Anda di halaman 1dari 26

SEJARAH SASTRA ARAB PADA MASA MODERN

(‘ASHR AL-HADITS)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Tarikh Adab
yang dibina Oleh Ustadz Muhammad Lukman Arifiyanto, S.S., M.A.

Disusun oleh:

Adin Kusumaningrum (180231608069)


Anis Habibatur Rochmah (180231608011)
Enziz Azizah Hasan (180231608028)
Moh. Nasih Al-Hashas (180231608031)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA ARAB
November 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis
dapat menyusun makalah tentang “Sejarah Sastra Arab pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)
” dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya kita dapat
mengetahui dan memahami bagaimana sejara sastra arab pada masa modern.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitasi, memberi masukan dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai
tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang
berlimpah.Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat
menambah khazanah keilmuan masyarakat.

Malang, 26 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
2. BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnnya Sastra Arab Modern……………………………………………………………2

2.2 Kondisi Sastra Arab Pada Masa Modern...................................................................3

2.3 Keadaan Bangsa Arab pada Masa Modern...............................................................3

2.4 Genre Sastra Arab Modern dan Karakteristiknya…………………………………………………..4

2.5 Aliran - aliran Sastra Arab Modern ……………………………………………………..................13.

2.6 Sastrawan Sastra Arab dan Karyanya…………………………………………………………………..16

3. BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................22

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sastra Arab merupakan karya sastra yang penting dan menarik untuk dikaji baik secara
historis ataupun kritik yang dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya. Pada
awal perkembangan sastra arab modern, marak terjadi gelombang migrasi orang-orang arab
ke negara lain, seperti ke wilayah Amerika, Australia dan Eropa. Tidak hal itu cukup
menimbulkan dilema seperti: apakah sastra arab itu identik dengan karya sastra orang arab
saja, atau karya sastra arab yang dihasilkan oleh orang non-arab ataukah karya sastra orang
arab yang tinggal di negara non arab (Ichsan:2012).
Sutiasumarga,(2001:114-117) mengatakan ”Kesusastraan arab modern bercermin pada
suasana hidup yang kontemporer dalam semua aspeknya dan manifestasinya yang beraneka
ragam”. Adanya pengaruh barat yang menyebabkan banyaknya penyair-penyair yang
menganut aliran-aliran sastra, seperti romantisme, realisme, surealisme, simbolisme, analisis
lirik, eksistensialisme, ekspresionalisme dan regionalisme dalam tingkat yang berbeda.
Apakah pengaruh ini terletak pada subyek dan isinya ataukah dalam bentuk dan gayanya.
Hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk menyusun makalah ini. Yakni memberikan
informasi bagi para pembaca. Agar lebih mengetahui seluk beluk sastra arab modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah lahirnnya sastra arab modern ?;
2. Bagaimana kondisi sastra arab pada masa modern ?;
3. Bagaimana keadaan bangsa arab pada masa modern ?;
4. Apa saja genre dari sastra arab modern dan Bagaimana karakteristiknya ?;
5. Apa saja aliran - aliran yang terdapat pada sastra arab modern ?;
6. Siapa saja sastrawan sastra arab modern dan apa saja karya yang dihasilkannya ?.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya sastra arab modern;
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sastra arab pada masa modern;
3. Untuk mengetahui keadaan bangsa arab pada masa modern;
4. Untuk mengetahui genre sastra arab modern dan karakteristiknya;
5. Untuk mengetahui apa saja aliran- aliran yang terdapat pada sastra arab modern;
6. Untuk mengetahui siapa saja yang termasuk sastrawan sastra arab modern serta
mengetahui karya yang dihasilkannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Sastra Arab Modern


Masa sastra Arab modern dimulai sejak tahun ke -19 bersamaan
dengan kedatangan atau pendudukan Francis ke Mesir sejak tahun 1213 H
sampai 1798 H.
Kesusastraan Arab modern lahir karena pengaruh kolonialisme pasca
perang dunia pertama mulai tahun 1920 M, yakni ketika lepasnya negara arab
dari negara kolonial. Irak adalah negara yang pertama kali lepas dari pengaruh
negara kolonial pada tahun 1921, kemudian disusul oleh mesir tahun 1923
yang berhasil memproklamasikan konstitusi baru. Libanon juga berhasil
merdeka pada tahun 1926 dan mendeklarasikan diri sebagai Negara Republik
baru kemudian disusul oleh negara-negara arab lainnya (Muyassaroh,2012).
Pasca penjajahan ternyata negara-negara kolonial mewariskan banyak
sesuatu dalam kesusasteraan arab. Terlihat dari pasca kolonialisme, banyak hal
baru yang ditemukan dalam kesusasteraan arab. Dari tema-tema yang diusung
dalam kesusasteraan lebih bervariasi dan sastra arab pada masa ini lebih
terbuka dengan pengaruh eksternal. Banyak karya dalam kesusasteraan arab
yang kemudian banyak diterjemahkan dalam Bahasabarat seperti Amerika dan
Eropa (Situasumarga,2002:113).
Dalam keterbukaannya, ternyata tidak hanya karya sastra Arab yang
dikonsumsi barat, namun ternyata dalam pembangunan sastra Arab
kontemporer (modern) lebih banyak meresepsi teori-teori sastra yang
dikembangkan oleh negara barat. Jika diurut secara kronologis, Fadhil
Munawwar Manshur menjelaskan bahwasanya teori-teori sastra yang
disampaikan oleh barat adalah teori sastra Arab yang sebelumnya mereka
pelajari pada masa kolonial. Para sastrawan Arab mempelajari konsep
bangunan sastra Arab yang dipandang masterpiece dan kemudian
memodifikasinya. Kemudian lahirlah karya sastra Barat yang dipandang
masterpiece oleh sastrawan Arab, dan kemudian mereka resepsi
(Manshur,2007:12)
Pada saat itu para kolonial memperkenalkan kepada mereka tentang
pemberitaan, lembaga penerbitan, dan majalah, yang mana mereka juga
memperkenalkan kesusastraan prancis kepada mereka. Dari situ gebernur
Mesir Muhammad Ali merasa perlu mengirim duta-duta Mesir untuk
mendalami dan mempelajari kesusasteraan negara-negara eropa seperti
Prancis, Inggris dan Italia . Sebagai dari akibat kebijakan Muhammad Ali ini
akhirnya mulai muncul tanda-tanda pembaharuan dalam bidang kesusasteraan
sehingga memunculkan bentuk-bentuk baru dalam karya kesusasteraan
arab.Dari sini sastra arab mulai menampakkan eksistensinya yang merupakan
perpaduan dari proses asimilasi dengan berbagai kebudayaan eropa.

2
2.2 Kondisi Sastra Arab Pada Masa Modern
Sejarah kesusastraan Arab Modern dimulai dari akhir Perang Dunia
Pertama, khususnya mulai dari tahun 1920, yaitu ketika lepasnya beberapa
Negara Arab dari pemerintahan kolonialisme. Pertama-tama adalah Irak yang
merdeka menjadi sebuah kerajaan pada tahun 1921, kemudian Mesir yang
berhasil memproklamasikan sebuah konstitusi baru, yaitu pada tahun 1923,
setelah pemerintah Inggris berakhir pada tahun 1922, lalu Libanon yang
berhasil mendeklarasikan dirinya sebagai Negara Republik pada tahun 1926,
dan setelah itu, negara-negara Arab lainnya (Sutiasumarga,2000:113).
Kesusastraan Arab pada masa Modern lebih kaya, baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya dibandingkan dengan masa Kebangkitan.Tema-temanya
lebih bervariasi dan pada masa Modern dan orang Arab lebih terbuka terhadap
pengaruh-pengaruh eksternal, baik dari Timur maupun dari Barat. Terjemahan
karya-karya sastra dari para pengarang dan penyair besar masa klasik dan
modern dapat diperoleh orang-orang Arab dalam kemasan yang bagus dan
kuat. Minat universitas-universitas di Eropa dan Amerika terhadap
kesusastraan Arab modern sama baiknya dengan universitas-universitas
Arab(Sutiasumarga,2002:113).
Selain itu juga, terdapat majalah-majalah, surat kabar-surat kabar,
buku-buku arab yang membicarakan aliran-aliran sastra. Para wanita penulis
pun mulai memperluas pendidikannya dalam jumlah yang besar. Adanya
pengaruh barat dalam kasusastraan Arab modern yang menimbulkan berbagai
aliran sastra seperti romantisme, realisme, simbolisme, eksistensialisme, dan
ekspresionalisme dalam tingkat yang berbeda. Pengaruh ini tidak saja dalam
subyek dan isinya, tapi juga dalam bentuk dan gayanya. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai genre dan gayanya. Namun demikian, sastra klasik pun masih
terasa, meski secara bertahap mengalami penurunan(Sutisumarga, 2002:114-
117).

