Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azka Tazkia

NIM : 11210210000098
Kelas : 4C

Penyair Pada Masa Shadr Islam


Ketika awal masa islam datang, muncul beberapa penyair yang terkenal diantaranya
ada tiga penyair muhadramin yaitu mereka yang berada dan hidup pada dua masa, masa
jahiliyah dan masa shadr islam. Mereka dipilih Nabi Muhammad SAW untuk membela islam
dengan puisinya, mereka itu diantaranya: Ka’ab bin Malik, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah
bin Rawahah. Mereka dipilih untuk menolak ejekan dari penyair – Penyair Quraisy yang
menentang Nabi Saw. Penyair tersebut diantaranya: Abdullah bin Al-Zabi’ry, Abu Sufyan
bin Al-Harits bin Abdul Muttalib, Amru bin Ash, Dhirar bin Khattab, dan Hubairah bin Abi
Wahab.
Di antara penyair-penyiar yang muncul pada masa shadr islam sebagai berikut :
1 . Ka’ab bin Malik al-Anshari
Nama lengkapnya adalah Amru bin Al- Taqim bin Ka’ab bin Suwad bin Ghanam bin
Ka’ab bin Salamah al- Anshari. Dia mempunyai julukan Abu Abdullah, Abu Abdurrahman,
Abu Muhammad dan Abu Basyir. Ka’ab merupakan golongan yang pertama kali masuk
islam dari golongan para sahabat anhsar dan juga menyaksikan baiat aqabah dan banyak
mengikuti berbagai peperangan dalam islam seperti perang Badr, Uhud, Khandaq, Fathu
Makkah, Thaif dan Tabuk.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat yang berisi bahwa Allah melarang puisi dan
kedudukan penyair yang hanya berbuat sia – sia di hadapan Allah Swt, pada saat itu Ka’ab
menghampiri Rasullah dan meminta penjelasan tentang hal tersebut. Dan Rasullah
mengatakan bahwasannya seorang mukmin berjihad dengan pedang dan lisannya, sehingga
tenanglah hati ka’ab dan dia semakin semangat untuk menyampaikan puisi – puisinya yang
berisi semangat membela agama Allah di hadapan kaum- kaum muslimin. Puisi Ka’ab
banyak yang menceritakan tentang suasana perang dan termasuk puisi yang bagus. Jika
Hasan bin Tsabit dan Abdullah bin Rawahah melantunkan syairnya untuk menghina atau
mengejek kaum kafir, berbeda dengan Ka’ab bin Malik. Dia banyak melantunkan syairnya di
medan perang sebagai senjata untuk melawan kaum kafir dengan menyerang mental mereka
dalam peperangan. Salah satu syair Ka;ab bin Malik adalah tentang medan perang pada
peristiwa perang badar. Dia membacakan sebuah syair bertujuan untuk membakar semangat
dan membangkitkan semangat kaumn muslin dan melemahkan mental kaum kafir.

