Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“MENJELASKAN RASM AL- QUR’AN DAN ASBABUN NUZUL”

Dosen Pengampu: Abdul Halim, S.Pd.I,M.A

Disusun oleh:
1. Elisa Fitri Macika Riri D20195011
2. Zahrotul Wakhidah D20195025
3. Diah Ayu Ningtyas D20195027
4. Riska Maulinda D20195042

FAKUL TAS DAKWAH


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan
rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul “ menjelaskan rasm al-qur’an dan asbabun nuzul “ di susun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an .
Kami menyadari bahwa sangatlah tidak mudah dalam menyelesaikan makalah ini.
Banyak kesulitan yg kami hadapi dalam penyelesaiannya. Namun, berkat dari Rahmat
Allah SWT serta bimbingan dari bapak abdul halim selaku dosen pembimbing dari mata
kuliah ulumul qur’an. Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun,
masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangatlah jauh dari kata “
Sempurna “. Maka dari itu, kami selaku penulis mohon maaf yng sebesar-besarnya.
Apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian dan penulisan pada makalah ini. Kritik
dan saran membangun, sangatlah kami harapkan demi terwujudnya kesempurnaan
makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
dan memahami serta membeikan informasi tentang betapa pentingnya rasm al-qur’an dan
asbabun nuzul.

Jember,25 september 2019

Kelompok 02

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR..………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………....2
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Kaidah-kaidah Rasm Qur’an ………………………………...5
B. Urgensi dan Kegunaan Rasm Qur’an ………………………………………...8
C. Hubungan Rasm Qur’an Dengan Pemahaman Al-qur’an……………………..9
D. Pengertian dan Macam-macam asbabun nuzul ………………………………12
E. Ungkapan/ redaksi Asbabun Nuzul…………………………………………..14
F. Urgensi dan Cara mengetahui Asbabun Nuzul ………………………………16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………………………….18

3
BAB I

A. Latar Belakang
Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang
diwahyukan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad Saw . Alquran menyebut
dirinya sebagai hudan al-Nās, petunjuk bagi segenap umat manusia. Akan tetapi petunjuk
Al-quran tersebut tidaklah dapat ditangkap maknanya bila tanpa adanya penafsiran. Itulah
sebabnya sejak Alquran diwahyukan hingga dewasa ini gerakan penafsiran yang
dilakukan oleh para Ulama tidak pernah berhenti.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya karya-karya para Ulama yang


dipersembahkan, yang digunakan untuk menyingkap dan menguak rahasia-rahasia yang
terkandung di dalamnya dengan menggunakan metode dan sudut pandang yang berbeda.
Sungguh ayat-ayat Alquran merupakan serat yang membentuk tenunan kehidupan
Muslim, serta benang yang menjadi rajutan jiwanya. Oleh karena itu, sering kali
Alquranberbicara tentang satu persoalan menyangkut satu dimensi atau aspek tertentu,
tiba-tiba adaayat lain yang muncul yang berbicara pulatentang aspek atau dimensi lain,
yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rasm ?
2. Apa kegunaan rasm qur’an ?
3. Apa itu asbabun nuzul ?
4. Bagaimana cara mengetahui asbabun nuzul ?
C. Tujuan Penelitian
1. mengetahui pengetian rasm qur’an
2. mengetahui kegunaan rasm qur’an
3. mengetahui asbabun nuzul

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Kaidah – Kaidah Rasm Al- qur’an

Kata rasm berasal dari rasama – yasrumu – rasmun. Secara bahasa berarti
Menggambar, atau melukis. Rasm berarti gambar, bentuk, rupa. Ada juga Rasm al-khitbah
yang berarti ragam tulisan. Dalam pengertian istilah yang digunakan di dalam pembahasan
ini ialah pola atau bentuk tulisan yang digunakan dalam penulisan mushaf ‘Utsmani. Pola
penulisan itu dijadikan standar dalam setiap kali menggandakan Al-qur’an, oleh karena itu
rasm itu populer dengan nama rasm ‘utsmani. Para petugas yang dibebani meyusun yaitu
Zaid bin Tsabit beserta tiga orang sahabat lainnya menempuh sesuatu metode khusus dalam
menulis Al-qur’an. Metode ini dikenal dengan rasm ‘utsmani li al mushaf yaitu sesuatu
metode penulisan yang dinisbahkan kepada khalifah ‘Utsman, karena ia yang menugasi
penulisan mushaf itu kepada Zaid bin Tsabit beserta anggota-anggotanya. Namun dengan
berlalunya waktu mereka berbeda pendapat mengenai status hukumnya.