2.3 Keadaan Bangsa Arab Pada Masa Modern


Berikut ini kondisi-kondisi bangsa Arab pada masa modern :
1. Kondisi Sosial Budaya
sistem sosial masyarakat Arab telah mengalami perubahan yang
signifikan ke arah yang lebih maju dan beradab, baik perkembangan secara
materi maupun moral. Pada masa Rasulullah SAW merupakan dasar
terbentuknya kebudayaan dan peradaban Islam dengan mengakomodir setiap
budaya local yang dinilai bermanfaat bagi kelangsungan pemerintahan Islam.
Kemudian dikembangkan pada masa Khulafaur Rasyidin dan mengalami
pertukaran budaya dan pemikiran Islam dengan peradaban di luar Islam pada
masa Khalifah Umayah dan mencapai puncak keemasannya pada masa
Abbasiyah. Orang–orang Arab kini sekitar 40% tinggal di kota-kota besar.
Hal ini, telah menyebabkan ikatan tradisional keluarga dan suku putus. Kini,
para wanita dan pria memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan kesempatan

3
kerja yang lebih besar. Semua itu, juga perubahan-perubahan yang lain,
menciptakan adanya “kelas menengah” baru dalam masyarakat mereka.
Komunitas imigran Arab (orang Arab yang tinggal di negara-negara bukan
Arab) masuk dalam ketegori “kelas menengah”. Karena para imigran Arab
sangat terbuka terhadap budaya barat, sehingga budaya dan gaya hidup
tradisional mereka telah mengalami banyak perubahan. Akibatnya, ikatan
budaya mereka merenggang .
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian orang Arab pada masa modern yakni mulai
berkembangnya perdagangan yang dulunnya hanya cenderung kepada
komunitas pedagang masyarakat tradisional kini menjadi dengan adannya
komunitas pedagang modern yang mana mereka tidak hanya bertempat di
pasar tradisional saja akan tetapi mereka sudah menempati kawasan-kawasan
elit. Selain itu, negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Mesir, Iran memiliki
sumber penghasilan terbesar yaitu tambang minyak bumi. Yang mana
tambang ini memiliki kandungan minyak bumi terkaya di dunia.

3. Kondisi Agama
Agama utama orang Arab pada saat ini ialah Islam, yang terbagi
atas sunni, syi’ah , dan ibadiah. Bangsa Arab juga menganut agama Kristen,
yang sejak abad ke-1 Masehi telah masuk ke Arab. Kebanyakan penganut
Kristen tersebar di daerah Syam (Lebanon, Suriah, Yordania, dan Palestina)
dan Mesir. Terdapat segelintir bangsa Arab menganut agama Yahudi, namun
saat ini umumnya mereka dianggap sebagai golongan yahudi mizrahi, yaitu
penganut agama Yahudi yang berbahasa dan berbudaya Arab.

2.4 Genre Sastra Arab Modern dan Karakteristiknya


1. Prosa
Perkembangan prosa dalam kesusastraan Arab dapat dibedakan menjadi dua
tahap, yaitu:

a. Prosa pada tahap permulaan pembaharuan


Pada masa ini, para penulis masih mengikuti para pengarang
masa sebelumnya, yaitu masa Turki. Mereka tidak saja meniru
gayanya, tapi juga isinya. Mereka masih tetap memperhatikan saja'
(prosa lirik), jinas (asonansi), dan tibaq (antitesis). Mereka lebih
mementingkan permainan kata-kata daripada isi dan idenya. Gaya dan
isi seperti ini muncul di berbagai negara Arab. Akan tetapi, setelah itu,
muncul unsur-unsur pembaharuan seperti yang tampak pada pengarang
terkenal seperti: Adurrahman Jabarti (1754-1822), Ismail Khasab (w.
1815), dan Abdullah Fikri (1834-1889). Unsur-unsur pembaharuan
dalam prosa Arab ini berkembang secara bertahap dalam masyarakat
Arab. Para pengarang sudah mulai memperhatikan aspek pemikiran
dan makna tulisannya, kebiasaan mengarang sudah mulai tumbuh
dalam masyarakat Arab. Di antara para pengarang masa ini adalah

4
Rifa'at Tahtawi (1801-1873), Ibrahim al-Muwailihi (1846-1906), dan
Nasif al-Jazili (1800-1871).

b. Prosa pada tahap pembaharuan


Terjadinya pembaharuan di bidang prosa pada masa ini
disebabkan oleh munculnya para reformis dan pemikir yang
menyebabkan terjadinya pembaharuan dalam masyarakat Arab dan
Islam, seperti Muhammad Abdul Wahab (1703-1792) di Saudi Arabia,
Jamaludin al-Afgani (1838-1897) di Afganistan, dan Muhammad
Abduh (1839-1905) di Mesir, serta Abdurrahman Kawakibi (1849-
1902) di Syiria, serta munculnya sarana-sarana kebudayaan, terutama
bidang penerbitan dan surat kabar. Surat kabar mempunyai peran besar
dalam pembaharuan prosa di negara-negara Arab, juga munculnya
kesadaran politik dan sosial di negara-negara Arab. Ciri-ciri prosa pada
masa ini adalah lebih memperhatikan pemikrian daripada unsur
gayanya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti saja'
tibaq, seperti pada masa sebelumnya. Pemikirannya runtun dan
sistematis, penulis tidak keluar dari sati gagasan ke gagasan yang lain,
kecuali gagasan yang satu telah selesai, pendahuluannya tidak terlalu
panjang, temanya cenderung pada tema yang sedang terjadi pada
masyarakat, seperti masalah politik, sosial, dan agama. Perkembangan
prosa Arab pada tahap ini tidak berjalan pada satu garis, melainkan
berjalan pada dua kecenderungan. Kecenderungan pertama, mereka
yang menyerukan agar berpegang teguh pada kebudayaan Arab dan
Islam yang asli dengan mengambil manfaat dari kebudayaan Barat. Di
antara para pengarang yang mempunyai kecenderungan seperti ini
adalah: Mustafa Luthfi al-Manfaluti, Mustafa Shadiq ar-Rafi'i (1881-
1937), Abdul Aziz Bisyri (1886-1943), Syarkib Arsalan (1869-1946),
Ahmad Hasan az-Ziyat (1885-1968), dan Mahmud Abbas al-Aqqad.
Kecenderungan kedua, mereka yang sama sekali menjauhkan diri dari
pengaruh kebudayaan Barat. Di antar pengarang yang masuk ke dalam
kecenderungan ini adalah: Amin Rihani (1876-1940), Ibrahim Abdul
Qadir al-Mazini (1890-1949), Muhamad Husein Haekal (1869-1946),
Ahmad Amin (1878-1954), dan Taha Husein.

A. Genre Prosa Modern


1. Rosail atau risalah
Rosail merupakan salah satu genre prosa yang ada pada masa
ini. pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 banyak terdapat kitab
rosail terkenal karangan para sastrawan pada masa ini seperti Abdullah
Fikry, Syeikh Muhammad Abduh, Hifni Na’shif, Adib Ishaq, Ahmad
Miftah, Abdul Aziz jäwiz, dan bahitah al badiyah. Karangan mereka
terkenal dengan sebutan Rasail Al-Ikhwaniyah yang mana penjelasan
didalamnya menjelaskan tentang sebagian hubungan kemanusiaan

5
(hubungan sosial) diantaranya adalah ucapan selamat, ucapan bela
sungkawa, rindu, harapan, celaan, dan sifat yang menggambarkan
tentang permasalahan kehidupan, dan hubungan antara antara manusia.
(Mansyur Ahmad dkk, 1972: 174)
2. Khitabah
Khitabah adalah sejenis perkataan dan merupakan cara untuk
memuaskan sesuatu dalam mempengaruhi seseorang ataupun
kelompok, hadirnya khitabah adalah untuk mempertahankan
pendapatnya sendiri dan merupakan reaksi terhadap hal-hal yang
menyangkut pendapat tersebut. Sedangkan perkembangan khitobah
pada masa ini lebih berisi tentang as siyaisyah atau politik. (Mansyur
Ahmad dkk, 1972: 177)
3. Kisah (Qishshah)
Qishshah adalah cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis
maupun fiktif, yang disusun menurut urutan penyajian yang logis dan
menarik, perkembangan Qishshah pada masa sastra Arab modern
terbagi dalam 3 tahapan (Mansyur Ahmad dkk, 1972: 178), yaitu:
1. Fase pertama ialah fase penerjemahan Qishshah sastra Barat
kedalam bahasa Arab, Rifah Athohtowi merupakan sastrawan
pertama penerjemah Qishashah pada fase ini
2. Fase yang kedua adalah fase untuk Qishshah bahasa Arab, Qishshah
ini muncul dikarenakan munculnya kisah-kisah tentang sejarah.
George zaedan merupakan orang yang pertama kali menulis 18
kisah yang disandarkan pada sejarah Arab Islam.
3. Fase yang ketiga adalah Qishshah bahasa Arab yang muncul
dikarenakan adanya kisah social.

