dalam Alquran ada nasakh, maka Berarti al-quran ada yang salah atau batal. Sedangkan
dalam Alquran dinyatakan tidak ada kebatalan. (b) dalil yang dijadikan alasan nasakh
perlu di peninjauan lebih lanjut kosakata “ayat” tidak hanya berarti ayat Alquran tetapi
dapat berarti mukjizat, dapat juga berarti kitab sebelum Alquran ( Taurat, Zabur, Injil ).
(c) tidak ada kesepakatan para ulama berapa jumlah ayat yang telah di nasakh. (d) tidak
ada penegasan dari nabi tentang ada atau tidaknya nasakh. (e) adanya ayat yang
nampaknya bertentangan dan yang mungkin belum dapat dikompromikan belum bisa
menjadi jaminan adanya nasakh. Ternyata banyak ayat yang semula diduga telah
diNasikh kan dapat dikompromikan dengan jalan takhsikh atau taqyid atau ta’wil atau
dengan cara lain.

D. Hikmah Adanya Nasikh Mansukh


Adanya Nasikh mansukh tidak dapat dipisahkan dari sifat turunnya Alquran itu sendiri
dan tujuan yang ingin dicapainya turunnya kitab suci Alquran tidak terjadi sekaligus, tetapi
berangsur-angsur dalam waktu 20 tahun lebih. Sesungguhnya Al Khaliq yang maha suci lagi
Maha Tinggi mendidik bangsa Arab selama 23 tahun dalam proses taddaruj atau bertahap
sehingga mencapai kesempurnaannya dengan perantaraan berbagai sarana sosial. Hukum-
hukum itu pada awalnya bersifat kedaerahan, kemudian secara bertahap diganti oleh Allah
dengan yang lain sehingga bersifat universal.
Adapun hikmah dibalik adanya nasakh Alquran diantaranya :
1. Memelihara kepentingan hamba dan kemaslahatan hamba.
2. Perkembangan tasyri menuju tingkat sempurna Sesuai dengan perkembangan dakwah dan
perkembangan kondisi umat manusia.
3. Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak.
4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika nasakh itu beralih ke hal
yang lebih berat maka didalamnya terdapat tambahan pahala dan jika beralih ke hal yang
lebih ringan maka ia mengandung kemudahan dan keringanan.

Terkait dengan adanya Nasikh Mansukh ini, Muhammad Ghufron dan Rahmawati
menambahkan bahwa hikmah adanya Nasikh Mansukh diantaranya :
1. Menunjukkan bahwa syariat Islam yang diajarkan Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam adalah syariat yang paling sempurna yang telah menghapus syariat
syariat dari agama sebelumnya. Karena syariat Islam telah mencakup ajaran-
ajaran sebelumnya.
2. Untuk kemaslahatan umat Islam.
3. Untuk menguji umat Islam dengan perubahan hukum, Apakah dengan perubahan
ini mereka masih taat atau sebaliknya.
BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nasakh ialah mengangkat atau menghapuskan hukum syara dengan dalil syara.
Nasikh ialah dalil syara yang menghapus atau mengangkat sesuatu hukum dan
mansukh ialah hukum syara Yang Telah dihapus atau diganti. Nasakh hanya terjadi
pada perintah dan larangan baik yang diungkapkan dengan tegas dan jelas maupun
yang diungkapkan dengan kalimat berita atau (khabar ) yang bermakna Amar
( perintah ) atau nahyi, (larangan), tidak ada nasakh ayat tentang persoalan akidah zat
Allah, sifat-sifat Allah, kitab-kitab-nya, rasul-rasulnya, dan hari kemudian, etika dan
akhlak atau dengan pokok-pokok ibadah dan muamalah.

Para ulama berbeda pendapat tentang ada tidaknya Nasikh mansukh dalam
Alquran. Sedangkan hadits yang di nasakh oleh ayat Alquran jumhur ulama mengakui
adanya hal tersebut. Dan ayat Alquran yang di nasakh oleh hadis para ulama sepakat
hal tersebut tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahnya; Tafsir Al Qur’anul karim ( Medina Munawarah :

Mujamma Khadim Al Haramani Asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at a

Mush-haf asy Syarif, 1411 H ).

Anwar, Rosihon. Ulumu Al-Quran. Bandung : Pustaka setia, 2010

Anda mungkin juga menyukai