Ulama Tafsir lebih cenderung menamainya dengan istilah rasm al-mushaf, dan ada
pula yang menyebutnya dengan rasm al-Utsmani. Penyebutan demikian dipandang wajar
karena Khalifah Utsman bin Affan yang merestui dan mewujudkannya dalam bentuk
kenyataan. Rasm al-mushaf adalah ketentuan atau pola yang digunakan oleh Utsman bin
Affan beserta sahabat lainnya dalam hal penulisan al-Qur’an berkaitan dengan mushaf-
mushaf yang di kirim ke berbagai daerah dan kota, serta Mushaf al-Imam yang berada di
tangan Utsman bin Affan.
Sedangkan Al-Qur’an adalah bacaan atau kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf-mushaf dan
disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak), mempelajarinya
merupakan amal-ibadah, dimulai oleh surat al-Fatihah dan ditutup oleh surat an-Nas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rasm Al-qur’an adalah


ilmu-ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf AL-qur’an yang dilakukan dengan
cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan.Sedangkan rasmul Qur’an yaitu : Penulisan Al-Qur’an yang dilakukan oleh 4
sahabat yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat yaitu Ubay bin Ka’ab,
Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan yang dilatar belakangi oleh saran dari Umar
bin Khattab kepada Abu Bakar, kemudian keduanya meminta kepada Zaid bin Tsabit
selaku penulis wahyu pada zaman Rasulullah Saw untuk mengumpulkan (menulis) Al-
Qur’an karena banyaknya para sahabat dan khususnya 700 penghafal Al-Qur’an syahid
pada perang Yamamah.

5
Para ulama meringkas kaidah rasm utsmani itu menjadi enam istilah, yaitu :
1. Hadzf
ْ adalah kaidah yang membuang huruf. Di dalam penulisan al-
Kaidah Al-Hadzf (‫)ال َحذْف‬
Quran terdapat beberapa huruf yang dibuang dengan mengikuti kaidah hadzf. Adapun
huruf-huruf yang dibuang ada 5 yaitu alif, wawu, ya', lam, dan nun.
Contoh alif yang dibuang
َ‫ص ِدقِين‬
َ – َ‫صا ِدقِين‬
َ
Contoh wawu yang dibuang
‫ يَ ْستَونَ َّل‬- ‫يَ ْست َوونَ َّل‬
Contoh ya' yang dibuang
‫ون ِإ َّل‬
ِ ‫ ِليَ ْعبد‬- ‫ِل َي ْعبدونِي ِإ َّل‬
Contoh lam yang dibuang
‫ َوالَ ْي ِل‬- ‫َواللَ ْي ِل‬
Contoh nun yang dibuang
‫ ن ِجي‬- ‫نجي‬
ِ ‫ن‬
2. Ziyadah
ْ Yang dimaksud dengan ziyadah adalah
Kaidah yang kedua adalah Az-Ziyadah (‫)ال ِزيَادَة‬.
menambahkan huruf. Adapun huruf yang ditambah bisa berupa alif, wawu, dan ya'.
Berikut masing-masing contohnya :

Contoh alif tambahan


‫ نَدْع َو لَن‬- ‫نَدْع َوا لَن‬
Contoh wawu tambahan
َ‫ أ َٰلَئِك‬- َ‫أو َٰلَئِك‬
Contoh ya' tambahan