B. Karakteristik Prosa Modern


Dalam sejarah kesusastraan Arab modern, sastra prosa telah berhasil
mengekspresikan suasana yang kontemporer dan menyebarkan isu-isu
individu, keluarga, dan masyarakat. Ciri-ciri kebangkitan sastra prosa pada
masa ini dapat dilihat dengan adanya perhatian yang besar terhadap
bangkitnya kembali karya-karya Arab klasik, baik dalam bentuk kesusastraan,
filsafat, dan disiplin ilmu lainnya (Ahmad Bahruddin, 2011).
Ciri-ciri prosa pada masa ini adalah lebih memperhatikan pemikrian
daripada unsur gayanya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti
saja’, tibaq, seperti pada masa sebelumnya. Pemikirannya runtun dan
sistematis, penulis tidak keluar dari satu gagasan ke gagasan yang lain, kecuali
gagasan yang satu telah selesai, pendahuluannya tidak terlalu panjang,
temanya cenderung pada tema yang sedang terjadi pada masyarakat, seperti
masalah politik, sosial, dan agama. Perkembangan bahasa pun mengalami
perubahan dari gaya tradisional, kalimat yang panjang-panjang, dan berbunga-
bunga akibat pengaruh pleonasme dan penggunaan kosakata klasik berganti

6
dengan gaya yang sejalan dengan zaman, serba singkat, dan serba cepat.
Perkembangan bahasa pun mengalami perubahan dari gaya tradisional,
kalimat yang panjang-panjang, dan berbunga-bunga akibat pengaruh
pleonasme dan penggunaan kosakata klasik berganti dengan gaya yang sejalan
dengan zaman, serba singkat, dan serba cepat (Ahmad Bahruddin, 2011).

2. Puisi
Dalam kitab al adab wa an nusus lighairi an natiqina bil arobiyyah,
disebutkan bahwa ada dua hal yang disampaikan dalam isi atau makna
puisi arab baru atau puisi bebas:
a. Puisi yang menyampaikan tentang pengalaman nyata yang hakiki yang
dimaksudkan bahwa semua puisi bertema-tema kehidupan.
b. Puisi memiliki fungsi sosial untuk membuka tentang rakyat yang
terbelakang, menyeru pada percampuran semua penduduk, membantu
gerakan-gerakan pembebasan dan berusaha menciptakan hidup yang
lebih baik.

Puisi ini tidak terikat dengan aturan wazan dan qofiyah, tetapi masish
terikat dengan satuan irama khusus yang menjadi karakteristik karya sastra
bernilai tinggi. Penyair hanya mengungkapkan perasaan dan imajinasi,
sehingga iramanya berisfat subjektif (Dr. H. Ahmad Muzakki, M.A,
2011;57).

A. Tema-tema puisi modern


a.) Al Washf
Al Washf adalah tema puisi yang sudah menjadi tema
umum dari masa klasik kesusasteraan Arab sampai di masa
modern.Tema ini selalu membicarakan puisi untuk
menggambarkan keadaan alam dan lingkungan.Al
washfu dianggap sebagai tema-tema orisinil kesusasteraan arab,
semenjak mereka menemui setiap tempat dekat dengan
perasaan mereka, yang mereka dapatkan, atau apa yang
deskripsikan, sehingga tidak heran bahwa para penyair modern
menghadapi lebih banyak ketika penulisan tema ini dengan
banyak hal; tema. Sungguh-sungguh mereka telah
mendeskripsikan tentang ketubuhan/olahraga, pepohonan, laut,
sungai dan setiap pemandangan dari yang jelek sampai yang
bagus, menjadi pengaruh pada jiwa mereka menjadi takjub dan
tak percaya (Dr. Muhammad Said bin Husain, 1405 H:26).
Berikut contoh puisi Ahmad Syauqi tentang laut (Dr.
Muhammad Said bin Husain, 1405 H:26)

‫همت الفلك و احتواها الماء وحداها بمن تقل الرجاء‬

7
‫سماء قد أكبرتها السماء‬ ‫ضرب البحر ذوالعباب حواليها‬
‫ورأ المارقون من شرك األرض شبك تمدها الدماء‬
‫وجباال موائجا فى جبال تتدجى كأنها الظلماء‬
‫ودويا كما تأهبت الخيل وهاجت حماتها الهيجاء‬
‫لجة عند لجة عند أخرى كهضاب ماجت بها البيداء‬
‫وسفين طورا تلحو وحينا يتولى أشباحهن الخفاء‬
‫نازالت فى سيرها صاعدات كالهوادى يهزهن الحداء‬
‫((رب)) فى شئت فالفضاء مضيقوإذا شئت فالمضيق فضاء‬

b.) Al Madah
Selain al washfu, al madah juga karakter puisi arab
modern. yang selalu membicarkan tentang pujian. Obyeknya
berbeda-beda, bisa kepada sifat baik dan akhlak yang mulia
orang lain atau kepada makhluk Tuhan. Berikut contoh puisi
Ahmad Syauqi tentang pujian kepada bunga mawar (Dr.
Muhammad Said bin Husain, 1405 H:27)

‫وانثر على سمع الزمان الجواهر‬ ‫قم فى فم الدنيا و حي األزهرا‬


‫فى مدحه جرخ السماء النير‬ ‫واجعل مكان الدر إن فصلته‬

c.) Ar Ritsa’
Ar ritsa adalah puisi yang membicarakan kesedihan.
Karena selalu mengungkapkan tentang rasa gagal, sendu, dan
tidak menyenangkan.Dalam ritsa’, kadang-kadang penyair
mengungkapkan sifat-sifat yang terpujii dari orang telah
meninggal, atau mengajak kita untuk berpikir tentang
kehidupan dan kematian. Tema ini paling banyak memberikan
pengaruh, karena penyair mengungkapkan tentang kejadian
yang disaksikan (Dr. H. Ahmad Muzakki, M.A, 2011;113).
Berikut contoh puisi Ahmad Syauqi tentang ayahnya:

‫التذوق النفس منها مرتين‬ ‫يا أبي والموت كأس مرّة‬


‫كيف كانت ساعة قضيتها كل شيء قبلها أو بعد¡ هيت‬
‫أشربت الموت فيها جرعة أم أشربت الموت فيها جرعتين‬

d.) Al Ghozal
Yakni seni yang membicarakan tentang perilaku orang-
orang arab. Khusus di masa modern. Berikut contoh puisi
Rofi’i:

‫والحب أهنؤه حزينه‬ ¡‫من للمحب ومن يعنيه‬


‫أنا من عرفت سوى قساوته فقولوا كيف لينه‬
‫ان يقض دين ذوى الهوى فأنا الذى بقيت ديونه‬
‫فال يفارقه زينة‬ ‫قلبى هو الذهب الكريم‬

e.) Al Fakhr wa al hammasah

8
Fakhr adalah tema ini pada mulanyad digunakan untuk
menggambarkan kemegahan diri atau suku, namun sekarang
digunakan untuk kepentingan bangsa (Dr. H. Ahmad Muzakki,
M.A, 2011;133). Sebagaimana puisi Al Barudi:

‫تف ّزعت األفالك و التفت الدهر‬ ‫إذا است ّل منا سيد غرب سيفه‬

f.) Al Hija’
Merupakan salah satu tema yang sedikit menjadi urusan
di masa modern, semenjak diangkat kembali oleh para
penyair.Khususnya puisi hija’ kepada seseorang.Puisi ini sangat
sarat kelembutan dalam lafaz-lafaznya.Pada masa ini hija’
ditujukan kepada musuh-musuh bangsa, musuh-musuh
Islam.Para penyair yang sering menuliskan tema hija adalah
Muhromi, Hafiz, dan lain sebagainya.
Dan ketika mereka mencela seseorang dengan aib mereka,
akhlak mereka, dan sifat-sifat mereka yang agung dan
baik.Seperti Syauqi ketika menghina Mustafa Kalam Turki.

‫منه الوقاية والتجليد للكتب‬ ‫أديم وجهك يازنديق لوجعلت‬


‫وال تخاف عليها سطوة اللهب‬ ‫لم يعلها عنكبوت أينما تركت‬

g.) Puisi tanah air


Puisi menggambarkan tentang nasionalisme rakyat dari
satu negeri, angan-angan mereka, perspektif mereka terhadap
kolonial-kolonial dan lawan negeri.Dan tema puisi tanah air
sebenarnya berisi tentang penghinaan.Puisi dengan tema cinta
tanah air berupa pujaan kepada tanah kelahiran atau negeri
tercinta.

