Abstract: The main purpose of this research is to reveal mystical aspects within
Sapardi Djoko Darmono’s poetries found in “Hujan Bulan Juni” poetry collection.
Those poetries are “Sajak Desember”, “Dalam Doaku”, “Berjalan ke Barat Waktu
Pagi Hari”, “Dalam Diriku”, “Hujan Bulan Juni”, “Aku Ingin”, and “Ajaran Hidup”.
This research applied qualitative method of analysis with semiotic approach. Applying
semiotic approach, the researcher searched for what is considered as the main markers/
signs of the poetries, analyzed the words which are used denotatively and connotatively,
run paradigmatic analysis, and conducted syntagmatic analysis to discover mystical
aspects within the poetries. Life lessons that can be taken from Sapardi Djoko
Darmono’s mystical poetries is that life in this world is just temporary. There is still
more immortal life that is life after death. Resignation to Allah swt, the almighty God,
can be done by repenting totally only to Allah, being conscious of errors and mistakes
while asking for mercies.
Keywords: mystical literature, transcendental, semiotics
152 BASTRA, Vol. 1, No. 2, Desember 2014
juga selama empat tahun. Sejak 1974, antaranya Sosiologi Sastra: Sebuah
Sapardi mengajar di FS UI. Pengantar Ringkas (1978).
Sapardi menulis puisi sejak di kelas Dengan kepekaan dan wawasan
II SMA. Karyanya dimuat pertama kali seorang sastrawan, Sapardi ikut
oleh sebuah surat kabar di Semarang. mewarnai karya-karya terjemahannya
Tidak lama kemudian, karya sastranya seperti Puisi Brasilia Modern, Puisi Cina
berupa puisi-puisi banyak diterbitkan di Klasik, dan Puisi Parsi Klasik yang
berbagai majalah sastra, majalah budaya ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu, ia
dan diterbitkan dalam buku-buku sastra. juga menerjemahkan karya asing seperti
Beberapa karyanya yang sudah berada di karya Hemmingway The Old Man and the
tengah masyarakat, antara lain Duka-Mu Sea, Daisy Manis (Henry James),
Abadi (1969), Mata Pisau, dan Aquarium semuanya pada 1970-an. Juga, sekitar 20
(1974). naskah drama seperti Syakuntala karya
Sebuah karya besar yang pernah ia Kalidasa, Murder in Cathedral karya TS
buat adalah kumpulan sajak yang Elliot, dan Morning Become Electra
berjudul Perahu Kertas yang trilogi karya Eugene O'neil.
memperoleh penghargaan dari Dewan Sumbangsih Sapardi Djoko
Kesenian Jakarta dan kumpulan sajak Damono juga cukup besar kepada budaya
Sihir Hujan––yang ditulisnya ketika ia dan sastra, dengan melakukan penelitian,
sedang sakit––memperoleh Anugerah menjadi narasumber dalam berbagai
Puisi Poetra Malaysia. Kabarnya, hadiah seminar dan aktif sebagai administrator
sastra berupa uang sejumlah Rp 6,3 juta dan pengajar, serta menjadi dekan
saat memperoleh Anugerah Puisi Poetra Fakultas Sastra UI periode 1995-1999.
Malaysia langsung dibelanjakannya Dia menjadi penggagas pengajaran mata
memborong buku. Selain itu, ia pernah kuliah Ilmu Budaya Dasar di fakultas
memperoleh penghargaan SEA Write sastra.
pada 1986 di Bangkok, Thailand. Ia menyadari bahwa menjadi
Para pengamat menilai sajak-sajak seorang sastrawan tidak akan
Sapardi dekat dengan Tuhan dan memperoleh kepuasan finansial. Kegiatan
kematian. “Pada Sapardi, maut atau menulis adalah sebagai waktu istirahat,
kematian dipandang sebagai bagian dari saat ia ingin melepaskan diri dari rutinitas
kehidupan; bersama kehidupan itu pekerjaannya sehari-hari. Menikah
pulalah maut tumbuh,” tulis Jakob dengan Wardiningsih, ia dikaruniai dua
Sumardjo dalam harian Pikiran Rakyat, anak, Rasti Suryandani dan Rizki
19 Juli 1984. Mantan anggota Dewan Henriko.
Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis Hujan Bulan Juni pertama kali
esai dan kritik. Sapardi, yang pernah diterbitkan oleh kelompok penerbit
menjadi redaktur Basis, berpendapat, di Kompas-Gramedia (Grasindo) pada tahun
dalam karya sastra ada dua segi: tematik 1994. Kemudian diterbitkan kembali oleh
dan stilistik (gaya penulisan). Secara penerbit Editum pada tahun 2009 tanpa
gaya, katanya, sudah ada pembaharuan di perubahan yang berarti. Dan yang terbaru
Indonesia. Tetapi di dalam tema, belum tahun 2013 diterbitkan kembali oleh
banyak. Penyair yang pernah kuliah di Gramedia. Puisi-puisi dalam Hujan Bulan
Universitas Hawaii, Honolulu, AS, ini Juni ditulis antara tahun 1959-1994.
