Disusun Oleh :
Nim :
22124024
Dosen Pengampu:
(1). P R O S A
(a). R O M A N
Pada ragam karya sastra prosa timbul genre baru ialah roman, yang
sebelumnya belum pernah ada. Buku roman pertama Indonesia yang diterbitkan
oleh Balai Pustaka berjudul Azab dan Sengsara karya Merari Siregar pada tahun
1920. Roman Azab dan Sengsara ini oleh para ahli dianggap sebagai roman
pertama lahirnya sastra Indonesia. Isi roman Azab dan Sengsara sudah tidak lagi
menceritakan hal-hal yang fantastis dan istanasentris, melainkan lukisan tentang
hal-hal yang benar terjadi dalam masyarakat yang dimintakan perhatian kepada
golongan orang tua tentang akibat kawin paksa dan masalahadat.
Cinta yang tak sampai antara kedua anak muda (Aminuddin dan
Mariamin), karena rintangan orang tua. Mereka saling mencintai sejak di bangku
sekolah, tetapi akhirnya masing-masing harus kawin dengan orang yang bukan
pilihannya sendiri. Pihak pemuda (Aminuddin) terpaksa menerima gadis pilihan
orang tuanya, yang akibatnya tak ada kebahagian dalam hidupnya. Pihak gadis
(Mariamin) terpaksa kawin dengan orang yang tak dicintai, yang berakhir dengan
penceraian dan Mariamin mati muda karena merana.
(b). C E R P E N
(2). D R A M A
Ken arok dan Ken Dedes karya Moh. Yamin merupakan drama saduran
dari Pararaton.
Menantikan Surat dari Raja karya Moh. Yamin merupakan drama saduran
dari karangan Rabindranath Tagore.
(3). P U I S I
Perintis puisi baru pada masa angkatan 20 adalah Mr. Moh. Yamin. Beliau
dipandang sebagai penyair Indonesia baru yang pertama karena ia mengadakan
pembaharuan puisi Indonesia. Pembaharuannya dapat dilihat dalam kumpulan
puisinya Tanah Air pada tahun 1922.
(1). Dari segi isi, puisi itu merupakan ucapan perasaan pribadi seorang manusia.
(2). Dari segi bentuk, jumlah barisnya sudah tidak empat, seperti syair dan
pantun, dan persajakkannya (rima) tidak sama.
(2). Lebih banyak menggunakan sajak aliterasi, asonansi, dan sajak dalam
sehingga beliau dipandang sebagai pelopor penggunaan sajak asonansi dan
aliterasi.
Sajak yang pertama kali dibuat adalah Tanah Airku (1921), dimuat dalam
majalah sekolah Yong Sumatra.
1. Merari Siregar
2. Marah Rusli
3. Abdul Muis
5. Muhamad Kasim
6. Suman H. S.
Karangannya :
7. Adinegoro
Karangannya:
Karangannya:
Karangannya:
Karangannya:
Karangannya:
Karangannya:
Karangannya:
Tokoh – tokoh yang pernah memimpin Balai Pustaka tercatat Dr. D.A
Rankes, Dr. G.W.J. Drewes, Dr. K.A. Hidding, sementara sastrawan
Indonesia yang pernah bekerja di sana tercatat adinegoro,S. Takdir
Alisjahbana, Armijn Pane, Nur Sutan Iskandar, dan H.B. Jasin.
Karya sastra yang terbit di luar Balai Pustaka dan yang tidak termasuk
kriteria Balai Pustaka biasa kita sebut dengan Bacaan Liar.
Pada abad ke-19, di Surabaya terbit surat kabar Bintang Timoer (mulai
tahun 1862). Awal abad-20 di Bandung terbit surat kabar yaitu Medan Priyayi yang
memuat cerita – cerita bersambung berbentuk roman. Cerita – cerita itu ditulis
dalam bahasa Melayu, tetapi bukan oleh pengarang – pengarang Melayu atau
Sumatra, yang mengisahkan masyarakat pada masa itu. Seperti roman yang
berjudul Hikayat, yang melukiskan kehidupan sehari – hari dan menggunakan
bahasa Melayu. Pemimpin redaksi surat kabar Medan Prijaji sendiri, Raden Mas
(Djokonomo) Tirto Adhisurjo (1875-1916) menulis dua buah cerita roman,
masing-masing berjudul Busono (1910) dan Nyai Permana (1912). Pengarang
keturunan bahasa Melayu- Cina. Misalnya G. Francis yang menulis kisah Nyai
Desima (1896). Kisah ini menceritakan nasib seorang wanita kampung yang
dijadikan nyai orang Inggris kemudian tertawan hatinya oleh pengaruh guna-guna
seorang Bang Samiun.
Adapun karya Marco Kartodikromo yang berjudul Student Hijo, yang terbit
pertama kali tahun 1918 melalui Harian Sinar Hindia, dan muncul sebagai buku
tahun 1919, merupakan salah satu perintis lahirnya sastra perlawanan: sebuah
fenomena dalam sastra Indonesia sebelum perang.
Novel ini berkisah tentang lahirnya para intelektual pribumi dari kalangan
borjuis kecil yang secara berani mengontraskan kehidupan di Nederland, oleh
karena itu novel ini dipinggirkan oleh Balai Pustaka. Tak hanya itu, buku ini
menceritakan kisah cinta yang rumit antara para tokoh – tokohnya seperti Hijo,
Biru, Wungu, Walter dan lain – lain.
Isi dari Oey Se karya Thio Tjien Boen dan Lo Fen Koei itu sudah bukan
lagi tergolong kisah – kisah hikayat namun sebaliknya lebih mengesankan sabagai
novel denan para tokohnya yang riil an pengarang yang jelas. Gerakan Tionghoa
Modern waktu itu, berniat ingin memperbarui adat – istiadat Tionghoa di Jawa
yang mereka nilai sudah kolot.
DAFTAR PUSTAKA
Sarumpet, Riris K Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
https://muzzam.wordpress.com/2009/06/20/angkatan-balai-pustaka/
http://artikel-pendidikan-sosial-ilmiah.blogspot.com/2017/07/kenyataan-
mengejutkan-periode-sastra-20.html?m=1
http://idfernando32.blogspot.com/2014/10/makalah-tentang-angkatan-balai-
pustaka.html
https://halim436.wordpress.com/tag/sastra-modern-angkatan-20/