‫كيف أينى قواعد المجد وحده‬ ‫قف الخلق ينظرون جميعا‬

h.) Puisi Sosial


Puisi membicarkan tentang kondisi masyarakat,
himbauankepada perbaikan dari apa saja yang merusak
kehidupan bermasyarakat. Memberitakan tentang kemiskinan
dan sebab-sebabnya, dan pengkhianatan dari para arsitektur,
para dokter, para ilmuwan, dan para fuqoha’, dan lain
sebagainya. Sama halnya seperti yang mereka bicarakan
tentang khurafat dan kekuasaan dalam masyarakat. Dan mereka
mengatur tentang pendidikan para remaja dan pembangunan
sosial dan penyediaannya. Dengan sastra bertema puisi sosial
ini menghimbau untuk menyebarkan rasa untuk belajar dan
memerangi kebodohan dan kemiskinan.

9
‫وبألف ألف ترزق األموات‬ ‫أحياؤنا اليرزقون بدرهم‬
‫فأنت على أحجارها الصلوات‬ ‫من فى بحظ النائمين بجفرة‬

B. Seni Baru dalam Puisi

a) Musikalisasi Puisi
Puisi yang membicarakan tentang musik dan
mengungkapkan perasaan dan emosi sebagaimana perasaan
orang dulu yakni al madh, al fakhr, al ghozal, ar ritsa’, al
washfu dan lain sebagainya.

b.) Epos
Yakni puisi tematik yang menyampaikan tentang kisah-
kisah yang berhubungan dengan kehidupan seorang pahlawan
dan dipadukan dengan legenda yang pernah bergolak dengan
perasaan. Dan lirik syairnya panjang karena sampai pada 1000
bait.Dengan adanya komunikasi dengan sastra dari para bangsa
barat dan penerjemah epos Yunani seperti Elijah dan Odessa
(Homerus), dan Synamah dari puisi al Faris (Firdaus) para
penyair berusaha memasukkannya dengan warna sastra arab,
dan contohnya (pemuda gunung yang hitam) Khalil Gibran,
(Elizah Islam) Ahmad Muhrom, yakni yang menggambarkan
tentang saat-saat perang-perang masa Rasulullah. Dan Tidak
lupa pada apa yang disusun oleh Umar Abu Rishah yakni epos-
epos pahlawan dalam Tarikh al Arab (Hasan Khamis al Maliji:
1149; 340)-341.

c.) Puisi Drama


Jenis puisi yang membicarkan tentang berbagai
peristiwa ragam kepribadian dan berbagai percakapan yang
ditulis untuk drama menjadi sebuah sandiwara atau yang
dibangun dengan alur peristiwa. Dan jenis ini adalah asli dari
sastra arab modern dari penyair Ahmad Syauqi yang dirintisnya
dalam bidang puisi drama dianggap sebagai pemuka drama
puisi (Hasan Khamis al Maliji: 1149; 341).

3. Drama Arab Modern


Defenisi Drama yaitu suatu karya sastra yang mengungkapkan suatu
cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Salah satu ciri drama adalah
dialog, dialog merupakan unsur drama yang membedakan antara drama
dengan epos dan kisah-kisah.

10
A. Drama Dalam Sastra Arab

Pertama kali drama Arab dirintis sekitar pertengahan abad 19 di


suriah. Suriah juga mencakup libanon dan palestina karena semuanya
di gabungkan. Adapun orang yang pertama kali memulai drama arab
yaitu (marwan an-naqos 1817-1855). Sedangkan kebudayanya bangsa
italia, perancis, turki dan kebudayaan bangsa arab itu mengambil dari
seni italia akan tetapi dari segi tema mereka bergantung pada drama-
drama dan kebudayaan perancis. Pada tahun 1848 marwan naqos
menampilkan drama di rumahnya yang terletak di Beirut dengan
bantuan ahli penerjemah karya sastra drama, drama yang ditampilkan
berjudul ‫ ( البخيل‬L’Avare) dalam drama yang ditampilkan tersebut
menunjukan karakter bangsa-bangsa arab dilihat dari segi nama-nama
tokohnya dan latarnya. Adapun drama yang ke dua yaitu drama
komedi oleh Abu Hasan yang diambil dari karya sastra 1001 malam.
Abu Hasan adalah keturunan dari kholifah Harun ar-Rosyid, dan drama
yang ke tiga sekaligus drama terakhir yang menceritakan sejarah
drama oleh Moliere .

Kelompok dramawan suriya yang dipimpin oleh salim an-


naqos (ibn akhi marwan an-naqos tiba di mesir pada abad 19. Diantara
kelompok ini Adib ishaq dan Yusuf Khayat merupakan orang pertama
yang tiba di mesir sejak tahun 1876. Mereka juga sebagai wakil
dramawan di kairo atau iskandariah, dan sudah banyak drama-drama
perancis klasik yang sudah di terjemahkannya. Seperti drama
(Andromak), (vedder) oleh penyair perancis yaitu rosin , drama ‫هوراس‬
oleh penyair ‫كورني‬, drama (‫ )زينوبيا‬oleh penyair perancis klasik yaitu
I’abbe D’aubignac.

Drama di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Komedi adalah cerita yang akhirnya menyenangkan;

2. Tragedy adalah cerita yang akhirnya menyedihkan.

Sastra Arab baru mengenal genre drama pada masa modern.


Mereka mengambil genre tersebut dari Barat. Dalam perkembangan
berikutnya, seni drama di dalam sastra Arab adalah melalui empat fase:

1. fase Marun Nuqas al-Lubnani yang meresepsi seni drama ini dari Italia.
Dalam karya dramanya berjudul al-Bakhil karya Muller. Kemudian
diikuti pula oleh karya-karya drama yang lain seperti Harun al-Rasyid
(1850). Karya dramanya yang bersifat jenaka musikal lebih dapat

11
dikatakan sebagai seni operet yang begitu memperhatikan aspek
musikalitas dari pada dialoq. Karya-karya dramanya dapat dicerna oleh
cita rasa awam, hanya saja karya ini ditulis dengan menggunakan bahasa
campuran antara fusha, ami, dan Turki dalam gaya longgar (tidak baku).

2. fase Abu Khalil al-Qubbani di Damaskus yang memajukan seni drama


dengan menampilkan banyak sekali kriteria-kriterianya serta bercita rasa
dapat dinikmati oleh awam dengan cara memilih drama-drama
kerakyatan seperti alfu laylah. Dialognya menggunakan
bahsa fusha berupa campuran antara puisi dan prosa yang kadang-
kadang mempertimbangkan juga sisi persajakan. Ia terus menghasilkan
karya-karya drama di Damskus antara 1878-1884. Sayangnya, beberapa
saat setelah itu panggung dramanya ditutup dia pun lalu hijrah ke Mesir
dan tetap menulis karya drama.

3. fase Yakkub Sannu’. Pada masa pemerintahan Ismail Basha yang pada
saat itu dibangun gedung pertunjukan di mana disitu ditampilkan opera
“Aida’ dengan menggunakan bahasa Perancis, dipentaskan pada
pembukaan terusan Suez tahun 1869. Pada tahun 1876 muncul tokoh
Mesir dalam bidang drama yang bernama Sannu’, populer dengan nama
Abu Nazarah. Ia cenderung mengkritisi sosial politik dengan
menggunakan bahasa ammi. Kelompok-kelompok penulis Siria dan
Mesir melanjutkan penulisan karya drama di Mesir.

4. fase perkembangan pada awal abad 20. Hingga pada tahap ini, banyak
drama di Mesir merupakan hasil terjemahan atau resepsi, sebagian
diantaranya diterangkan ini. Fase pertama 1910, George Abyad pulang
dari Perancis setelah di sana mempelajari prinsip-prinsip seni drama, lalu
dibuatkan karya drama sosial antara lain berjudul Misr al-
Jadidah tulisan Farh Anton, juga dibantu oleh Khalil Mutron dalam
menerjemahkan beberapa novel Shakespeare seperti Tajir al-
Bunduqiyah,Athil, Macbat, dan Hamlet. Fase kedua, adalah Yusuf
Wahbi mendirikan kelompok ramsis yang memperhatikan tragedi. Ketua
kelompok ini telah menulis kurang lebih 200 drama. muncul pula
kelompok Najib al-Raihani yang memiliki kecenderungan drama komedi
kritik sosial. Fase ketiga, pasca perang dunia pertama. Di dalam dunia
drama muncul aliran Mesir Baru (madrasah al-Misriyah al-Jadidah) yang
begitu perhatian terhadap karya drama. Memberikan sentuhan pada
probelatika sosial serta cara-cara mengatasinya dengan pasti. Di antara
tokohnya adalah Muhammad dan Mahmud Taymur. Fase keempat,
mucullah penulis drama Arab modern terbesar Taufiq el-Hakim yang
berhasil menuntaskan studi atas prinsip pokok drama di Perancis. Ia
menulis lebih dari 60 judul karya drama lengkap dengan struktur dan
temanya, demikian pula dialog dan penokohannya. Taufiq begitu

12
ambisius untuk dapat menyertai gerakan perkembanga modern dalam
dunia drama. Oleh karena itu, tampak terus mengikuti perkembanga
draman barat beserta kecenderungannya. Tidak heran, bila ia dapat
berpindah-pindah tema dari drama sejarah ke drama sosial, lalu drama
ideologis yang menyelesaikan problema mentalitas. Setelah di dunia
Barat muncul drama absurd, ia pun juga melakukan hal yang sama
berjudul, Ya Tali’ Syajarah, dan Ta’am Likulli Famm.

