Anda di halaman 1dari 21

ARABIAH PRA ISLAM

Geografi Jazilah Arab, Asal Usul Bangsa Arab, Dan Kehidupan


Bangsa Arab Di Bidang Keagamaan,Politik,
Sosial Budaya, Dan Intelektual.

Dosen Pengampu:
Dr. Muaz Tanjung, MA

Disusun Oleh:
Muhammad Ali Akbar Lubis (0104221019)
Ahmad Alimukdin (
Munawir Harahap (

PRODI MANAJEMEN DAKWAH A


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayahnya kepada seluruh umatnya. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda
Rasulullah SAW yang menjadi teladan untuk umat seluruh alam.
Makalah ini berjudul “Arabia Pra Islam.”. Makalah ini berisikan tentang
pembahasan dan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Arabia Pra
Islam, yaitu Geografi Jazilah Arab, Asal Usul Bangsa Arab, dan Kehidupan
Bangsa Arab Dibidang Keagamaan,Politik, Sosial Budaya, Dan Intelektual .
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam.
Segala daya dan upaya penulis lakukan untuk menyusun makalah ini tentunya
masih banyak kekurangan di dalamnya untuk itu penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya, serta kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan langkah penulis kedepan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umum, dan untuk akademisi pada khususnya.

Lhokseumawe, September 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang Makalah........................................................................
B. Rumusan Makalah.................................................................................
C. Tujuan Makalah.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Kehidupan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam ...................................
B. Kondisi Geografis Jazirah Arab................................................................
C. Asal Usul Bangsa Arab..............................................................................
D. Kehidupan Bangsa Arab Dibidang Keagamaan, Politik, Sosial Budaya,
dan Intelektual...................................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Simpulan.....................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB l
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam,
periode jahiliyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada
saat itu masarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk seperti
meminum minuman keras, berjudi, dan menyembah berhala.
Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M). Mekah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya
maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan
Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota. Mekah
menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Didalamnya
terdapat 360 berhala mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan
kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat
jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Biasanya, dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab
sebelum Islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah Arab, padahal bangsa
Arab juga mendiami daerah-daerah di sekitar Jazirah. Jazirah Arab memang merupakan
kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang kondisi Bangsa Arab sebelum
kedatangan agama Islam. Khususnya mengenai letak geografisnya, asal-usulnya, serta
kehidupan Bangsa Arab dibidang keagamaan, politik, social budaya, dan intelektual .

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam?
2. Bagaimana kondisi Bangsa Arab dalam hal letak geografi?
3. Bagaimana asal usul bangsa Arab?
4. Seperti apa kehidupan Bangsa Arab dibidang keagamaan, politik, social budaya, dan
intelektual?
C. TUJUAN
1. Mengkaji lebih dalam kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam.
2. Melihat kondisi Bangsa Arab dalam hal letak geografi.
3. Mengetahui bagaimana asal usul Bangsa Arab.
4. Mengetahui sejarah kehidupan Bangsa Arab dibidang keagamaan, politik, social
budaya, dan intelektual.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagaimana Kehidupan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam


Memahami kondisi Arab sebelum datangnya agama Islam sangat penting artinya
dalam kontek belajar sejarah peradaban dan perkembangan Islam dari masa ke masa. Hal
ini diperlukan sebagai gambaran awal lahirnya sebuah agama terbesar di dunia yang lahir
di tengah jazirah kejahiliayaan dan sanggup berkembang ke penjuru dunia.
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa jahiliyyah.1
ُ ‫َوقَرْ نَ فِ ْي بُيُوْ تِ ُك َّن َواَل تَبَرَّجْ نَ تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة ااْل ُوْ ٰلى َواَقِ ْمنَ الص َّٰلوةَ َو ٰاتِ ْينَ ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْعنَ هّٰللا َ َو َرسُوْ لَهٗ ۗاِنَّ َما ي ُِر ْي ُد هّٰللا‬
‫َط ِه ْير ًۚا‬
ْ ‫ت َويُطَهِّ َر ُك ْم ت‬ ِ ‫س اَ ْه َل ْالبَ ْي‬
َ ْ‫ب َع ْن ُك ُم الرِّج‬ َ ‫لِي ُْذ ِه‬
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-
bersihnya.
Maksudnya: isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada
keperluan yang dibenarkan oleh syara'. perintah ini juga meliputi segenap mukminat.
Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat
sebelum Nabi Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah
kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya Islam.
Ahlul bait di sini, Yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah s.a.w.
Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat
Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan
area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup berkabilah dan nomaden. Mereka
berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan
kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai
kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan
perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.

