Anda di halaman 1dari 8

Nama :Muh Rajab Afdal

Kelas : PAI C

Nim :19010101109

Tugas 1

PENGERTIAN DASAR DAN TUJUAN PROFESI GURU

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profession atau bahasa
latin, profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi sebagai pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental;
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuataan
praktis, bukan pekejaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu
pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. Secara umum bahwa profesi itu merupakan
suatu jenis pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keahlian tertentu. Menurut Yamin profesi
mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan,
teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas.

pengertian profesi tersebut, dapat dipahami bahwa profesi adalah pekerjaan atau jabatan khusus
yang dilakukan untuk melayani masyarakat. Untuk melakukan tugas pelayanan dibutuhkan
bidang ilmu, keterampilan , hasil penelitian , aplikasi teori, dan latihan khusus. Pekerjaan itu
dilaksanakan secara otonom, bertanggung jawab, berkomitmen, dan diatur oleh suatu kode etik
serta diwadahi oleh organisasi atau asosiasi profesi sehingga mendapat pengakuan atau
kepercayaan dari masyarakat.[6] Sedangkan guru merupakan profesi atau jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di
luar kependidikan. Itulah sebabnya profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan pada siswa. Seorang guru disebut sebagai guru profesional apabila memenuhi
beberapa karakteristik sebagai berikut:
1 Ahli di bidang teori dan praktik keguruan.

2.Senang memasuki organisasi profesi keguruan.

3.Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai.

4.Melaksanakan Kode Etik Guru.

5.Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab.

6. Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat.

7.Bekerja atas panggilan hati nurani

Dasar Profesi Keguruan

Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga
pendidik. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa ; Guru
adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal,
pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dasar lain Menurut PP No. 74 Tahun
2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen,
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
dalam pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu menjadi
teladan bagi masyarakat di sekelilingnya.

Tujuan profesi keguruan


Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal. Untuk maksud
tersebut, maka peranan profesional itu mencakup tiga bidang layanan, yaitu : layanan
instruksional, layanan administrasi, dan layanan bantuan akademik-sosial-pribadi.

Tugas 2

PERSPEKTIF AJARAN ISLAM TENTANG PROFESI KEGURUAN

Profesi guru dalam perspektif Islam merupakan pekerjaan yang sangat mulia, dan orang-
orang yang menekuni profesi tersebut dipandang sebagai orang yang dimuliakan. Allah Swt.
menyebutkan dalam surat Ar-Rahman ayat 1-2, “Arrahmaan 'allama alqur'aan, (Yang Maha
Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur'an)”. Sehingga wajar jika pekerjaan mengajar ini
dinisbatkan kepada diri-Nya. Karena kemuliaan profesi guru itu pula yang membuat Mantan
Presiden Republik Indonesia Ke-3, BJ. Habibie mengatakan bahwa, “Allah adalah profesornya
profesor, gurunya guru”. Allah Swt-lah yang mengajarkan Nabi Adam. Dia pula yang
mengajarkan Al-Qur'an.

Ketika Allah Swt. menisbatkan suatu pekerjaan kepada diri-Nya, berarti pekerjaan itu
mulia. Sesungguhnya orang yang turut mengerjakan apa yang Allah Swt. kerjakan Adalah orang
yang mulia. Sama halnya yang dilakukan oleh Malaikat Jibril, Rasulullah Saw. bersabda kepada
para sahabatnya, “Hadzaa Jibriil ataakum liyu'allima diinakum” (Inilah Jibril yang datang
mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian)”. Perbuatan utama yangg dilakukan oleh
malaikat pilihan itu ternyata Juga adalah perbuatan utama yang dilakukan oleh para nabi
termasuk Muhammad Saw,. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al Jumu'ah: 2) Karena itu pula yang menjadikan
Nabi Ibrahim As. memiliki cita-cita yang sangat tinggi dan berdoa kepada Allah Swt. agar anak-
anaknya kelak menjadi rasul yang tugasnya mengajarkan kebaikan. Harus hadir dalam diri kita
keyakinan bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia. Harus melekat dalam diri kita
dimanapun, kapanpun kita berada. Tidak ada perbuatan lain yang lebih mulia selain profesi guru.
Namun kebanyakan manusia memandangnya dengan persprektif yang berbeda bahwa
profesi guru selalu menjadi pilihan terakhir kebanyakan manusia dalam menentukan profesi
pekerjaan dalam hidupnya. Padahal Mantan Presiden RI Ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono
menjelang akhir masa jabatannya mengatakan ia akan kembali mengajar, entah itu mengajar di
kesaatuan Tentara nasional Indonesia (TNI) tempat ia memulai karirnya, maupun di bidang
lainnya. Hal itu patut diapresiasi untuk sosok yang pernah menjabat sebagai presiden kemudian
menjadikan profesi guru sebagai pilihan karir berikutnya. Profesi sebagai seorang guru
sesungguhnya telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As. Sejak dulu kala. Berkat profesinya itu
sebagai nabi yang mengajarkan kebaikan, darinya ia memiliki dua orang putera yang juga nabi,
yakni Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.