ِ‫ نَبَإ‬- ‫نَبَإِى‬
3. Hamzah
Penulisan hamzah juga memiliki kaidah tersendiri dalam Rasm Utsmani. Setidaknya
penulisan hamzah terbagi menjadi 4 bentuk yaitu alif, wawu, ya', dan tanpa bentuk.
Berikut masing-masing contohnya :
6
Hamzah berbentuk alif
َ‫ أ َ ْنعَ ْمت‬- َ‫أَ ْن َع ْمت‬
Hamzah berbentuk wawu
‫شفَ َعؤ‬
Hamzah berbentuk ya'
‫يَ ْو َمئِذ‬
Hamzah tidak berbentuk (diberi tanda baca kepala ain)
‫َجا َء – َجا َء‬
4. Badal
ْ adalah mengganti huruf. Salah satu contoh kaidah
Yang dimaksud dengan badal (‫)البَدْل‬
badal adalah mengganti alif dengan wawu, mengganti nun taukid dengan alif, dan lain-
lain. Adapun contohnya adalah
Mengganti alif dengan wawu

َ - ‫صلَوة‬
‫ص ََلة‬ َ
Mengganti nun taukid dengan alif
‫إِذًا – ِإذَ ْن‬
5. Washl wa Fashl
Kaidah Washl dan Fashl adalah mengenai cara penulisan disambung atau terpisah.
Terdapat beberapa kata yang kadang disambung dan kadang dipisah. Berikut contoh-
contohnya
‫ِم َما – َما ِم ْن‬
‫أَ َم ْن – َم ْن أَ ْم‬
6. Lafaz Yang memiliki 2 qiraat
Kaidah terakhir adalah apabila sebuah kata (lafaz) memiliki lebih dari satu macam bacaan
maka dipilih yang masyhur atau dipilih salah satunya. Adapun salah satu contohnya
adalah sebagai berikut ‫ َم ِل ِك‬1

7
B. Urgensi dan Kegunaan Rasm Qur’ani

Penulisan Al-Qur’an dengan mengikuti atau berpedoman kepada rasm utsmani yang
dilakukan pada masa khalifah utsman sangat berfaedah bagi umat islam.

1. Memelihara dan melestarikan penulisan al-qur’an sesuai dengan pola penulisan al-
qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya.
2. Memberi keuntungan pada lafadz yang sama untuk dibaca dengan revisi qira’at
yang berbeda, seperti dalam firman Allah berikut ini ( wamaa yakhrda’uuna illa
anfusahum)
( al baqoroh 2;9). Lafazh (yakhrad’uuna) dalam ayat diatas bias dibaca menurut
versi qira’at lainya yaitu sementara kalau ditulis ( yukhraada’uuna ) tidak
memberi kemungkinan untuk dibaca ( yakhrda’uuna ) .
3. Dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi.
4. Dapat menunjukkan keaslian harakat (syakal) suatu lafaz, seperti penambahan
huruf ayat pada (saa warabbukum daarul fasiqin ) dan penambahan huruf ya ( al
ya’u ) pada ayat ( waibtaa’I diyaifarabi ).

8
C. Hubungan Rasm Qur’an Dengan Pemahaman Qur’an

Hubungan rasm qur’an dengan pemahaman qur’an dibagi menjadi dua. Yaitu :
1. Hubungan rasm dengan qiraat
Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti ‘bacaan’, dan
ia adalah masdar (verbal noun) dari Qara’a. Secara terminologi atau istilah
ilmiyah Qiraat adalah salah satu Mazhab (aliran) pengucapan Qur’an yang dipilih
oleh seorang imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab
yang lainya.
` Qiraat ini ditetapkan berdasarkan sabad-sanadnya sampai kepada Rasulullah.
Periode qurra’ (ahli / imam qiraat) yang mengajarkan bacaan Qur’an kepada
orang-orang menurut cara mereka masing-masing adlah dengan berpedoman
kepada masa para sahabat.diantara para sahabat yang terkenal yang mengajarkan
qiraat ialah Ubai, Ali, Zaid bin Sabit, Ibn Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari dan lain-
lain. Dari mereka itulah sebagian besar sahabat dan Tabi’in di berbagai negri
belajar qira’at yang semuanya bersandar kepada Rasulullah.
Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha
menerangkan mana yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat
disesuaikan dengan bahasa arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu mushaf
Usmani serta sah pula sanadnya dipandang qira’at yang bebas masuk kedalam
qira’at tujuh, maupun diterimanya dari imam yang sepuluh ataupun dari yang lain.
Meskipun mushaf Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang
dijadikan pegangan bagi umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-
Qur’an, namun demikian masih terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal
ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu sendiri pada waktu itu belum mengenal
adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf yang hampir sama dan belum ada baris
harakat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang
2
tidak berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk
membacanya dengan berbagai qira’at. Hal itu di buktikan dengan masih
terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an.
Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena
semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan

9
untuk mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-
Qur’an.Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha
menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam
non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang
diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan
memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut.

2. Hubungan rasm dengan tafsir

Kata tafsir (‫ )تَ ْفسِ ي ْْر‬adalah bentuk masdar dari kata ‫( َفس َر‬fassara) yang secara
etimologi berarti ‫ظ َهار اَ ْل َك ْشف‬
ْ ‫) َواْ ِّل‬mengungkap dan menampakkan). Kata tafsir juga
berarti menerangkan sesuatu yang masih samar serta menyingkap sesuatu yang
tertutup. Di dalam kaitannya dengan kata, tafsir berarti menjelaskan makna kata
yang sulit dipahami sehingga kata tersebut dapat dipahami maknanya.
Adapun aspek persamaan antara Ilmu Tafsir dengan rasm al qur’an adalah terletak
pada objek pembahasannya, yaitu ketiga disiplin ilmu tersebut secara bersama-
sama berusaha menggali ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Alquran dari
berbagai aspek tertentu. Yaitu Ilmu Tafsir adalah bermaksud mengungkap atau
menjelaskan makna kata-kata Alquran yang samar atau rumit, maka adapun Ulum
Alquran juga sebuah ilmu yang bermaksud mengkaji Alquran dari berbagai
aspeknya secara universal. Selanjutnya dari segi tujuan intinya, rasm qur’an dan
Ilmu Tafsir adalah dua disiplin ilmu yang berpadu dalam berusaha memahami
Alquran.
hubungan rasm usmani dengan pemahaman AL-Qur`an. Pada mulanya, mushaf
para sahabat berbeda sama sekali antara satu dan lainnya. Mereka mencatat wahyu
al-Qur’an tanpa pola penulisan standar karena umumnya dimaksudkan hanya
untuk kebutuhan pribadi, tidak ada rencana untuk diwariskan kepada generasi
sesudahnya. Di antara mereka, ada yang menyelipkan catatan-catatan tambahan
dari penjelasan Nabi Saw., ada juga lagi yang menambahkan simbol-simbol
tertentu dari tulisannya yang hanya di ketahui oleh penulisnya.Pada masa
permulaan Islam, mushaf al-Qur’an belum mempunyai tanda-tanda baca dan baris.
Mushaf Ustmani tidak seperti yang dikenal sekarang yang dilengkapi oleh tanda-
tanda baca. Pun, belum ada tanda-tanda berupa titik sehingga sulit membedakan
antara huruf ya dan ba. Demikian pula antara sin dan syin, antara tha dan zha,
antara jim, ha, dan kha. Dan seterusnya.
Para sahabat belum menemukan kesulitan membacanya karena rata-rata
masih mengandalkan hafalan. Kesulitan mulai muncul ketika dunia Islam semakin
meluas ke wilayah-wilayah non-Arab, seperti Persia disebelah Timur, Afrika di
sebelah Selatan, dan beberapa wilayah non-Arab lainnya di sebelah Barat. Masalah
ini mulai disadari oleh pimpinan dunia Islam. Ketika Ziyad ibn Samiyyah