1
Al-Qur-an Surat al-Ahzab: 33.
Bangsa Arab pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah
lama mengenal agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi
Ibrahim. Akan tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan
mereka membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu
dapat dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.2
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak
memiliki peradaban. Kebudayaan mereka yang paling menonjol adalahbidang sastra
bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian penduduk negeri Mekah umumnya
baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh Jazirah Arab.
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki
kemajuan ekonomi. Letak geografis yang cukup strategis, terutama kawasan pesisir yang
pada waktu itu ramai dilalui kapal-kapal pedagang Eropa yang hendak menuju India,
Asia Tenggara, Cina dan sekitarnya, telah membuat kawasan ini lebih maju dari pada
kawasan Arab yang lain. Makkah pada waktu itu merupakan kota dagang bertaraf
internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di
persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke
Syiria.
Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang
sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia
yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya,
antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang erat dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra
Islam.

B. KONDISI GEOGRAFIS JAZIRAH ARAB


Semenanjung Arab adalah semenanjung yang terletak di sebelah barat daya Asia.
Wilayahnya memiliki luas 1.745.900 kilometer persegi.3 Semenanjung ini dinamakan
jazirah karena tiga sisinya berbatasan dengan air, yakni di sebelah timur berbatasan
dengan teluk Oman dan teluk Persi, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
2
http://emhasemarangan.blogspot.com/2010/02/rahasia-sukses-dakwah-rasulullah.html, diunduh 24 Maret 2014.
3
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riadi, 2010, Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, hal. 16.
Hindia dan teluk Aden, di sebelah barat berbatasan dengan laut merah. Hanya di sebelah
utara, jazirah ini berbatasan dengan daratan atau padang pasir Irak dan Syiria.4

Gambar 1.1. Peta Jazirah Arab dan Penyebaran Agama Islam


Secara geografis, daratan jazirah Arab didominasi padang pasir yang luas, serta
memiliki iklim yang panas dan kering. Hampir lima per enam daerahnya terdiri dari
padang pasir dan gunung batu.5 Luas padang pasir ini diklasifikasikan Ahmad Amin
sebagai berikut:
1. Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil
dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara Nufud. Di daerah ini, jarang sekali
ditemukan lembah dan mata air. Angin disertai debu telah menjadi ciri khas suasana di
tempat ini. Hal itulah yang menyebabkan daerah ini sulit dilalui.
2. Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara Langit ke arah
timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan
pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan daerah sepi (al-Rub’ al-Khali).
3. Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat berbatu hitam.
Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara ini.6

Secara garis besar, jazirah Arab dibedakan menjadi dua, yakni daerah pedalaman
dan pesisir. Daerah pedalaman jarang sekali mendapatkan hujan, namun sesekali hujan

4
Fadil, SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, 2008, Malang: UIN Malang Press, hal. 26.
5
Ibid, 43-44.
6
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, 1975, Kairo: Maktabah Najdah al-Misriyyah, hal. 1-2.

5
turun dengan lebatnya. Kesempatan demikian biasa dimanfaatkan penduduk nomadik
dengan mencari genangan air dan padang rumput demi keberlangsungan hidup mereka.
Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun [Tihama, Hijaz, Najd, dan sepanjang
dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab] dasar hidup pengembaraan itu ialah
kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu
peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan
pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh.7
Sedangkan daerah pesisir, hujan turun dengan teratur, sehingga para penduduk
daerah tersebut relatif padat dan sudah bertempat tinggal tetap. Oleh karena itu, di daerah
pesisir ini, jauh sebelum Islam lahir, sudah berkembang kota-kota dan kerajaan-kerajaan
penting, seperti kerajaan Himyar, Saba’, Hirah dan Ghassan.8

C. Asal Usul Bangsa Arab


Bangsa Arab bisa dikategorikan sebagai bangsa yang nomaden (berpindahpindah)
yang termasuk dalam rumpun bangsa Caucasoid dalam sub ras Mediteraniean yang
meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania. Bangsa
Arab menurut ahli sejarah dibagi menjadi beberapa kelompok:9
1. Arab Aribah yang meliputi kaum Ad, kaum Tsamud, kaum Thasm. Arab Aribah ini
juga disebut sebagai Arab Qahthaniyah yang bernenek moyang pada Qahthan atau juga
bisa disebut dengan Yamaniah karena tinggal di Yaman.
2. Arab Muta’arribah atau juga disebut dengan Arab Qahtaniyyah menurunkan
kabilah Jurhum dan Ya’rib. Dari Ya’rib menurunkan suku besar Kahlan dan Himyar.
Sedangkan yang termasuk suku Himyar adalah Qudla’ah, Tanukh, Kalb, Juhainah dan
Udzrah.
3. Arab Musta’ribah atau Adnaniyah berkembang menjadi dua suku besar, yaitu
Kabi’ah dan Mudlar. Dari Kabi’ah muncul kabilah Asad dan kabila Wail. Kabilah Wail
bercabang menjadi suku Bakr dan Taghlab. Mudlar bercabang menjadi kabila Qais Ailan
yang menurunkan marga Hawazin dan Sulaiman dan kabilah Tamim.