2.5 Aliran-aliran Sastra Arab Modern


1. Aliran Madrasah Diwan
Dalam proses pembentukannya madrasah diwan lahir karena adanya
keterpengaruhan aliran neoklasik (1900-1910), namun demikian istilah diwan
baru dikenal dari ad-Diwān Kitāb fī al-Adab wa an-Naqd (1921). Penamaan
aliran sastra Arab modern ini dengan ‘Diwan’ kemungkinan berkaitan dengan
judul pamflet yang menjadi media kemunculannya secara luas di kalangan
sastrawan Arab sebagaimana di atas. Di samping itu, penamaan ini
kemungkinan juga karena adanya kumpulan karya para pengusungnya yang
disatukan dalam satu buku yang biasanya disebut Diwān atau antologi. Tokoh
pengusung dan pendiri aliran ini adalah Abd al-Rahman Syukri(1886-1949),
Abbas Mahmūd al-’Aqqād (1889-1964)dan Ibrahim Abd al-Qadir al-Māzini
(1889-1949).
Secara global Aliran ini lahir karena ketidakpuasan mereka kepada
aliran neoklasik yang masih terpengaruh terhadap gaya puisi klasik dan gaya
bahasanya masih terikat terhadap wazan dan qafiyahnya sehingga kaku dan
bentuk aliran neoklasik yang masih tradisional. Maka bentuk autokritik aliran
sastra arab modern ini adalah pada aspek bahasa dan bentuk yang digunakan
pendahulunya yang dinilai sangat tradisonal. Kemudian, kritikan kedua yang
dialamatkan kepada kelompok aliran Neo-Klasik adalah karena aliran pertama
ini dalam perkembangan sastra Arab modern dinilai banyak mengumpulkan
tauriyah, kināyah dan jinās yang kemudiaan di terbitkan pada sebuah buku
yang berjudul al-Fusul (1922). Menurut Adonis Aliran ini muncul dikarenakan
adanya penolakan duplikasi (Rafd al-Namudhijiyyah) puisi, dan untuk
mewujudkan puisi yang sesuai berdasarkan dengan lokus dan tempos
(konseptual) baik itu sifatnya sinkronik maupun diakronik.
Asumsi aliran madarasah diwan ini mengatakan bahwasanya puisi
yang nyata harus bisa mencerminkan realitas kehidupan yang ada (al-Hayali),
masa sekarang dan benar benar meng ekspresikan pemikiran dan perasaannya.
Oleh karena itu syuri berkata: “alHayal Khair al-Shir’i dan ‘al ya Tair al-
Firdausiina al-Shi’r al-Wijdan; kata ataupun kalimat ini merupakan moto
kelompok diwan.
Sebagai salah satu aliran sastra Arab modern, aliran madrasah Diwān
memiliki karakteristik yang sangat melekat pada mereka. Adapun karakteristik
yang dapat membedakannya dengan kelompok sastra Arab modern lainnya
adalah menolak kesatuan bait dan memberi penekanan pada kesatuan organis
puisi, mempertahankan kejelasan, kesederhanaan dan keindahan bahasa puisi

13
yang tenang, mengambil segala macam sumber untuk memperluas dan
memperdalam persepsi dan sensitifitas rasa penyair. Di samping itu,
karakteristik lainnya dari para pengusung aliran Diwān adalah berkaitan
dengan tema-tema yang diangkat dalam karya-karya mereka. Tidak seperti
aliran sebelumnya, tema-tema yang diangkat Diwān berkaitan persoalan-
persoalan kontemporer seperti humanisme, nasionalisme, Arabisme, dan
karya-karya yang dihasilkannya banyak dipengaruhi oleh romantisme dan
model kritik Inggris seperti yang telah dipaparkan penulis diatas.

2. Aliran al-Muhafidzun
Aliran Al-Muhafidzun yaitu aliran yang masih memelihara dan
melestarikan kaidah puisi Arab secara kuat. Beberapa tokoh sastrawan yang
termasuk dalam kategori aliran ini ialah Mahmud Sami al-Barudi, Ahmad
Syauqi, Hafidz Ibrahim dan Ma'ruf ar-Rusafi, Ali al Jarim, Hamid Said al
Amudi, Hamzah Saatah dan Tohir Zamhasyari.

Ada beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh aliran Al-Muhafidzun, diantaranya:

a. Masih menggunakan tema-tema lama seperti madh, ritsa', ghazal dan


fakhr. Walaupun tidak ditutup kemungkinan untuk membuat tema-tema
baru seperti patriotisme.
b. Terikat dengan wazan dan qafiyah.
c. Condong kepada uslub-uslub klasik.

Contoh syair dari Mahmud Sami al-Barudi:


‫ما كان إال إلى معناه منعرجي‬ # ‫لو كان للمرء حكم في تنقله‬
‫أم هل إلى ضيقة األحزان من فرج‬ # ‫فهل إلى صلة اآلمال من سبب‬
‫جرائمي رحمة تغني عن حجج‬ # ‫يا رب بالمصطفى هبلى وإن عظمت‬
‫مغلولة وصباحي غير منبلج‬ # ‫وال تكلني إلى نفسي فإن يدي‬
‫ضاق الزحام غداة الموقف الحرج‬ # ‫مالي سواك وأنت المستعان إذا‬
‫تقطع رجائي فقد أشفقت من حرجي‬ # ‫لم يبق لي أمل إال إليك فال‬

3. Aliran al-Mujaddidun
aliran yang muncul karena adanya perubahan situasi politik, sosial,
dan pemikiran, juga karena ada dorongan yang kuat untuk lepas dari hal-hal
yang berbau tradisional. Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh aliran
romantik dari sastrawan-sastrawan Barat. Seperti penelitian-penelitian
modern tentang jiwa, lalu dikemas dalam sastra, khususnya di dalam puisi
sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan jiwa dan realita dalam
masyarakat. Meskipun aliran ini memiliki kecenderungan untuk melepaskan
diri dari hal-hal yang berbau tradisional, masih terdapat beberapa penyair yang
menggubah puisinya sesuai dengan aturan wazan dan qafiyah

14
Beberapa tokoh sastrawan yang termasuk dalam aliran ini adalah
Khalil Mutran, Abbas al-Aqqad, Abdurrahman Syukri, Ibrahim Abdul Qadir
al-Mazini, Al-Tijani Yusuf Basyir, Abu al-Qasim asy-Syabiy, dan Tahir
Zamakhsari.
Dalam aliran ini terdapat adanya pembaharuan dalam topiknya,
khususnya dalam hal yang menyangkut tentang masyarakat dan kehidupan,
serta kasus-kasus yang terjadi di masyarakat. Adanya pembaharuan dalam
deskripsi dan majaz-nya, adanya pengaruh aliran simbolis dalam kesusastraan
Arab, di mana para sastrawan atau penyair menggunakan simbol-simbol
sebagai sarana pengungkapan perasaan dan pikiran mereka.
Ada beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh aliran Al-Mujaddidun, diantaranya:
a. Lebih mengutamakan penyampaian perasaan (emosi) daripada akal
(logika).
b. Menggunakan gaya bahasa yang mudah menyentuh perasaan pembaca.
c. Menunjukkan kuatnya daya imajinasi dalam puisi-puisinya.