juga menulis buku ilmiah, satu di Sebagian besar puisi di dalamnya pernah
terbit dalam antologi Duka-Mu Abadi
154 BASTRA, Vol. 1, No. 2, Desember 2014
(1969), Mata Pisau (1974), Akuarium sajaknya. Tempat di mana ia lahir dan
(1974), dan Perahu Kertas (1983). Proses menghabiskan hampir sebagian besar
penyeleksian puisi yang pernah terbit masa-masa mudanya di Solo. Ia bertutur
dalam antologi yang berbeda-beda untuk tentang kematian, kesadaran akan waktu
diterbitkan kembali dalam kumpulan hidup di dunia fana ini yang hanya
puisi Hujan Bulan Juni menunjukkan sebentar, juga kenangan yang
bahwa buku ini memang dianggap ditinggalkan seseorang yang sudah
(paling) penting oleh penulisnya. meninggal dalam puisi-puisi seperti
Mayoritas puisi Sapardi Djoko Damono Tentang Seorang Penjaga Kubur Yang
menggunakan kata-kata sederhana, Mati, Saat Sebelum Berangkat, Berjalan
namun begitu mengena. di Belakang Jenazah, Sehabis Mengantar
Sebagaimana judulnya, kumpulan Jenazah, Hujan Bulan Juni, Tuan, Dalam
puisi ini berisikan sajak-sajak tentang Do’aku, Aku Ingin, Pada Suatu Hari
hujan, serta segala metafora yang Nanti, Ziarah, dan yang lainnya.
mungkin melekat padanya; kesedihan, Puisi transendental merupakan jenis
kesepian, penantian, nostalgia, hingga puisi yang tidak mendasarkan dirinya
kematian. Namun tidak hanya itu, puisi- pada persoalan praktis, mempertanyakan
puisi dapat dimaknai secara luas sekali. makna kata-kata, dan berkutat pada tema
Pada dasarnya, menikmati puisi hampir semantik bahasa. Puisi transendental
sama dengan menikmati lagu, kita yang membangun dunianya sendiri dan
memilih kisah kita sendiri, untuk kita bergelut dalam dunia itu menuju
maknai sendiri. Bila dikaitkan dengan pemenuhan maknanya sendiri. Melalui
kenyataan sehari-hari, judul puisi makna itu, manusia diajak untuk saling
tersebut, Hujan Bulan Juni, sepertinya berkomunikasi satu sama lain tanpa
memang merupakan sesuatu yang hampir menggunakan bahasa. Dalam puisi
mustahil. Sebab, bulan Juni merupakan transendental, bahasa tidak lagi menjadi
bulan yang masuk dalam rentang musim satu-satunya hal terpenting karena bahasa
kemarau. Sehingga, hujan tidak mungkin cenderung terikat dalam wilayah
turun di bulan Juni. Terlebih bila kita kategorial dan tercemar kultur partikular
melihat angka tahun penciptaan puisi tertentu melainkan melampaui semuanya
tersebut (1989), saat musim kemarau dan itu. Menciptakan sebuah puisi
musim hujan masih berjalan secara transendental, seorang pengarang
teratur. Nah, karena itulah, hujan harus hendaknya keluar dari wilayah subyektif,
menahan diri karena tidak mungkin turun tempat ia menulis.
di bulan Juni. Jadi, dapat ditafsirkan Hal ini dimaksudkan agar ia
bahwa “hujan bulan Juni” merupakan terhindar dari proses elitisme puisi yang
metafor dari “rindu atau cinta yang membuat puisinya hanya sanggup
ditahan, yang tak mungkin disampaikan”. dipahami oleh komunitas tertentu
Sapardi Djoko Damono kerap sekaligus terbatas dipamahami oleh
“menyusupkan” ruh sufisme dalam kelompok yang lain. “Matinya subyek”
karya-karya puisinya. Orang kerap seperti ini sangat diperlukan agar puisi
menamai karya-karyanya dengan puisi tidak sepenuhnya terikat pada wilayah
transendental. Seperti misalnya, kepengarangan seseorang, tetapi hidup
penuturannya tentang suasana malam di dan membangun dunianya sendiri dalam
Solo yang tertuang dalam puisinya Pada diri pembaca. Puisi transendental tidak
Suatu Malam sebagai pembuka kumpulan hanya mengajak kita untuk mencermati
Fradana, Dimensi Sufistik Puisi-Puisi Sapardi Djoko Damono 155
kenyataan tetapi berusaha menciptakan benbentuk puisi. Dalam hal ini puisi-puisi
kemungkinan munculnya realitas baru yang akan didekati adalah puisi-puisi
yang lebih kreatif, inovatif, dan Sapardi Djoko Damono yang bercorak
menyentuh keprihatinan sosial (Hadi, sufistik.