7
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html, diunduh 24 Maret 2014.
8
Ahmad Mujahidin, Maret 2003, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-Negara
Sekitarnya”, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2, hal. 4.
9
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, Trj.Zaini Dahlan (Jakarta: 1967), hal. 8-9.

6
D. kehidupan Bangsa Arab dibidang keagamaan, politik, social budaya, dan
intelektual

 kehidupan Bangsa Arab dibidang keagamaan


Bangsa Arab termasuk bangsa yang banyak memeluk agama, diantaranya adalah
agama Paganisme yaitu penyembahan terhadap berhala atau patung. Agama ini paling
banyak pengikutnya di jazirah Arab.10
Agama lain yang dianut adalah monotheisme, yaitu agama hanif yang di bawa
oleh Nabi Ibrahim. Pengikut agama ini tidak banyak, bahkan ketiga Sejarah Peradaban
Islam 8 Islam datang di bawa oleh Nabi Muhammad, saw mereka juga tidak segera iman
pada Allah swt.
Penduduk jazirah Arab juga ada yang memluk agama Shabiah yaitu agama yang
menyembah binatang yang menurut mereka punya kekuatan. Tetapi ada juga yang
memeluk agama Masehi, agama Majusi, agama Nasrani yang di bawa oleh orang persia.
Dari aspek peradaban, bangsa Arab terbagi atas peradaban yang bersifat rohani
dan material. Peradaban yang bersifat rohani tertuang dalam banyak karya sastra dan
syair-syair jahili yang begitu dominan. Hal ini juga bisa melihat tingkat kemajuan
kehidupan mereka. Sedangkan peradaban material tertuang dari karya seni patung,
bangunan dan lainnya. Tetapi jika diklsifikasi, bangsa Arab yang maju adalah bangsa
Arab yang tinggal di suatu daerah tertentu, bukan bangsa Arab yang nomaden
(berpindah-pindah) yang tinggal dipesisir jazirah Arab.
Sampai saat ini peradaban bangsa Arab juga banyak mempengaruhi dunia
terutama bangsa-bangsa yang beragama Islam, mulai dari karya sastra, seni dan budaya
maupun bangunan dan arsitek yang terpengaruh oleh peradaban Arab. Oleh karena itu
tidak salah jika ada yang mengatakan Bangsa Arab adalah bangsa yang istimewa di dunia
ini.

 kehidupan Bangsa Arab dibidang Politik


a. Pemilihan Pemimpin
Penduduk jazirah Arab terbagi menjadi dua: penduduk kota dan penduduk badui.
Aturan yang berlaku di sana adalah adat kesukuan. Bahkan aturan adat kesukuan ini
10
DR.H.Ah.Zakki Fuad, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam,(Surabaya:2016), hall.7-8

7
berlaku hingga di lingkungan kerajaan 12 yang notabene merupakan lingkungan kota di
jazirah Arab. Seperti kerajaan Yaman di Arab bagian selatan, kerajaan Hairah di Arab
bagian timur laut, dan kerajaan Ghassaniyah di Arab bagian barat laut, nama Ghassān
merujuk kepada kerajaan suku Ghassaniyah, yang merupakan kerajaan Kristen Arab kuno
di Levant. Mereka tidak melebur menjadi satu golongan, akan tetapi terpecah menjadi
beberapa kabilah dan setiap kabilah fanatik dengan kabilahnya masing-masing. Kabilah
Arab terdiri dari sekelompok orang yang diikat dengan hubungan satu darah, satu nasab,
dan satu golongan. Untuk memayungi kehidupan mereka dibuatlah undang-undang adat
yang mengatur hubungan antar individu dan jama’ah mereka. Prinsip solidaritas dan
kesetiakawanan sangat dijunjung tinggi oleh mereka dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Dan undang-undang adat inilah yang kemudian mereka pegang teguh
dalam mengatur kehidupan politik dan sosial mereka (Muhammad Qal’aji, 1988).11
Pemimpin kabilah dipilih dan diangkat oleh kalangan mereka sendiri dan untuk
menjadi pemimpin kabilah harus memiliki beberapa kriteria tertentu, di antaranya adalah
pemberani, berwibawa, karismatik, dan lain sebagainya. Pemimpin kabilah memiliki hak
baik yang bersifat moral maupun material. Di antara hak moral bagi pemimpin kabilah
adalah mendapatkan penghormatan, penghargaan dan dipatuhi segala perintahnya,
memutuskan, dan menjatuhkan hukuman. Adapun hak materialnya adalah dia
mendapatkan seperempat dari harta rampasan perang, dan sebelum harta rampasan
perang dibagikan dia juga berhak untuk mengambil sebagiannya atas nama pribadi
(Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, 1996).
Sebagai konsekuensinya, seorang pemimpin kabilah memiliki tanggung jawab dan
kewajiban, di antaranya adalah pada masa damai seorang pemimpin kabilah dituntut agar
bersikap dermawan dan murah hati, pada saat perang dia berada di garda terdepan. Dia
juga memiliki tugas untuk memutuskan genjatan senjata dan mengagendakan perjanjian .
b. Administrasi Negara
Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah, kota suci tempat
Ka’bah berdiri, didirikanlah suatu pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua
suku yang berkuasa, yaitu Jurhum, sebagai pemegang kekuasaan politik12 dan Ismail