Contoh syair dari Khalil Mutran:


‫فيالك من زمن غاسم‬ # "‫لقد فدح الخطب في "قاسم‬
‫أما يشفع العلم فى عالم؟‬ # ‫أم يشفع الفضل فى فاضل‬
‫بمقدامها المصلح الحازم‬ # ‫عزيز على "مصر" هذا لمصاب‬
‫و في يده معول الهادم‬ # ‫لك هللا من شائد للعال‬
‫رجوعا إلى سنة الراسم‬ # ‫يدك القبيح و يبنى المليح‬

4. Aliran al-Mughaaliinu
Aliran Al-Mughaliinu yaitu aliran yang mengikuti aliran sastra yang
ada di Eropa setelah Perang Dunia I. Karena itulah, aliran ini sangat terikat
pada situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, serta pemikiran yang ada
pada masyarakat Eropa. Di dunia Arab, pengaruh ini tidak hanya terdapat
dalam satu masa saja, tetapi juga berlanjut dari satu masa ke masa sesudahnya.
Beberapa tokoh sastrawan yang termasuk dalam aliran ini adalah
Ibrahim Naji, Badr Syakir Sayyab, Muhammad Mishbah al-Fituri, Mahmud
Darwisy, dan Abdul Wahab al-Bayati.
Ada beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh aliran Al- Mughaaliinu, diantaranya:
a. Puisi yang dibuat berisikan pengalaman-pengalaman nyata si penyair.
b. Hal-hal yang menjadi tema-tema puisi dalam aliran ini adalah tema-tema
kehidupan.
c. Puisi memiliki fungsi sosial untuk memotivasi rakyat dan gerakan-
gerakan pembebasan.
d. Tidak terikat dengan aturan wazan dan qafiyah.
Contoh syair dari Mahmud Darwisy:

15
‫إلى أمي‬
‫ وقهوة أمي‬# ‫أحن إلى خبز أمى‬
‫ إذا مت أخجل من دمع أمي‬# ‫وأعشق عمري ألنى‬
‫ وشحا لهدبك وغطى عظامي بعشب‬# ‫خديني إذا عدت يوما‬
‫ وشدى وثاقي بخصلة شعر‬# ‫تعمد من طهر كعبك‬

2.6 Sastrawan Sastra Arab pada Masa Modern Beserta Karyanya


1. Ali Ahmad Bakatsir Al-Kindi
Ali Ahmad Bakatsir Al-Kindi lahir di Surabaya Indonesia pada tahun
1910 M. Kedua orangtuanya berasal dari Hadramaut. Ayahnya bernama Syekh
Ahmad bin Muhammad Bakatsir yang memiliki dua orang isteri. Seorang
istrinya tinggal di Hadramaut dan seorang isterinya lagi tinggal di Surabaya
Indonesia.
Ali Ahmad Bakatsir Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di
Surabaya Indonesia. Kemudian pada usia 8 tahun ayahnya mengirim Ali
Bakatsir ke Hadramaut untuk belajar ilmu agama dan bahasa arab mulai dari
tingkat kuttab kemudian ia meneruskan ke Al-Ma’had Ad-Dini.
Setelah ia lulus dari Bakaloreat di kota siwun, Hadramaut, kemudian
pada tahun 1934 ia melanjutkan pendidikanya di fakultas sastra Universitas
Fuad I (sekarang Universitas Kairo) dengan mengambil jurusan bahasa Inggris
dan lulus pada tahun 1939. Dan kemudian masuk diploma Tarbiyah Li al-
Mu’allimin hingga lulus pada tahun 1940.
Bakatsir memulai dunia kesastrawannya melalui puisi. Ia mulai bisa
menggubah puisi disaat umurnya belum genap 13 tahun. Karya-karyanya
banyak didukung dari bacaan buku warisan sastra arab dan barat. Karya-karya
sastranya meliputi puisi dan prosa. Karya prosanya meliputi novel dan naskah
drama.naskah dramanya mengangkat tema-tema sosial, polotik, dan sejarah.
Ali Ahmad Bakatsir Al-kindi wafat pada tanggal 10 November 1969
dan disemayamkan di pemakaman Imam Syafi’I di Mesir.
Karya-karyanya adalah sebagai berikut :
a. karya dalam bentuk novel : ( ‫ ليلة النهر‬,)1945( ‫وا إسالماه‬,)1944( ‫سالمة القس‬
)1993( ‫ الفارس الجميل‬,)1956( ‫ سيرة سجاع‬,)1948( ‫ الثائر األحمر‬,)1946;

b. Karya dalam bentuk drama liris : ‫ رومي¡¡و‬,)1934( ‫هم¡¡ام أو في بالد األحق¡¡اف‬


( ‫ال¡¡وطن األك¡¡بر‬,)1944( ‫ قص¡¡ر اله¡¡ودج‬,)1940( ‫ أخن¡¡اتون ونفرتي¡¡تي‬,)1946( ‫وج¡¡وليت‬
‫عاشق من حضر موت‬,)1990;

c. Karya dalam bentuk drama prosa : ( ‫ الفرعون الموعود‬,)1945( ¡‫شيلوك الجديد‬


,)1947( ‫ س¡¡ر الح¡¡اكم ب¡¡أمر هللا‬,)1946( ‫ ال¡¡دكتور ح¡¡ازم‬,)1946( ‫ عودة الف¡¡ردوس‬,)1945
( ‫ أب¡¡و دالم¡¡ة‬,)1951( ‫ السلس¡¡لة والغف¡¡ران‬,)1949( ‫ مأس¡¡اة أوديب‬,)1948( ‫إب¡¡راهيم باش¡¡ا‬
‫ ال¡¡دنيا‬,‫ امبراطوريس¡¡ة في الم¡¡زاد‬,)1952( ‫ مس¡¡رح السيلس¡¡ة‬,)1951( ‫ مس¡¡مار جح¡¡ا‬,)1951
‫ ال¡¡زعيم‬,)1959(‫ أوزيس¡¡ريس‬,)1956( ‫ ش¡¡عب هللا المخت¡¡ار‬,)1953( ‫ س¡¡ر ش¡¡هرزاد‬,‫فوض¡¡ى‬
‫ ه¡¡اروت‬,‫ قطط وفسئران‬,)1965( ‫ ملحمة عمر‬,‫ دار ابن لقمان‬,‫ إله إسرائيل‬,)1961( ‫األوحد‬
( ‫ الفالح الفص¡¡يح‬,‫ حبل الغسيل‬,‫ هكذا لقي هللا العمر‬,)1963( ‫ جلفدان هاتم‬,)1962( ‫وماروت‬
‫ قض¡¡ية أه¡¡ل‬,)1990( ‫ مأسة زينب‬,)1990( ‫ أحالم نابليون‬,)1967( ‫ الدودة والتعبان‬,)1966
)1990( ‫الربع‬

2. Najib Mahfudz

16
Nama lengkapnya adalah Najib Mahfuz Abdul Aziz Ibrahim Basya,
dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1911, di Bandar Gamalia daerah
pinggiran Kairo, Mesir. Keluarganya tergolong misikin dan tidak mengecap
pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan yang
kemudian beralih profesi menjadi pedagang. Pada tahun 1917, usia enam
tahun, Mahfuz dan keluarganya pindah ke kawasan Abbasiyah. Pada saat itu,
Mahfuz mulai mengecap pendidikan dasar, al-Madrasah al-Ibtida'iyyah. Pada
tahun 1924, di usia tiga belas tahun, Mahfuz memasuki Sekolah Lanjutan; al-
Madrasah ats-Tsanawiyyah Fu'ad al-Awwal.
Seiring peningkatan perekonomian keluarganya, pada tahun 1930
Mahfuz melanjutkan studinya di jurusan Filsafat Islam Universitas Kairo.
Pada tahun 1934, Mahfuz mengantongi ijazah Sarjana Filsafat. Sebenarnya,
Mahfuz mendapatkan tawaran dari Mustafa Abdul Raziq, salah seorang Guru
Besar Universitas Kairo untuk menempuh program Doktor dalam bidang
Filsafat dan Mistik Islam, namun tawaran itu ditolaknya. Kesenjangan sosial
yang dirasakannya sejak kecil dan penderitaan kaum kecil yang tertindas oleh
kekuasaan birokrasi Mesir membuat solidaritasnya bangkit. Mahfuz memilih
pekerjaan di almamaternya dan menekuni bidang tulis-menulis.
Sejak pertengahan 1936 sampai 1939, Mahfuz mengabdi di
almamaternya sebagai staf Sekretaris Universitas. Karier Mahfuz menanjak
perlahan. Selepas dari pekerjaan ini, ia ditugaskan di Kementrian Agama dan
Urusan Waqaf. Pekerjaan ini ditekuninya hingga tahun 1964. Pada tahun yang
sama, di usia 43 tahun, ia mengakhiri masa lajangnya. Dan sejak saat itulah
terjadi perubahan mendasar pada karier Mahfuz, ia diangkat sebagai Direktur
Pengawasan Seni.
Sepanjang kehidupannya, Mahfuz telah menulis sekitar 70 cerita
pendek, 46 karya fiksi, serta sekitar 30 naskah drama. Hingga saat ini, karya-
karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia termasuk
Indonesia. Karya pertama Mahfuz diterbitkan pada tahun 1932, di usia 21
tahun, dalam bentuk terjemahan berjudul al-Misr al-Qadimah. Sejak itu
berturut-turut Mahfudz menulis; Hams al-Junun (1938, Cerpen), Abats al-
Akdar (1939), serta Redouvis (1943) dan kisah Kifah Thibah (1944). Karya-
karyanya tersebut di atas, kerap dianggap sebagai akhir dari periode
romantisme Mahfuz. Setelah karya-karya tersebut, ia menjauhi gaya bahasa
Manfalutisme (gaya bahasa yang digunakan oleh al-Manfaluti). Kemudian
Mahfuz menulis al-Qahirah al-Jadidah (1945).
Tahun 1946, Mahfuz menulis Khan al-Khalili. Selanjutnya berturut-
turut ia menulis Zuqaq al-Midaq (1947), as-Sarab (1948), serta Bidayah wa
Nihayah (1949). Karya-karyanya ini menandai perubahan gaya bertutur
Mahfuz dari romantisme menjadi realisme. Pada tahun 1956-1957, Mahfuz
mulai menulis triloginya; Baina al-Qasrain, Qasr asy-Syauq, dan as-
Sukriyyah. Trilogi setebal 1500 halaman ini menjadikannya dianugerahi
hadiah Nobel Sastra yang diterimanya pada tanggal 13 Oktober 1988 dari
Akademi Sastra Internasional di Swedia.
Tahun 1960, Mahfuz menulis Aulad Haratina (edisi bahasa Inggris
oleh Philip Steward dengan judul The Children of Our Quarter, London;
1981). Novel panjang ini terbagi dalam lima bab, yakni; Adham, Jabal, Irfah,
Rifa'ah, dan Qasim. Penulisan serial novel ini sekaligus menggambarkan arah
baru gaya kepenulisan Mahfuz,yakni Simbolisme-Filosofis.

