Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DAHLIA AMIRAH SAFITRI

NIM. : 221105030015
KELAS : AKUNTANSI SYARIAH 1/22
MATKUL : AKHLAK TASAWUF

KISAH SAHABAT NABI “ TALHAH bin UBAIDILLAH”

Berikut adalah cerita singkat tentang hidupnya.

Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin
Ka'ab bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Talhah bin Ubaidillah lahir di
Mekkah pada sekitar tahun 594 M. Dia berasal dari suku Quraisy, yang merupakan
suku utama di Mekkah. Sebelum memeluk Islam, dia adalah seorang pedagang
yang sukses dan dihormati. Talhah adalah salah satu dari sedikit sahabat yang
menerima dakwah dari Nabi Muhammad SAW di awal misi kenabiannya. Ketika
Nabi Muhammad SAW mulai menyebarkan pesan Islam, Talhah adalah di antara
yang pertama-tama memeluk agama baru ini. Keimanan dan keberanian Talhah
dalam menerima Islam adalah bukti dedikasinya pada ajaran Allah. Talhah bin
Ubaidillah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dihormati karena
kesetiaan, keberanian, dan kontribusinya dalam menyebarkan Islam. Talhah bin
Ubaidillah termasuk dalam kelompok yang dijuluki "Ashab al-Suffah." Thalhah bin
Ubaidillah adalah seorang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Ia tergolong bagian dari Assabiqun Al-Awwalun atau golongan orang yang pertama
kali masuk Islam. Perjuangannya dalam Islam tak diragukan lagi. Ia bahkan pernah
sekarat dalam Perang Uhud demi melindungi Nabi Muhammad SAW, sampai-
sampai ia memperoleh julukan sebagai orang syahid yang hidup atau orang syahid
yang bangkit dari kematiannya.
Sejak kecil, Thalhah sudah belajar berniaga. Karena kecerdasan dan
kecerdikannya, Thalhah sukses dalam perdagangan yang ia lakukan. Ia bahkan bisa
mengalahkan banyak pedagang-pedagang tua di tanah Arab kala itu. Pengalaman
paling penting dalam hidup Thalhah bin Ubaidillah adalah ketika ia bepergian ke
Syam, tepatnya di Bushra (sekarang masuk wilayah Suriah). Saat itu, ia tiba-tiba
mendengar seorang pendeta berteriak-teriak. "Wahai para pedagang, siapakah dari
kalian yang berasal dari Makkah?" tanya pedagang itu, "Aku berasal dari Makkah,"
ujar Thalhah. Lalu pendeta itu melanjutkan, "Sudahkah muncul seorang nabi,
penutup para nabi yang bernama Ahmad bin Abdullah dari Makkah? Bulan ini pasti
akan muncul seorang nabi, kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-
batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur
makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya,
Anak Muda," kata pendeta itu. Ucapan itu sangat membekas di benak Thalhah. Ia
pun pulang ke Makkah mendahului tenggat dari kafilah dagangnya dan mencari
kabar mengenai nabi yang baru muncul.
Sesampainya di Makkah, orang-orang di pasar memang sedang membicarakan
Muhammad bin Abdullah yang menyatakan dirinya sebagai nabi dan rasul. Sejak
itulah, hidayah Islam mengetuk hati Thalhah dan ia pun mengucapkan dua kalimat
syahadat, serta langsung memeluk Islam. Thalhah mendampingi dakwah Nabi
Muhammad SAW sejak Islam masih terpuruk. Ia berkali-kali disiksa, bahkan
sampai nyaris meninggal. Kesetiaan Thalhah mendampingi Rasulullah ini
dibuktikan dalam Perang Uhud. Ketika barisan kaum muslimin terpecah-
belah. Orang-orang yang berada di samping Rasulullah SAW hanyalah 11 orang
Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin. Untuk menyelamatkan
diri, mereka berusaha mengantarkan Nabi Muhammad SAW ke atas bukit.
Sayangnya, di tengah perjalanan ke bukit itu, mereka dihadang oleh rombongan
prajurit musuh. Lalu, Rasulullah SAW berujar, "Siapa yang berani melawan
mereka, dia akan menjadi temanku di surga." "Aku, Wahai Rasulullah," kata
Thalhah bin Ubaidillah. "Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu,"
jawab Rasulullah. "Aku saja, Wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. "Ya,
majulah," kata Rasulullah. Lalu, prajurit Anshar itu melangkah maju melawan
prajurit-prajurit musuh. Beberapa waktu kemudian, ia pun meninggal, mati