11
Ahmad Tabrani, Agus Sutiyono, Agus Khunaifi, Dwi Istiyani, kondisi bangsa arab pra islam dan awal
islam(jakarta:2023), hall.11-13
12
Ibid, hall.12-13

8
(keturunan Nabi Ibrahim as) sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan
politik kemudian berpindah ke suku Khuza’ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah
pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik
dan urusan- urusan yang berhubungan dengan 13 Ka’bah. Semenjak itu suku Quraisy
menjadi suku yang mendominasi masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang
dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy, yaitu hijabah, penjaga kunci-
kunci Ka’bah; siqayah, penjaga mata air Zam-zam untuk digunakan oleh para peziarah;
diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal; sifarah, kuasa usaha negara atau duta; liwa’,
jabatan ketentraman; rifadah, pengurus pajak untuk orang miskin; nadwah, jabatan ketua
dewan; khaimmah, pengurus balai musyawarah; khazimah, jabatan administrasi
keuangan; dan azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.13

 kehidupan Bangsa Arab dibidang Sosial Budaya


Bila dilihat dari segi sosiologis dan antropologis bangsa Arab mempunyai tingkat
solidaritas dan budaya yang tinggi. Tingkat solidaritas yang sangat tinggi itu bisa dilihat
dari kehidupan bangsa Arab di padang pasir yaitu kaum Badui. Mereka mempunyai
perasaan kesukuan yang tinggi. Karena sukuisme itulah yang akan melindungi keluarga
dan warga suatu suku. Hal ini disebabkan terutama karena di padang pasir tidak ada
pemerintahan atau suatu badan resmi yang dapat melindungi rakyat atau warga negaranya
dari penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang dari siapa saja. Kabilah atau suku
itulah yang mengikat warganya dengan ikatan darah (keturunan) atau ikatan kesukuan.
Kabilah itulah yang berkewajiban melindungi warganya, dan 10 melindungi orang-orang
yang menggabungkan diri atau meminta perlindungan kepadanya.14
Bila salah seorang dari warganya, atau dari pengikut-pengikutnya dianiaya atau
dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut bela.
Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi itu dapat diketahui dari kerajaan-kerajaan
yang berdiri di Yaman. Dari Bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
berkuasa di daerah Yaman, di antaranya yang terpenting adalah kerajaan Ma’in, Qutban,
Saba’ dan Himyar.

13
Ahmad Tabrani, Agus Sutiyono, Agus Khunaifi, Dwi Istiyani, kondisi bangsa arab pra islam dan awal
islam(jakarta:2023), hall.11-13
14
Ibid,hall.9-11