17
Selanjutnya, Mahfuz menulis al-Liss wa al-Kilab (1961), as-Samman wa al-
Kharif, dan Dunya Allah (1962), ath-Thariq (1964), Bait Sayyi' as-Sum'ah dan
asy-Syihaz (1965) serta Sarsarah Fauza an-Nil (1966), masih dengan
kecenderungan Simbolisme-Filosofis. Pertengahan tahun 1967 sampai 1969,
ia membuat cerpen-cerpennya yang merespon persoalan-persoalan
keagamaan, nasionalisme Mesir, dan politik. Hal ini bisa dilihat dalam
Khimarah al-Qiththi al-Aswad dan Tahta al-Mizallah serta Qisytamar (1969),
Hikayah Bi La Bidayah Wa La Nihayah dan Syahru al-'Asal (1971), al-
Maraya (1972), al-Hubbu Tahta al-Mathar (1973), al-Karnak (1974), Hikayat
Haratina, Qalbu al-Lail, dan Hadhrat al-Muhtaromi (1975), Milhamah al-
Harafisy (1977), al-Hubbu Fauqa Hadhbat al-Haram dan asy-Syaithan (1979),
'Ashru al-Hubbi (1980), dan Afrah al-Qubbah (1981).
Pada tahun 1994, Mahfuz mengalami kejadian yang tidak
mengenakkan. Ia ditikam di bagian leher dengan sebilah pisau dapur. Kejadian
ini membuat tangan kanan Mahfuz hampir mengalami kelumpuhan. Dua orang
anggota kelompok militan yang terlibat dalam kejadian ini, divonis hukuman
mati oleh pemerintah Mesir. Pada masa tuanya, Najib Mahfuz hidup dengan
mata yang hampir buta dan kemudian meninggal pada 30 Agustus 2006
setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

3. Khalil Mutran
Khalil bin Abduh Yusuf Mutran lahir pada bulan Juli, 1872 di
Baalbek, Libanon, mengemban pendidikan di Beirut. Khalil Mutran memiliki
bakat sastra yang di wariskan oleh Ibu dan kakeknya, ia meninggal pada 1
Juni 1949 di Kairo, Khalil Mutran banyak membuat karyanya berupa puisi
yang menceritakan masalah social, politik, curhatan hati, yang
mengekspresikan pengalaman-pengalaman pribadi seputar cinta, kenangan
masa kecil , sejarah jamannya, impiaan-impiaan manusia, keadaan sosial dan
derita masyarakat masanya. Salah satu karyanya yaitu puisi dengan judul Al-
Masa’ (Senja), Diwan AL-Khalil.

4. Thaha Husein

Thaha Husein dilahirkan tahun 1889 M. di Izbat al-Kilu. Ketika


berumur dua tahun telah terkena penyakit optualmia (kebutaan), penyakit yang
biasa menyerang anak-anak ketika itu, namun penyakit tersebut tidak
menghalanginya menuntut ilmu. Ia belajar al-Quran dan dapat menghafalnya
pada usia sembilan tahun.
Pada tahun 1902, ia dikirim orang tuanya untuk belajar di al-Azhar
dengan harapan agar kelak Thaha Husein menjadi alim Azhar, memberi
palajaran agama dalam halaqah yang besar.
Akan tetapi Thaha Husein keluar dari al-Azhar, ia kecewa dengan
sistem pengejarannya yang sempit dan tidak berkembang serta materi
pelajarannya amat tradisonal dan menjemukan. Pada tahun 1905, ia
mendalami pemikiran Muhammad Abduh, salah satu yang amat menonjol dari
keterpengaruhannya adalah sikapnya yang menentang praktek tawassul di
desanya sehingga dicap sebagai seorang yang tersesat dan menyesatkan.

18
Pada tahun 1908 bersamaan dengan dibukanya Universitas Kairo,
Thaha Husein mendaftarkan diri, di sinilah ia berkenalan dengan sederatan
orientalis semisal Iguazio Buidi, Enno Litman, Santillana, Nallino dan
Masignon. Pada tanggal 5 Mei 1914 Thaha Husein mempertahankan
disertasinya yang berjudul Dzikra Abi al-'Ala dan berhasilyudisium jayyid
jiddan pada tahun itu juga Thaha Husein dikirim ke Perancis untuk belajar
sejarah.
Di Perancis Thaha Husein mulai mengkaji hal-hal yang selama ini ia
cari, ia belajar pada beberapa ilmuan, di antaranya Glota, G. Blook, Seigneboj,
Emile Durkheim. Pada tahun 1917 ia menikah dengan seorang wanita Perancis
yang bernama Suzanne Brusseau. Pada tahun 1918, Thaha Husein berhasil
menyelesaikan penulisan disertasi doktornya yang berjudul Etude Analitique
et Critique de la Philosophie Sociale d' Ibn Khaldoundengan
memperoleh yudisium tres honorable, dan di tahun berikutnya memperoleh
gelar Doctorat d' Etat.
Pada tahun beikutnya 1919, ia kembali ke Mesir dan ditunjuk menjadi
dosen sejarah Yunani dan Romawi Kuno di Universitas Kairo hingga tahun
1925. Ia juga aktif menulis di surat kabar dan menjadi redaktur al-
Siyasah pada tahun 1922. Pada tahun 1926 diangkat menjadi dosen sejarah
sastra Arab pada Universitas Negeri. Pada tahun 1930 diangkat menjadi dosen
sastra dan pada tahun 1932 dialih tugaskan ke kementerian pengajaran.
Pada tahun 1942 diangkat menjadi rektor Universitas Iskandaria
hingga 1944. Pada tahun 1950-1952 ia ditunjuk sebagai Menteri pendidikan
Mesir. Pada tahun 1973 Thaha Husein ditetapkan untuk mendapat hadiah
nobel dalam bidang sastra. Thaha Husein wafat pada tanggal 28 Oktober 1973.
Karya-karyanya yaitu, Shari’ Al-Hasad, Fii Al-Adab Al-Jahili.

5. Nawal El-Sa‟dawi

Nawal el Saadawi merupakan wanita kelahiran Kafr Tahla-tepi Sungai


Nil-Mesir, 72 tahun yang lalu ini selalu membangkitkan emosi pembaca
dengan bahasa emotif (emotife language) di dalam setiap karyanya. Sejauh
pengamatan sastra Arab yang telah dikaji, dalam setiap karya Nawal el
Saadawi selalu menampilkan dan menonjolkan kritik yang cukup pedas
sekaligus penggambaran realitas sosial politik dengan menggunakan
colloquaialism atau gaya bahasa harian dalam penceritaannya, natural, dan
tanpa embel-embel analitik. Nawal el Saadawi tidak mengikuti aliran al-fanna
al-kamil (keindahan) yang kebanyakan digunakan sastrawan Arab.

