Anda di halaman 1dari 8

Tugas Bahasa Indonesia

Karya Sastra Angkatan 20-an dan 30-an

Di susun oleh :
Diva Adelia ( 6 )
Imelda Sa'pang ( 16 )
Juan Anugrah Alex ( 20 )
Kelly C. Yosanto ( 22)
Tjioe Maxell (
Vanensse Polim ( 39 )

SMA KATOLIK RAJAWALI


Tahun Ajaran
2016-2017

Karya Sastra Angkatan 20-an


A. Sejarah singkat
Angkatan 20 berawal dari sebuah lembaga kebudayaan milik pemerintah kolonial
Belanda, bernama Volkslectuur, atau Balai Pustaka. Badan tersebut sebagai penjelmaan dari
Commissie voor De Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat.Commissie voor De
Volkslectuur dibentuk pada tanggal 14 April 1903. Komisi ini bertugas menyediakan bahanbahan bacaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu. Kelahirannya menjadi gairah baru bagi
para sastrawan yang kemudian membentuk periode sastra tersendiri dalam perkembangan
sastra Indonesia, dengan ciri yang khas, dan disebut Angkatan 20 atau Angkatan Balai
Pustaka.
Pada era ini, banyak prosa dalam bentuk roman, novel, cerita pendek dan drama,
yang diterbitkan dan menggeser kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat. Karyakarya tersebut diterbitkan dalam bahasa Melayu-Tinggi, Jawa dan Sunda, serta sejumlah
kecil dalam bahasa Bali, Batak, dan Madura. Sastrawan yang menonjol karya-karyanya dari
angkatan ini adalah Nur Sutan Iskandar, sehingga mendapat julukan Raja Angkatan Balai
Pustaka. Di samping itu, dominasi sastrawan yang berasal dari Minangkabau dan sebagian
Sumatra memberi ciri yang unik pada karya sastra Angkatan 20.

B. Karakteristik
Karakteristik karya sastra angkatan 20-an antara lain :
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal
pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan.
3. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi
menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama .
4. Puisinya berupa syair dan pantun.
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis.
6. Alirannya bercorak romantik.

C. Pelopor
Tokoh dan Karya pada Angkatan 20-an antara lain :

1. Merari Siregar : Azab dan Sengsara (1920), Binasa Kerna Gadis Priangan (1931).
2. Marah Roesli : Siti Nurbaya (1922), La Hami (1924).
3. Muhammad Yamin : Tanah Air (1922), Indonesia, Tumpah Darahku (1928), Ken Arok
dan Ken Dedes (1934).
4. Tulis Sutan Sati : Tak Disangka (1923), Tulis Sutan Sati (1928), Tak Tahu Membalas
Guna(1932), Memutuskan Pertalian (1932).
5. Nur Sutan Iskandar: Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923), Salah
Pilih(1928), Karena Mertua (1932), Karena Mertua (1933), Katak Hendak Menjadi
Lembu(1935), Cinta yang Membawa Maut (1926).

D. Karya populer pada angkatan 20-an


1. Marah Roesli : Siti Nurbaya (1922).
Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti
Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu terpaksa pergi
ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan. Belum lama kemudian, Nurbaya
menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tetapi
kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian
dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara
kolonial Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal
akibat lukanya.

2.

Merari Siregar : Azab dan Sengsara (1920),


Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak
dibolehkan menikah dan menderita karena harus meningah dengan orang lain yang
merupakan pilihan dari orang tua mereka masing-masing,. Mereka tidak boleh
menentang keinginan orang tua karena menentang orang tua sama saja menentang
adat. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia.
Azab dan Sengsara ditulis oleh Merari Siregar untuk menunjukkan adat dan
kebiasaan yang kurang baik dan sempurna di tengah-tengah suku batak. Novel ini
dibuat berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

3. Muhammad Yamin : Tanah Air (1922)

Puisi Tanah Air yang ditulis oleh Muhammad Yamin ini merupakan salah satu
puisi terpenting dalam sejarah Indonesia, khususnya Bahasa Indonesia. Puisi ini
merupakan semangat baru bagi para pemuda nusantara kala itu untuk menggunakan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama.
4. Djamaluddin Adinegoro : Darah muda (1927), Asmara jaya (1928)
5. Abas Soetan Pamoentjak : Pertemuan (1927).
6. Abdul Muis : Salah Asuhan (1928), pertemuan Jodoh (1933).
7. Aman Datuk Madjoindo: Menebus Dosa (1932), Si Cebol Rindukan Bulan
(1934),Sampaikan Salkamku Kepadanya (1935).

Karya sastra Angkatan 30-an


A. Sejarah singkat
Pujangga baru adalah majalah kesusastraan yang pertama kali diterbitkan pada
tahun 1933 di Jakarta (waktu itu Batavia). Para pendirinya adalah Sutan Takdir
Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Penerbitan majalah ini berhenti pada saat
invasi Jepang ke Hindia Belanda pada tahun 1942. pada zaman pendudukan Jepang
majalah Pujangga Baru ini dilarang oleh pemerintah Jepang dengan alasan karena
kebarat-baratan. Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian
bersejarah

Sumpah

Pemuda

pada

28

Oktober

1928.

Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut,

terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaanPada mulanya, Pujangga baru adalah nama majalah sastra dan kebudayaan
yang terbit antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh pemerintah Jepang
setelah tentara Jepang berkuasa di Indonesia.