9
a. Kerajaan Ma’in (Ma’niyah)
Kerajaan Ma’in ini berdiri kira-kira 1200 th SM, di Yaman. Kerajaan Ma’in ini
didirikan oleh suku Ma’in, yaitu suatu suku yang terbilang besar di antara suku-suku dari
Bani Qathan.15
Kerajaan ini telah memiliki kekuasaan yang besar dan kekayaan yang berlimpah.
Penghidupan mereka terutama sekali ialah berniaga. Kekuasaan mereka pun bersumber
pada perniagaan. Mereka telah membangun kotakota yang digunakan sebagai stasiun
perniagaan di sepanjang jalan yang melintasi Tanah Arab dari selatan ke utara sampai ke
Suriah. Stasiun ini berfungsi menyiapkan perbekalan yang dibutuhkan para khalifah serta
menjaga para khalifah dari serangan perampok atau penyamun.
Bentuk pemerintahan mereka adalah monarki yang demokratis. Rajanya memerintah
secara turun-temurun kepada anak, dan kadangkadang terdapat pula seorang raja
memegang kekuasaan bersama anaknya. Di samping raja ada majelis umum, sedang di
kota-kota dibentuk pemerintahan setempat.
b. Kerajaan Qutban
Kerajaan Qutban berdiri di Yaman Selatan kurang lebih 1000 SM. Ibu kotanya
Qutban. Kerajaan Qutban ini mempunyai kedudukan penting dalam sejarah karena
penguasaan dan pengawasan mereka terhadap Selat Bab al-Mandib (gerbang ratapan).
Terletak di antara Arabia (timur laut) dan Afrika (barat daya) yang menghubungkan Laut
Merah. Selat Bab al-Mandib termasuk salah satu pusat perniagaan di masa itu.
c. Kerajaan Saba’
Kerajaan Saba’ berdiri kira-kira tahun 950 SM. Kerajaan Saba’ dibangun oleh rajanya
yang pertama yang bernama Saba’ Abdu Syam ibn Yasyjub ibn Ya’rub dan Qathan.
Yaman adalah daerah yang kering, karena tidak ada sebuah sungai pun mengalir, dan
hujannya adalah hujan musiman yang hanya turun pada musim penghujan saja, karena
itu, raja Saba’ membangun sebuah 11 bendungan air di dekat kota Ma’arib, bendungan ini
adalah salah satu keajaiban teknik dunia kuno dan merupakan pusat dari bangsa Saba dan
Kerajaan Himyar yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan “Saddu Ma’arib”
(Bendungan Ma’arib).
d. Kerajaan Himyar (Himyariyah)

15
Ibid, hall.10

10
Kerajaan Himyar berdiri kira-kira tahun 115 SM. Didirikan oleh suku Himyar, sedang
asal-usul suku Himyar itu adalah seorang di antara saudara-saudara raja Saba’ pendiri
kerajaan Saba’iyah. Kerajaan Himyariyah, raja-rajanya suka berperang dan menyerang
serta menaklukkan negara tetangga. Mereka mempunyai bala tentara yang panglima-
panglimanya suka memperluas daerah atau kawasan negaranya dengan menyerang atau
menaklukkan negara-negara lain. Mereka pernah memerangi Persia dan Ethiopia
(Habasyah) dan lain-lain.16
Di antara raja-raja tersebut adalah Syammar Yar’asy. Raja ini menurut sejarawan
di kalangan bangsa Arab, pernah menyerang dan menaklukan Irak, Persia dan Khurasan.
Kehidupan sosial bangsa Arab dapat juga kita ketahui, misalnya dengan adanya syair-
syair Arab. Ada dua cara dalam mempelajari syair Arab di masa jahiliyah. Kedua cara itu
amat besar manfaatnya.
1) Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab amat dihargai.
2) Mempelajari syair itu dengan maksud supaya kita dapat mengetahui adat-istiadat dan
budi pekerti bangsa Arab.
Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang sangat dihargai dan
dimuliakan oleh bangsa Arab. Seorang penyair mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
dalam masyarakat bangsa Arab. Salah satu pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa
syair itu dapat meninggikan derajat seseorang yang tadinya hina atau sebaliknya dapat
menghina-hinakan orang yang tadinya mulia. (Ahmad Bachmid, 2004)
Syair dan kultur keagamaan masih mempertahankan sebuah elemen kehidupan
Badui. Sedikit atau banyak Badui Arabia merupakan masyarakat dinamis dan politheis
yang mana mereka meyakini bahwa seluruh obyek alam dan peristiwanya merupakan
kehidupan roh yang dapat membantu atau mengganggu manusia.

 kehidupan Bangsa Arab dibidang Intelektual


Rendahnya intelektual

Banyak sekali perbuatan mereka yang merupakan wujud dari rusaknya moral karena
rendahnya intelektual. Misalkan saja tentang masalah pernikahan. Waktu itu poligami
sama sekali tidak dibatasi, sehingga setiap laki-laki berhak menikahi wanita sebanyak
16
Ibid, hall.11

11
yang ia suka. Selain itu seorang anak menikahi bekas istri bapaknya pun tak menjadi soal.
Nilai kehormatan kepada kaum wanita benar-benar sangat rendah. Kelahiran bayi wanita
dianggap sebagai kesialan, hingga mereka tak segan-segan mengubur hidup-hidup bayi
tersebut.