10
menjabat gubernur Bashrah, Irak, pada masa kekuasaan Mu’awwiyah ibn Abi
Sufyan (661-680 M), riwayat lainmenyebutkan pada masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib, ia memerintahkan Abu al-Aswad al-Duwali untuk segera membuat
tanda baca, terutama untuk menghindari kesalahan dalam membaca al-Qur’an bagi
generasi yang tidak hafal al-Qur’an.Ad-Duwali memenuhi permintaan itu setelah
mendengarkan kasus salah baca yang sangat fatal, yakni surat at-Taubah. Atas
perintah gubernur itu, as-Duwali memberi tanda baca baris atas (fathah) berupa
sebuah titik di atas huruf, sebuah titik di bawah huruf sebagai tanda baris bawah
(kasrah), tanda dhammah berupa wau kecil di antara dua huruf, dan tanpa tanda
apa-apa bagi konsonan mati.
Rasm al-Qur’an mengalami perkembangan yang sangat pesat pada beberapa
periode berikutnya. Khalifah Abdul Malik ibn Marwan memerintahkan al-Hajjaj
ibn Yusuf al-Saqafi untuk menciptakan tanda-tanda huruf al-Qur’an . Ia
mendelegasikan tugas itu kepada Nashid ibn ‘Ashim dan Yahya ibn Ma’mur, dua
orang murid ad-Dawali. Kedua orang inilah yang membubuhi titik di sejumlah
huruf tertentu yang mempunyai kemiripan antar satu dengan lainnya. Misalnya,
penambahan titik diatas huruf dal yang kemudian menjadi dzal. Penambahan yang
bervariasi pada sejumlah huruuf dasar ba yang kemudian menjadi huruf ba, nun , ta
dan huruf dasar ha yang kemudian berubah menjadi kha, ha, dan jim. Huruf ra
dibedakan dengan huruf za, huruf sin dibedakan dengan syin, huruf shad
dibedakan dengan dhad, huruf tha dibedakan dengan zha, huruf ‘ain dibedakan
dengan ghin, huruf fa dibedakan dengan qaf.

11
D. Pengertian dan Macam-macam Asbabun Nuzul

Pengertian asbabun nuzul


Secara bahasa asbab al-nuzul dapat diartikan sebagai sebab-sebab turunnya
suatu ayat. Subhi al-shalih mendefinisikan asbab al-nuzul sebagai sesuatu yang
menjadi sebab turunnya suatu ayat atau beberapa ayat, Atau suatu pertanyaan yang
menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang
diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.
Adapun qaththan mendefinisikan asbab al-nuzul sebagai “sesuatu hal yang
karenanya al-quran diturunkan untuk meneruskan status hukum, pada masa hal
terjadi, baik berupa peristiwa atau sesuatu pertanyaan.” Jadi, latar belakang yang
melingkungi dan menjadi penyebab Allah SWT menurunkan suatu wahyu kepada
Nabi Muhammad SAW. Adapun menurut Az-zargoni asbab, al-nuzul adalah hal
khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-quran
yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
Keadatipun redaksi pendefinisian diatas sedikit berbeda, semuanya
menyimpulkan bahwa asbab al-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar
belakangi turunnya ayat al-quran, dalam rangka menjawab, menjelashan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Macam-macam
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab al-nuzul dapat dibagi menjadi :
1) Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid
Sebab melatar belakangi turunnya suatu ayat/wahyu terkadang turunnya
terkadang untuk menanggapi beberapa peristiwaatau sebab. Misalnya Qs. Al-
iklar ayat 1-4 yang artinya “katakanlah” “dia-lah Allah yang maha esa. Allah
adalah tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu tiada berada beranak
dan tiada pula diperanakan dan tuada seorang pun yang setara dengan dia.” Ayat
di atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik mekkah sebelum
nabi hijrah.
2) Ta’addud an-nazil wa al-asbab wahid
Satu sebab yang melatar blakangi turunnya beberapa ayat contohnya Qs ad-
dukhan/44:10, 15 dan 16 yang artinya “maka tunggulah hari ketika langit
membawa kabut yang nyata.” (10)
Artinya “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak
sedikitsesungguhnyakamu akan kembali (ingkar)” (15)

12
Artinya “(ingatlah) hari (ketika) “kami menghantam mereka dengan
hantaman yang keras, sesungguhnya kamu memberi balasan” (16)