Bahasa sarkatis yang sering digunakan Nawal ini cukup membuat


geram para intelektual dan Pemerintah Mesir. Hal itu harus dibayar mahal
olehnya. Pada 6 September 1981 ia dijebloskan ke dalam penjara Barrages di
Mesir pada masa pemerintahan Anwar Sadat atas tuduhan perbuatan kriminal
melawan pemerintahan yang sah. Namun, di dalam sel Saadawi terus
berkarya. Meski dengan kertas toilet dan pensil alis, Saadawi diam-diam tetap
menulis. Sekeluarnya dari penjara, tulisan itu menghasilkan esai berjudul
Memoar dari Penjara Perempuan. Dalam buku itu, dia mengisahkan bahwa
ketimpangan sosial-ekonomi dan jender merupakan penyebab masuknya

19
perempuan ke dalam sel penjara tersebut. Beberapa judul karyanya adalah
Memoar Seorang Dokter Perempuan, Matinya Seorang Menteri, Catatan dari
Penjara Perempuan, Perempuan di Titik Nol, dan Kabar dari Penjara.

6. Mahmoud Darwish
Karya tulis dengan gaya humanis merupakan ciri khas karya seorang
Mahmoud Darwish, lahir di Desa El Birwah sebelah timur Galilee pada 13
Maret 1941, ia anak kedua dari pasangan Salim dan Hurruiyah. Darwish
belajar dari sang kakek karena kedua orang tuanya buta huruf. Ia bertempat
tinggal di Palestina, setelah Israel menghanguskan bumi tercintanya kemudian
pada juni 1948 ia dan keluarganya pindah ke Lebanon, dan kemudian ia
kembali lagi, tetapi bukan ke Palestina yang ia tuju, tapi daerah yang telah
menjadi bagian dari negara Israel.

Setelah itu sekitar tahun 1970-an ia pergi ke Rusia untuk melanjutkan


belajarnya di University of Moscow selama setahun. Perjalanan cintanya tak
semulus lekuk indah syairnya, dua kali ia menikah dan bercerai. Istri
pertamanya seorang penulis bernama Rana Kabbani, di pertengahan 1980 ia
menikah lagi dengan Hayat heeni. Pada 09 Agustus 2008 Darwish meninggal
dunia, yang kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi sanak
keluarganya, ia dimakamkan di Ramallah.

Walikota Ramallah, Janet Mikhail mengumumkan bahwa Darwish


akan dimakamkan di samping Istana Budaya Ramallah, lebih tepatnya di
puncak bukit yang menghadap Yerusalem di pinggiran barat daya Ramallah.
Pemerintah Kota Ramallah juga akan membangun sebuah monumen sebagai
penghormatan kepadanya.

Karya sederhana yang sangat kaya akan makna diambil dari sifat
kemanusiaan. Bakat menulisnya sudah terlihat ketika masih kanak-kanak.
Sewaktu umur 19 tahun ia telah membuat puisi pertamanya yang
dipublikasikan dengan judul “Burung Tak Bersayap”. Karyanya hingga wafat
sebanyak 30 jilid puisi dan 8 buku prosa dengan gaya penulisan yang khas
Arab klasik. Dalam temanya pun selalu mengangkat tentang kemanusiaan dan
semangat juang. Karyanya juga dipengaruhi oleh beberapa penyair yang
ternama diantaranya Yehuda Amircha yakni penyair asal israel. Diantara
karya-karya Darwish yang terkenal adalah “Burung Tak Bersayap (1960), Aku
Mencintaimu atau Aku Tak Mencintaimu(1972), Kenapa Kau Tinggalkan
Kuda Sendirian (1996), Dan Tak Perlu Minta Maaf Atas Apa Yang Kau
Perbuat (2004).

7. Gibran Kahlil Gibran


Gibran Khalil Gibran adalah seorang seniman Lebanon-Amerika,
penyair dan penulis. Lahir di kota Bsharri, Lebanon, ia bermigrasi dengan
keluarganya ke Amerika Serikat di mana ia belajar seni dan memulai karir
sastra. Di dunia Arab, Gibran dianggap sebagai pemberontak sastra dan
politik, gaya romantisis-nya berada di jantung renaissance dalam sastra Arab
modern, khususnya puisi prosa. Di Lebanon, ia masih dipuja sebagai pahlawan

20
sastra, di negara-negara lain Gibran mulai dikenal pada 1923 dengan karya
bukunya The Prophet, sebuah contoh awal dari fiksi inspirasional dengan
serangkaian esai filosofis yang ditulis dalam prosa puitis bahasa Inggris. Buku
ini dijual dengan baik dan mulai populer di tahun 1930-an. Gibran adalah
penyair dengan penjualan terbaik ketiga setelah Shakespeare dan Lao-Tzu.
Sebagian besar dari tulisan-tulisan awal Gibran berbahasa Arab, yang akhirnya
diterbitkan setelah tahun 1918 dalam bahasa Inggris.
Sebagai seorang seniman yang bisa menggambar dan melukis, ia
masuk sekolah seni di Paris 1908-1910, mengejar gaya romantisis dan
simbiolis. Gibran mengadakan pameran seni pertama pada tahun 1904 di
Boston. Pada pamerannya tersebut, Gibran bertemu Mary Elizabeth Haskell,
yang akhirnya menjadi wanita yang membawa pengaruh besar tidak hanya di
kehidupan pribadi Gibran, tetapi juga karirnya.
Gibran meninggal di New York City pada tanggal 10 April 1931,
penyebabnya karena sirosis hati dan TBC. Sebelum kematiannya, Gibran
mengatakan keinginan untuk dikuburkan di Lebanon. Keinginan ini dipenuhi
oleh kekasihnya Haskell pada tahun 1932.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah munculnya sastra arab modern dilatarbelakangi adannya peristiwa
perancis menjajah negeri timur tengah. Akibat dari hal itu terjadi proses bertemunya
budaya timur dengan barat.
Dari segi kondisi bangsa arab modern sudah mulai berkembang ke arah yang
lebih baik . contohnya pada kondisi sosial budayanya mereka sudah mengarah kepada
kehidupan yang bercorak modern. Pada keadaan ekonomi mereka tidak hanya saja
berdagang secara tradisional akan tetapi sudah bergerak ke arah perdagangan berbasis
modern. Pada kondisi agama mereka sudah mulai meninggalkan agama yang
menyembah berhala kepada agama yang mayoritasnya sudah islam dan beberapa ada
yang yahudi.
Sastra arab modern memiliki genre diantaranya adalah yang pertama, prosa
yang terdiri dari rosail, khitabah, qishshah. Kedua, puisi dengan tema Al-Washf, Al-
Madah, Ar-Ritsa’, Al-Ghozal, Al Fakhr wa al hammasah, Al-Hija’, Puisi tanah air,
puisi sosial, dan mulai bermunculan jenis seni baru dalam puisi diantaranya yaitu,
musikalisasi puisi, epos, dan puisi drama. Ketiga, yaitu drama arab modern yang
mana terbagi menjadi dua yaitu, drama komedi dan tragedy.
Sastra arab modern memiliki berbagai aliran.diantaranya yaitu, aliran
madrasah diwan, aliran mahjar, aliran Al-Muhafidzun, aliran Al-Mujaddidun, aliran
Al-Mughaliinu.

Para tokoh sastra arab modern diantaranya yaitu, Ali Ahmad Bakatsir Al-
Kindi, Najib Mahfudz, Khalil Mutran, Thaha Husein, Nawal El-Sa‟dawi, Mahmoud
Darwish, Gibran Kahlil Gibran,

22
Daftar Rujukan

Muzakki, Ahmad Dr. Pengantar Teori Sastra, (Malang:UIN Press, 2011)


Latif, Muhammad Nur. (2005). Citra Perempuan Dalam Karya Nawal El-Sa’dawi. Jurnal
Universitas Hasanuddin Makassar,1, 43.
Al Maliji, Hasan Khamis, al Adab wa annusus lighairi an natiqina biha bil
arobiyyah (Riyadh: Jamiah al Malik as Su’ud, 1149 H)
‫الوسيط في األدب العربي وتاريخه‬
http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/sastra-arab-modern/
https://www.academia.edu/9223189/Kritik_Sastra
https://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab
https://kajiantimurtengah.wordpress.com/2010/12/04/masyarakat-arab-tinjauan-sosiologis/
https://cak-son.blogspot.com/2015/01/perkembangan-sastra-arab-modern_8.html
https://muhamadridwanfaisal.wordpress.com/2012/06/12/khalil-mithran/
http://www.referensimakalah.com/2012/07/biografi-thaha-husein.html.
https://tebuireng.online/mahmoud-darwish-humanisme-pengantar-perdamaian-di-negeri-palestina/

http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2011/06/i.html

http://mencobamencintaisastra.blogspot.com/2017/08/aliran-aliran-dalam-sastra-arab-
modern.html

23

Anda mungkin juga menyukai