2 . Abdullah bin Rawahah


Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Rawahah bin Tsalabah bin Imru’ul Qays bin
‘Amru Ibnu Imruul Qays al-Qibasi al-Akbar bin Malik al-Aghra bin Tsa’labah bin Ka’ab bin
Khazraj bin al- Harits bin Khazraj al- Anshari al-Khazraji. Abdullah bin Rawahah masuk
islam sebelum baiat aqabah bersama kaumnya. Jika para penyair pada masa Rasulullah Saw.
hanya membela islam dan memerangi kaum musyrikin melalui syiirnya tanpa datang ke
medan perang, berbeda dengan Abdullah bin Rawahah yang semangat bergabung untuk
berjihad dan berangan-angan agar Allah SWT. mengizinkan untuk syahid. Abdullah bin
Rawahah adalah penyair mudramin yang ada pada zaman jahiliyah dan islam. Sepanjang
masa hidupnya setelah dia masuk islam sebelum Bai’at Aqabah bersama kaumnya, dia
menjadi terkenal sebagai salah satu penyair andalan Rasullah yang pandai dalam merangkai
kata – kata yang indah serta menjadi juri tulis Rasullullah. Menjadi salah satu penyair
kesayangan Rasulullah, beliau banyak menciptakan syair – syair yang membela Rasullullah
dan ajaran islam. Salah satu syair yang terkanal adalah syair yang dia tunjukkan untuk Abu
Sufyan pada peristiwa perang Badar yang mana pada waktu itu Abu Sufyan belum masuk
islam. Dia selalu mengikuti berbagai peperangan pada masa itu. Perang Mut’ah adalah perang
yang terakhir diikutinya.
3 . Hasan bin Tsabit
Nama lengkapnya adalah Abu Walid Hasan bin Tsabit al-Anshary, penyair rasullah
dan penyair mudramin dan termasuk bani Najjar penduduk Madinah yang mana dikenal
sebagai kaum yang punya citra rasa puisi yang bagus. Di besarkan pada zaman jahiliyah dan
mempunyai nama pada waktu itu, dapat bertemu dengan penyair- penyair hebat bahkan dapat
mengatasi Sebagian besar dari mereka, memuji raja- raja Mandzirah dan Ghasaniah dimasa
jahiliyah dan pergi menemui mereka, dan mendapatka hadiah- hadiah dan pemberian –
pemberian dari mereka.
Setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah dan orang- orang Anshor masuk islam, dia
masuk islam bersama mereka dan berjihad dengan lisan sebagaimana kaumnya membelanya
dengan pedang. Perkataannya yang mengandung hinaan dan kemarahan terhadap musuh-
musuh Nabi mempunyai pengaruh positif. Setelah Rasullah Saw wafat, kehidupan Hasan
sangat dicintai para khalifah dan terus mendapatkan pemberian yang mencukupi dari Baitul
Mal. Hasan berumur Panjang kira-kira sampai 120 tahun. Kehidupannya banyak digunakan
untuk menikamati indera dan akalnya. Pada tahun terakhir hidupnya dia menjadi lemah dan
buta. Hasan meninggal pada tahun 54 hijriyah di masa pemerintahan Muawwiyah. Hasan
termasuk penyiir koya pada masa jahiliyah dan penyiir yamani pada masa islam. Tidak ada
sahabat dan musuh Rasulullah yang melebihinya pada masanya. Kebanyakan puisi hasan
bertema hija’(celaan) madh (pujian) dan fakhar (kebanggan) terhadap dirinya dan kaumnya.
Salah satu syair Hasan bin Tsabit adalah syair tentang keangungan nabi saw. pada sebuah
qasidah yang beliau lantunkan setelah Rasullullah saw. wafat. Yang berjudul “Ma’danul Judi
wan-Nawal. Dan salah salah satu syiirnya berjudul “Qoro’na fii dhuhaa”

4 . Al- Hutay’ah
Nama lengkapnya adalah Jamal bin Malikah, salah seorang penyair al-Muhadramain,
Dia bertubuh pendek, sehinga mendapat julukan Hutay’ah (seorang laki- laki yang pendek).
Puisi- puisinya banyak berisi tentang hija’ baik itu mengejek dirinya sendiri ataupun
keluarganya. Setelah masuk islam, dia tetap fokus pada puisi haja’nya, sampai-sampai
khalifah Umar bin Khattab memenjarakannya dan mengancam akan memotong lidahnya.
Hanya saja al-hutay’ah menyampaikan kasidahnya untuk meminta belas kasihan Umar, maka
Umarpun melepaskannya dan melarangnya untuk mengejek orang lain, akan tetapi setelah
umar wafat dia Kembali mengejek orang dengan puisi-puisinya, hal ini berlangsung hingga al
-Hutay’ah wafat pada masa pemerintahan Mu’awwiyah pada usia 80 tahun.

Anda mungkin juga menyukai