Asbabun-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah : ketika kaum quraisy durhaka


kepada nabi saw. Beliau berdoa supaya mereka mendapatkan kelaparan
umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman nabi yusuf. Maka
mereka menderita kekurangan, sampai-sampai merekapun makan tulang,
sehingga turunlah (Qs.ad-dukhan/44:10) kemudian mereka menghadap
nabi Muhammad saw untuk meminta bantuan. Maka rasulullah saw berdoa
agar diturunkan hujan, maka hujanpun turun dan turunlah ayat selanjutnya
(Qs.ad-dukhan/44:15). namun setelah mereka memperoleh kemewahan
merekapun kembali kepada keadaan sebelumnya. (sesat dan durhaka) maka
turunlah ayat ini (Qs.ad.dukhan/44:16) dalam riwayat tersebut bahwa
siksaan itu akan turun saat perang badar.

13
E. Ungkapan atau Redaksi Asbabun Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang digunakan para sahabat untuk menunjukkan
turunnya al-quran tidak selamanya sama ungkapan-ungkapan itu secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua kategori :
1) Sarih (jelas)
Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukan
asbabun nuzul dengan indikasi menggunakan lafadzh (pendahuluan).
“sebab turunnya ayat ini adalah ….. ”
“telah terjadi …. Maka turunlah …. ”
“rasulullah swt pernah ditanya tentang …. Maka turunlah ayat …. ”
Contoh lain Qs.al-maidah/5 ayat 2 : Yā ayyuhallażīna āmanụ lā
tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-
qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir
rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā
yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-
ḥarāmi an ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ
'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqā yang
artinya “ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar siar-siar Allah dan janganlah melanggar kehormatan
bulan;bulan haram. Jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
nya, dan binatang-binatang qala-id dan jangan pula mengganggu
orang-orang yang menggunjungi baitullah sedang meraka mencari
karunia dan ridhonya dari tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburuh. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghlang-halangi kamu dari masjid al-haram.
Mendorongmu membuat aniyayah (kepada mereka). Dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan takwah
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksaan Allah
sangat berat (Q.S Al-maidah ayat 2 ):

Asbabun nuzul dari ayat tersebut adalah ketika ada yang durhaka
yang menghadap kepada nabi Muhammad kemudian kembali
murtad dan khianat kemudian para sahabat mendengar berita itu dan
bersiap-siap untuk mencegah yang berada pada khafilah itu.

14
Kemudian Allah swt menurunkan ayat “hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu melanggar siar-siar Allah………”(Q.S
Al-maidah/s:2)

2.) Mutamillah ( masih memungkinkan atau belum pasti )

Ungkapan “mutamillah” adalah ungkapan dalam riwayat yang


belum dipastikan asbab an-nuzul karena masih terdapat keraguan.
Hal tersebut dan berupah ungkapan sebagai berikut :

“ayat ini diturunkan berkenaan dengan”


“saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan….”
“saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali dengan….”
Contohmya( Q.S Al- baqoroh/ 2: 223):
Nisā`ukum ḥarṡul lakum fa`tụ ḥarṡakum annā syi`tum wa
qaddimụ li`anfusikum, wattaqullāha wa'lamū annakum mulāqụh,
wa basysyiril-mu`minīn
Artinya : “istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanam, mak datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu
bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang
baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira orang-orang yang beriman.”(QS. Al-baqarah/2: 223).
Asbab an-nuzul dari ayat berikut ;dalam sebuah riwayat yang
dikeluarkan oleh abu daud dan hakim, dari ibnu abbas di
kemukakan bahwa penghuni kampung di sekitar yatsrib (madinah),
tinggal berdampingan bersama kaum yahudi ahli kitab. Mereka
menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga
mereka banyak meniru dan menganggap baik segala
perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi yang di anggap
baik oleh mereka ialah tidak menggauli istrinya dari
belakang.Adapun penduduk kamping sekitar quraish (makkah)
menggauli istrinya.

