QAWAID IMLA’
Hamzah Mutawasithah
Penulisannya di atas alif
Disusun oleh:
Kelompok 4
Raihanul Miska (230502004)
Muhammad Afif Damanik (230502034)
Muhammad Haikal (230502029)
Puji syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan karu-
nianya sehingga kami dapa menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hamzah Muta-
wasithah penulisannya di atas alif “.
Shalawat serta salam taklupa kita sanjung sajikan pada baginda Rasulullah SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah hinggah zaman islamiyah seperti sekarang ini.
Sebagai penulis kami mengucapkan terimakasih sebesarr-besarnya kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca,
sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai untuk perbaikan makalah kedepannya.
Penulis,
Banda Aceh,19 September 2023
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam belajar bahasa Arab kita harus menguasai beberapa ilmu kajian
dalam bahasa Arab, salah satunya adalah qawa’id imla’. Qawa’id Imla' ada-
lah prinsip-prinsip dasar dalam penulisan bahasa Arab.Prinsip-prinsip
mengatur pengucapan dan penulisan huruf-huruf dalam bahasa Arab agar
sesuai dengan aturan tata bahasa dan ejaan yang benar. Beberapa contoh
qawa'id imla' meliputi aturan penggunaan huruf-huruf vokal (harakat),
penulisan huruf-huruf konsonan, dan tanda baca dalam teks Arab. Makalah
ini menyajikan pengetahuan tentang cara menulis arab dari hal yang paling
dasar yaitu penulisan hamzah terkhususnya hamzah qatha’.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Memudahkan penuntut ilmu memahami dasar bahasa arab. Memberikan sum-
bangsih pemikiran baik berupa konsep teoritis atau pun konsep praktis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hamzah yang berada ditengah kalimat (kata) mempunyai banyak kaidah (tata cara)
dalam penulisannya, ada yang ditulis diatas alif, diatas wawu, diatas ya dan ada yang
ditulis sendiri ditengah kata.1maka pada makalah ini hanaya membahas hamzah
yang penulisannya di atas alif.
Hamzah ini terletak setelah huruf pertama dan sebelum huruf terakhir dalam suatu
kalimah (kata). Untuk mengetahui di mana penulisan hamzah di tengah kata, kita
lihat dulu harakat hamzahnya dan juga harakat huruf sebelumnya.
1. Hamzah berharakat
َ َ fathah dan huruf sebelumnya berharakat fathah juga.
Contoh: سأل
2. Hamzah berharakat fathah dan huruf sebelumnya sukun selain ya’.
ََ ْ َ
Contoh: مسألة
3. Hamzah sukunْ dan huruf sebelumnya berharakat fathah.
Contoh: َرأس
1
Ir’addin (2015). Diakses dari http://iraddin.blogspot.com/2015/09/makalah-hamzah-di-tengah-kalimat.html,
pada 19 september
2
Kisah Teladan Imam Sibawaih
Kajian gramatika atau tata bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari tokoh penting yang ber-
nama Sibawaih. Meskipun bukan orang Arab (karena dari Persia), tokoh yang satu ini sering
kali menjadi ikon atau simbol nahwu, meskipun sebagian ulama menilai karyanya, al-Kitâb,
lebih merupakan kompilasi dari “hasil berguru” kepada al-Khalil ibn Ahmad, daripada karya
orisinal hasil pemikiran kreatifnya.
Siapapun berhak mengkaji dan mengembangkan ilmu nahwu –yang oleh sebagian kalangan
seperti Amin al-Khuli dianggap “sudah matang dan telah terbakar” atau sudah mencapai pun-
caknya dan tidak bisa dikembangkan lagi.
Abu Bisyr Amr bin Utsman bin Qanbar Al-Bishri atau yang lebih dikenal dengan julukan
Sibawaih, merupakan seorang ulama ahli ilmu Nahwu atau tata bahasa bahasa Arab yang
pengaruhnya sangat kuat dan diakui kealimannya.
Ulama yang pernah berguru kepada Syaikh Khalil bin Ahmad Al-Faraahidi penemu ilmu arudl
ini konon dijuluki dengan julukan sibawaih karena setiap orang yang berpapasan dengannya
pasti tercium bau wangi buah apel, sehingga dijuluki dengan Sibawaih yang berarti bau apel.
Bahkan pada umur yang masih sangat muda, Imam Sibawaih ini berada di puncak ke-
jayaannya sehingga menjadi rujukan ilmu tata bahasa arab terutama bagi golongan ulama-
ulama Bashrah yang selalu menjadi rival utama ulama-ulama Kufah.
Pendapat Imam Sibawaih hampir diterima di semua kalangan saat itu, karena kedalaman
hujjah syair-syair arab kuno yang beliau hafal.
Singkat cerita, sepeninggal beliau yang meninggal di usia muda, suatu hari salah satu murid-
nya pernah bermimpi bertemu dengannya.
Perihal mimpi ini, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari Al-Ahdal pernah menu-
liskannya di kitab karyanya yang bernam Al-Kawakib Addurriyyah jilid 1 halaman 46 men-
syarahi kitab Mutammimah Jurumiyyah.
3
ادخلب الجنة فقيل بماذا
ي الحلب ان سيبويه رؤي يف المنام فقيل له ما فعل هللا بك فقال
ي وف اعراب القرأن للشهاب
ي
تعال اعرف المعارف
بقول ان اسمه ي
ي فقال
Artinya: Di dalam kitab I'robul Qur'an milik Syaikh As-Syihab Al-Halabi disebutkan, bahwa
Imam Sibawaih pernah muncul dalam mimpi, maka dikatakan kepadanya, apa yang Allah
lakukan terhadapmu? Maka Imam Sibawaih berkata,
Allah memasukkan aku ke surga. Dikatakan kepadanya lagi, sebab apa? Imam Sibawaih
berkata, sebab ucapanku yaitu sesungguhnya nama Allah Ta'ala adalah isim paling ma-
krifatnya beberapa isim makrifat
Dari cerita diatas, ada hikmah besar bagi kita semua, kita tidak pernah tahu amal apa yang
menjadi lantaran turunnya rahmat Allah kepada kita sehingga sebab rahmat tersebut mem-
buat kita selamat di akhirat, Maka jangan pernah meremahkan amal sekecil apapun.
Dalam Hadits riwayat Imam Abu Dawud nomor 4084, disebutkan Rasulullah SAW bersabda
kepada Jabir bin Sulaim.
ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ ْ َ َ
ْ ت ُم ْن َبس ٌط إ َل ْيه َو ْج ُه َك إ َّن َذل َك م َن ْال َم ْ َ ْ َ ً ْ َ َّ ْ َ َ َ
وف
ِ ر ع ِ ِ ِ ِ ِ ِ وف وأن تكلم أخاك وأن ِ وال تح ِق َرن شيئا ِمن المع ُر
Artinya: Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada
saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari
kebajikan.
Apa yang dilakukan Imam Sibawaih meskipun terlihat hanya sebuah pendapat, namun hal
itu membuatnya mendapat rahmat.
Tentu banyak lagi kisah-kisah serupa lainnya yang intinya setiap amal baik atau buruk, wa-
laupun itu remeh semuanya akan tercatat dan kita tidak pernah tahu amal mana yang mem-
buat kita mendapat rahmat atau justru mendapat siksa dari Allah. Wallahu A'lam bisshowab.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5
DAFTAR PUSTAKA