Permintaan Agregat merupakan sebuah jumlah barang dan juga jasa yang
dimana pada akhirnya yang dihasilkan pada sebuah perekonomian yang dimana
kemudian diminta untuk pada berbagai macam tingkat harga. Kemudian
permintaan agregat yang dimiliki ini sendiri kemudian dapat ditampilkan dengan
cara membuat sebuah kurva maupun tabel yang dimana kemudian berguna untuk
menunjukkan berbagai macam jenis barang dan juga jasa yang dimana dapat
dibeli secara kolektif pada sebuah tingkatan harga tertentu. Sedangkan kurva
permintaan agregat sendiri merupakan sebuah kurva yang dimana menjelaskan
sebuah hubunan antara jumlah output yang diminta denan tingkat harga apabila
semua variabel yang dimiliki semuanya konstan.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa Al
-Kazhim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M)yang dikenal dengan
julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannyadalam kehidupan tasawuf, Safi Al-Din
diambil menantu oleh gurunya tersebut.Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia
menggantikan guru dansekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini
sangat teguhmemegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah
bertujuanmemerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka
sebut “ahli
-ahli bid
-Din ini semakin penting,terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian
tasawuf murniyang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di
Persia,Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri diluar Ardabil, Safi Al-Din menempatkanseorang
wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar
“khalifah”.
2
Pada suatu hari aku dan keluargaku pergi ke kebun binatang
Akhirnya, liburan sekolah yang ditunggu-tunggu membawa kelonggaran dari pekerjaan rumah,
pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan ujian. Liburan sekolah kali ini, aku dan ayah ibu akan
kembali ke kampung halaman kami. Hari itu, kami memulai perjalanan pagi – pagi sekali, agar
kami dapat menikmati sejuknya udara pagi dan menghindari kemacetan. Kami tiba di kota asal
kami saat jam makan siang.
Setelah membersihkan badan, makan siang dan istirahat sebentar, aku pergi menggunakan
sepeda menuju ke tempat favoritku, di sudut terpencil kebun durian milik kakek. Di sana, di
bawah tempat teduh, aku duduk dan menikmati lingkungan yang damai. Tanpa handphone
atau gadget dan segala hal tentang hingar bingar kota, tak ada polusi, macet, maupun suara
berisik dari klakson-klakson kendaraan.
Akhirnya, liburan sekolah yang ditunggu-tunggu membawa kelonggaran dari pekerjaan rumah,
pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan ujian. Liburan sekolah kali ini, aku dan ayah ibu akan
kembali ke kampung halaman kami. Hari itu, kami memulai perjalanan pagi – pagi sekali, agar
kami dapat menikmati sejuknya udara pagi dan menghindari kemacetan. Kami tiba di kota asal
kami saat jam makan siang.
Setelah membersihkan badan, makan siang dan istirahat sebentar, aku pergi menggunakan
sepeda menuju ke tempat favoritku, di sudut terpencil kebun durian milik kakek. Di sana, di
bawah tempat teduh, aku duduk dan menikmati lingkungan yang damai. Tanpa handphone atau
gadget dan segala hal tentang hingar bingar kota, tak ada polusi, macet, maupun suara berisik
dari klakson-klakson kendaraan.
Yang ada hanyalah burung-burung terbang dan bernyanyi dengan manis di sekitar, dua kucing
berlarian, kupu-kupu berwarna-warni mengepakkan sayap, dan sekawanan semut yang bekerja
sama membawa serpihan makanan di punggung mereka. Inilah salah satu tempat yang
membuatku merasa santai dan benar-benar bisa menikmati alam.
Saat matahari mulai berjalan ke arah barat, angin sepoi-sepoi bertiup sejuk menyentuh wajahku.
Aku bisa mendengar gemerisik dedaunan lembut. Udara terasa berat dengan aroma rumput
ditambah dengan aroma durian matang. Ah, aku tidak sabar untuk makan durian yang ada di
rumah kakek.
Aku mulai berjalan keluar menuju tempat duduk bangku kayu di depan kebun kakek, dan
menyandarkan kepala pada pohon mahoni di belakang bangku. Aku melihat seberkas sinar
matahari menerawang dari balik daun-daun. Cukup lama aku menikmati tempat ini, hingga
matahari perlahan turun di balik deretan bukit jauh. Matahari semakin jingga dan perlahan
mulai menghilang.
Meskipun ingin berlama-lama, tapi Adzan Maghrib sudah berkumandang, dan aku pun harus
kembali kerumah sebelum malam. Ku kayuh sepeda meninggalkan tempat masa kecilku ini, dan
menuju ke rumah kakek untuk sholat maghrib berjamaah.
Hari libur tanggal 21 September kemarin menjadi liburan yang tidak terlupakan oleh Mila.
Biasanya ketika ada libur hari besar nasional, Mila mengajak ayah dan ibu untuk berjalan-jalan.
Akan tetapi kemarin Mila diajak oleh ayah dan ibu ke salah satu panti asuhan anak yatim. Mila
sempat tidak ingin ikut, tetapi ayah dan ibu membujuk dia. Ayah, ibu, dan Mila membawa
makanan dan bingkisan untuk dibagikan kepada anak-anak yatim. Sesampainya di panti asuhan
tersebut, mereka bertemu dengan anak-anak yang bernasib tidak seberuntung Mila. Mereka
sangat senang sangat menerima makanan dan bingkisan tersebut. Raut muka Mila pun berubah.
Mila juga merasa senang melihat teman-teman seumurannya bergembira membuka bingkisan
yang ia bawa. Makanannya pun dimakan dengan sangat lahap. Tak lupa Mila ikut bermain dan
berbincang dengan anak-anak tersebut. Setelah semua acara selesai Mila dan keluarga pulang
ke rumah. Sebelum pulang Mila berjanji akan berkunjung lagi. Mila pun meminta kepada ayah
dan ibu agar lain kali dapat datang lagi ke tempat itu. Liburan kali ini sangat mengesankan untuk
Mila dan keluarga.