2001: 56-58). Dan, Sapardi Djoko
Damono banyak bermain di wilayah ini. HASIL PENELITIAN
Seperti hati, puisi adalah sebuah
negeri yang merdeka, dan dari negeri
METODE PENELITIAN tanpa penjara itu, seorang penyair bebas
Jenis penelitian yang digunakan menulis apa pun yang ingin ditulisnya,
dalam penyusunan tesis ini adalah bukan yang harus dia tulis. Maka kita
penelitian kualitatif. Meleong, boleh percaya bahwa seorang penyair
mendefinisikan bahwa penelitian pada dasarnya dapat memiliki
kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, kemampuan yang bisa nyaris tak terbatas
yang bertujuan untuk memahami suatu untuk mengungkapkan dan mengekalkan
fenomena dalam konteks sosial secara perasaan-perasaan terdalam manusia:
alamiah dengan mengedepankan proses luka, kesedihan, keriangan, kasih,
interaksi komunikasi yang mendalam keagungan, kepedihan, dan seterusnya.
antara peneliti dengan fenomena yang Penyair yang memiliki daya
diteliti (Herdiansyah, 2010: 9). mengungkapkan dan mengabadikan, akan
Sedangkan Sugiyono (2011), memperlakukan bahasa bukan sebagai
menyimpulkan bahwa metode penelitian beban, akan tetapi sebagai karunia
kualitatif adalah metode penelitian yang (sanctify); bukan sebagai ancaman,
berlandaskan pada filsafat melainkan sebagai penemuan (discovery)
postpositivisme, digunakan untuk (Hari, 2001: 31).
meneliti pada kondisi obyek yang Analisis terhadap puisi-puisi
alamiah (sebagai lawannya eksperimen) Sapardi Djoko Damono dalam kumpulan
dimana peneliti adalah sebagai instrumen puisi Hujan Bulan Juni dalam penelitian
kunci, pengambilan sampel sumber data ini akan dilakukan dengan menempuh
dilakukan secara purposive dan empat macam langkah ancangan semiotik
snowbaal, teknik pengumpulan dengan seperti yang dianjurkan oleh Subur
triangulasi (gabungan), analisis data Wardoyo sebagaimana telah disebutkan
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil pada bagian akhir bab II. Yakni: Langkah
penelitian kualitatif lebih menekankan 1, mencari apa yang bisa dianggap
makna daripada generalisasi. sebagai penanda (signifier) utama yang
Kemudian, pendekatan yang dapat merepresentasikan inti seluruh
digunakan dalam penelitian ini adalah puisi. Langkah 2, menelaah kata yang
metode atau pendekatan semiotik. digunakan secara denotatif dan konotatif,
Dengan metode semiotik, peneliti akan serta menelusuri bagaimana penggunaan
mencari apa yang dapat dianggap sebagai keduanya ikut membangun makna yang
penanda utama puisi, menelaah kata yang telah ditetapkan dalam signifier utama
digunakan secara denotatif dan konotatif, tadi. Langkah 3, melakukan analisis
melakukan analisis paradigmatik dan paradigmatik. Langkah 4, melakukan
sintagmatik, untuk mengungkapkan analisis sintagmatik (Wardoyo, 2004: 24-
aspek-aspek atau dimensi sufistik yang 25).
terdapat dalam karya sastra yang
156 BASTRA, Vol. 1, No. 2, Desember 2014
seorang sufi yang selama hidupnya selalu Nya, namun dengan keyakinan bahwa
bermuram hati dan tidak pernah tertawa tidak ada hamba yang dibebani ujian oleh
terkecuali setelah kematian anak satu- Tuhan melebihi batas kemampuannya.