Dari kedua putranya inilah kemudian lahir nabi-nabi lainnya mulai dari Nabi Yaqub,
Yusuf, Isa As hingga nabi akhir zaman, Muhammad Saw. Oleh karena itu, tidak salah jika
Ibrahim memperoleh gelar sebagai Bapaknya para Nabi (Abul Anbiya'). Harus diakui bahwa kita
sebagai guru, belum tentu memiliki penilaian bahwa profesi guru adalah profesi yang sangat
mulia. Untuk itu saya ingatkan agar profesi sebagai guru terus melekat pada diri kita sampai
kapanpun dan dimanapun kita berada walaupun pergi jauh dari tempat tinggal kita berasal. Selain
dipandang sebagai profesi yang sangat mulia, profesi guru dalam perspektif Islam, juga
dipandang sebagai profesi yang strategis dan paling besar nilainya. Rasul Saw. dalam hadist
yang shahih menjelaskan bahwa profesi guru merupakan profesi yang kedudukannya berada di
bawah rasul: (Innamaa bu'itstu mu'aliliman) (wa ajwadukum ba'dii man ta'allamal ‘ilma wa
nasyaro ‘ilmahu) (wa laakin kuunuu robbaaniyyiina bimaa kuntum tu'allimuunal kitaaba wa
bimaa kuntum tadrusuun). “Dan aku ini manusia yang paling dermawan, orang yang paling
dermawan diantara aku adalah orang yang menambah ilmu kepada dirinya lalu mengajarkan
kepada orang lain”.

Allah Swt dalam firmannya juga menyerukan: “Hendaklah kamu menjadi orang-orang
Rabbani (orang yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah), karena kamu selalu
mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu mempelajarinya”. (QS. Ali-‘Imran: 79) Oleh karena
itu, perlu kita sadari tentang kemuliaan dari profesi guru ini. Apabila kita yang sebagai guru saja
belum bangga dengan profesi ini, hal itu tidak akan menjadikan kita berupaya maksimal
membagikan ilmu yang kita miliki kepada anak didik kita. Jadi jangan harap mereka akan
mengatakan yang sangat baik kepada kita selain sekedar ucapan “terimakasih guru, atau
pahlawan tanpa tanda jasa” yang terucap di lisan mereka lalu dilupakan begitu saja. Pada
akhirnya menjadi wajar jika masyarakat menilai profesi guru demikian dikarenakan keilmuan
mereka tentang agamanya yang memuliakan profesi guru saat ini masih sangat rendah. Padahal
Umur biologis yang sangat singkat bisa tetap memiliki pahala yang tidak terputus-putus dengan
cara menjadi guru (Idzaa maata ibnu aadam inqoto'a ‘amaluhu illa min tsalaatsin shodaqotun
jaariyah, ‘al'ilmu yantafa'u bihi, waladun shoolihun yad'uu lahu). Sebagaimana firman Allah swt.
Wa innaka la ajron ghoiro mamnuun. pahala yang tidak terputus sejak 14 abad yang lalu. Itulah
kenapa kita harus membangun paradigma dengan menghargai profesi guru melalui perspektif
Islam. Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.1
Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah teacher yang berarti pengajar dan educator yang
bearti pendidik, ahli mendidk.