Dalam Mukhtasor Sirah Rasul halaman 23 dan 73, ada suatu kisah yang
menggambarkan keadaan masyarakat kala itu. Terdapat seorang pemuda yang bernama
Amr bin Luhay Al-Khuza’iy. Ia dikenal sebagai orang yang gemar ibadah dan beramal
baik sehingga masyarakat waktu itu menempatkannya sebagai seorang ulama. Sampai
suatu saat, Amr pergi ke daerah Syam. Ketika mendapati para penduduknya beribadah
kepada berhala-berhala, Amr menganggapnya sebagai sesuatu yang baik dan benar.

Apalagi, Syam dikenal sebagai tempat turunnya kitab-kitab samawi (kitab-kitab dari
langit). Ketika pulang, Amr membawa oleh-oleh berhala dari Syam yang bernama Hubal.
Ia kemudian meletakkannya di dalam Kakbah dan menyeru penduduk Mekkah untuk
menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah dengan beribadah kepadanya. Disambutlah
seruan itu oleh masyarakat Hijaz, Mekkah, Madinah dan sekitarnya karena disangka
sebagai hal yang benar.

Bisa dibayangkan betapa menyedihkannya keadaan manusia kala itu. Sedikit sekali
dari mereka yang masih mau berjalan dalam kebaikan. Lebih parahnya lagi, karena begitu
rendah tingkat keilmuan yang dimiliki apa yang mereka anggap baik untuk dilakukan
ternyata adalah suatu hal yang tercela. Mereka kesulitan untuk membedakan mana benar
dan mana yang salah.17

Bangsa Arab merupakan bangsa dengan peradaban syair. Mereka merekam semua
aktivitas di dalam kehidupan, mulai dari cara hidupnya, agamanya sampai pada
rasionalitasnya ke dalam gubahan bait-bait syair. Tak heran jika seorang penyair menjadi
barometer intelektualitas Arab masa itu.18

Hal tersebut dikarenakan, selain seorang penyair dituntut untuk kreatif dalam
menyusun syairnya, ia wajib memahami hal-ihwal yang menyangkut kehidupan

17
https://alif.id/read/muh-nanda-al-fateeh/syair-sebagai-barometer-intelektualitas-arab-pra-islam-b232690p, diunduh
11 September 2020
18
https://aceh.tribunnews.com/amp/2013/07/13/jahiliyah-intelektual, diunduh 13 Juli 2013.

12
bangsanya pada masa lalu. Dengan demikian, selain memiliki dzauq kebahasaan yang
tajam, penyair adalah seorang antropolog dan sosiolog. Alasannya sederhana, syair tidak
hanya cermin dari produk kesenian, namun di saat yang sama juga sebagai cermin dari
intelektualitas.

Sampai-sampai di dalam al-Qur’an terdapat surat dengan nama al-Syu’ara’, yang


berarti para penyair. Ini membuktikan bahwa para penyair di masa sebelum Islam
mempunyai kedudukan tersendiri di mata bangsa Arab. Dan ini juga sekaligus menjadi
bukti bahwa syair mempunyai pengaruh tersendiri dalam kehidupan mereka.

Maka tidak heran ketika Nabi Muhammad Saw mendapatkan wahyu, kemudian
menyampaikannya kepada umatnya, orang-orang yang tidak beriman menyebut Nabi
Saw sebagai seorang penyair. Hal ini tidak lain karena keindahan susunan kalimat yang
mampu menyihir baik telinga, hati dan pikiran para pendengar adalah selalu identik
dengan syair.

Jawad Ali di dalam al-Mufasshal fî Târîkh al-‘Arab qabla al-Islâm mengungkapkan


bahwa syair merupakan cara yang digunakan masyarakat Arab Jahiliah untuk merekam
pengetahuan-pengetahuan yang ada di dalam kehidupan mereka ketika peradaban tulisan
belum populer masa itu. Syair pula menjadi semacam ensiklopedi Arab yang hidup lewat
peradaban oral.

Suatu kabilah biasanya mempunyai para penyair yang meriwayatkan syair-syair


yang berkaitan dengan kabilahnya. Bahkan bukan hanya para penyair saja. Para anggota
kabilah biasa, yang bukan seorang penyair, juga ikut andil dalam menyampaikan cerita-
cerita kabilahnya, kemenangan-kemenangan dalam peperangan yang pernah diraihnya,
kepada generasi selanjutnya melaui syair-syair kaumnya.19

Dan menurut Syauqi Dhaif di dalam Târîkh al-Adab al-‘Arabiy, seringkali dijumpai
para penyair—dan juga perawi syair—yang meriwayatkan syair dari golongan lain.
Sepertinya tipologi yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai intelektual murni. Ia
meriwayatkan syair bukan karena fanatisme kesukuan, tetapi karena memang ia

19
https://aceh.tribunnews.com/amp/2013/07/13/jahiliyah-intelektual, diunduh 13 juli 2013.