B. Karakteristik
Karakteristik karya sastra angkatan 30-an antara lain :
Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi

1.

wanita.
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa.
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah,
peribahasa.
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat.
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis).
6. Masih bercorak romantik.
7. Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

C. Pelopor
Tokoh dan Karya pada Angkatan 30-an antara lain :
1. Sutan Takdir Alisyahbana

Hasil karyanya, antara lain: Tak Putus Dirundung Malang, roman tahun 1929;
Dian

Yang Tak Kunjung Padam, roman tahun 1932, Anak Perawan di Sarang

Penyamun, roman tahun 1941; Layar Terkembang, roman tahun 1936; Tebaran Mega,
puisi; Dari Perjuangan ke Pertumbuhan Bahasa Indonesia, tahun 1957; Perjuangan
Tanggung Jawab dalam Kesusastraan.
2. Sanusi Pane

Hasil karyanya antara lain: Pancaran Cinta tahun 1926, Puspa Mega tahun 1927,
Madah Kelana tahun 1937, Manusia Baru tahun 1940, Arjuna Wiwaha tahun 1940.
3. Armyn Pane

Hasil karyanya antara lain: Belenggu, tahun 1938, Jiwa Berjiwa, tahun 1939,
4. Amir Hamzah

Hasil karyanya antara lain: Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, Setanggi Timur.

5. Y.E Tatengkeng

Hasil karyanya adalah Rindu Dendam tahun 1934.


.

D. Karya Populer dan Pengarangnya


1.

Sutan Takdir Alisyahbana : Layar Terkembang, roman tahun 1936


Layar Terkembang adalah novel karya Sutan Takdir Alisjahbana yang
diterbitkan pada tahun 1937 oleh Balai Pustaka Novel ini mengisahkan dua
bersaudara yang merupakan mahasiswa kedokteran (Tuti dan Maria). Novel ini
dianggap memberikan gambaran adopsi budaya Barat oleh masyarakat Indonesia .

2.

Y.E Tatengkeng : Rindu Dendam tahun 1934.


Karyanya yang terkenal ialah Rindu Dendam (1934) yang berisi 32 sajak
diantaranya puisi berjudul "Anakku" dan "Perasaan Seni"

3.

Armijin Pane : Belenggu, tahun 1938


Novel ini menceritakan tentang cinta segitiga antara seorang dokter, istrinya, dan
temannya; cinta segitiga ini akhirnya membuat mereka semua kehilangan orang yang
paling dicintai. Pertama kali diterbitkan oleh majalah sastra Poedjangga Baroe dalam
tiga bagian dari April hingga Juni 1940, Belenggu merupakan satu-satunya novel
yang diterbitkan majalah tersebut dan novel psikologis Indonesia pertama. Belenggu
mengutamakan konflik psikis tokoh. Novel ini juga menunjukkan kalau sifat modern
dan tradisional itu sebenarnya berlawanan. penulis Muhammad Balfas menyebut
novel ini sebagai novel Indonesia terbaik dari sebelum perang kemerdekaan.
Belenggu sudah diterjemahan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris.

4.

Sanusi Pane : Madah Kelana tahun 1937


Madah Kelana adalah kumpulan sajak dari seorang penyair
IndonesiaAngkatan Poedjangga Baroe, Sanusi Pane. Kumpulan sajak ini diterbitkan
pada tahun 1931 dan merupakan buku sajaknya yang kedua. Sajak-sajak ini
menceritakan tentang seorang kelana yang mencari kebahagiaan dan akhirnya
menemukan apa yang dicarinya itu di dalam dirinya sendiri. Kumpulan sajak yang
berjudul Madah Kelana ini dibuat setelah Sanusi Pane berkeliling India sejak tahun

1929 - 1930. Sajak-sajak yang ada di dalam Madah Kelana masih bersifat romantis
dan kita banyak menjumpai sajak-sajak yang bertemakan cinta. Dari segi penulisan,
Madah Kelana merupakan sajak yang ditulis dalam Bahasa Indonesia yang matang
dan bersifat modern.
5. Hamidah

Hasil karyanya Kehilangan Mustika tahun 1935.


6.

Suman Hasibuan : Kasih Tak Terlerai tahun 1929, Percobaan Setia tahun 1931,
Mencari Pencuri Anak Perawan tahun 1932, Kasih Tersesat, tahun 1932, Tebusan
Darah, tahun 1939

Daftar Pustaka
Yudiono K.S., Pengantar Sejarah Sastra Indonesia (PT. Grasindo, 2010)
Andriew. 2011. Karakteristik sastra angkatan balai. Online
http://andriew.blogspot.com/2011/04/karakteristik-sastra-angkatanbalai.html#!/2011/04/karakteristik-sastra-angkatan-balai.html
Rosisdi, Ajip. 1986. Ikhtisar Sejarah Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta
Tim Edukatif.2007.Kompeten Berbahasa Indonesia.Jakarta.Penerbit Erlangga
Bastin, danriris. 2010. Sastra ringkasan ciri-ciri karya sastra tiap angkatan. Online
http://danririsbastind.wordpress.com/2010/03/10/sastra-ringkasan-ciri-ciri-karya-sastra-tiapangkatan/
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Sastro, dukuh. 2011. Sastra indonesia di era 1900-1933. Online


http://dukuhsastro.blogspot.com/2011/02/sastra-indonesia-di-era-1900-1933-m.html
.

Anda mungkin juga menyukai