syahid. Nabi Muhammad SAW kemudian meminta lagi para sahabat untuk
melawan orang kafir. Thalhah selalu menjadi sosok pertama yang mengajukan diri.
Namun, Rasulullah SAW terus menahan Thalhah sampai 11 orang Anshar itu gugur
menemui kesyahidan. Ketika tinggal Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama
Rasulullah, barulah beliau SAW berkata: "Sekarang giliran engkau, Wahai
Thalhah." Thalhah bin Ubaidillah pun maju dan menyerang pasukan musuh
sendirian untuk menyelamatkan Rasulullah SAW. Ia mengusir orang-orang kafir
yang hendak mendekati Nabi Muhammad, lalu Thalhah berusaha menaikkan
Rasulullah sendirian ke atas bukit. Selama penyerangan itu, tubuh Thalhah luka
berkali-kali, namun ia berhasil membunuh banyak prajurit musuh dan
menyelamatkan Rasulullah SAW. Ketika Abu Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah menemukan Rasulullah, beliau berkata, "Tinggalkan aku, bantulah
Thalhah, kawan kalian!" seru Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar dan Abu Ubaidah
kemudian menemukan Thalhah terkapar tak sadarkan diri, ia dalam keadaan
pingsan. Seluruh tubuhnya penuh luka dan darah segar. Jika tak diperhatikan
seksama, tubuhnya yang roboh di tanah dianggap sudah mati karena saking
banyaknya tusukan pedang dan luka-luka yang menyabet badannya. Ketika diobati,
terdapat sekitar 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak, dan tusukan panah
memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah dan ia harus dibebat
agar ia tak kehabisan darah. Karena kesetiaan dan perjuangannya itulah, Rasulullah
SAW berkata: "Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah
mengalami kematian, maka lihatlah Thalhah," sabda Nabi Muhammad SAW. Di
antara para sahabat, ia adalah sosok yang kaya raya nan dermawan. Salah satu
julukannya adalah Thalhah Al-Khair (Thalhah yang Berbudi Baik), Thalhah Al-
Fayyadh (Thalhah yang Murah Hati), dan Thalhah Al-Juud (Thalhah yang
Dermawan). Ia menyedekahkan banyak dari hartanya untuk kepentingan Islam dan
fakir miskin, namun hartanya terus berkembang dan perdagangannya terus
menguntungkan. Setelah Rasulullah SAW meninggal, Thalhah terus hidup sampai
di masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib. Ketika terjadi perselisihan
antara Aisyah dan Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal, Thalhah berada di kubu
Aisyah dan tidak sependapat dengan Ali bin Abi Thalib. Di Perang Jamal itulah,
Thalhah terkena panah beracun yang merenggut nyawanya di usia 60 tahun. Inilah
akhir dari seorang syahid, Thalhah bin Ubaidillah yang sudah dijamin masuk surga
oleh Rasulullah SAW.
Saat Pertempuran Badar terjadi pada tahun 624 M, Talhah adalah salah satu
sahabat yang berpartisipasi aktif. Pertempuran Badar adalah pertempuran penting
dalam sejarah Islam yang mempertemukan kaum Muslim dengan pasukan Quraisy
yang jauh lebih besar. Meskipun mereka dalam jumlah yang jauh lebih kecil,
Talhah dan sahabat-sahabat lainnya memainkan peran penting dalam kemenangan
kaum Muslim dalam pertempuran tersebut. Talhah adalah seorang pemimpin dan
orator ulung. Dia sering diangkat sebagai pemimpin kelompok sahabat dalam
berbagai peristiwa penting dalam sejarah awal Islam. Selain itu, dia adalah seorang
yang dermawan dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan
dalam masyarakat Muslim. Salah satu peristiwa yang mencatat kisah Talhah adalah
keterlibatannya dalam Pertempuran Jamal pada tahun 656 M. Pertempuran ini
melibatkan pertikaian antara Aisyah (istri Nabi Muhammad), Ali bin Abi Thalib
(sepupu dan menantu Nabi), dan Talhah serta Zubair bin Awwam. Pertempuran itu
berakhir dengan kematian Talhah dan Zubair.
Dalam kisah ini dapat kita contoh yakni Thalhah bin Ubaidillah adalah salah
satu sahabat Nabi yang dikenal karena ketulusan, keberanian, dan pengabdian
kepada Islam. Kisah hidupnya adalah contoh dari pengorbanan yang diberikan oleh
sahabat-sahabat Nabi dalam mendukung ajaran Islam dan memperluas pesan
kenabian.

Anda mungkin juga menyukai