13
mencintai sejarah secara umum atau mencintai syair tanpa memandang siapa
penciptanya.

Tradisi oral yang ada pada masyarakat Arab Jahiliah tentunya mempunyai karakter
berbeda dengan tradisi literal yang ada setelah masuknya Islam. Dalam tradisi oral,
kehadiran seorang pendengar sangat diperlukan ketika sebuah teks diujarkan, agar pesan
yang ada dalam teks dapat tersimpan secara baik dalam memori pendengar.

Kondisi ini sangat berbeda dengan tradisi literal. Seseorang bisa menulis kapan pun
dan di mana pun tanpa takut pesan yang akan disampaikan hilang. Karena pembaca dapat
membuka kembali lembaran-lebaran pesan penulis jika memang dibutuhkan di kemudian.

Karena pesan yang ada dalam tradisi oral lebih rawan hilang, maka muatan-muatan
yang dibicarakan cenderung sederhana tanpa menggunakan konsep-konsep rumit. Hal ini
bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan mudah untuk diingat.

Merujuk pada pendapat Walter J. Ong, bahwa bangsa Yunani sebelum Socrates lebih
sering berbicara keadilan melalui realita-realita aplikatif daripada melalui istilah-istilah
konseptual. Sulit dibayangkan dalam tradisi oral terdapat konsep-konsep metafisis
ataupun konsep kritik teks. Karena yang menjadi tujuan utama adalah bagaimana cara
menyelamatkan sebuah pesan dari kepunahan.

Dengan demikian, potret kehidupan masyarakat Arab Jahiliah yang dititipkan dalam
gubahan-gubahan syair, disampaikan dari generasi ke generasi melalui tradisi oral, masih
dalam bentuk yang sederhana. Maksud saya, kita belum banyak menemukan analisa-
analisa kritik teks terkait matan syair. Seakan-akan tanpa peduli apakah sebuah syair
telah memenuhi standar syair atau tidak, memiliki cacat atau tidak.20

Seperti yang diceritakan oleh Ahmad Amin di dalam Fajr al-Islam, apa yang
dilakukan oleh para intelektual Arab Jahiliah ketika itu mirip seperti apa yang dilakukan
para muhaddis dalam menilai otentisitas hadis. Mereka melakukan Jarh wa al-Ta’dîl
untuk mendiagnosa mata rantai sanad. Masyarakat Arab jahiliah menempatkan mata
rantai riwayat sebagai ukuran logis sebuah ilmu.

20
https://aceh.tribunnews.com/amp/2013/07/13/jahiliyah-intelektual, diunduh 13 juli 2013.

14
Dalam lingkungan masyarakat yang seperti ini al-Qur’an turun membawa nafas
baru, berhembus di sela-sela jantung masyarakat penyair dengan nadzm-nya yang tak
biasa, menyembuhkan hati-hati yang lumpuh dengan ajaran-ajaran langit, mengajak
manusia mengenal siapa Dzat yang telah menciptakannya.

Al-Qur’an sepertinya paham betul dengan kondisi masyarakat Arab yang


menempatkan syair sebagai barometer intelektualitas. Kitab suci yang terakhir turun ini,
meskipun bukan berbentuk syair, memaksa para penyair bungkam seribu bahasa melihat
susunan kalimat-kalimat yang berpadu indah dengan mutiara makna-maknanya,
mengakui betapa kedahsyatan mukjizat Allah Swt bukanlah kuasa manusia untuk mampu
menandinginya.

Karena al-Qur’an begitu memahami masyarakat Arab, proses perkenalan antara


keduanya dapat dikatakan cukup mudah. Al-Qur’an berbicara tentang kebiasaan mereka
berdagang ke negeri Syam di musim panas dan ke negeri Yaman di musim dingin. Al-
Qur’an berbicara tentang tanaman-tanaman yang tumbuh di sekitar mereka. Al-Qur’an
berbicara tentang berhala-berhala yang mereka sembah.

Dan pada akhirnya, al-Qur’an mengajak mereka untuk berintrospeksi diri atas
kesalahan-kesalahan mereka dalam menuhankan yang bukan semestinya. Setelah al-
Qur’an mengenalkan Tuhan yang patut untuk disembah, al-Qur’an mengajarkan tata cara
untuk mengabdi kepada Tuhan. Melalui perantara Nabinya, al-Qur’an mengajarkan
shalat, puasa, haji dan menetapkan aturan-aturan tertentu, mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak.