15
3

F. Urgensi dan Cara mengetahui asbabun nuzul

Al-Nuzul mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya menafsirkan Al-quran.
para ulamapun sangat berhati-hati dalam memahami asbāb al-Nuzūl. Maka dari sinilah
diketahui peran penting asbāb al-nuzūl dalam Alquran yang dikemukakan oleh para tokoh
Islam, sebagaiberikut :

a. Pendapat yang dikemukakan oleh AlWahidi (wafat tahun 427 H.) mengenai peran
penting asbāb al-nuzūl:“Tidaklah mungkin kita mengetahui tafsir ayat tanpa
mengetahui kisahnya dan sebab turunya.”

b. Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah (wafat tahun 726 H.) mengenai
peran penting asbāb al-nuzūl: “Mengetahui sebab nuzūl membantu kita untuk
memahami ayat; karena sesungguhnya mengetahui sebab menghasilkan pengetahuan
tentang yang disebabkan (akibat).”

c. Pendapat yang dikemukakan oleh Imam Ibnu Daqiqil „Id mengenai peran penting
asbāb al-nuzūl: “Menjelaskan asbāb al-nuzūl adalah jalan yang kuat dalam memahami
maknamakna Alquran. Hal itu adalah suatu urusan yang diperoleh para sahabat, karena
adanya qarinah-qarinah yang mengelilingi kejadian-kejadian itu.”

bahwa betapa pentingnya asbāb al-Nuzūl, maka bisa dikatakan bahwa sebagian ayat itu
tidak mungkin bisa diketahui makna-maknanya atau diambil hukum darinya, sebelum
mengetahui secara pasti, tentang Asbābun Nuzul.

16
Cara untuk mengetahui Asbab al-nuzul, dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Mengambil yang paling sahih dan dipilih kesahihannya untuk dijadikan pegangan.

b. Langkah kedua jika keduanya sama-sama sahihnya , jalan keluarnya dengan cara
di-tarjih, yang dipegang adalah yang rajih dan meninggalkan yang marjuh, apabila ada
dua riwayat atau lebih sama sahihnya dan tidak memungkinkan untuk di-tarjih, serta
terjadi dalam waktu yang berdekatan, maka yang demikian itu digolongkan pada
istilah (berbilang sebab yang turun hanya satu). .Tikrar al Nāzil, apabila dua riwayat
atau lebih sama-sama sahih, tidak bisa di tarjih dan tidak bisa pula disatukan, karena
kedua peristiwa itu berjauhan waktunya, maka yang demikian ,itu digolongkan pada
ayat itu berulang-ulang turun).dengan sebab yang berbilang). Contoh ayat semacam
ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan al-Bazzar dan Imam Tirmidzi serta al-Hakim
dalam riwayat lain.Demikianlah langkah-langkah atau cara yang harus dilakukan oleh
seseorang yang akan menafsirkan ayat-ayat yang berbilang sebabnya.

5 muhammad zainuddin, metode memahami al-qur’an, cet 1(bandung: khasanah intelektual,2005) 59-66.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dapat dikatakan bahwa rasm al-Qur’an berarti tata cara menuliskan al-Qur’an yang
ditetapkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Ulama Tafsir lebih cenderung
menamainya dengan rasm utsmani. Dengan pemahaman AL-Qur`an. Pada mulanya,
mushaf para sahabat berbeda sama sekali antara satu dan lainnya. Mereka mencatat wahyu
al-Qur’an tanpa pola penulisan standar karena umumnya dimaksudkan hanya untuk
kebutuhan pribadi, tidak ada rencana untuk diwariskan kepada generasi sesudahnya. Di
antara mereka, ada yang menyelipkan catatan-catatan tambahan dari penjelasan Nabi Saw.,
ada juga lagi yang menambahkan simbol-simbol tertentu dari tulisannya yang hanya di
ketahui oleh penulisnya. Al-Nuzul mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya
menafsirkan Al-quran. para ulamapun sangat berhati-hati dalam memahami asbāb al-
Nuzūl. Dan cara untuk mengetahui asbabun nuzul ada 2.

18

Anda mungkin juga menyukai