satunya. Tertawa lantaran syukur diberi
cobaan yang paling akbar di dunia bisa Puisi “Aku Ingin”
diatasinya (kuat), dan bahkan cobaan itu Puisi “Aku Ingin” merupakan
bisa ditanggapinya sebagai nikmat. Masih “puisi kesederhanaan”. Sebagaimana
diperhatikan Allah, yakni masih mau penanda (signifier) utama yakni
menegurnya melalui cobaan tadi “sederhana”. Kondisi faqr atau fakir,
(Chodjim, 2007: 73). dalam tradisi tasawuf bermakna tidak
meminta berlebih dari apa yang telah ada
atas pemberian dari Tuhan, tanpa
Puisi “Hujan Bulan Juni” meminta yang lebih. Puisi ini dalam
Puisi “Hujan Bulan Juni” maqamat tasawuf tergolong dalam
merupakan judul puisi yang juga maqam zuhud, yakni keadaan
digunakan sebagai judul kumpulan puisi. meninggalkan keduniawian dan hal-hal
Puisi ini merupakan puisi ketabahan, yang bersifat kematerian.
sebagaimana penanda (signifier) utama Zuhud adalah memandang apa yang
dalam puisi ini adalah “tabah”. Dapat dimilikinya tidaknya memiliki nilai
menjalani sekaligus menerima segala dibandingkan dengan yang dimiliki oleh
pemberian Tuhan dengan perasaan tabah. Allah Swt. Bahkan dunia dengan segala
Dalam maqamat tasawuf, puisi ini kenikmatannya ini pun bukanlah sesuatu
tergolong dalam shabr (sabar) atau tabah yang bernilai baginya dibandingkan
hati. dengan yang ada di sisi Allah Swt. (Siroj,
Dalam tasawuf, shabr dijadikan 2006: 94).
satu maqam sesudah maqam faqr. Karena Pelajaran hidup yang dapat dipetik
persyaratan untuk bisa konsentrasi dalam dari puisi ini adalah bahwa segala yang
dzikir orang harus mencapai maqam faqr. diberikan Tuhan kepada kita wajib
Tentu hidupnya akan dilanda berbagai hukumnya disyukuri. Sebagaimana
macam penderitaan dan kepincangan. firman Tuhan, sesungguhnya Dia akan
Oleh karena itu, harus melangkah ke menambah nikmat bagi siapa saja yang
maqam shabr. Sebagai satu maqam bersyukur, namun Dia akan member
dalam tasawuf direnungkan dan adzab (hukuman) bagi mereka yang kufur
dikembangkan menjadi konsep yang (tidak bersyukur).
diungkapkan dalam berbagai pengertian. Zuhud sesungguhnya menurut
Siroj (2006) mengemukakan bahwa bahasa Arab artinya “tidak
banyak guru tasawuf yang memaknai berkeinginan”. Apabila seseorang
shabr sebagai sikap menerima apa yang menarik diri untuk tekun beribadah dan
menimpa dirinya. Konsep sabar ini menghindarkan diri dari keinginan
dilukiskan dalam Q.S. Az-Zumar [39]: 10 menikmati kelezatan hidup adalah zuhud
sebagai berikut: “Sesungguhnya hanya pada dunia.
orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Puisi “Ajaran Hidup”
Pelajaran hidup yang dapat dipetik Puisi “Ajaran Hidup”, berdasarkan
dari puisi ini adalah betapapun Tuhan penanda (signifier) utama “kekalahan”
telah memberi ujian berat kepada hamba- termasuk dalam maqamat ridla/syukur.
Fradana, Dimensi Sufistik Puisi-Puisi Sapardi Djoko Damono 159
dapat menjaga diri dari perbuatan dosa Departemen Pendidikan Nasional. 2002.
dan tercela. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Mengingat masih terbatasnya Jakarta: Balai Pustaka
jumlah penelitian terhadap puisi-puisi
sufistik Sapardi Djoko Damono, dan Hadi W.M., Abdul. 2001. Tasawuf yang
mengingat masih sedikitnya penelitian Tertindas: Kajian Hermeneutik
semiotik terhadap puisi-puisi tersebut, terhadap Karya-karya Hamzah
hasil penelitian ini diharapkan dapat Fansuri. Jakarta: Paramadina
memberikan sumbangsih dan menambah
jumlah serta melengkapi penelitian yang Hari, Cecep Syamsul. 2001. “Rubrik
sudah ada. Peneliti lain yang ingin Kakilangit”. Horison. April 2001
melanjutkan mengembangkan penelitian
sastra sufistik yang sudah dilakukan ini, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
dapat meneliti lebih lanjut puisi sufistik Bahasa Depdiknas RI. 2010.
karya Sapardi Djoko Damono yang lain, Panduan EYD dan Tata Bahasa
yang belum tercakup dalam penelitian Indonesia. Jakarta: TransMedia
ini. Akan sangat menarik jika puisi-puisi
Sapardi Djoko Damono yang bercorak Rahmat, Jalaluddin. 1986. Islam
sufistik dibandingkan, baik secara Alternatif: Ceramah-ceramah di
tematik maupun stilistik. Kampus. Bandung: Mizan