Karena teks-teks al-Qur’an yang demikian terbatas, fungsi seorang Nabi Saw di sini
adalah sebagai penyampai maksud al-Qur’an jika terdapat hal-hal yang belum jelas. Al-
Qur’an dan ajaran-ajaran Nabi Saw yang termanifestasikan dalam hadis, merupakan dua
hal yang tak dapat dipisahkan ketika kita membincang tentang sumber-sumber ajaran
Islam. Wallahu A’lam.21

21
https://aceh.tribunnews.com/amp/2013/07/13/jahiliyah-intelektual, diunduh 13 Juli 2013

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa:


1. Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode
jahiliyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama.
2. Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut berbagai macam agama, adat
istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup.
3. Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang amat penting yang pernah
berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam datang.
4. Perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung pada perdagangan
daripada peternakan apalagi pertanian.
5. Masa Jahiliyah bukan berarti masa dimana Bangsa Arab yang belum mengetahui
apapun. Namun masa ketika kemajuan peradaban Bangsa Arab tanpa disertai kemajuan
moralnya.
6. Sampai saat ini peradaban bangsa Arab juga banyak mempengaruhi dunia terutama
bangsa-bangsa yang beragama Islam, mulai dari karya sastra, seni dan budaya maupun
bangunan dan arsitek yang terpengaruh oleh peradaban Arab. Oleh karena itu tidak
salah jika ada yang mengatakan Bangsa Arab adalah bangsa yang istimewa di dunia ini.
7. Sebagai konsekuensinya, seorang pemimpin kabilah memiliki tanggung jawab dan
kewajiban, di antaranya adalah pada masa damai seorang pemimpin kabilah dituntut
agar bersikap dermawan dan murah hati, pada saat perang dia berada di garda terdepan.
Dia juga memiliki tugas untuk memutuskan genjatan senjata dan mengagendakan
perjanjian.
8. Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah, kota suci tempat Ka’bah
berdiri, didirikanlah suatu pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang
berkuasa, yaitu Jurhum, sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi
Ibrahim as) sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah
ke suku Khuza’ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir

16
inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan- urusan yang berhubungan
dengan 13 Ka’bah.

9. Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi itu dapat diketahui dari kerajaan-kerajaan
yang berdiri di Yaman. Dari Bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
berkuasa di daerah Yaman, di antaranya yang terpenting adalah kerajaan Ma’in,
Qutban, Saba’ dan Himyar.
10. Dengan demikian, potret kehidupan masyarakat Arab Jahiliah yang dititipkan dalam
gubahan-gubahan syair, disampaikan dari generasi ke generasi melalui tradisi oral,
masih dalam bentuk yang sederhana. Maksud saya, kita belum banyak menemukan
analisa-analisa kritik teks terkait matan syair. Seakan-akan tanpa peduli apakah sebuah
syair telah memenuhi standar syair atau tidak, memiliki cacat atau tidak

B. SARAN

Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk penulisan makalah
di kesempatan-kesempata berikutnya.

17
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim.
‘Abd al-‘Azīz al-Dawrī, Muqaddimah fī Tarīkh Ṣadr al-Islam, 2007, Beirut:
Markaz Dirāsah al-Waḥdah al-‘Arabīyah.
A. Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, buku I, terj. M. Sanusi Latief , 1983,
Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, 1975, Kairo: Maktabah Najdah al-Misriyyah.
Ahmad Mujahidin, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan
Negara-Negara Sekitarnya”, Maret 2003, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2.
Abul A’la Al-Maududi, Islamic Way of Life, Islamic Publication Ltd, Lahore, 1967.
DR.H.Ah.Zakki Fuad, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: 2016.
Ahmad Tabrani, Agus Sutiyono, Agus Khunaifi dan Dwi Istiyani, Kondisi Bangsa
Arab Pra Islam Dan Awal Islam. Jakarta:KEMENAG RI.2023

Al-Fateh, Nanda, “SEJARAH ISLAM, Syair Sebagai Barometer Intelektualitas Arab


Pra-Islam”.https://alif.id. diakes pada Jumat 11 September 2020. https://alif.id/read/muh-
nanda-al-fateeh/syair-sebagai-barometer-intelektualitas-arab-pra-islam-b232690p/

Husniah, Nafisatul,”Jahiliyah Intelektual”. https://aceh.tribunnews.com. Diakses pada


sabtu 13 juli 2013. https://aceh.tribunnews.com/amp/2013/07/13/jahiliyah-intelektual

18

Anda mungkin juga menyukai