Sedangkan dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang menunjukkan pengertian guru
seperti ustaz, mudarris, mu’allim, muaddib, murabby. Kata Ustaz berarti guru, professor, gelar
akademik, jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair. Kata mudarris berarti guru,
pengajar. Kata Mu’allim yang berasal dari kata ‫ علم‬berarti mengetahui hakikat ilmu, mengenal,
meyakini, merasakan, serta ahli dalam bidang tertentu. Ini mengandung makna bahwa guru harus
betul-betul mengetahuhi hakikat ilmu pengetahuan, meyakini, serta betul-betul ahli dalam suatu
bidang ilmu pengetahuan dan mampu menjelaskan kepada peserta didiknya mengenai hakekat
ilmu tersebut. Kata Muaddib yang berasal dari kata addaba berarti mendidik, melatih akhlak
moral. Ini mengandung makna bahwa seorang guru bukan hanya mengajar atau mentransferkan
ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tapi juga sekaligus sebagai pendidik yang mempunyai
moral, akhlak ataupun etika yang baik dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kata murabbiy
yang berasal dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik. Ini mengandung makna bahwa
guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan segala
potensi yang dimilikinya, sehingga mereka dapat mengemban amanah sebagai khalifah di bumi
dan sebagai ‘abd Allah swt.2 Menurut Ahmad Tafsir , guru adalah pendidik yang memegang
mata pelajaran di sekolah. Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru.
Menurut Al-Ghazali seseorang dinamai guru apa bila memberikan sesesuaru kepada siapa pun.
Memang, seorang guru adalah orang yang ditugaskan di suatu lembaga untuk memberikan ilmu
pengetahuan kepada para pelajar dan pada gilirannya dia memperoleh upah dan honorarium.3
Kedua istilah tersebut berhampiran artinya,

bedanya ialah istilah guru sering kali dipakai di lingkungan pendidikan formal,
sedangkan pendidikan dipakai dilingkungan formal, informal maupun non formal.4 Dengan
demikian guru dapat disebut pendidik dan begitu pula sebaliknya, pendidik dapat disebut guru.
Secara akademik, guru adalah tenaga kependidikan, yakni anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpatisipasi dalam menyelenggarakaan pendidikan. Hal ini
juga ditegaskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
bahwa guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidikan perguruan tinggi. Dari sini dijelaskan,
seorang guru adalah harus profesional sehingga untuk menjadi seorang guru tidak mudah. Guru
seperti yang diamanatkan UUSPN harus mempunyai kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidika nasional.5 Sutari Imam Barnadib menjelaskan pendidikan
ialah “ tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan”.
Selanjutnya ia menyebutkan bahwa pendidik adalah orang tua dan orang dewasa lain yang yang
bertanggung jawab tentang kedewasaan anak. Para pakar pendidikan dalam pendidikan Islam,
menggunakan rumusan yang berbeda-beda tentang pendidik

Zakiah Daradjat misalnya, dia berpendapat bahwa guru adalah individu yang akan memenuhi
kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.

Sedangkan Ahmad Tafsir mengartikan guru dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya, yaitu dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun
afektif.

Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertanggung jawaban
untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab
tentang pendidikan peserta didik. Dalam rumusan D. Marimba ini, seorang pendidik harus orang
yang dewasa. Karena dengan kedewasaannya mampu menjalankan tugasnya terhadap peserta
didik,Hal yang sama juga dikemukakan oleh Suryosubrata, bahwa pendidik berarti juga dewasa
yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan
memenuhi tingkat kedewasaanya, mampu berdiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah swt dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri. Guru pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang
bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses atau
tidaknya anak sangat tergantung pengusaha, perhatian, dan pendidikannya. Kesuksesan anak
kandung merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga

Dalam konteks Pendidikan Islam, pendidik disebut dengan “murabbi”, “muallim” dan
“muaddib”. Lebih dari itu, dari segi etimologi banyak kita jumpai istilah yang berdekatan dengan
esensi arti dari pendidik tersebut. Seperti kata ”mudarris”, “ustadz”, “mursyid”
“tutor”,”lecturer”. Dari beberapa term tersebut mempunyai makna yang berbeda, sesuai konteks
kalimat serta paradigma yang dibangun, meskipun di suatu tertentu mempunyai kesamaan dalam
hal makna. Kesamaan itu adalah dari esensi terminologi yang bertitik tumpu pada implementasi
bahwa dari kesemua term tersebut mengandung unsur pendidik. Dalam arti, mempunyai suatu
kesamaan ruang lingkup pendidik tersebut dalam sebuah tujuan. Yaitu, mendidik, mengarahkan,
serta mentranfosrmasikan sebuah keintelektualan dan lain sebagainya Salah satu hal yang amat
menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu
tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah
kedudukan Nabi dan Rasul.

Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat menghargai
pengetahuan. Tidak hanya itu saja, seorang guru juga harus mempunyai sifat-sifat yang menitik
beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang guru sangat dipandang mempunyai
strata di bawah kedudukan nabi dan rasul. Hal ini dijelaskan Allah dan Rasulnya: 11. Hai orang-
orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Anda mungkin juga menyukai